Diani di ajak Bu Karina ke sebuah kafe di restoran yang terkenal mahal karena menu dan harganya. Hanya orang-orang kelas atas yang dapat memasukinya."Aku harus menghubungi temanku segera mungkin, Aku tidak mau hidup seperti ini, ini terlalu berlebihan," batin Diani."Kenapa? Apa Kamu tidak menyukai tempat ini?" tanya Bu Karina."Tempat ini sangat berlebihan buatku Bu, Aku suka makanan di pinggir-pinggir jalan.""Apanya yang berlebihan? Mau buat apa uang hasil kerja Papih dan Alvin kalau tidak untuk di gunakan, apa mau di tumpuk-tumpuk saja?"Diani menelan ludahnya, membatin "Memangnya siapa Aku? tidak ada hubungannya dengan Mas Alvin.""Aku akan berusaha mengganti semuanya suatu saat nanti," ucap Diani."Apa yang perlu Kamu ganti?" tanya Bu Karina heran."Uang yang telah Bu Karina dan Tuan Alvin gunakan untukku dan Bagas, Aku akan menggantinya.""Apa maksudmu? Tidak perlu ... apa Kamu masih tidak mengakui kalau Bagas adalah cucuku, hah?" tanya Bu Karina, "Haduh ... Aku benar-benar pus
Alvin dan Diani bermain berbagai macam permainan seperti komedi putar, bianglala, bumper car, dan lain sebagainya di tempat hiburan yang sangat luas itu.Karena ulah Bagas yang ingin ini dan itu, Alvin dan Diani tampak seperti sebuah keluarga yang bahagia."Bukan kekasih apanya? hampir saja Aku tertipu olehnya," gumam Bu Karina tidak jauh dari Diani dan Alvin.Bu Karina melihat Alvin dan Diani bermain-main seperti pasangan yang sedang berkencan. Dia memfoto kemesraan Alvin dan Diani untuk menunjukkannya kepada Pak Jaya."Apa Kamu mau menonton bioskop?" tanya Alvin.Sebelum ke tempat hiburan itu, Alvin sempat browsing bagaimana caranya berkencan. Salah satunya adalah menonton bioskop."Terserah Mas Alvin saja," balas Diani.Diani yang baru pertama kali ke tempat hiburan seperti itu, tampak sangat senang, Dia hanya menuruti ajakan Alvin meskipun beberapa hal merupakan keinginan Bagas. Dia sebenarnya tidak tahu akan perasaannya dengan Alvin. Kalau bukan karena status Mereka yang berbeda,
Keesokan harinya, Diani tidak kunjung bangun dari tidurnya, Dia menggigil, sakit."Apa Kamu sakit?" tanya Alvin, tetapi tidak mendapat jawaban apapun dari Diani yang terus menggigil."Halo, Frans ... Diani ... Diani menggigil," ucap Alvin seketika setelah Dia menelpon Frans."Bagaimana keadaannya?" tanya Frans."Aku melihat mukanya pucat dan Dia juga menggigil.""Apa Kamu hanya melihatnya?" gumam Frans."Apa Mereka tidur bersama? Bagaimana Alvin tahu Diani sakit padahal sekarang masih sangat pagi sekali?" pikir Frans."Jangan banyak omong, Kamu lebih baik cepat kesini!""Ya ... ya ... Aku akan ke situ.""Kenapa bisa begini? Apa Kamu kelelahan?" Alvin meletakkan telapak tangannya di kening Diani dan terasa panas.Diani mulai mencoba membuka mulutnya, " Tidak tahu Mas, badanku terasa lemas dan dingin.""Kamu lebih baik diam!"Alvin menggendong Diani menuju ke kasurnya. Meskipun sakit, Diani menelan ludah melihat leher jenjang Alvin.Alvin menyelimuti Diani, kemudian mengambil air hangat
Setelah beberapa hari Diani siuman, Alvin mendapat telepon dari Suseno, mantan suami Diani."Dengan Alvin Sanjaya Hadiningrat?" tanya Suseno di ujung telepon."Benar, Siapa Kamu? dari mana Kamu mendapatkan nomorku?" tanya Alvin heran."Aku Suseno, mantan suami Diani."Alvin mengerutkan keningnya, "Ada keperluan apa meneleponku?""Bisakah Aku bertemu denganmu?""Maaf, Aku tidak ada waktu. Aku juga tidak bertemu dengan orang yang tidak ada janji denganku, Kamu bisa memberitahu Sekertarisku jika ingin bertemu denganku." jawab Alvin."Sialan... Aku bahkan kesusahan dan mengeluarkan banyak uang hanya untuk mendapatkan nomor teleponnya, bagaimana Aku tahu cara untuk menemui sekertarisnya," batin Suseno."Apa itu harus?" tanya Suseno."Tentu tidak harus, Sekertarisku juga sangat sibuk. Hanya orang penting yang mau Dia temui yang Dia rasa pantas untuk membuat janji denganku.""Tuan Alvin, Kamu tidak per .... "tuttuttutAlvin mematikan telepon sebelum Suseno menyelesaikan kata-katanya."Baj
"Bi, apa Bibi melihat Diani dan Bagas?" tanya Alvin kepada Bi Rahmi setelah beberapa hari Dia menemui Suseno.Bi Rahmi sudah di bawa kembali ke rumah Alvin oleh Bu Karina untuk membantu Diani."Bibi tidak tahu, Tuan."Setelah bertemu dengan Suseno, Alvin menyuruh beberapa Pengawal dari kantornya menjaga sekitar rumahnya. Dia juga menyuruh beberapa Pengawal menjaga Diani secara diam-diam."Baiklah Bi," balas Alvin.Alvin kemudian menelepon Pengawal yang di suruh olehnya menjaga Diani dan Bagas. Dia merasa ada yang aneh karena Diani berada di sebuah Restoran kelas menengah Grand Galaxy. Yang membuat semakin aneh, menurut Pengawal yang mengikutinya, Diani dan Bagas mengenakan kostum superhero, Diani sempat menyewa kostum itu sebelumnya.Beberapa hari sebelumnya, Diani bertemu kembali dengan Sindi, Tanti, dan Hilda di sebuah supermarket saat Dia di ajak Bu Karina belanja kebutuhan dapur.Mereka bertiga mengingatkan kembali tentang acara reuni jika Diani menginginkan sebuah pekerjaan. Merek
"Tapi ini meja nomor 18, Aku hanya menyiapkan pesanan dari meja ini," balas Pelayan acuh dan menaruh makanan-makanan itu di meja tempat Diani."Tuan, Aku hanya menunggu teman-temanku di sini, bisakah Tuan membawa makanan-makanan ini kembali? Aku tidak merasa pernah memesannya, Aku juga tidak mampu untuk membayarnya.""Maaf tidak bisa, Aku hanya menjalankan prosedur, dimakan atau tidak, Kamu harus membayarnya sebelum keluar dari sini," balas Pelayan itu kemudian pergi meninggalkan Diani.Tidak berapa lama, Manager, Supervisor, dan beberapa Karyawan Restoran keluar dari ruangan Mereka ke lantai satu.Manager cabang Restoran Grand Galaxy terlihat panik. "Cepat-cepat! Hanya sepuluh menit tersisa sebelum orang-orang penting tiba di sini, Buatlah dekorasi di panggung seadanya, sebagus mungkin meskipun sederhana.""Siapkan juga keperluan acara! Aku tidak mau tahu, dalam sepuluh menit acara ini harus sudah siap," lanjut Sang Manager."Baik Pak" ucap beberapa orang mulai menata ruangan di lant
Diani tidak mau ikut karena Dia tidak merasa bersalah. Dia melirik ke arah teman-temannya yang begitu tega berbuat jahat kepadanya. Tetapi Mereka bersikap acuh tidak mempedulikan Diani yang mendapatkan tekanan dari Sang Supervisor"Ayu ikut atau Aku akan melaporkanmu karena tidak mau membayar!" Supervisor itu mencoba menarik tangan Diani agar mengikutinya."Aku yang akan membayarnya." Alvin dengan kostum Batman menghentikan tindakan Supervisor.Beberapa Pengawal ikut di belakang Alvin, Mereka kemudian menyebar ke beberapa penjuru Restoran untuk mengamankan jalannya acara yang di adakan oleh Alvin.Alvin melirik ke arah Diani dan mendekatinya. "Hentikan air mata tidak berguna itu!" perintah Alvin Mengusap wajah Diani dengan sapu tangannya, kemudian mengelus Bagas yang terlihat kelelahan dan tidak nyaman mengenakan kostum superhero."Mas, kenapa Mas Alvin berada di sini?"Diani entah kenapa membiarkan apa yang di lakukan Alvin. Dia merasa kedatangan Alvin bagaikan seorang pahlawan yang
"Sialan ... apa temanmu istri dari Alvin? Dia Alvin Sanjaya Hadiningrat dari K&B grup? Aku baru mengingatnya. Kenapa Kamu bertindak bodoh seperti ini? Tamatlah riwayatku. Kamu benar-benar istri yang tidak berguna," bentak Gunawan setelah menyadari nama Alvin Sanjaya Hadiningrat.Diani yang terus memaksa ingin pulang terpaksa membuat Alvin tidak bisa berlama-lama di tempat itu.Alvin mulai menaiki panggung untuk menyapa orang-orang yang telah di undangnya."Terimakasih sudah mau hadir dalam acara ini. Tetapi, Aku tidak akan berlama-lama di sini. Aku telah mencatat siapa saja yang mau berkenan hadir dalam acara ini. Kedepannya, Jika Kalian memerlukan bantuan, Aku akan mempertimbangkan untuk membantu semampu yang Aku bisa. Mohon maaf karena Aku ada urusan yang mendesak," ucap Alvin di atas panggung."Kalian bisa melanjutkan acara ini tanpaku, orang-orang yang Aku undang merupakan orang-orang penting dan terpandang, Aku juga bermaksud memberi kesempatan bagi Kalian semua untuk saling meng