Keesokkan harinya, Diani kembali ke pasar dan kali ini membeli banyak kebutuhan dapur untuk beberapa hari ke depan.
"Nona, Nyonya besar ada disini. Dia ingin melihat Bagas," lapor Bondan setelah Diani kembali dari pasar dengan membawa dua tas berisi sayur mayur dan lainnya."Siapa Pak yang ingin melihat Bagas?"Diani bertanya-tanya tentang Nyonya besar yang Bondan maksud."Nyonya besar Nona ... Ibu Tuan Alvin, Nenek Bagas," jawab Bondan."Apa maksud Pak Bondan? Nenek Bagas?" Diani sangat kaget dan tidak habis pikir dengan ucapan Pak Bondan yang menurutnya ngelantur.Bondan mengerutkan kening, merasa heran melihat sikap melihat Diani."Kenapa Nona Diani kaget seperti itu?" batin Bondan."Pak Bondan ... apa maksud Pak Bondan?" ulang Diani bertanya melihat Pak Bondan tampak merenung."Lebih baik Nona lekas menemui Nyonya Karina, Nyonya sudah menunggu cukup lama.""Baiklah Pak, Saya permisi dulu Pak." balas Diani.Diani kemudian pergi meninggalkan Bondan menuju ke Rumah. jarak antara gerbang dan rumah cukup jauh karena halaman kediaman Alvin sangat luas."Apa Non Diani baru pertama kali melihat Bu Karina? Ya, ya ..., mungkin saja, apa Aku harus melaporkannya ke Tuan Alvin?" gumam Bondan.Bondan mengetahui bahwa Bu Karina membawa Bi Rahmi karena hubungan diluar nikah Alvin dan Diani. Dia sedikit khawatir terjadi hal yang tidak diinginkan jika Bu Karina melihat kekasih gelap Alvin."Pak Bondan ada-ada saja, mungkin Dia baru bangun tidur jadi ngelantur, masa Nyonya besar di bilang Neneknya Bagas," gumam Diani.Diani melihat sebuah mobil terparkir di halaman rumah. Dia melihat seorang wanita duduk di depan rumah."Aku akan membawa Bagas jalan-jalan. Dan Kamu ... lebih baik Kamu ikut denganku!" ucap Bu Karina sambil mengambil Bagas, Diani hanya bisa membiarkan Bu Karina merebut Bagas dari pelukannya."Nyonya ... bagaimana Nyonya menge ...""Diam! cepat taruh belanjaanmu! atau Aku tinggal, Aku sudah menunggumu lama, dan jangan panggil Aku Nyonya!" sela Bu Karina."Ta... tapi Nyonya ... ""Sudah cepat sana! jangan banyak berbicara! siapa yang mengizinkanmu berbicara?" sela Bu Karina lagi.Diani menghela nafas dan berlalu pergi memasuki rumah."Ada apa sebenarnya? Orang-orang disini benar-benar aneh, mungkinkah? ... Astaghfirullahalazim ... apa mereka mengira kalau Bagas adalah anakku dengan Alvin?" gumam Diani.Diani mulai menyadari kenapa orang-orang di rumah itu bersikap aneh dengannya, "Apa yang harus aku lakukan? Mas Alvin ... apa Mas Alvin akan diam saja?"Diani kemudian terpaksa mengikuti keinginan Bu Karina yang akan mengajaknya jalan-jalan. “Kemana Nyonya besar akan membawaku?” batinnya.Di dalam mobil.“Nyonya, apa maksudnya ini? Ada urusan apa Nyonya besar dengan Pelayan sepertiku?” tanya Diani.“Berhentilah berpura-pura … tidak perlu menutupi hubunganmu dengan Alvin di depanku,” balas Bu Karina.“Nyonya … apa maksudnya? Saya tidak memiliki hubungan apapun dengan Tuan Alvin,” bantah Diani.“Apa Alvin yang mengajarimu agar berpura-pura seperti ini, hah?” Bu Karina tidak mempedulikan Diani yang membantah hubungannya dengan Alvin.“Bagaimanapun, Bagas adalah cucuku. Alvin pasti membayarmu agar bungkam denganku, iyakan?”Tidak lama, Mereka sampai di sebuah supermarket. Bu Karina ingin membelikan baju dan mainan untuk Bagas sekaligus ingin berbelanja pakaian."Nyonya ... Bagas bukanlah anakku dengan Mas Alvin, Nyonya telah salah paham dengan hal ini,"Diani terus berusaha meyakinkan Bu Karina baik di dalam mobil maupun saat berjalan menyusuri supermarket."Hentikan ocehanmu itu! Bagas adalah cucuku," balas Bu Karina sangat bersikeras dengan keyakinannya.Bu Karina tampak kesal karena Diani terus menerus menyangkal hubungannya dengan Alvin. Bu Karina sangat keras kepala, jika Dia telah meyakini sesuatu, maka akan sulit untuk menggoyahkannya.Selain itu, Bu Karina telah mengutus seseorang mengawasi Alvin sebelumnya. Jika bukan anak Alvin, kenapa Bagas sangat senang dengan Alvin?, Alvin juga mau repot-repot merawat Bagas, bahkan membawanya ke kantor saat bekerja."Kenapa menjadi seperti ini? Aku harus cepat-cepat menemukan pekerjaan baru, bisa gawat jika terus bekerja di rumah Mas Alvin," batin Diani sambil mengikuti langkah kaki Bu Karina di dalam supermarket, tertinggal cukup jauh dari Bu Karina."Hey ... apa Kamu Diani?" tanya Seseorang tiba-tiba.Diani menengok ke arahnya, dan ternyata orang itu adalah teman masa sekolahnya bersama dengan dua teman mereka yang lain."Sindi, Tanti, Hilda? apa benar?" Diani cukup terpukau dengan penampilan mereka yang sudah sangat berbeda."Haha ... ternyata kamu masih mengingat kami," balas Hilda."Apa tadi itu majikan kamu?" tanya Tanti sedikit mengejek.Mereka bertiga sempat melihat Diani yang berbicara dengan Bu Karina.Diani menggangguk, "Ya ... Wanita barusan adalah majikanku.""Berapa gajimu? Bayimu terlihat sangat tidak terawatt. Kami bertiga akan memberimu pekerjaan yang lebih layak dan gajinya juga mahal, bagaimana menurutmu?" sindir Sindi merendahkan."Benar, Suami kami memiliki jabatan yang tinggi di perusahaan mereka. Mereka mungkin dapat merekomendasikanmu," sahut Tanti."Atau mungkin suami kamu ingin sebuah pekerjaan? Dilihat dari penampilanmu dan Bayimu, suamimu pasti sangat kesulitan ekonomi," timpa Hilda mengejek.Mereka bertiga seperti sedang memamerkan kehidupan mereka, meninggikan suami Mereka, merendahkan kehidupan Diani dan suaminya.Diani berpikir sejenak, dia sangat membutuhkan pekerjaan, tidak mau terus bekerja di rumah Alvin. Meskipun sedikit terhina dengan perkataan mereka bertiga, hal itu lebih baik daripada kesalahpahaman antara dirinya dengan keluarga Alvin.Diani mungkin saja menerima saran dari Sindi, Tanti dan Hilda jika benar-benar terpaksa. “Bagaimana aku menghubungi kalian?”"Jika kamu mau, datanglah ke acara reoni," balas Sindi sambil memberikan kartu namanya kepada Diani."Benar ... jangan harap kamu memperoleh pekerjaan jika tidak datang saat acara reoni," ancam Tanti."Kamu harus datang! satu minggu dari sekarang, di restoran grand galaxy," timpa Hilda."Aku tidak berjanji," balas Diani."Aku permisi dulu teman-teman, Nyonyaku mungkin sedang mencariku," lanjut Diani."Kamu harus datang! berikan Kami nomor handphonemu!" pinta Hilda sedikit memaksa.Diani yang terburu-buru, memberikan kartu nama milik Alvin yang tersimpan di dompetnya yang dia dapatkan saat di Rumah Sakit. Dia kemudian melangkah cepat untuk menyusul Bu Karina.Hilda melihat kartu nama yang di berikan oleh Diani. Kartu nama itu hanya tertera nama Alvin dan nomor handphonenya, bukan kartu nama perusahaan.Sindi, Tanti, dan Hilda mengingat masa lalu saat di sekolah. Diani membuat Mereka bertiga jengkel karena suatu hal di sekolah mereka dulu.Diani merupakan siswi popular mengalahkan ketiganya. Kecantikan dan kepopuleran Diani dulu membuat orang yang mereka sayangi dulu berpaling dan mengejar-ngejar Diani.Cindi, Tanti dan Hilda tidak benar-benar akan memberikan pekerjaan kepada Diani atau suaminya dan justru akan mengerjai Diani."Jadi, suaminya bernama Alvin? Kita harus mempermalukan Diani dan suaminya saat reoni," gumam Hilda."Benar ... Jalang itu harus di beri sedikit pelajaran," sahut Tanti."Aku akan menunggunya, dia yang membuat gebetan kita dulu bersikap acuh karena tergila-gila padanya, setampan dan sehebat apa suami miskinnya yang bernama Alvin itu?" timpa Sindi.Diani menyusul langkah Bu Karina dan sampai dihadapannya. "Nyonya, maaf jika jalanku sangat lambat.” ucap Diani menunduk."Siapa tiga wanita itu?" tanya Bu Karina.Bu Karina sempat melihat langkah Diani dihalangi oleh tiga wanita. Tanpa sepengetahuan Diani, Bu Karina menguping pembicaraan Diani dan tiga temannya itu."Mereka teman sekolahku dulu Nyonya," jawab Diani."Jauhi mereka! Yang satu terlihat seperti pelakor, satunya lagi terlihat seperti penjilat hidung belang kaya, dan satu sisanya terlihat orang yang suka memanfaatkan harta mertua!" perintah Bu Karina."Tapi Nyonya, mereka akan menawa .... ""Tidak ada tapi-tapian, dengarkan nasihatku! Tidak ada baiknya kamu berteman dengan orang-orang rendahan seperti mereka," sela Bu Karina."Berhenti memanggilku Nyonya, Ibu majikan, apapun itu, selain Ibu!" perintah Bu Karina.Mereka sampai di tempat penjualan pakaian VVIP. Bu Karina memilihkan pakaian untuk Diani dan menyerahkannya. “Coba pakaian ini!” perintahnya.Diani melihat harga yang tertera di pakaian yang dipilihkan oleh Bu Karina, harganya sangat mahal, bisa untuk membeli puluhan pakaian di pasar."I ... ini ... Nyonya, Eh Ibu Majikan ... Maaf, maaf Ibu Tuan Alvin maksudnya, pakaian ini terlalu berlebihan untukku," balas Diani."Jangan banyak menentang! Sebagai kekasih Alvin, mulai sekarang Kamu harus terbiasa dengan gaya hidup yang berkelas, kamu tidak boleh membuatnya malu!" ucap Bu Karina.“Coba juga yang ini … ini … dan ini!” Bu Karina kembali memilihkan beberapa pakaian mahal dan memberikannya kepada Diani."Aku bukan kekasih Tuan Alvin Nyonya," bantah Diani tanpa lelah. "Berhentilah menyangkal! Kita banyak kegiatan setelah ini. Kita akan membeli pakaian untuk Bagas, ke salon, spa, dan banyak lagi yang ingin aku lakukan.” Bu Karina tidak peduli dengan bantahan Diani, kembali memilihkan beberapa pakaian dan memberikannya untuk Diani. Diani menghela nafas, tidak tahu harus bagaimana meyakinkan Bu Karina bahwa dia tidak memiliki hubungan apapun dengan Alvin."Saat ini, aku hanya bisa menuruti kemauannya, suatu saat aku akan mengganti semua yang telah Bu Karina dan Mas Alvin berikan kepadaku dan juga Bagas," gumamnya. Diani tidak dapat berbuat apapun selain menuruti Bu Karina yang cerewet. Dia mencoba beberapa pakaian yang telah dipilihkan oleh Bu Karina. Hari itu, Diani dan Bagas diajak melakukan banyak kegiatan layaknya orang-orang kelas atas. Apa yang sudah di lakukan oleh Bu Karina merupakan impiannya sejak dulu bersama dengan menantu dan cucunya. Setelah semua yang diinginkan Bu Kari
Keesokan harinya, Sopir Bu Karina datang ke rumah Alvin dan menemui Diani saat Alvin sedang bekerja di kantornya. "Nona, saya disuruh membawa Nona Diani dan Bagas ke rumah tuan besar," ucapnya. "Hmmm, bukan hanya nyonya besar, tetapi tuan besar juga tampaknya mengira kalau Bagas merupakan anak Tuan Alvin. Aku harus segera meninggalkan rumah ini dan menemukan pekerjaan lain sebelum kesalah-pahaman ini menjadi sesuatu hal yang buruk," batin Diani. “Baiklah, Pak. Ngomong-ngomong ada keperluan apa sampai saya harus ke sana?” Diani hanya menuruti, mengingat betapa cerewetnya Bu Karina yang tidak mau kalah. “Saya hanya mendapatkan perintah membawa Nona Diani dan Bagas,” jawab Sopir tidak tahu apa yang diinginkan oleh Bu Karina. Beberapa jam kemudian, Diani sampai di rumah Pak Jaya yang tidak kalah megah dan besar dari rumah Alvin. Diani kemudian memasuki rumah di antar oleh seorang pelayan. “Nyonya, apakah ada yang bisa saya bantu di sini?” tanya Diani setelah bertemu dengan Bu Karina
"Apa yang Ibu dan Ayah ingin Aku lakukan di rumah ini?" tanya Alvin kepada Bu Karina setelah sampai di rumah kedua orangtuanya itu.Alvin sedikit terlambat dan sampai di rumah saat sudah malam."Kamu dan Diani tidur disini malam ini! Ibu sudah menyiapkan kamar untuk Kalian."Diani yang juga berada di ruangan itu tersentak kaget, memandang Alvin dengan muka penuh tanda tanya."Aku akan membawa Diani dan Bagas pulang," balas Alvin."Silahkan pulang! Tapi cucuku akan tetap di sini."Bu Karina tidak mau kalah, beberapa saat Dia terus mendesak membuat Alvin dan Diani terpaksa menuruti kemauannya. Dia juga membawa Bagas untuk tidur dengannya, membiarkan Alvin dan Diani tidur bersama."Kenapa Mas Alvin tidak menjelaskan kesalahpahaman ini, Mas? Aku tidak bisa meyakinkan Bu Karina," ucap Diani ke Alvin."Percuma jika Aku menjelaskan, hasilnya sama saja.""Terus ... apa yang harus Kita lakukan Mas? Aku tidak mau kesalahpahaman ini menjadi berlarut-larut," balas Diani."Aku akan membicarakannya
Alvin kembali berangkat bekerja dari rumah Bu Karina, sementara Bu Karina mengantar Diani dan Bagas ke rumah Alvin."Apa Kamu bisa menyuruh Heru mengantarkan berkas ke kantor?" Alvin menelpon ke rumah karena ada dokumen yang lupa Dia ambil di rumah."Berkas apa yang perlu di bawa Pak Heru Mas?" tanya Diani."Berkas yang ada di samping laptop meja kerjaku, Kamu ambil saja!""Baik Mas," balas Diani di telepon."Apa ada masalah?" tanya Bu Karina yang masih berada di rumah Alvin."Tidak ada Bu, berkas milik Mas Alvin tertinggal, Aku akan mengambil dan memberikannya ke Pak Heru agar mengantarnya.""Tidak perlu!" cegah Bu Karina."Sepertinya berkas ini sangat penting Bu.""Maksud Ibu tidak perlu menyampaikannya ke Pak Heru, Kamu saja yang mengantarnya! Aku akan mengantarmu ke perusahaan." balas Bu Karina.Diani menghela nafas, "Baiklah kalau Ibu memintanya."Bu Karina kemudian membawa Diani keluar kembali dari rumah Alvin. Tetapi, Dia menuju ke sebuah salon kecantikan langganannya."Bu, ken
Diani di ajak Bu Karina ke sebuah kafe di restoran yang terkenal mahal karena menu dan harganya. Hanya orang-orang kelas atas yang dapat memasukinya."Aku harus menghubungi temanku segera mungkin, Aku tidak mau hidup seperti ini, ini terlalu berlebihan," batin Diani."Kenapa? Apa Kamu tidak menyukai tempat ini?" tanya Bu Karina."Tempat ini sangat berlebihan buatku Bu, Aku suka makanan di pinggir-pinggir jalan.""Apanya yang berlebihan? Mau buat apa uang hasil kerja Papih dan Alvin kalau tidak untuk di gunakan, apa mau di tumpuk-tumpuk saja?"Diani menelan ludahnya, membatin "Memangnya siapa Aku? tidak ada hubungannya dengan Mas Alvin.""Aku akan berusaha mengganti semuanya suatu saat nanti," ucap Diani."Apa yang perlu Kamu ganti?" tanya Bu Karina heran."Uang yang telah Bu Karina dan Tuan Alvin gunakan untukku dan Bagas, Aku akan menggantinya.""Apa maksudmu? Tidak perlu ... apa Kamu masih tidak mengakui kalau Bagas adalah cucuku, hah?" tanya Bu Karina, "Haduh ... Aku benar-benar pus
Alvin dan Diani bermain berbagai macam permainan seperti komedi putar, bianglala, bumper car, dan lain sebagainya di tempat hiburan yang sangat luas itu.Karena ulah Bagas yang ingin ini dan itu, Alvin dan Diani tampak seperti sebuah keluarga yang bahagia."Bukan kekasih apanya? hampir saja Aku tertipu olehnya," gumam Bu Karina tidak jauh dari Diani dan Alvin.Bu Karina melihat Alvin dan Diani bermain-main seperti pasangan yang sedang berkencan. Dia memfoto kemesraan Alvin dan Diani untuk menunjukkannya kepada Pak Jaya."Apa Kamu mau menonton bioskop?" tanya Alvin.Sebelum ke tempat hiburan itu, Alvin sempat browsing bagaimana caranya berkencan. Salah satunya adalah menonton bioskop."Terserah Mas Alvin saja," balas Diani.Diani yang baru pertama kali ke tempat hiburan seperti itu, tampak sangat senang, Dia hanya menuruti ajakan Alvin meskipun beberapa hal merupakan keinginan Bagas. Dia sebenarnya tidak tahu akan perasaannya dengan Alvin. Kalau bukan karena status Mereka yang berbeda,
Keesokan harinya, Diani tidak kunjung bangun dari tidurnya, Dia menggigil, sakit."Apa Kamu sakit?" tanya Alvin, tetapi tidak mendapat jawaban apapun dari Diani yang terus menggigil."Halo, Frans ... Diani ... Diani menggigil," ucap Alvin seketika setelah Dia menelpon Frans."Bagaimana keadaannya?" tanya Frans."Aku melihat mukanya pucat dan Dia juga menggigil.""Apa Kamu hanya melihatnya?" gumam Frans."Apa Mereka tidur bersama? Bagaimana Alvin tahu Diani sakit padahal sekarang masih sangat pagi sekali?" pikir Frans."Jangan banyak omong, Kamu lebih baik cepat kesini!""Ya ... ya ... Aku akan ke situ.""Kenapa bisa begini? Apa Kamu kelelahan?" Alvin meletakkan telapak tangannya di kening Diani dan terasa panas.Diani mulai mencoba membuka mulutnya, " Tidak tahu Mas, badanku terasa lemas dan dingin.""Kamu lebih baik diam!"Alvin menggendong Diani menuju ke kasurnya. Meskipun sakit, Diani menelan ludah melihat leher jenjang Alvin.Alvin menyelimuti Diani, kemudian mengambil air hangat
Setelah beberapa hari Diani siuman, Alvin mendapat telepon dari Suseno, mantan suami Diani."Dengan Alvin Sanjaya Hadiningrat?" tanya Suseno di ujung telepon."Benar, Siapa Kamu? dari mana Kamu mendapatkan nomorku?" tanya Alvin heran."Aku Suseno, mantan suami Diani."Alvin mengerutkan keningnya, "Ada keperluan apa meneleponku?""Bisakah Aku bertemu denganmu?""Maaf, Aku tidak ada waktu. Aku juga tidak bertemu dengan orang yang tidak ada janji denganku, Kamu bisa memberitahu Sekertarisku jika ingin bertemu denganku." jawab Alvin."Sialan... Aku bahkan kesusahan dan mengeluarkan banyak uang hanya untuk mendapatkan nomor teleponnya, bagaimana Aku tahu cara untuk menemui sekertarisnya," batin Suseno."Apa itu harus?" tanya Suseno."Tentu tidak harus, Sekertarisku juga sangat sibuk. Hanya orang penting yang mau Dia temui yang Dia rasa pantas untuk membuat janji denganku.""Tuan Alvin, Kamu tidak per .... "tuttuttutAlvin mematikan telepon sebelum Suseno menyelesaikan kata-katanya."Baj
Benih cinta terus muncul diantara Alvin dan Diani. Mereka terus mendekatkan diri sehingga mulai saling mencintai. Ayah dan ibu Alvin yang mendukung hubungan mereka akhirnya menyuruh Alvin untuk menikahi Diani. Namun, halangan dan masalah terus muncul sehingga hubungan Alvin dan Diani dilanda kerusakan. Suseno juga terus membuat ulah agar hubungan Alvin dan Diani tidak berjalan lancar. Dengan kelicikannya dia terus membuat hubungan Alvin dan Diani renggang. Alvin yang mencintai Diani tidak diam saja melihat kelicikan Suseno. Dia terus menyelesaikan masalah-masalah yang dibuat oleh Suseno. Namun, Diani masih berpikir untuk menikah dengan Alvin. "Alvin, ibu ingin kamu merekrut Diani menjadi sekretarismu." Ibu Alvin menyuruhnya agar hubungan Alvin dan Diani semakin dekat. Jika Diani menjadi sekretaris Alvin, Diani akan sering bertemu dengannya dan cinta akan tumbuh kembali. "Baik bu, Alvin akan membicarakannya dengan Diani." Alvin yang mengetahui ibunya ingin mendekatkan diriny
Pak Jaya bukan orang yang begitu saja membiarkan putranya mendapatkan pasangan seenaknya. Dia bahkan telah secara detail mengetahui latar belakang dan asal usul Diani."Tapi Pih, Mamih sangat menyukai Diani dan Bagas. Alvin harus membawanya kembali atau Papih jangan wariskan apapun kepadanya, untuk amal saja semua harta Papih.""Tampaknya harus seperti itu, Alvin benar-benar sangat cemen terhadap wanita," balas Pak Jaya.Bu Karina hanya melotot ke arah Pak Jaya."Kenapa Mamih melotot ke Papih?" tanya Pak Jaya."Alvin cemen karena mengikuti sifat Papih," balas Bu Karina mengingat kembali masa lalu.Pak Jaya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Benar, Papih dulu tidak berani mengatakan perasaan Papih kepada Mamih. Kalau bukan Mamih terlebih dahulu yang mengatakannya, Papih mungkin hanya bisa gigit jari, tidak pernah mengungkapkannya, Papih benar-benar Pemalu.""Untung Mamih memberanikan diri, kalau tidak Mamih akan menyesal seumur hidup jika tidak terlebih dahulu mengungkapkannya kepa
Di sisi lain, setelah merasa puas dengan foto-fotonya, Nanda kembali pergi dari dekat rumah yang sekarang menjadi milik Diani.Diani, Bagas, dan Alvin juga kembali ke rumah setelah puas melihat-lihat rumah baru Diani. Diani begitu kagum dan baru pernah merasakan sesenang itu mendapatkan sebuah hadiah yang sangat mewah dan mahal baginya.Saat malam harinya, Alvin mengetuk pintu kamar Diani. "Apa Kamu sudah tidur?"Diani membuka pintu kamarnya. "Mas Alvin ... ada apa Mas?""Izinkan Aku tidur di kamarmu," ucap Alvin tanpa malu.Diani berpikir sejenak, selama ini Mereka tidur satu kamar dan menjaga dirinya masing-masing."Baik Mas, tapi kamarku sedikit berantakan."Diani membolehkannya, menganggap itu malam terakhir Alvin dapat tertidur dengan pulas bersama dengan Bagas."Aku tidak akan tidur dan memandangi wajahmu sampai puas," batin Alvin.Malam itu, Alvin benar-benar tidak tidur. Dia memiringkan tubuhnya dengan tangan menahan kepala memandangi wajah Diani yang tertidur pulas. Jika saja
"Apa yang telah Mas Alvin sadari? Aku melihat kehidupan Mas Alvin sangat enak," tanya Diani masih penasaran.Mereka berdua duduk di tepi pantai memandangi lautan lepas."Aku harus memikirkan nasib puluhan ribu karyawan sama seperti Ayahku dulu, dan itu membuatku sedikit frustasi dan terus memikirkan pekerjaan," balas Alvin."Jika Aku begitu jenuh, Aku akan pergi ke sini, mengingat masa lalu sebelum menanggung beban berat pekerjaanku," lanjut Alvin."Ayu Kita bermain air dan lupakan sejenak tentang beban berat yang Mas Alvin tanggung! Kita sedang sedikit refresing di sini."Diani meminta Bagas dari Alvin, berlari kecil ke arah ombak air. Alvin hanya mengikutinya dari belakang."Kenapa Kamu ingin meninggalkan rumahku? Keberadaan Kalian juga telah membuatku melupakan beban berat yang Aku rasakan," gumam Alvin memandangi punggung Diani.Diani menyipratkan air ke Alvin membuat Dia tidak Terima dengan hal itu. Dia akan berganti melakukan hal itu kepada Diani, tetapi mengurungkan niatnya kar
Diani kembali mengendap-endap menuju ke dapur untuk memasak makanan malam bersama Bi Rahmi.Alvin membuka mata, bangun dari pura-pura tidur mengamati Diani yang mengendap-endap, "Dia benar-benar malu Aku melihatnya, apa perlu Aku melakukan hal yang sama agar impas?""Hadehhh ... apa yang ada di pikiranku, sejak bersama janda cantik sepertinya, Aku yang polos menjadi sedikit liar," lanjut Alvin bergumam.Diani seolah menghindar dari Alvin. begitupun dengan Alvin yang tidak mau Diani kehilangan muka jika berhadapan dengannya. Dia mulai sedikit mengerti tentang wanita.Keesokan harinya, Diani terpaksa menghadap Alvin untuk meminta izin ke Restoran."Aku akan mengantarmu," balas Alvin seperti sangat bersemangat setelah Diani meminta izin darinya."Mas Alvin harus berangkat kerja, Aku sendiri saja bersama Bagas.""Aku tidak akan masuk Kantor beberapa hari ini," jawab Alvin."Tapi Mas ... ""Tidak ada tapi-tapian." Alvin menarik tangan Diani menuju mobil dan sedikit memaksanya masuk ke mobi
"Asal Dianiku yang ini juga mendapatkan rumah, itu sudah cukup bagiku. Terimakasih atas bantuanmu, jika Restoranmu ingin melebarkan sayap lebih banyak ke luar Negeri, jangan sungkan untuk meminta bantuan apapun dariku." lanjut Alvin."Tidak, tidak. Aku tidak memerlukan apapun dari Tuan Alvin, tidak perlu sungkan dan berterimakasih, Restoran Kami senang melakukannya. Bahkan, Kami kemungkinan akan mengadakan acara serupa di kemudian hari karena ini ide yang bagus untuk lebih memperkenalkan nama Restoran Kami di kalangan masyarakat lebih luas lagi.""Apa yang harus Aku lakukan berikutnya? Apa Aku akan memberinya mobil? Apa Aku minta saja seseorang membuat kompetisi bayi yang lucu?" gumam Alvin setelah mematikan teleponnya.Sesampainya di rumah, Diani memberitahukan hal itu ke Alvin."Mas, Aku tadi mengikuti sebuah kompetisi memasak dan mendapatkan hadiah rumah, Aku juga akan segera mendapatkan pekerjaan. Aku akan segera keluar dari sini Mas," ucap Diani ke Alvin."Hadiah rumah dan pekerj
Alvin memikirkan ucapan Frans untuk membantu Diani secara diam-diam. Tapi Dia bingung harus melakukan apa agar Diani dan Bagas dapat hidup nyaman dan tercukupi setelah keluar dari rumahnya.Setelah beberapa saat Dia memikirkan hal itu, Dia sedikit tersenyum mendapatkan sebuah ide brilian baginya.Keesokan harinya tatkala Diani pergi ke pasar, Diani melihat sebuah kompetisi jalanan yang di adakan oleh sebuah Restoran besar berhadiah rumah untuk juara satu, dua, dan tiga. Siapapun bisa mengikuti acara kompetisi tersebut."Lihat itu! Sebuah Restoran besar mengadakan kompetisi, Aku akan ikut kompetisi itu, siapa tahu dapat hadiah rumah. Bagaimana denganmu?" ucap seorang wanita dengan temannya."Kamu saja yang ikut, suamiku bahkan selalu mengumpat dan mengejek rasa masakanku. Aku akan mendukungmu," balas temannya itu."Apa Aku ikut saja ya, suamiku selalu memuji masakanku. Tidak ada salahnya di coba," desah Pengunjung pasar yang lainnya."Aku ingin sekali ikut. Tapi, Suamiku akan mengomel
"Sialan ... apa temanmu istri dari Alvin? Dia Alvin Sanjaya Hadiningrat dari K&B grup? Aku baru mengingatnya. Kenapa Kamu bertindak bodoh seperti ini? Tamatlah riwayatku. Kamu benar-benar istri yang tidak berguna," bentak Gunawan setelah menyadari nama Alvin Sanjaya Hadiningrat.Diani yang terus memaksa ingin pulang terpaksa membuat Alvin tidak bisa berlama-lama di tempat itu.Alvin mulai menaiki panggung untuk menyapa orang-orang yang telah di undangnya."Terimakasih sudah mau hadir dalam acara ini. Tetapi, Aku tidak akan berlama-lama di sini. Aku telah mencatat siapa saja yang mau berkenan hadir dalam acara ini. Kedepannya, Jika Kalian memerlukan bantuan, Aku akan mempertimbangkan untuk membantu semampu yang Aku bisa. Mohon maaf karena Aku ada urusan yang mendesak," ucap Alvin di atas panggung."Kalian bisa melanjutkan acara ini tanpaku, orang-orang yang Aku undang merupakan orang-orang penting dan terpandang, Aku juga bermaksud memberi kesempatan bagi Kalian semua untuk saling meng
Diani tidak mau ikut karena Dia tidak merasa bersalah. Dia melirik ke arah teman-temannya yang begitu tega berbuat jahat kepadanya. Tetapi Mereka bersikap acuh tidak mempedulikan Diani yang mendapatkan tekanan dari Sang Supervisor"Ayu ikut atau Aku akan melaporkanmu karena tidak mau membayar!" Supervisor itu mencoba menarik tangan Diani agar mengikutinya."Aku yang akan membayarnya." Alvin dengan kostum Batman menghentikan tindakan Supervisor.Beberapa Pengawal ikut di belakang Alvin, Mereka kemudian menyebar ke beberapa penjuru Restoran untuk mengamankan jalannya acara yang di adakan oleh Alvin.Alvin melirik ke arah Diani dan mendekatinya. "Hentikan air mata tidak berguna itu!" perintah Alvin Mengusap wajah Diani dengan sapu tangannya, kemudian mengelus Bagas yang terlihat kelelahan dan tidak nyaman mengenakan kostum superhero."Mas, kenapa Mas Alvin berada di sini?"Diani entah kenapa membiarkan apa yang di lakukan Alvin. Dia merasa kedatangan Alvin bagaikan seorang pahlawan yang