Beranda / Fantasi / Bayang Hitam Sang Jenderal Tirani / Pelarian Tengah Kegelapan

Share

Pelarian Tengah Kegelapan

"Kau tidak boleh mati di sini! Tidak hari ini!"

Desisnya dalam hati, berusaha keras untuk bangkit. Tetapi tubuh dan kakinya lemas, sudah tak sanggup melawan.

Malam itu, di tengah udara dingin yang menggigit kulit, serta bau asap dari kamp yang terbakar, seorang gadis berlari sekuat tenaga. Ia telah terpisah dari teman-temannya, rasa panik dan ketakutan mulai menguasai dirinya. Sesosok makhluk aneh itu terus mengejarnya.

"Tolong, kembalilah. Aku butuh kalian. Aku tidak bisa melawan semua ini sendirian!" Katanya sambil mengusap air matanya yang terjatuh ke tanah.

Jantungnya berdegup kencang, memompa adrenalin yang membuat otot-ototnya terasa terbakar. Napasnya tersengal-sengal, dan keringat dingin membasahi tubuhnya.

BRUKKK..

Dia tersandung akar pohon yang mencuat dari tanah, tubuhnya terlempar ke depan dan jatuh ke tanah keras. Lututnya berdarah-darah, rasa sakit menjalar di sekujur tubuhnya.

Dia memekik, tapi segera terdiam saat mendengar langkah berat makhluk itu semakin dekat. Dengan panik, gadis itu berusaha bangkit, namun tubuhnya tidak mau diajak bekerja sama.

“Tidak… bangun, Scarlett… bangun!” Ia memerintahkan dirinya sendiri, tapi tubuhnya seakan membeku.

Dalam ketakutan yang luar biasa, ia berbalik dan melihat makhluk itu keluar dari bayangan. Tubuhnya besar, hitam pekat, dengan kulit kasar seperti batu.

Mata merahnya menatap langsung ke arahnya, penuh kebencian dan haus darah. Suara erangan rendahnya seperti teriakan dari neraka, seolah menghantui setiap langkah. Taring-taring panjangnya berkilauan di bawah sinar bulan, siap mencabik tubuhnya.

Gadis itu menjerit, seperti ia akan benar-benar mati hari ini. Ia merasakan seluruh tubuhnya menggigil hebat. Kemudian ia memejamkan mata, berharap ada keajaiban yang bisa menghentikan makhluk itu.

Tapi tiba-tiba, ada ledakan aneh di sekitarnya, seperti percikan api yang menyebar di seluruh tubuhnya.

Itu api yang berwarna bitu. Panas. Panas yang membakar.

Matanya terbelalak, napasnya tercekat.

Dari telapak tangannya, keluar aliran energi yang kuat, seolah-olah ada kekuatan asing yang meletup-letup di dalam dirinya. Cahaya biru mulai bersinar di sekeliling tangannya, semakin terang, semakin panas.

"Apa... apa yang terjadi padaku?" gumamnya, suara seraknya nyaris tak terdengar.

Makhluk itu melompat ke arahnya, taringnya terbuka lebar, siap menghancurkan dirinya. Tapi sebelum ia sempat berpikir lebih jauh, ledakan cahaya plasma meledak dari tangannya, menyapu makhluk itu dalam sekejap.

ZAPPP!

Sebuah ledakan menghantam tubuh makhluk tersebut dengan kekuatan yang luar biasa, memecahkannya menjadi abu dalam hitungan detik.

Gadis itu terdiam, gemetar. Matanya menatap tangannya yang masih berkilauan dengan cahaya biru, panas namun tidak menyakitkan.

Napasnya terengah, tubuhnya terasa seperti habis terbakar dari dalam. Dia tidak mengerti apa yang baru saja terjadi. Tubuhnya gemetar, bukan karena ketakutan, tapi karena sesuatu yang baru saja terbangun di dalam dirinya.

Kekuatan itu… datang dari dirinya. Dia baru saja membunuh makhluk itu. Bagaimana? Ia tampak kebingungan.

Keheningan masih mencekam, ia terduduk di tanah, jari-jarinya masih terasa panas dan berdenyut.

Namun, keheningan itu tidak bertahan lama. Dari kejauhan terdengar suara.

"Kau!" teriak salah satu suara, "Kau yang memiliki kekuatan itu!"

Pembunuh dengan seragam hitam, senjata terangkat, mendekat ke arahnya. Tubuhnya belum sepenuhnya memahami kekuatan yang baru muncul itu, namun kini dia harus bertarung atau mati.

Gadis itu menggertakkan giginya, mencoba memanggil kembali energi yang tadi menghancurkan makhluk tadi, tapi tidak ada yang terjadi. Tubuhnya terasa kosong, seperti seluruh tenaga telah terkuras habis.

Dari balik bayangan, seorang pria misterius pun muncul, membawa senjata berkilat di tangannya. Matanya memancarkan niat jahat.

Orang itu semakin mendekat.

"Jadi... inilah kau," katanya, suaranya rendah dan dingin. "Gadis dengan kekuatan super. Kau harus pergi denganku."

"Siapa kau?! Apa yang kau inginkan dariku?!" Teriaknya, sambil perlahan mundur.

Pembunuh itu tidak menjawab, hanya mengarahkan senjatanya tepat ke arahnya.

"Tidak ada gunanya melawan. Kau adalah milik ku sekarang."

Gadis itu menahan napas, mencoba mencari jalan keluar, tetapi segala kemungkinan tampak menghilang di depan matanya. Ia mencoba memanggil kekuatan yang baru saja menyelamatkannya, tapi tangannya kini kosong, tidak ada lagi energi yang bisa dikeluarkannya.

Tepat saat pria itu siap menarik pelatuk senjatanya, sebuah suara menggelegar datang dari kegelapan.

BRUAKK!

Bayangan besar melesat dari sisi hutan, menerjang pria bersenjata itu dengan kekuatan brutal. Pria itu terhempas ke tanah, senjatanya terlempar jauh. Dia hanya bisa menatap dengan ngeri dan takjub, tak tahu apa yang sedang terjadi. Di hadapannya berdiri sosok hitam, tinggi, dan wajahnya tersembunyi dalam bayangan malam.

Sosok itu menoleh ke arahnya. Mata tajamnya bersinar di kegelapan, menatap langsung ke dalam jiwanya. Gadis yang ketakutan, tapi di saat yang sama, ada sesuatu yang menenangkan dari tatapan sosok misterius ini.

Pria itu berjalan mendekati.

"Jangan bicara. Ikut denganku jika kau ingin tetap hidup," suaranya berat dan penuh otoritas.

Merasa tak punya pilihan lain, ia berdiri dengan gemetar, dan saat ia akan melangkah, pria bersenjata yang tergeletak tadi mulai bergerak, mencoba bangkit.

Pria misterius itu berbalik, dan dengan satu gerakan cepat, dia mengayunkan tinjunya, membuat pria itu pingsan kembali.

Ia menatap tajam dan dengan tegas menjawab, “Aku tidak akan pergi ke mana pun, tanpa tahu siapa kau dan apa yang kau inginkan dariku.”

Gadis itu menggertakkan giginya.

“Aku baru saja membunuh makhluk yang seharusnya menghancurkanku, dan aku bahkan tidak tahu bagaimana aku melakukannya. Jadi, jangan coba-coba berpikir bahwa aku lemah atau bisa diperintah begitu saja.”

Ia tak menyangka, gadis yang didepannya tidak takut sama sekali padanya.

“Jika kau mau aku ikut, beri tahu aku dulu siapa kau, atau-”

Namun sebelum sempat melanjutkan pertanyaannya, mereka terhenti di tengah hutan yang sunyi. Pria hitam itu mendekatkan wajahnya, masih tersembunyi di bawah bayangan malam, suaranya serak dan rendah.

"Ini baru permulaan, Scarlett."

Tenggorokan Scarlett tercekat saat pria itu mendekatkan wajahnya. Menyentuh ujung dagunya. Menatap sangat dalam kedua bola mata yang sedang ketakutan.

"Akan ada lebih banyak lagi yang mengejarmu..."

DEGH!

Kalimat itu meluncur dari bibirnya seperti sebuah mantra, membuat jantungnya berdegup kencang. Bagaimana.. bagaimana dia tahu namanya?

Seketika, sosok itu menghilang di balik kabut malam, meninggalkan Scarlett yang berdiri sendirian di tengah hutan. Angin dingin menyapu kulitnya, membawa bisikan aneh di antara pohon-pohon yang bergoyang.

Scarlett berdiri kaku, memegang erat-erat tangan yang tadi memancarkan kekuatan. Kekuatan apa yang baru saja ia lihat? Mengapa semua orang menginginkannya?

Namun, pandangannya perlahan menjadi gelap. Dia tidak bisa melihat apa pun, hanya merasakan angin dingin yang menghembus di wajahnya. Tubuhnya terasa lemah, seolah semua kekuatan yang baru saja bangkit menghilang. Dia terjatuh ke tanah, merasakan semangatnya surut dalam kegelapan.

Ia tahu, mulai hari ini. Hidupnya tak akan pernah sama lagi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status