Warning!!!
Hari ini hari minggu, sudah seminggu pula sejak kepergian Rania dari rumah Alden dan dia belum pernah ketemu lagi dengannya.
Alden merasa ada yang kurang dia selalu uring-uringan dan bawaannya ingin marah-marah terus.
Seperti Saat ini Alden sedang memimpin rapat di kantornya, dia tidak bisa fokus dengan apa yang di jelaskan oleh rekannya dia memutuskan untuk mencari hiburan, lalu menyuruh Daniel untuk menghandle rapatnya.
"Kau urus rapat ini sampai selesai." perintahnya pada Daniel.
"Kau mau kemana tuan?" tanya Daniel balik.
"Aku ada urusan mendadak," kemudian Alden beranjak dari duduknya dan keluar dari ruang rapat.
Alden berjalan memasuki mobilnya kemudian menstarter mobil tersebut lalu menjalankannya membelah jalan menuju club.
Dia akan mencari pemuasnya sendiri. Setelah sampai di club langganannya itu Alden memarkirkan mobilnya lalu berjalan memasuki club. Karena ini masih siang maka club tidak terlalu ramai.
"Hai Boss, mau ngapain?" tanya bartender basa-basi. Bartender itu adalah Martin temannya Rania.
"Menurut lo?" tanya Alden ngegas karena moodnya sedang tidak baik.
"Hehee....santai Boss," ucap Martin kemudian dia menyodorkan segelas wine pada Alden.
Alden meminum wine yang di sodorkan Bartender itu. Alden sudah menghabiskan beberapa gelas wine dengan kadar alkohol yang tinggi hingga akhirnya dia sedikit mabuk dan meracau dengan tidak jelas.
"Rania kenapa pikiranku selalu memikirkan kamu..." racau Alden.
"Hah Rania? itu Rania temenku bukan ya?" tanya Martin yang mendengar racauan Alden.
"Rania...kamu sangat nikmat...hmmmm" Alden terus meracau lalu dia menelungkupkan kepalanya di meja bar.
Tiba-tiba Rania datang ke club yang di datangi Alden untuk bertemu dengan Martin. Saat Rania sampai dia tidak melihat Alden di meja bar karena dia menelungkupkan kepalanya.
"Hai, maaf ya telat." ucap Rania pada Martin.
"Its oke, gapapa gue masih lama pulangnya tenang aja." balas Martin sambil menyodorkan wine berkadar alkohol rendah.
Alden merasa mencium bau aroma Rania. Saat Alden mendongakkan wajahnya dan benar saja dia Rania.
Saat Rania sedang berbincang dengan Martin tiba-tiba ingin ke toilet.
"Aku ke toilet dulu ya." ucap nya pada Martin.
Martin hanya mengangguk saja, kemudian Rania berjalan menuju toilet.
Alden yang mendengar itupun langsung menyusul Rania ke toilet wanita.
"Hey mau kemana boss!" teriak Martin.
Alden hanya melengos sebentar dan melanjutkan jalannya untuk menyusul Rania.
Alden menunggu Rania di depan toilet. Saat Rania akan keluar dari toilet dan kaget melihat ada Alden di depan toilet.
Rania menutupi mukanya dengan tas nya agar tidak katahuan Alden bagaimanapun dia masih merasa malu dengan Alden.
Kenapa bisa ada Alden di sini, tanyaku adalam hati. Kemudian ia berjalan perlahan keluar dari toilet.
Alden mengetahui itu Rania pun pura-pura tidak tahu.
"Eittsss...mau kemana kamu?" ucap Alden sambil merengkuh Rania dari belakang. Rania pun memberontak.
"Ngapain lagi si kamu? urusan kita udah selesai yah!" tandasnya pada Alden.
"Kamu dari mana aja si? Aku butuh kamu..." ucap Alden parau.
Tubuh Alden bereaksi hanya dengan memeluk Rania dari belakang. Alden mengendus-endus tengkuk Rania. Rania pun merasa geli.
"Lepas Al!, kamu ngapain si."
Alden langsung membalik tubuh Rania dan mencium bibirnya dengan penuh nafsu. Alden m*******g saat merasakan bibir Rania.
Rania memberontak tetapi usahanya sia-sia karena tenaganya lebih besar Alden.
Alden menahan pinggang Rania lalu menuntunnya ke kamar di club itu dan menahan tengkuk Rania untuk memperdalam ciumannya.
Setelah sampai di dalam kamarnya Alden melemparkan Rania ke atas ranjang dan bergegas untuk mengunci pintunya. Alden menindih tubuh Rania di atas ranjang Nia tak membalas ciuman Alden, ia pun geram lalu menyingkap dress yang Rania pakai dan melepaskan celana dalamnya.
Rania menendang-nendang Alden tapi di tahan oleh kaki Alden, Alden mulai memainkan tangannya di l*****g Rania dan meremas payudara nya membuat Rania terpekik.
Alden mulai tersiksa dengan yang dia lakukan. Adik kecilnya sudah menegang dengan sempurna dan membuatnya nyeri.
Tetapi dia masih ingin bermain-main dengan Rania yang sudah membuatnya candu. Padahal dia baru sekali menyentuhnya tetapi respon di bagian bawahnya tidak terduga.
"Gghhhhmmmm...." Rania melenguh yang semakin membuat Alden menegang.
Rania mulai menikmati permainan Alden di tubuhnya yang sudah telanjang. Ciuman mereka terlepas. Alden memandang wajah Rania yang sudah memerah oleh gairahnya. Mereka sama-sama kehabisan nafas.
"Kau sangat seksi saat berada di bawahku..." bisik Alden di depan wajah Rania.
Rania tak menjawabnya dan dia hanya menikmati permainan Alden pada tubuh bagiaan bawahnya.
Alden mengelus kewanitaannya membuat wanita itu memeluk Alden dengan erat. Tubuhnya menggelinjang menahan sensasi yang Alden ciptakan.
Rania mendesah kenikmatan semakin membuat Alden menegang. Apalagi saat dia memasukkan jari tengahnya kel****g Rani yang sudah basah dan mengocoknya kuat, membuat Rania semakin erat memeluk Alden.
Alden mencium bibir Rania, Rania semakin tidak tahan karena Alden semakin menambah kecepatannya.
"Al...Alden stop!!!" Rania memegang tangan tangan Alden, namun tak bisa ia hentikan.
Jemari Alden terus mengocok tanpa ampun hingga Rania mencapai pelepasannya tubuhnya bergetar hebat dan berteriak.
Tubuhnya masih bergetar. Wanita itu memeluk erat Alden. Tangan Alden masih berada di kewanitaan Rania.
"Sekarang giliranmu memuaskanku." bisiknya di telinga Rania.
Rania hanya diam, kemudian Alden melepaskan tangannya dari kewanitaan Rania, dan menjilati sisa-sisa pelepasan Rania yang menempel di jarinya itu.
Alden melepaskan celananya dan mengeluarkan kejantanannya lalu mengarahkan tangan Rania padanya.
"Ayo Nia..." bisik Alden dengan sedikit mengerang karena Rania memaju mundurkan tangannya.
Rania wajahnya sedikit memerah, karena dia baru pertama kali memegang kejantanan seorang pria. Alden mengerang nikmat sambil sesekali menggigit leher Rania membuat wanitanya mendesah.
"Aku sudah tak tahan...Ohh shitt." Alden meraih kedua paha Rania dan melepaskan tangannya dari kejantanan Alden lalu membukanya lebar-lebar membuat bibir kewanitaan Rania terbuka lebar.
"Al..." pnggil Rania parau.
Alden mengurut kejantanannya lalu mengarahkannya pada kewanitaan Rania.
"Alden...ahhh...hmmmm..." Rania mendesah nikmat saat ujungnya menggosok-gosok bibir kewanitaannya.
Lalu dengan tiba-tiba Alden mendorongnya masuk dan membuat Rania terpekik kaget.
"Al...." teriak Rania yang meringis kesakitan meskipun ini kali keduanya Alden memasukinya tetapi Rania masih sakit. Kewanitaannya terasa penuh oleh kejantanan Alden yang besar menurut Rania.
Lalu mereka baru berhenti saat Alden mencapai pelepasan yang kedua.
Rania memeluk Alden dengan erat. Miliknya masih perih akibat kegiatan nya tadi.
Rania meregangkan pelukannya pada Alden dan tangannya masih berada di lehernya. Entah siapa yang memulai lebih dulu, keduanya berciuman panas.
"Al..sekarang masa suburku...!" ucap Rania.
"Di laci sebelahmu ada pil pencegah kehamilan..." ucap Alden.
Karena dia sudah sering bermalam di sini dengan wanita malam jadi dia mengetahui hal itu.
Jam menunjukkan pukul setengah tujuh malam. Setelah puas dengan kegiatannya Alden tersenyum puas dan merebahkan tubuhnya di samping Rania.
Lalu mereka berdua ketiduran dan tanpa sadar mereka saling memeluk satu sama lain karena kelelahan.
Dan Rania sampai lupa untuk meminum pilnya.
Maaf ya kalau engga nyambung:)
Keesokan paginya Rania terbangun lebih dulu, dia melihat jam dinding menunjukkan angka 07.05. Sesaat dia mengingat kejadian sebelumnya. Lalu dia memiringkan tubuhnya ke kiri dan merenungkan kembali nasibnya. Dia sedikit menyesali perbuatannya kenapa dia bisa sampai begini. Untuk di tangisi pun sudah terlambat pikirnya. Kemudian ia membalik tubuhnya menghadap kearah Alden, dia mengamati wajahnya sesaat. "Tampan si, tapi b******k!" Sarkasnya. Lalu tangan nya terulur untuk menyentuh wajahnya, terasa halus dan saat tertidur dia seperti bayi yang imut, pikirnya. Setelah puas memuji Alden ia bangun dari tempat tidurnya dan memunguti semua pakaiannya yang berserakan lalu menuju ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Tak membutuhkan waktu lama dia segera meraih tasnya dan pergi dari club tersebut tanpa berniat membangun kan Alden terlebih dahulu. Dia menyetop taksi lalu pulang ke rumahnya. Ia juga berniat pindah dari
Sesampainya di ruangannya Alden mengambil berkas-berkas yang akan digunakan untuk meeting. Saat dia sedang membereskan berkas-berkas tiba-tiba saja ada yang mengetuk pintunya. Tok...tok...tok... "Masuk." sahut Alden tanpa sedikitpun menoleh ke arah pintu. Cklek... Alden menoleh saat pintu terbuka dan ternyata yang mengetuk pintu adalah Daniel sang sekertaris bertepatan dengan dia selesai membereskan berkasnya. "Maaf Pak, bapak sudah di tunggu di ruang meeting," ucap Daniel. "Iya, ayo!" lalu Alden berjalan melewati Daniel menuju pintu keluar. Daniel mengikuti Alden dibelakangnya. Karena ruang meeting berada di bawah satu lantai ruangannya maka mereka manaiki lift. Saat di dalam lift Alden, suasana hening hingga Alden memulai pembicaraannya. "Oiya..Niel. Besok aku ingin kau mengosongkan jadwal ku sehari yah!" Perintahnya pada Daniel. Tumben, tidak biasanya bos begitu?, tanya Daniel dalam hati. "Memangnya tuan ingin kemana?" akhirnya ia memberanikan diri untuk bertanya. Masa
Dilain tempat Alden baru saja terbangun dari tidurnya. "Hoam..." Setelah sadar sepenuhnya Alden menuju ke kamar mandi untuk mandi, dan bersiap-siap untuk pergi ke rumah Rania. Saat dia sedang mandi tiba-tiba saja dia kepikiran dengan Rania. "Kenapa aku jadi merindukannya ya," ucapnya. "Akh aku sudah tidak sabar untuk bertemu dengan nya." ucap Alden dengan tersenyum senyum sendiri. Lalu di mempercepat proses mandinya dan bersiap bertemu dengan Rania. Saat ini Alden dalam perjalanan menuju rumah Rania, dia sudah sarapan dengan roti tadi pagi. Setelah sampai di parkiran Apartemen Rania,d dia turun dari mobil dan langsung menuju ke unit Rania. Tok...tok...tok... "Kok ngga ada orang si?" tanya Alden. Alde pun tidak bisa menelepon Rania. "Siall, apa dia kabur?" pikir Alden. Dia baru ingat kalau di tahu sandi apartemen Rania. Lalu dia langsung menekan tombolnya setelah pintu terbuka Alden langsung memasukinya. "Rania...RAN..!!" teriak Alden. "Alden memeriksa semua kamar dan tidak
Setelah muter-muter dan jam menunjukkan pukul 12 siang Rania belum juga mendapatkan Pekerjaan. Kemudian Rania makan disebuah cafe yang dekat dengan jalan yang ia lewati. Setelah mendapatkan kursi yang kosong ia segera duduk dan melihat menu. Setelah memilih akhirnya ia memilih spaghetti dan lemontea. Kemudian ia pergi ke kasir untuk memesan dan membayarnya. Saat dibagian kasir ia melihat Ada lowongan pekerjaan lalu ia bertanya kre kasirnya. "Ka maaf itu lowongan pekerjaan untuk dicafe ini atau bukan ya?" "Iya ka itu lowongan di cafe ini, kenapa ya ka?" tanya kasir "Itu untuk bagian apa ya? saya ingin mendaftar." "Waitres ka, yaudah nanti lamarannya bisa dikiirimkan ke email yang tertera." "Oke Makasih yaa,,," lalu Rania memotret email dan persyaratannya menggunakan HPnya lalu dia bertanya kepada kasirnya " jadi totalnya berapa ya?". "Jadi totalnya sembilanpuluh empat ribu " "Oke sebentar." ucap Rania sambil mengambil dompet di dalam tasnya. Ya ia masih punya uang simpanan d
London, Alden Keegen, seorang CEO muda yang sukses dalam berbagai bidang bisnis yang dijalankan. Yang suka berganti pasangan setiap hari untuk menghangatkan ranjangnya. Dia melakukannya untuk menghilangkan penatnya disaat dia bosan bekerja. Walaupun bukan dia yang mencari tetapi Daniel sahabatnya sekaligus tangan kanan Alden, apapun yang dipilih oleh Daniel untuk Alden itu yang terbaik. Malam ini Alden baru saja menyelesaikan malamnya dengan seorang jalang. Di negeri ini, tak sulit lagi untuk mencari wanita malam atau j****g. Bahkan kadang tanpa dicaripun, mereka akan sangat bahagianya meyerahkan diri mereka begitu saja untuk dinikmati. Seperti itulah kehidupan perempuan zaman sekarang. Tetapi tidak semua perempuan sama, kadang dia menjadi seperti itu karena dipaksakan oleh keadaan. Seorang wanita masih terengah-engah sambil memejamkan matanya. Namun hanya sebentar, ia kembali membuka matanya dan menatap Alden lekat. Dan dengan berani tangannya menyentuh wajah tampan Alden, namun la
Hari berikutnya di kediaman Alden, ia baru saja mandi saat Daniel orang kepercayaan dan sahabatnya mengatakan bahwa ada seseorang yang sedang membutuhkan pekerjaan lalu dia menawarkan tubuhnya pada Alden, asalkan Alden mau menuruti beberapa syarat darinya. "Syarat? Belum ketemu saja sudah meminta syarat, lagian kan dia yang menawarkannya ,,bukan aku yang meminta,,, siapa dia?" tanyanya pada Daniel." "Dia bernama Rania ini fotonya, dan ini beberapa syarat yang dia minta." Jawab Daniel lalu menyerahkan beberapa berkas dan foto padanya. Alden mengamatinya cukup lama dan tak lama dia pun menyuruh Daniel untuk membawa Rania ke rumahnya Alden. "Nanti malam jemput dia dan suruh dia ke kamar tamu" titah Alden pada Daniel. Lihat nanti apa yang akan dia berikan sampai-sampai meminta syarat begini padaku, ucap Alden dalam hati. ***** Daniel memberi menelepon Martin, untuk memberitahu kalau Alden meminta Rania untuk kerumahnya. "Halo, tin Boss gue mau Rania kerumahnya nanti malam!" ucap
Warning!!!Mereka tak henti-hentinya berciuman mesra. Alden yang sudah sangat On langsung mencumbui Rania di ranjangnya.Ia melepaskan dan melempar satu persatu kain yang tersisa di tubuh Rania, hingga terdengar e*****n Rania yang sangat merdu ditelinga Alden.Alden pun tak mau kalah untuk melepas seluruh pakaian yang ada di tubuhnya sehingga sekarang mereka sama-sama naked.Alden menatap tubuh Rania yang terkulai lemas setelah pelepasan pertamanya. Terlihat sorot mata yang tajam dan bergairah di mata Alden saat menatap Rania. Perlahan Alden menaiki ranjang dan menindih tubuh Rania.Ia melumat bibir Rania yang sudah bengkak akibat ulahnya dan membuka lebar-lebar kakinya dan mengarahkan kejantanannya pada kewanitaan Rania yang sudah basah.Ia menggesekkan perlahan sehingga menimbulkan erangan yang di tahan oleh Rania. Alden yang sudah tidak tahan pun langsung mendorong miliknya dengan kuat untuk masuk."AAARGGGGHHH
Setelah muter-muter dan jam menunjukkan pukul 12 siang Rania belum juga mendapatkan Pekerjaan. Kemudian Rania makan disebuah cafe yang dekat dengan jalan yang ia lewati. Setelah mendapatkan kursi yang kosong ia segera duduk dan melihat menu. Setelah memilih akhirnya ia memilih spaghetti dan lemontea. Kemudian ia pergi ke kasir untuk memesan dan membayarnya. Saat dibagian kasir ia melihat Ada lowongan pekerjaan lalu ia bertanya kre kasirnya. "Ka maaf itu lowongan pekerjaan untuk dicafe ini atau bukan ya?" "Iya ka itu lowongan di cafe ini, kenapa ya ka?" tanya kasir "Itu untuk bagian apa ya? saya ingin mendaftar." "Waitres ka, yaudah nanti lamarannya bisa dikiirimkan ke email yang tertera." "Oke Makasih yaa,,," lalu Rania memotret email dan persyaratannya menggunakan HPnya lalu dia bertanya kepada kasirnya " jadi totalnya berapa ya?". "Jadi totalnya sembilanpuluh empat ribu " "Oke sebentar." ucap Rania sambil mengambil dompet di dalam tasnya. Ya ia masih punya uang simpanan d
Dilain tempat Alden baru saja terbangun dari tidurnya. "Hoam..." Setelah sadar sepenuhnya Alden menuju ke kamar mandi untuk mandi, dan bersiap-siap untuk pergi ke rumah Rania. Saat dia sedang mandi tiba-tiba saja dia kepikiran dengan Rania. "Kenapa aku jadi merindukannya ya," ucapnya. "Akh aku sudah tidak sabar untuk bertemu dengan nya." ucap Alden dengan tersenyum senyum sendiri. Lalu di mempercepat proses mandinya dan bersiap bertemu dengan Rania. Saat ini Alden dalam perjalanan menuju rumah Rania, dia sudah sarapan dengan roti tadi pagi. Setelah sampai di parkiran Apartemen Rania,d dia turun dari mobil dan langsung menuju ke unit Rania. Tok...tok...tok... "Kok ngga ada orang si?" tanya Alden. Alde pun tidak bisa menelepon Rania. "Siall, apa dia kabur?" pikir Alden. Dia baru ingat kalau di tahu sandi apartemen Rania. Lalu dia langsung menekan tombolnya setelah pintu terbuka Alden langsung memasukinya. "Rania...RAN..!!" teriak Alden. "Alden memeriksa semua kamar dan tidak
Sesampainya di ruangannya Alden mengambil berkas-berkas yang akan digunakan untuk meeting. Saat dia sedang membereskan berkas-berkas tiba-tiba saja ada yang mengetuk pintunya. Tok...tok...tok... "Masuk." sahut Alden tanpa sedikitpun menoleh ke arah pintu. Cklek... Alden menoleh saat pintu terbuka dan ternyata yang mengetuk pintu adalah Daniel sang sekertaris bertepatan dengan dia selesai membereskan berkasnya. "Maaf Pak, bapak sudah di tunggu di ruang meeting," ucap Daniel. "Iya, ayo!" lalu Alden berjalan melewati Daniel menuju pintu keluar. Daniel mengikuti Alden dibelakangnya. Karena ruang meeting berada di bawah satu lantai ruangannya maka mereka manaiki lift. Saat di dalam lift Alden, suasana hening hingga Alden memulai pembicaraannya. "Oiya..Niel. Besok aku ingin kau mengosongkan jadwal ku sehari yah!" Perintahnya pada Daniel. Tumben, tidak biasanya bos begitu?, tanya Daniel dalam hati. "Memangnya tuan ingin kemana?" akhirnya ia memberanikan diri untuk bertanya. Masa
Keesokan paginya Rania terbangun lebih dulu, dia melihat jam dinding menunjukkan angka 07.05. Sesaat dia mengingat kejadian sebelumnya. Lalu dia memiringkan tubuhnya ke kiri dan merenungkan kembali nasibnya. Dia sedikit menyesali perbuatannya kenapa dia bisa sampai begini. Untuk di tangisi pun sudah terlambat pikirnya. Kemudian ia membalik tubuhnya menghadap kearah Alden, dia mengamati wajahnya sesaat. "Tampan si, tapi b******k!" Sarkasnya. Lalu tangan nya terulur untuk menyentuh wajahnya, terasa halus dan saat tertidur dia seperti bayi yang imut, pikirnya. Setelah puas memuji Alden ia bangun dari tempat tidurnya dan memunguti semua pakaiannya yang berserakan lalu menuju ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Tak membutuhkan waktu lama dia segera meraih tasnya dan pergi dari club tersebut tanpa berniat membangun kan Alden terlebih dahulu. Dia menyetop taksi lalu pulang ke rumahnya. Ia juga berniat pindah dari
Warning!!! Hari ini hari minggu, sudah seminggu pula sejak kepergian Rania dari rumah Alden dan dia belum pernah ketemu lagi dengannya. Alden merasa ada yang kurang dia selalu uring-uringan dan bawaannya ingin marah-marah terus. Seperti Saat ini Alden sedang memimpin rapat di kantornya, dia tidak bisa fokus dengan apa yang di jelaskan oleh rekannya dia memutuskan untuk mencari hiburan, lalu menyuruh Daniel untuk menghandle rapatnya. "Kau urus rapat ini sampai selesai." perintahnya pada Daniel. "Kau mau kemana tuan?" tanya Daniel balik. "Aku ada urusan mendadak," kemudian Alden beranjak dari duduknya dan keluar dari ruang rapat. Alden berjalan memasuki mobilnya kemudian menstarter mobil tersebut lalu menjalankannya membelah jalan menuju club. Dia akan mencari pemuasnya sendiri. Setelah sampai di club langganannya itu Alden memarkirkan mobilnya lalu berjalan memasuki club. Karena ini masih siang maka club t
Warning!!!Mereka tak henti-hentinya berciuman mesra. Alden yang sudah sangat On langsung mencumbui Rania di ranjangnya.Ia melepaskan dan melempar satu persatu kain yang tersisa di tubuh Rania, hingga terdengar e*****n Rania yang sangat merdu ditelinga Alden.Alden pun tak mau kalah untuk melepas seluruh pakaian yang ada di tubuhnya sehingga sekarang mereka sama-sama naked.Alden menatap tubuh Rania yang terkulai lemas setelah pelepasan pertamanya. Terlihat sorot mata yang tajam dan bergairah di mata Alden saat menatap Rania. Perlahan Alden menaiki ranjang dan menindih tubuh Rania.Ia melumat bibir Rania yang sudah bengkak akibat ulahnya dan membuka lebar-lebar kakinya dan mengarahkan kejantanannya pada kewanitaan Rania yang sudah basah.Ia menggesekkan perlahan sehingga menimbulkan erangan yang di tahan oleh Rania. Alden yang sudah tidak tahan pun langsung mendorong miliknya dengan kuat untuk masuk."AAARGGGGHHH
Hari berikutnya di kediaman Alden, ia baru saja mandi saat Daniel orang kepercayaan dan sahabatnya mengatakan bahwa ada seseorang yang sedang membutuhkan pekerjaan lalu dia menawarkan tubuhnya pada Alden, asalkan Alden mau menuruti beberapa syarat darinya. "Syarat? Belum ketemu saja sudah meminta syarat, lagian kan dia yang menawarkannya ,,bukan aku yang meminta,,, siapa dia?" tanyanya pada Daniel." "Dia bernama Rania ini fotonya, dan ini beberapa syarat yang dia minta." Jawab Daniel lalu menyerahkan beberapa berkas dan foto padanya. Alden mengamatinya cukup lama dan tak lama dia pun menyuruh Daniel untuk membawa Rania ke rumahnya Alden. "Nanti malam jemput dia dan suruh dia ke kamar tamu" titah Alden pada Daniel. Lihat nanti apa yang akan dia berikan sampai-sampai meminta syarat begini padaku, ucap Alden dalam hati. ***** Daniel memberi menelepon Martin, untuk memberitahu kalau Alden meminta Rania untuk kerumahnya. "Halo, tin Boss gue mau Rania kerumahnya nanti malam!" ucap
London, Alden Keegen, seorang CEO muda yang sukses dalam berbagai bidang bisnis yang dijalankan. Yang suka berganti pasangan setiap hari untuk menghangatkan ranjangnya. Dia melakukannya untuk menghilangkan penatnya disaat dia bosan bekerja. Walaupun bukan dia yang mencari tetapi Daniel sahabatnya sekaligus tangan kanan Alden, apapun yang dipilih oleh Daniel untuk Alden itu yang terbaik. Malam ini Alden baru saja menyelesaikan malamnya dengan seorang jalang. Di negeri ini, tak sulit lagi untuk mencari wanita malam atau j****g. Bahkan kadang tanpa dicaripun, mereka akan sangat bahagianya meyerahkan diri mereka begitu saja untuk dinikmati. Seperti itulah kehidupan perempuan zaman sekarang. Tetapi tidak semua perempuan sama, kadang dia menjadi seperti itu karena dipaksakan oleh keadaan. Seorang wanita masih terengah-engah sambil memejamkan matanya. Namun hanya sebentar, ia kembali membuka matanya dan menatap Alden lekat. Dan dengan berani tangannya menyentuh wajah tampan Alden, namun la