Beranda / Fantasi / Bayang Hitam Sang Jenderal Tirani / Scarlett: Api yang Tak Terpadamkan

Share

Scarlett: Api yang Tak Terpadamkan

Penulis: Bibiefenimmm
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-11 20:04:46

Pagi yang tenang menyelimuti, namun di ruangan briefing, suasana terasa berat. Zane duduk di kursi besar, menatap layar holografik kosong di tangannya.

Pintu terbuka, Reed masuk membawa nampan berisi sarapan. Di atasnya, terdapat roti panggang, telur dadar, dan secangkir kopi hitam.

Reed meletakkan nampan di meja di depan Zane, lalu berkata dengan hormat, “Tuan, saya membawakan sarapan Anda.”

Zane mengangkat pandangannya, hanya sebentar, lalu menggeleng perlahan.

"Aku sedang tidak berselera," jawabnya singkat dan datar.

Reed tersenyum simpul dan mengangguk. Sudah terbiasa dengan suasana hati Zane. Ia pun melangkah mundur.

“Beritahu aku kabar terbaru.”

"Baik, Tuan.“ Reed kembali mendekati Zane.

"Kami sudah mengamankan gadis itu, Tuan.”

Reed memulai laporannya, suaranya tegas namun ada sedikit kekhawatiran. “Yah, meski prosesnya tidak mulus..." Reed memiringkan kepalanya. "Tapi akhirnya kita berhasil.”

Reed, yang masih berdiri di sampingnya tiba-tiba terkekeh tidak dapat menahan tawa
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Bayang Hitam Sang Jenderal Tirani   Kesepakatan yang Tak Terduga

    Zane berjalan tegap di depan, diapit oleh Reed dan beberapa prajurit yang mengikutinya di belakang. Langkahnya mantap dan penuh otoritas, sementara Reed mencoba bicara di sampingnya, namun Zane tidak memberikan reaksi. Fokusnya hanya tertuju pada satu hal: Scarlett. Setelah beberapa langkah, Zane tiba-tiba berhenti. Prajurit-prajurit di belakangnya langsung menghentikan langkah mereka serentak. Zane berbalik perlahan, tatapannya jatuh pada seorang prajurit yang bertugas sebagai pramusaji. “Prajurit,” panggil Zane dingin, matanya menyipit. "Apa yang terjadi dengan gadis itu?" Pramusaji tampak gugup, bibirnya bergerak canggung sebelum akhirnya berbicara dengan nada tergagap, “Gadis itu, Jenderal... dia hanya merobek-robek seprai dan melemparkan barang.” Zane tetap diam, menatapnya tanpa ekspresi. Pramusaji itu terlihat semakin panik, lalu melanjutkan dengan suara rendah. “Dan, setiap kali saya mengambil piringnya, Pak... dia tidak pernah menyentuhnya. Makanannya selalu utuh. Dia

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-12
  • Bayang Hitam Sang Jenderal Tirani   Permainan Tanpa Akhir Sang Jenderal

    Zane melangkah santai di ruangan empat dinding itu, tatapannya tajam mengamati setiap sudut. "Kau tahu, Scarlett," katanya pelan, hampir seperti bisikan, "Kau ini seperti proyek kesayanganku. Tak ada yang lebih menarik dari memecahkan misteri yang kau sembunyikan." Scarlett menggeram, tidak tahan dengan sikap Zane yang puas diri. Betapa ia menikmati posisinya saat ini. Matanya berkilat, seolah setiap kata yang ia ucapkan adalah cermin dari kekuasaan yang ia genggam. Scarlett hanya bisa menahan amarah yang semakin mendidih dalam dirinya. "Apa maksudmu? Kau tak berhak menyentuh apapun yang menjadi milikku." Zane mendekati Scarlett, senyumnya semakin melebar, tapi ada kesan kejam yang tak bisa disembunyikan. "Ah, kotak kecilmu yang rahasia... Sudah kuperiksa kemarin." Suaranya penuh dengan kesombongan yang sengaja ia tampilkan. Scarlett mengepalkan tangan, hatinya berdegup keras. "Kotak itu... Apa yang kau lakukan dengannya?" suaranya terdengar sedikit bergetar, campur

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-13
  • Bayang Hitam Sang Jenderal Tirani   Mencium Bau Pengkhianatan

    Zane melangkah menembus lapisan prajurit yang sedang bekerja. Dia mengangkat tangan pada tentara yang bergegas maju saat dia membuka pintu. Hari ini waktunya pelaporan. Zane lalu duduk di kursi besar di ujung meja. Reed berhenti disampingnya. Zane melihat jari-jarinya mendorong tabung berisi cairan berwarna cerah. Zane menggelengkan kepala, "Menurutku," katanya, dengan lebih lembut. "Kau tak perlu menyajikan hal-hal yang tidak perlu." "Tentu saja, Tuan." Reed balas lebih seperti berbisik. Namun, Reed tak bisa menahan diri. Dia melihat betapa tidak terjaganya atasannya itu, bagaimana lingkaran hitam di bawah matanya semakin jelas. “Tapi, Jenderal, ini bisa membantu—” “Tinggalkan suplemennya,” Zane memotong, suaranya lebih tegas. Reed menghela napas panjang. “Tetapi hanya jika Anda berubah pikiran…” suaranya pelan dan penuh harap. Zane pun mengangguk. "Panggil mereka." "Baik, Tuan." Tugasnya adalah memimpin. Namun, sejak Scarlett datang, Zane tidak bisa fokus dan jarang ti

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-13
  • Bayang Hitam Sang Jenderal Tirani   Kedatangan Menteri Aldrich dan Putrinya Sersan Elara

    Reed sudah berdiri menunggu, diam seperti biasanya. Dia tidak mengatakan sepatah kata pun, hanya mengikuti Zane dengan langkah yang cepat namun teratur. Dua langkah untuk setiap langkah panjang Jenderal. Reed dapat merasakan amarah yang membara di dalam Zane—tanda pasti dari kerutan yang dalam di keningnya, serta keheningan yang lebih berat dari biasanya.Zane menatap lurus ke depan, pikirannya berputar tajam. Ia lalu melangkah masuk ke dalam ruangan dengan percaya diri. Ketika pintu tertutup di belakangnya, suasana di dalam ruangan itu langsung berubah. Dewan Menteri Aldrich.. pria berumur dengan rambut perak dan penampilan berwibawa, tersenyum lebar, sedangkan Sersan Elara, wanita muda yang berdiri di sampingnya, mengamati Zane dengan perhatian.Zane menghormati mereka dengan anggun. "Menteri Aldrich," ucapnya. Tegas dan penuh rasa hormat. Aldrich mengangguk pelan, matanya menyelidik, memandang Zane dengan sorot yang penuh perhitungan. "Jenderal Zane, senang akhirnya bisa berb

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-15
  • Bayang Hitam Sang Jenderal Tirani   Kekhawatiran Jenderal Zane

    BRAKKKK Zane membanting gagang interkom dengan kesal, suara kerasnya menggema di ruangan yang tenang. Dengan gerakan cepat, ia memutar kursinya dan menghadap Reed, yang berdiri kaku di depan meja. Kedua tangannya disatukan di depan tubuh, kepalanya sedikit menunduk, menghindari tatapan langsung Zane.Aldrich dan Marcus tahu sesuatu tentang Scarlett, dan sekarang dia mengirim Elara ke markasnya. Ini bukan sekadar perjodohan politik. Ada agenda tersembunyi yang lebih besar di balik semua ini, dan Zane bertekad untuk mengungkap kebenarannya... dengan caranya sendiri.Reed mencuri pandang sekilas ke Zane, melihat atasannya menyisir rambutnya dengan jari, pertanda jelas bahwa suasana hatinya sedang buruk. Reed mencoba membuka mulut untuk memulai percakapan, tapi Zane memotongnya dengan tajam.“Lupakan basa-basi. Ceritakan tentang Aldrich,” perintah Zane, suaranya dingin dan tegas, tatapannya menusuk Reed.Reed menelan ludah, berusaha menjaga ketenangannya. "Aldrich mulai bergerak lagi,

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-16
  • Bayang Hitam Sang Jenderal Tirani   Sentuhan Dan Serangan Maut di Pagi Hari

    "HOOOOAAAAMMM..."Kai menguap lebar, membuka pintu kamarnya dengan rambut berantakan, mengenakan celana training lusuh dan kaos oblong. Matanya setengah terpejam."Eh, hai, Zane..!!" katanya, membersihkan suara serak dari tenggorokannya. "Apa yang terjadi? Maaf... Ayo.. silakan masuk."Zane menatap Kai seperti baru saja melihat makhluk astral. Zane, yang selalu tampil rapi dan energik seperti layaknya seorang jenderal, tak bisa menyembunyikan kekagetannya melihat Kai yang baru bangun tidur di pukul tujuh pagi."Apakah kamu baru bangun?" tanya Zane sambil melirik penampilan Kai yang serampangan. "Semua orang di sayap ini bangun jam tujuh pagi. Kamu tak perlu terlihat begitu kecewa, Jenderal."Zane melirik ke dalam kamar Kai, sekilas melihat kekacauan di dalam—pakaian berserakan di kursi, cangkir kopi yang tak selesai di meja, dan kasur yang tak tersentuh rapi."Kai," Zane memulai dengan nada tenang namun tajam, "Jika aku menganggap standar biasa-biasa saja orang lain sebagai ukuran

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-17
  • Bayang Hitam Sang Jenderal Tirani   Bara di Balik Percakapan Hangat Zane dan Scarlett

    Keheningan menggantung di antara mereka, tegang dan penuh dengan sesuatu yang tidak terucap. Scarlett hanya bisa menatapnya, tidak tahu harus merespons bagaimana, sementara Zane akhirnya melepaskan diri dari posisi dominannya, membiarkan Scarlett bernapas lega meski hatinya masih berdebar kencang.Zane perlahan menurunkan tubuh Scarlett dari cengkeramannya. Suara napas mereka masih terasa berat, seolah udara di ruangan itu menekan mereka. Zane berdeham, mencoba menguasai dirinya kembali.Zane melangkah mundur, lalu menoleh sejenak ke arah meja. Tangannya gemetar halus, namun ia berhasil menyembunyikannya. “Aku tahu kau membenciku... dan jujur saja, aku menganggapmu ancaman sampai saat ini. Kita belum selesai.”“Kau harus menganggapku ancaman,” Scarlett menyela, nadanya penuh sarkasme. “Karena memang itulah aku. Kau mungkin berhasil menahan tubuhku, tapi bukan pikiranku. Aku akan membalaskan dendamku.”“Oh, benarkah?” Zane menaikkan alis, tertarik. “Dendam apakah itu Sayang?”Scar

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-18
  • Bayang Hitam Sang Jenderal Tirani   Batas yang Dilanggar

    Cahaya dari lampu gantung yang berkilauan membentuk bayangan samar di sudut-sudut ruangan. Scarlett masih duduk di ranjang, bersandar pada sisi tempat tidur dengan tatapan kosong yang tak pernah benar-benar menatapnya. Tubuh Zane menegang. Ia mendekati Scarlett perlahan. Hembusan napasnya berat, udara di sekitarnya seakan lebih tebal, setiap gerakan terasa sulit. Matanya melirik tubuh Scarlett, rambutnya yang kusut jatuh di wajahnya, bibirnya yang terlihat pucat. Ada aroma samar dari tubuhnya, campuran rasa getir dan wangi yang membuat Zane sedikit menahan napas. Dengan satu gerakan, Zane mencondongkan tubuhnya ke arah Scarlett. Ia mengendus tubuh gadis itu tanpa disadari, napasnya makin berat. Scarlett tersentak, matanya melotot dan tubuhnya menegang. "Kau bau," katanya. Scarlett sibuk memikirkan cara untuk kabur sejak kemarin, tidak ada waktu memikirkan mandi. Scarlett segera mundur, punggungnya menyentuh kaki tempat tidur saat Zane terus mendekat, senyum tipis terukir di b

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-19

Bab terbaru

  • Bayang Hitam Sang Jenderal Tirani   Rencana Selanjutnya : Kabur

    Kai terseret, terpincang-pincang, dengan desahan kesakitan setiap kali Zane menariknya terlalu keras. “Kawan, aku tahu aku brengsek, tapi kau tidak harus membuktikan itu pada setiap langkahku!” Zane mengabaikannya, membanting Kai ke kursi dan membuka kotak pertolongan pertama yang ia bawa. Kotak itu terlihat usang tapi lengkap, isinya rapi—tanda bahwa Zane selalu siap. “Dari mana kau dapat semua itu?” Kai meringis saat Zane mulai memotong kain yang melilit luka di lengannya. Zane tidak langsung menjawab, tangannya tetap mantap saat ia menarik peluru kecil yang bersarang di bahu Kai. Kai menjerit seperti anak kecil, tubuhnya menegang. “Berhenti berteriak. Kau membuat pekerjaanku lebih sulit,” Zane mengomel, tanpa melihat wajah Kai. “Berhenti berteriak?! Ada peluru keluar dari tubuhku, bro! Kau sadar itu sakit, kan?” Zane berhenti sejenak, menatap Kai dengan tajam sebelum melanjutkan pekerjaannya. “Aku belajar menjahit luka sendiri sejak umur sepuluh tahun,” katanya datar.

  • Bayang Hitam Sang Jenderal Tirani   Menjadi Pengkhianat Incaran The Dominion

    Zane bersembunyi di ruang penyimpanan senjata di salah satu bagian paling terpencil dari markas The Dominion. Meski jarang menginjakkan kaki di tempat ini, ia memiliki kemampuan luar biasa untuk mengingat setiap lorong dan sudut yang pernah dilaluinya. Di ruangan sempit yang remang-remang itu, bau logam dan pelumas memenuhi udara. Zane menatap tubuh Aldrich yang tergeletak di lantai dingin dengan lubang peluru tepat di jantungnya. Seharusnya pria itu sudah mati—tidak ada yang bisa bertahan setelah tembakan seperti itu. Namun, tugasnya belum selesai. Putri Aldrich, Elara, masih menjadi target berikutnya. Reed berdiri kaku di pintu, tatapannya terfokus pada tubuh Aldrich yang tergeletak di lantai. Ia menarik napas panjang sebelum berbicara, suaranya rendah dan hati-hati. “Tuan,” panggilnya, dengan penuh penghormatan. Reed terlihat gelisah. “Izinkan saya bertanya… apa yang akan selanjutnya Tuan lakukan?” Zane, yang sedang mengisi ulang peluru di pistolnya, melirik sekilas tanpa me

  • Bayang Hitam Sang Jenderal Tirani   Ciuman Panas dan Pernikahan Eksekusi

    .... Zane berdiri di depan cermin, menatap pantulan dirinya dengan sorot mata penuh kebencian. Setengah berpakaian, tubuhnya masih dibalut celana seragam militer hitam dan kemeja putih yang belum terkancing. Ia merapikan kerahnya, pikirannya jauh melayang pada hari esok yang akan mengubah segalanya. Pernikahan yang dirancang oleh Marcus, ayahnya, adalah perangkap—tali pengikat yang akan membunuh sisa-sisa kebebasannya. Ketukan pelan di pintu menghentikan gerakannya. Sebelum sempat menjawab, pintu terbuka, dan Scarlett melangkah masuk. Mata Zane menyipit, napasnya tercekat. "Scarlett?" gadis yang seharusnya tidak berada di sini, berdiri di ambang pintu. “Apa yang kau lakukan di sini?” Scarlett menatapnya dengan ekspresi sulit diartikan, matanya seperti kobaran api. Rambutnya yang panjang tergerai, berkilau di bawah cahaya redup ruangan. "Aku merindukanmu." katanya. Nadanya manja tetapi mengandung luka. Scarlett lalu menutup pintu di belakangnya. Dia berjalan ke arah Zan

  • Bayang Hitam Sang Jenderal Tirani   Zane dan Ruangan Simulasi

    Zane menyeringai, bibirnya melengkung ke atas dengan kepercayaan diri yang mematikan. "Sebenarnya," katanya lembut namun penuh kemenangan. "Kami sudah tahu." Liam terdiam, ekspresinya berubah waspada saat Zane membalikkan badan dengan santai. Dengan gerakan yang mulus, Zane mengenakan kembali jasnya, merapikan lipatannya dengan ketelitian seorang pria yang tak terburu-buru. Langkahnya tegas saat ia mulai berjalan menjauh. "Pastikan orang-orang di sayap medis merawat Kai," katanya ke arah salah satu bawahannya tanpa melihat ke belakang. Liam mengerutkan kening, matanya menyipit penuh kecurigaan. Ia mengepalkan tangan, seolah menahan dorongan untuk menyerang, sebelum akhirnya berteriak, "Aku tahu! Aku tahu kau punya kekuatan supranatural juga. Kau bisa melihat emosi setiap orang, kan? Itu sebabnya kau selalu tahu apa yang kupikirkan!" Zane berhenti di tengah langkahnya. Ia tidak langsung menoleh, hanya berdiri diam beberapa detik, menciptakan ketegangan yang menggantung di

  • Bayang Hitam Sang Jenderal Tirani   Tanda Emas

    Liam bersandar pada dinding baja dingin di ruang interogasi pangkalan militer Sektor 7, tato emas di lengannya berpendar samar di bawah cahaya redup. Dengungan halus dari inti energi ruangan itu terdengar seolah merespons kekuatan yang memancar dari tubuhnya. Senyumnya tajam, penuh kesombongan yang membuat Zane mengepalkan tinjunya dengan keras. "Kau tahu," Liam memulai, suaranya licin dan beracun, "ada sesuatu yang istimewa setiap kali membunuh Nyxian. Bukan hanya sensasi pertarungan atau kemenangan, tapi apa yang terjadi setelahnya." Ia merentangkan lengannya, memperlihatkan tato emas rumit yang melingkar di lengannya seperti urat logam cair. "Setiap kali aku membunuh salah satu dari makhluk itu, tanda-tanda ini menyala... dan bertambah." Mata Zane melirik tato-tato itu, yang berpendar samar seperti hidup. Rahangnya mengeras. "Lalu apa? Kau pikir itu membuatmu tak terkalahkan?" Liam terkekeh, tawa dingin penuh ejekan. "Bukan begitu, Jenderal. Itu membuatku lebih kuat. Setiap

  • Bayang Hitam Sang Jenderal Tirani   Hunter of Shadows

    "TAPI AKU TIDAK AKAN MUNDUR..""Tidak sekarang..."Kemudian suara dentuman keras mengguncang tanah dan membuat makhluk-makhluk kabut itu terhuyung... Ketika tank utama, yang dikendarai oleh Zane, Tank 007, dengan bendera hitam berlambang tengkorak dan pedang bersilang yang berkibar di sampingnya. Tank itu menembakkan pelurunya ke arah kumpulan Nyxian yang mendekat.BAMM..!BAMM..!BAMMMM..!Ledakan demi ledakan menghancurkan keheningan, meriam tank berputar perlahan, presisi dan penuh perhitungan. Di dalam kabin, mekanisme meriam terdengar menggeram.Raut wajah Zane menggelap, mata abu-abunya berubah menjadi dingin mematikan. Ia berubah menjadi pemburu. Pemburu mangsa dengan cuaca buruk yang tak terbendung.Setiap gerakan di layar ia pantau dengan ketelitian luar biasa, hingga urat nadinya menonjol, berdenyut seiring dorongan adrenalin yang meningkat. Jemarinya siap menekan tombol tembak, menghitung waktu yang tepat seiring alunan musik tempur yang hanya ia dengar di kepalanya. Ada

  • Bayang Hitam Sang Jenderal Tirani   Nyxian: Bayangan yang Menghancurkan

    “Kita harus hati-hati,” Kai berkata. Ketegangan di wajahnya sulit disembunyikan.“Sial... Sepertinya makhluk-makhluk ini lebih buruk dari yang kita bayangkan.”Tank-tank milik Phantom Vanguard mulai merayap maju. Zane duduk di dalam tank, matanya tajam memandang layar komando. Tembok pembatas Sektor 7 kini diselimuti kabut pekat, menambah ketidakpastian yang menghantui pasukan Zane. Sebelumnya Dr. Harris telah menjelaskan makhluk ini bernama Nyxian, makhluk tak terdefinisi yang menyedot energi, namun saat ini penjelasan itu masih terasa samar dan sulit dicerna Zane. Semuanya terlalu cepat. Sekarang mereka tak tahu apa yang akan mereka hadapi—semuanya hanya pasrah, tidak ada petunjuk. Pasukannya, yang awalnya penuh semangat, kini tampak ragu. Karena prajurit bagian depan, yang sebelumnya berdiri tegap, kini berjatuhan ke tanah, tubuh mereka bergetar hebat. Di sekeliling, kabut hitam itu bergerak seperti ular, saling melilit dengan kecepatan yang menakutkan. Zane melihat mata salah

  • Bayang Hitam Sang Jenderal Tirani   Sektor 7: Di Bawah Ancaman

    Zane berdiri di depan kamar Scarlett, mengamati pintu dengan ekspresi yang sulit diartikan. Dia telah memerintahkan semua anak buahnya untuk meninggalkan ruangan itu persis seperti sebelumnya—tak ada satu orang pun yang diizinkan memasukinya kecuali dirinya. Hanya dia yang berhak melihat keadaan kamar itu pertama kali.Dan ini, tugas yang diberikan ayahnya sebelum ia pergi lagi dari pangkalan. Yang bagi Zane ini cukup melegakan.“Itu saja, Reed. Aku akan memberitahumu jika aku butuh bantuan,” ucap Zane, suaranya tegas.Reed, yang luka bakarnya baru saja diobati oleh Dr. Harris menggunakan ekstrak gelang lunastone milik Scarlett, tampak menunduk, tatapannya menyiratkan penyesalan. Sejak Scarlett diculik oleh Kolonel Voss, Reed merasa bersalah, meski tugas pengawasan sebenarnya ada di tangan Kai. Reed bahkan menyalahkan dirinya sendiri ketika Zane tak hadir dalam pertemuan dua hari lalu, dan ia merasa dirinya gagal melindungi Scarlett.Jika Kai bukan orang kepercayaan, Zane mungkin suda

  • Bayang Hitam Sang Jenderal Tirani   Tempat Baru Scarlett: Penjara Neraka

    Wanita yang dipanggil Bu itu bernama Tess. Ia menghapus ludah Scarlett dari wajahnya dengan ekspresi jijik, lalu mendekat lebih lagi ke kaca sel. Wajahnya, yang biasanya tenang, kini tampak puas melihat kondisi Scarlett yang lemah dan tak berdaya.“Kau masih punya nyali juga, ya, adik perempuan Kieran,” ujarnya, senyumnya meremehkan. “Mungkin seharusnya aku berterima kasih atas hiburannya.”"Apa katamu tadi?" desis Scarlett, Scarlett menatap Tess dengan mata berkilat marah, tapi tubuhnya tak sekuat tekadnya. Sementara itu, Kolonel Voss, yang Scarlett tahu merupakan salah satu anak tertua di kelompok itu—mendekati mereka. Sekarang ia tidak dengan seragam militernya. Dia sangat berbeda. Posturnya tinggi dan kurus dengan rambut hitam yang diikat longgar ke belakang. Ia berdiri di samping Tess, melipat tangan dengan santai.“Aku tak bisa menyalahkan Tess kalau dia ingin menikmati pemandangan ini,” katanya dengan seringai lebar. “Betapa cantiknya dirimu dalam keadaan seperti ini, Scarlett

DMCA.com Protection Status