Hari berikutnya di kediaman Alden, ia baru saja mandi saat Daniel orang kepercayaan dan sahabatnya mengatakan bahwa ada seseorang yang sedang membutuhkan pekerjaan lalu dia menawarkan tubuhnya pada Alden, asalkan Alden mau menuruti beberapa syarat darinya.
"Syarat? Belum ketemu saja sudah meminta syarat, lagian kan dia yang menawarkannya ,,bukan aku yang meminta,,, siapa dia?" tanyanya pada Daniel."
"Dia bernama Rania ini fotonya, dan ini beberapa syarat yang dia minta." Jawab Daniel lalu menyerahkan beberapa berkas dan foto padanya.
Alden mengamatinya cukup lama dan tak lama dia pun menyuruh Daniel untuk membawa Rania ke rumahnya Alden.
"Nanti malam jemput dia dan suruh dia ke kamar tamu" titah Alden pada Daniel.
Lihat nanti apa yang akan dia berikan sampai-sampai meminta syarat begini padaku, ucap Alden dalam hati.
*****
Daniel memberi menelepon Martin, untuk memberitahu kalau Alden meminta Rania untuk kerumahnya.
"Halo, tin Boss gue mau Rania kerumahnya nanti malam!" ucap Daniel setelah teleponnya tersambung dengan Martin.
"Oke gue telpon Rania sekarang, biar nanti dia siap-siap."
"Iya Lo kirim alamatnya dia aja nanti biar gue jemput."
"Oke...."
Lalu Daniel mematikan teleponnya tanpa menunggu Martin menyelesaikan bicaranya.
"Dasar kebiasaan belum selesai ngomongnya main matiin aja..." Martin menggerutu sendiri karena Daniel mematikan teleponnya tanpa menunggunya selesai berbicara. Kemudian dia mencari kontak Rania untuk memberitahu kalau nanti malam dia di jemput oleh Daniel untuk kerumah Bossnya.
Malamnya, sesuai dengan janjinya, Rania dijemput langsung oleh Daniel dan diantarkan ke kamar tamu sesuai perintah Alden. Awalnya Rania tidak percaya saat Martin memberi tahukan Alden menyetujui syarat yang diberikan Rania.
"Kau tunggu disini sebentar lagi tuan Alden akan datang." ucapnya pada Rania.
Rania hanya mengangguk saja, karena dia sedang gugup memikirkan nasibnya.
Kamarnya cukup luas untuk sekedar kamar tamu. Interiornya juga sangat lengkap dan elegan. Kamar ini di cat dengan warna putih yang cukup terang.
Saat Rania sedang melihat-lihat, tiba-tiba saja pintu terbuka membuatnya kaget saat ada laki-laki yang sangat tampan dengan rahang yang tajam dan tatapan seperti elang memasuki kamar.
Dan juga tubuh atletisnya yang tercetak di kaos putih polos yang dia pakai, membuat Rania menelan salivanya.
"Kau yang bernama Rania?" tanya Alden yang membuatku tersadar dari lamunanku.
"Iya benar saya tuan." Jawab Rania dengan menundukkan kepalanya.
"Hmm apa bayaran yang kau berikan padaku jika aku memenuhi syarat mu?" tanya Alden dan mengangkat dagu Rania dengan telunjuknya.
"Apa kau bisa memuaskan ku di ranjang?" Lanjut Alden dengan tatapan dingin nya.
Rania menelan salivanya. Dia gugup dan merasa terintimidasi oleh Alden. Lalu Rania berusaha menjawab pertanyaan Alden dengan sedikit terbata,
"S...sa...saya, saya bisa menjadi pelayan anda tuan," ucap Rania dengan terbata.
"Saya sudah mempunyai banyak pelayan," balas Alden.
Rania hanya diam saja, dengan kepala menunduk.
Alden terdiam, dan langsung menarik Rania kedalam dekapannya.
"Mari kita mulai..."
"Tu...tuan....." sebelum Rania menyelesaikan ucapannya Alden segera mencium bibir Rania dan melumatnya beberapa saat.
Rania melotot tak percaya dengan apa yang terjadi. Karena ini adalah first kissnya dan Alden yang mengambilnya, harusnya dia berikan pada suaminya kelak.
Sebenarnya Rania sudah siap menghadapi hari ini dan kehilangan semuanya, dia fikir setelah bertemu dengan Alden ia sedikit bernegosiasi. Tetapi, dugaannya salah.
Rania tidak membalas ciuman Alden, dia hanya diam dengan kedua tangannya berada di samping kiri dan kanan karena gugup. Dan Rania juga belum pernah berciuman sebelumnya.
Karena kesal tak ada balasan sedikitpun dari Rania, Alden melepaskan ciumannya dan menatap tajam gadis itu.
"Kenapa kau tidak membalas ciumanku?" pungkas Alden tajam.
"Ma...maaf tuan...sa...saya belum pernah ci...."
"Buka mulutmu!!" ucap Alden dan Rania membuka mulutnya.
"Lebih besar lagi!!" Alden mulai geram dengan Rania dan langsung mencium Rania lagi.
Rania sedikit menggerakkan lidahnya, dan saat dirasa Rania mulai kehabisan nafas Alden langsung melepas ciumannya.
Apa-apaan ini setelah mengambil first kissnya dan memaksanya berciuman, tak ada manis-manisnya sama sekali, ucap Rania dalam hati.
"Kenapa kau seperti tidak pernah berciuman saja si!?" bentaknya pada Rania.
"Maaf tuan sa...saya memang tidak pernah berciuman." Jawab Rania dengan sedikit gugup.
Yang benar saja?, tanya Alden dalam hati.
"Saya tidak percaya!" ucap Alden pada Rania sambil meneliti dari atas sampai bawah.
Alden memperhatikan Rania.
Tetapi di lihat dari matanya si kaya nggak bohong, ucap Alden dalam hati.
"Benar tuan bahkan saya tidak pernah berpacaran, dan saya tidak punya waktu untuk itu..."
Ada sedikit rasa bahagia dalam dirinya karena semuanya yang ada pada Rania dia yang pertama kali.
"Apakah kau masih perawan?" Rania kaget dan manatap Alden dengan melotot.
Alden bukanlah lah lelaki bodoh. Jantung Rania berdetak lebih kencang. Ia tak menyangka dengan pertanyaan Alden.
Alden menyeringai dan membuat Rania sedikit melangkah mundur.
"Kau hanya diam, jadi dugaanku benar?" ucap Alden dan melangkah maju mendekati Rania.
"Dan karena itu juga kau memberikan syarat itu padaku?" lanjut Alden.
"Tu...tuan." Rania sudah menghimpit tembok dan Alden masih saja terus mendekat sampai tidak berjarak dengan Rania.
"Kenapa kau menghindar?"
"Tu...tuan itu...anu..."
"Aku tanya sekali lagi kau masih perawan?" kali ini Rania dibuat bungkam oleh Alden, dan tidak ada pilihan lain sehingga dia mengangguk dengan pasrah.
"Maafkan saya tuan, saya tidak punya pilihan lain, saya membutuhkan uang, dan saya..."
"Ckk! alasannya selalu sama. Butuh uang, berapa banyak uang kau butuhkan sampai kau rela menjual keperawanan padaku?" tandas Alden pada Rania.
Rania terdiam, Benar juga ia akan dianggap tidak waras oleh Alden.
"Kau tau aku tak bermain dengan perawan, dan j*****gku tidak pernah ada yang perawan." ucap Alden.
"Tapi tuan, saya membutuhkan uang.! dan saya tidak punya pilihan lain...." ucap Rania putus asa.
"Kau bisa mencari pria lain yang mau membeli keperawananmu!!" geram Alden.
"Tapi tuan..." Rania terdiam,
Alden berfikir sejenak dan berucap,
"Dan ciuman tadi adalah ciuman pertamamu..."
"Maafkan saya tuan..."
"Wah, wah, wah jadi kau ingin membuatku sebagai pria yang mengambil semuanya darimu?, dan tadi aku sudah mengambil ciumanmu dan apakah aku harus mengambil perawanmu juga?" tanya Alden ambigu.
"Ma..maaf tuan," ucap Rania.
"Maaf...maaf...maaf terus yang kau ucapkan!!" bentak Alden.
Rania memejamkan matanya karena ketakutan.
"Okelah kau mau uang?, Akan aku berikan uangnya dan kau puaskan aku sekarang juga! Jika aku tidak puas kau harus mlakukannya sampai aku puas, apa kau paham?" tandas Alden, Rania menunduk dan mengangguk.
Ini adalah hal gila yang Rania lakukan, tetapi dia tidak punya pilihan lain. Dan dia juga membutuhkan uangnya.
Dia belum pernah melakukan hal ini sebelumnya dia hanya pernah menonton film-film panas yang pernah dia tonton.
Semua hal tentang memuaskan pria hanya pernah ia lihat dalam film-film panas yang ada di internet.
Tetapi, jika memperagakannya langsung entahlah Rania tidak tahu apakah bisa apa tidak. Rania hanya mampu menelan salivanya dengan susah. Dia berpikir apakah setelah ini akan baik-baik saja, dia tidak tahu kedepannya bagaimana.
Yang jelas saat ini dia hanya bisa berdoa untuk kedepannya, dan sekarang tugasnya adalah membuat Alden puas dan dia bisa mendapatkan uangnya.
Alden tiba-tiba mencium Rania lagi dengan sedikit brutal tetaapi masih lembut, lebih tepatnya memaksa.
"Balas ciumanku," titah Alden pada Rania.
Lalu kembali mencium Rania lagi, kali ini dengan balasan dari Rania yang sedikit kaku, Alden sedikit puas.
Alden menggerakkan bibirnya untuk melumat bibir Rania. Melumat bibir tipis atas dan bawah secara bergantian dan seolah tidak mau lepas. Bibir Rania terasa manis di lidahnya saat Alden menjilatinya.
Tiba-tiba Alden menggigit bibir bawah Rania, membuatya reflek membuka mulutnya yang dimanfaatkan oleh Alden untuk lidahnya memasuki mulutnya kemudian bergelut dengan lidah Rania.
Mencium dan bermain dengan lidah Rania sepertinya akan menjadi candu bagi Alden. Karena terasa manis dan berbeda saat dia berciuman dengan yang lainnya.
Rania sedikit kehabisan nafas karena Alden, dan dia berharap Alden menghentikan ciumannya.
Tak lama kemudian Alden melepaskan ciumannya, dan di manfaatkan oleh Rania untuk menark nafas sebanyak-banyaknya.
Alden melihat bibir Rania yang membengkak karena ulahnya, dan itu membuatnya bernafsu melihat bibir merekahnya itu sedikit terbuka, membuatnya terkesan seksi dimata Alden.
Ini pengalaman pertama untuk Alden dengan seorang perawan, seperti yang ada di hadapannya saat ini. Yang terbuka saja baru di jamah pertama kali oleh Alden apalagi dalamnya, dan ini sangat luar biasa untuk Alden.
Ini pertama kali bagi Rania dan ini menjadi sensasi panas yang dia rasakan. Alden menuntun Rania ke ranjangnya, dan membaringkannya dengan perlahan di ranjangnya.
Alden kembali mencium bibir Rania, lalu bibirnya turun menjelajahi lehernya dan semakin turun. Alden mengangkat kaosnya dan melepaskan branya. Wajah Rania memerah karena malu, sebelumnya tidak ada laki-laki yang seperti ini pada Rania.
Jika bukan karena mendesak dan butuh uang Rania tidak akan melakukan hal ini.
"Tu...tuan..." Rania berucap lirih karena Alden menatap tubuh bagian atasnya tanpa berkedip.
"Panggil namaku jika kita sedang melakukan sexx." Sahut Alden tajam tanpa menatap Rania.
Tanpa menunggu jawaban Rania, Alden segera menjilati bagian tubuh atas Rania dengan lidahnya. Membuat Rania mengerang antara keenakan, geli, dan malu.
Darah Rania terasa mendidih yang membuat tubuhnya panas. Ini adalah hal pertama kali yang Rania rasakan justru dari seorang yang membeli kegadisannya bukan suaminya.
Rania sedikit pening karena ulah Alden. Pria itu bahkan tak memberikan Rania istirahat. Alden yang mendengar desahan Rania pun membuat nafsunya bertambah berkali-kali lipat.
Alden yang melihat Rania seperti itu pun menambah temponya pada bagian bawah Rania.
Rania pun merasakan sesuatu yang mendesak keluar dari bagian bawahnya, kemudian dia menjerit tertahan dan seketika tubuhnya bergetar hebat.
Alden yang melihat tubuh Rania bergetar pun tersenyum. Tapi ini belum apa-apa dia akan membuat semuanya begitu panas dan menggairahkan.
Warning!!!Mereka tak henti-hentinya berciuman mesra. Alden yang sudah sangat On langsung mencumbui Rania di ranjangnya.Ia melepaskan dan melempar satu persatu kain yang tersisa di tubuh Rania, hingga terdengar e*****n Rania yang sangat merdu ditelinga Alden.Alden pun tak mau kalah untuk melepas seluruh pakaian yang ada di tubuhnya sehingga sekarang mereka sama-sama naked.Alden menatap tubuh Rania yang terkulai lemas setelah pelepasan pertamanya. Terlihat sorot mata yang tajam dan bergairah di mata Alden saat menatap Rania. Perlahan Alden menaiki ranjang dan menindih tubuh Rania.Ia melumat bibir Rania yang sudah bengkak akibat ulahnya dan membuka lebar-lebar kakinya dan mengarahkan kejantanannya pada kewanitaan Rania yang sudah basah.Ia menggesekkan perlahan sehingga menimbulkan erangan yang di tahan oleh Rania. Alden yang sudah tidak tahan pun langsung mendorong miliknya dengan kuat untuk masuk."AAARGGGGHHH
Warning!!! Hari ini hari minggu, sudah seminggu pula sejak kepergian Rania dari rumah Alden dan dia belum pernah ketemu lagi dengannya. Alden merasa ada yang kurang dia selalu uring-uringan dan bawaannya ingin marah-marah terus. Seperti Saat ini Alden sedang memimpin rapat di kantornya, dia tidak bisa fokus dengan apa yang di jelaskan oleh rekannya dia memutuskan untuk mencari hiburan, lalu menyuruh Daniel untuk menghandle rapatnya. "Kau urus rapat ini sampai selesai." perintahnya pada Daniel. "Kau mau kemana tuan?" tanya Daniel balik. "Aku ada urusan mendadak," kemudian Alden beranjak dari duduknya dan keluar dari ruang rapat. Alden berjalan memasuki mobilnya kemudian menstarter mobil tersebut lalu menjalankannya membelah jalan menuju club. Dia akan mencari pemuasnya sendiri. Setelah sampai di club langganannya itu Alden memarkirkan mobilnya lalu berjalan memasuki club. Karena ini masih siang maka club t
Keesokan paginya Rania terbangun lebih dulu, dia melihat jam dinding menunjukkan angka 07.05. Sesaat dia mengingat kejadian sebelumnya. Lalu dia memiringkan tubuhnya ke kiri dan merenungkan kembali nasibnya. Dia sedikit menyesali perbuatannya kenapa dia bisa sampai begini. Untuk di tangisi pun sudah terlambat pikirnya. Kemudian ia membalik tubuhnya menghadap kearah Alden, dia mengamati wajahnya sesaat. "Tampan si, tapi b******k!" Sarkasnya. Lalu tangan nya terulur untuk menyentuh wajahnya, terasa halus dan saat tertidur dia seperti bayi yang imut, pikirnya. Setelah puas memuji Alden ia bangun dari tempat tidurnya dan memunguti semua pakaiannya yang berserakan lalu menuju ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Tak membutuhkan waktu lama dia segera meraih tasnya dan pergi dari club tersebut tanpa berniat membangun kan Alden terlebih dahulu. Dia menyetop taksi lalu pulang ke rumahnya. Ia juga berniat pindah dari
Sesampainya di ruangannya Alden mengambil berkas-berkas yang akan digunakan untuk meeting. Saat dia sedang membereskan berkas-berkas tiba-tiba saja ada yang mengetuk pintunya. Tok...tok...tok... "Masuk." sahut Alden tanpa sedikitpun menoleh ke arah pintu. Cklek... Alden menoleh saat pintu terbuka dan ternyata yang mengetuk pintu adalah Daniel sang sekertaris bertepatan dengan dia selesai membereskan berkasnya. "Maaf Pak, bapak sudah di tunggu di ruang meeting," ucap Daniel. "Iya, ayo!" lalu Alden berjalan melewati Daniel menuju pintu keluar. Daniel mengikuti Alden dibelakangnya. Karena ruang meeting berada di bawah satu lantai ruangannya maka mereka manaiki lift. Saat di dalam lift Alden, suasana hening hingga Alden memulai pembicaraannya. "Oiya..Niel. Besok aku ingin kau mengosongkan jadwal ku sehari yah!" Perintahnya pada Daniel. Tumben, tidak biasanya bos begitu?, tanya Daniel dalam hati. "Memangnya tuan ingin kemana?" akhirnya ia memberanikan diri untuk bertanya. Masa
Dilain tempat Alden baru saja terbangun dari tidurnya. "Hoam..." Setelah sadar sepenuhnya Alden menuju ke kamar mandi untuk mandi, dan bersiap-siap untuk pergi ke rumah Rania. Saat dia sedang mandi tiba-tiba saja dia kepikiran dengan Rania. "Kenapa aku jadi merindukannya ya," ucapnya. "Akh aku sudah tidak sabar untuk bertemu dengan nya." ucap Alden dengan tersenyum senyum sendiri. Lalu di mempercepat proses mandinya dan bersiap bertemu dengan Rania. Saat ini Alden dalam perjalanan menuju rumah Rania, dia sudah sarapan dengan roti tadi pagi. Setelah sampai di parkiran Apartemen Rania,d dia turun dari mobil dan langsung menuju ke unit Rania. Tok...tok...tok... "Kok ngga ada orang si?" tanya Alden. Alde pun tidak bisa menelepon Rania. "Siall, apa dia kabur?" pikir Alden. Dia baru ingat kalau di tahu sandi apartemen Rania. Lalu dia langsung menekan tombolnya setelah pintu terbuka Alden langsung memasukinya. "Rania...RAN..!!" teriak Alden. "Alden memeriksa semua kamar dan tidak
Setelah muter-muter dan jam menunjukkan pukul 12 siang Rania belum juga mendapatkan Pekerjaan. Kemudian Rania makan disebuah cafe yang dekat dengan jalan yang ia lewati. Setelah mendapatkan kursi yang kosong ia segera duduk dan melihat menu. Setelah memilih akhirnya ia memilih spaghetti dan lemontea. Kemudian ia pergi ke kasir untuk memesan dan membayarnya. Saat dibagian kasir ia melihat Ada lowongan pekerjaan lalu ia bertanya kre kasirnya. "Ka maaf itu lowongan pekerjaan untuk dicafe ini atau bukan ya?" "Iya ka itu lowongan di cafe ini, kenapa ya ka?" tanya kasir "Itu untuk bagian apa ya? saya ingin mendaftar." "Waitres ka, yaudah nanti lamarannya bisa dikiirimkan ke email yang tertera." "Oke Makasih yaa,,," lalu Rania memotret email dan persyaratannya menggunakan HPnya lalu dia bertanya kepada kasirnya " jadi totalnya berapa ya?". "Jadi totalnya sembilanpuluh empat ribu " "Oke sebentar." ucap Rania sambil mengambil dompet di dalam tasnya. Ya ia masih punya uang simpanan d
London, Alden Keegen, seorang CEO muda yang sukses dalam berbagai bidang bisnis yang dijalankan. Yang suka berganti pasangan setiap hari untuk menghangatkan ranjangnya. Dia melakukannya untuk menghilangkan penatnya disaat dia bosan bekerja. Walaupun bukan dia yang mencari tetapi Daniel sahabatnya sekaligus tangan kanan Alden, apapun yang dipilih oleh Daniel untuk Alden itu yang terbaik. Malam ini Alden baru saja menyelesaikan malamnya dengan seorang jalang. Di negeri ini, tak sulit lagi untuk mencari wanita malam atau j****g. Bahkan kadang tanpa dicaripun, mereka akan sangat bahagianya meyerahkan diri mereka begitu saja untuk dinikmati. Seperti itulah kehidupan perempuan zaman sekarang. Tetapi tidak semua perempuan sama, kadang dia menjadi seperti itu karena dipaksakan oleh keadaan. Seorang wanita masih terengah-engah sambil memejamkan matanya. Namun hanya sebentar, ia kembali membuka matanya dan menatap Alden lekat. Dan dengan berani tangannya menyentuh wajah tampan Alden, namun la
Setelah muter-muter dan jam menunjukkan pukul 12 siang Rania belum juga mendapatkan Pekerjaan. Kemudian Rania makan disebuah cafe yang dekat dengan jalan yang ia lewati. Setelah mendapatkan kursi yang kosong ia segera duduk dan melihat menu. Setelah memilih akhirnya ia memilih spaghetti dan lemontea. Kemudian ia pergi ke kasir untuk memesan dan membayarnya. Saat dibagian kasir ia melihat Ada lowongan pekerjaan lalu ia bertanya kre kasirnya. "Ka maaf itu lowongan pekerjaan untuk dicafe ini atau bukan ya?" "Iya ka itu lowongan di cafe ini, kenapa ya ka?" tanya kasir "Itu untuk bagian apa ya? saya ingin mendaftar." "Waitres ka, yaudah nanti lamarannya bisa dikiirimkan ke email yang tertera." "Oke Makasih yaa,,," lalu Rania memotret email dan persyaratannya menggunakan HPnya lalu dia bertanya kepada kasirnya " jadi totalnya berapa ya?". "Jadi totalnya sembilanpuluh empat ribu " "Oke sebentar." ucap Rania sambil mengambil dompet di dalam tasnya. Ya ia masih punya uang simpanan d
Dilain tempat Alden baru saja terbangun dari tidurnya. "Hoam..." Setelah sadar sepenuhnya Alden menuju ke kamar mandi untuk mandi, dan bersiap-siap untuk pergi ke rumah Rania. Saat dia sedang mandi tiba-tiba saja dia kepikiran dengan Rania. "Kenapa aku jadi merindukannya ya," ucapnya. "Akh aku sudah tidak sabar untuk bertemu dengan nya." ucap Alden dengan tersenyum senyum sendiri. Lalu di mempercepat proses mandinya dan bersiap bertemu dengan Rania. Saat ini Alden dalam perjalanan menuju rumah Rania, dia sudah sarapan dengan roti tadi pagi. Setelah sampai di parkiran Apartemen Rania,d dia turun dari mobil dan langsung menuju ke unit Rania. Tok...tok...tok... "Kok ngga ada orang si?" tanya Alden. Alde pun tidak bisa menelepon Rania. "Siall, apa dia kabur?" pikir Alden. Dia baru ingat kalau di tahu sandi apartemen Rania. Lalu dia langsung menekan tombolnya setelah pintu terbuka Alden langsung memasukinya. "Rania...RAN..!!" teriak Alden. "Alden memeriksa semua kamar dan tidak
Sesampainya di ruangannya Alden mengambil berkas-berkas yang akan digunakan untuk meeting. Saat dia sedang membereskan berkas-berkas tiba-tiba saja ada yang mengetuk pintunya. Tok...tok...tok... "Masuk." sahut Alden tanpa sedikitpun menoleh ke arah pintu. Cklek... Alden menoleh saat pintu terbuka dan ternyata yang mengetuk pintu adalah Daniel sang sekertaris bertepatan dengan dia selesai membereskan berkasnya. "Maaf Pak, bapak sudah di tunggu di ruang meeting," ucap Daniel. "Iya, ayo!" lalu Alden berjalan melewati Daniel menuju pintu keluar. Daniel mengikuti Alden dibelakangnya. Karena ruang meeting berada di bawah satu lantai ruangannya maka mereka manaiki lift. Saat di dalam lift Alden, suasana hening hingga Alden memulai pembicaraannya. "Oiya..Niel. Besok aku ingin kau mengosongkan jadwal ku sehari yah!" Perintahnya pada Daniel. Tumben, tidak biasanya bos begitu?, tanya Daniel dalam hati. "Memangnya tuan ingin kemana?" akhirnya ia memberanikan diri untuk bertanya. Masa
Keesokan paginya Rania terbangun lebih dulu, dia melihat jam dinding menunjukkan angka 07.05. Sesaat dia mengingat kejadian sebelumnya. Lalu dia memiringkan tubuhnya ke kiri dan merenungkan kembali nasibnya. Dia sedikit menyesali perbuatannya kenapa dia bisa sampai begini. Untuk di tangisi pun sudah terlambat pikirnya. Kemudian ia membalik tubuhnya menghadap kearah Alden, dia mengamati wajahnya sesaat. "Tampan si, tapi b******k!" Sarkasnya. Lalu tangan nya terulur untuk menyentuh wajahnya, terasa halus dan saat tertidur dia seperti bayi yang imut, pikirnya. Setelah puas memuji Alden ia bangun dari tempat tidurnya dan memunguti semua pakaiannya yang berserakan lalu menuju ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Tak membutuhkan waktu lama dia segera meraih tasnya dan pergi dari club tersebut tanpa berniat membangun kan Alden terlebih dahulu. Dia menyetop taksi lalu pulang ke rumahnya. Ia juga berniat pindah dari
Warning!!! Hari ini hari minggu, sudah seminggu pula sejak kepergian Rania dari rumah Alden dan dia belum pernah ketemu lagi dengannya. Alden merasa ada yang kurang dia selalu uring-uringan dan bawaannya ingin marah-marah terus. Seperti Saat ini Alden sedang memimpin rapat di kantornya, dia tidak bisa fokus dengan apa yang di jelaskan oleh rekannya dia memutuskan untuk mencari hiburan, lalu menyuruh Daniel untuk menghandle rapatnya. "Kau urus rapat ini sampai selesai." perintahnya pada Daniel. "Kau mau kemana tuan?" tanya Daniel balik. "Aku ada urusan mendadak," kemudian Alden beranjak dari duduknya dan keluar dari ruang rapat. Alden berjalan memasuki mobilnya kemudian menstarter mobil tersebut lalu menjalankannya membelah jalan menuju club. Dia akan mencari pemuasnya sendiri. Setelah sampai di club langganannya itu Alden memarkirkan mobilnya lalu berjalan memasuki club. Karena ini masih siang maka club t
Warning!!!Mereka tak henti-hentinya berciuman mesra. Alden yang sudah sangat On langsung mencumbui Rania di ranjangnya.Ia melepaskan dan melempar satu persatu kain yang tersisa di tubuh Rania, hingga terdengar e*****n Rania yang sangat merdu ditelinga Alden.Alden pun tak mau kalah untuk melepas seluruh pakaian yang ada di tubuhnya sehingga sekarang mereka sama-sama naked.Alden menatap tubuh Rania yang terkulai lemas setelah pelepasan pertamanya. Terlihat sorot mata yang tajam dan bergairah di mata Alden saat menatap Rania. Perlahan Alden menaiki ranjang dan menindih tubuh Rania.Ia melumat bibir Rania yang sudah bengkak akibat ulahnya dan membuka lebar-lebar kakinya dan mengarahkan kejantanannya pada kewanitaan Rania yang sudah basah.Ia menggesekkan perlahan sehingga menimbulkan erangan yang di tahan oleh Rania. Alden yang sudah tidak tahan pun langsung mendorong miliknya dengan kuat untuk masuk."AAARGGGGHHH
Hari berikutnya di kediaman Alden, ia baru saja mandi saat Daniel orang kepercayaan dan sahabatnya mengatakan bahwa ada seseorang yang sedang membutuhkan pekerjaan lalu dia menawarkan tubuhnya pada Alden, asalkan Alden mau menuruti beberapa syarat darinya. "Syarat? Belum ketemu saja sudah meminta syarat, lagian kan dia yang menawarkannya ,,bukan aku yang meminta,,, siapa dia?" tanyanya pada Daniel." "Dia bernama Rania ini fotonya, dan ini beberapa syarat yang dia minta." Jawab Daniel lalu menyerahkan beberapa berkas dan foto padanya. Alden mengamatinya cukup lama dan tak lama dia pun menyuruh Daniel untuk membawa Rania ke rumahnya Alden. "Nanti malam jemput dia dan suruh dia ke kamar tamu" titah Alden pada Daniel. Lihat nanti apa yang akan dia berikan sampai-sampai meminta syarat begini padaku, ucap Alden dalam hati. ***** Daniel memberi menelepon Martin, untuk memberitahu kalau Alden meminta Rania untuk kerumahnya. "Halo, tin Boss gue mau Rania kerumahnya nanti malam!" ucap
London, Alden Keegen, seorang CEO muda yang sukses dalam berbagai bidang bisnis yang dijalankan. Yang suka berganti pasangan setiap hari untuk menghangatkan ranjangnya. Dia melakukannya untuk menghilangkan penatnya disaat dia bosan bekerja. Walaupun bukan dia yang mencari tetapi Daniel sahabatnya sekaligus tangan kanan Alden, apapun yang dipilih oleh Daniel untuk Alden itu yang terbaik. Malam ini Alden baru saja menyelesaikan malamnya dengan seorang jalang. Di negeri ini, tak sulit lagi untuk mencari wanita malam atau j****g. Bahkan kadang tanpa dicaripun, mereka akan sangat bahagianya meyerahkan diri mereka begitu saja untuk dinikmati. Seperti itulah kehidupan perempuan zaman sekarang. Tetapi tidak semua perempuan sama, kadang dia menjadi seperti itu karena dipaksakan oleh keadaan. Seorang wanita masih terengah-engah sambil memejamkan matanya. Namun hanya sebentar, ia kembali membuka matanya dan menatap Alden lekat. Dan dengan berani tangannya menyentuh wajah tampan Alden, namun la