Sesampainya di ruangannya Alden mengambil berkas-berkas yang akan digunakan untuk meeting.
Saat dia sedang membereskan berkas-berkas tiba-tiba saja ada yang mengetuk pintunya.
Tok...tok...tok...
"Masuk." sahut Alden tanpa sedikitpun menoleh ke arah pintu.
Cklek...
Alden menoleh saat pintu terbuka dan ternyata yang mengetuk pintu adalah Daniel sang sekertaris bertepatan dengan dia selesai membereskan berkasnya.
"Maaf Pak, bapak sudah di tunggu di ruang meeting," ucap Daniel.
"Iya, ayo!" lalu Alden berjalan melewati Daniel menuju pintu keluar.
Daniel mengikuti Alden dibelakangnya. Karena ruang meeting berada di bawah satu lantai ruangannya maka mereka manaiki lift.
Saat di dalam lift Alden, suasana hening hingga Alden memulai pembicaraannya.
"Oiya..Niel. Besok aku ingin kau mengosongkan jadwal ku sehari yah!" Perintahnya pada Daniel.
Tumben, tidak biasanya bos begitu?, tanya Daniel dalam hati.
"Memangnya tuan ingin kemana?" akhirnya ia memberanikan diri untuk bertanya.
Masa iya aku jawab ingin menghabiskan waktu dengan Rania, ucapnya dalam hati.
"Aku ingin, ingin istirahat yah istirahat." balasnya.
Daniel hanya mengangguk saja.
Ting...
Lift terbuka dan mereka segera keluar untuk menuju ruang meeting.
Cklek...
"Maaf saya sedikit terlambat." ucap Alden saat memasuki ruangan.
"Iya pak tidak apa-apa, kita juga baru sampai di ruangannya." jawab salah satu stafnya.
Lalu Alden duduk di kursinya dengan Daniel yang berada di sampingnya.
"Bisa kita mulai meeting nya?" tanya Alden pada semua yang berada di dalam ruangan.
Lalu Alden mulai memimpin meeting hingga selesai, tanpa ada halangan suatu apapun.
Tak terasa jam menunjukkan pukul 11.00, dan bertepatan dengan selesainya meeting.
"Baik terimakasih untuk yang sudah mengikuti meeting hari ini, saya pamit undur diri." ucap Alden lalu dia beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju pintu keluar.
*****
Rania menatap bangunan yang ada di depannya. Dia mencari kontrakan yang sederhana dan juga nyaman untuk di tempati di Kota L.
"Aku harap setelah ini bisa hidup dengan tenang," gumam Rania dengan tersenyum.
Lalu dia membuka pintu dengan kunci yang sudah dia dapatkan dari pemilik kontrakan.
Dia di sini akan memulai hidup yang baru, dia juga berniat akan mencari pekerjaan di kota L.
"Rumahnya bersih dan terawat," gumamnya.
Terdapat dua kamar di dalamnya, ada ruang makan dan dapur juga, tersedia pula ruang tamu.
Meskipun tidak terlalu besar tetapi sudah cukup baginya.
Cklek...
Rania membuka pintu kamar yang akan dia tempati nantinya. Dia meletakkan tasnya lalu berjalan keluar untuk ke kamar mandi lalu akan masak untuk makan malam.
Sebelumnya diaa sempat mampir ke warung untuk membeli telur dan sayuran.
Saat dia akan memasak tiba-tiba saja ada yang mengetuk pintu.
Tok...tok...tok...
"Siapa ya?" tanyanya pada diri sendiri.
Lalu dia berjalan ke arah pintu untuk membukanya.
Cklek...
"Halo mba, kenalin aku Eva tetangga sebelah kanan mba.." ucap perempuan yang ternyata adalah tetangga nya, dengan menyodorkan tangan untuk bersalaman.
"Ohh iya, saya Rania.." balasnya dengan tersenyum lalu menyodorkan tangan nya.
"Mari masuk dulu mba," lanjutnya.
Lalu Eva masuk kedalam rumah Rania. Mereka duduk berhadapan di sofa ruang tamunya.
"Aku sangat Senang akhirnya mempunyai tetangga," ucap Eva dengan gembira.
"Kok gitu kan tetangga depan rumah banyak perasaan deh va?" Tanyanya pada Eva.
"Iya tapi mereka tuh gak asih bisanya nyinyir aja kak.."
"Kamu masih kuliah apa udah kerja va?"
"Kuliah ka, semester 5."
"Ohh gitu."
"Kamu udah makan belum?"
"Belum ka, hehehe."
"Yasudah ayo makan bareng aku saja ya! aku akan masak sebentar"
"Ayo aku bantuin saja ka." seru Eva.
Lalu mereka berjalan ke dapur untuk memasak bersama. Meskipun baru mengenal Eva sepertinya Rania cocok dengannya.
Setelah hampir satu jam lamanya mereka memasak akhirnya selesai dan mereka menatanya di meja makan.
"Sudah ayo makan va!" seru Rania pada Eva.
"Ayo .."
Mereka makan dengan lahap, dan sesekali di selingi dengan obrolan.
Setelah selesai makan lalu Rania dan Eva membereskan meja makan.
"Terimakasih ya ka, aku jadi menghemat hehehh." ucap Eva.
"Iya sama-sama," balasnya dengan tersenyum.
"Aku pulang dulu ya ka, kalo butuh bantuan Kaka kerumah aku aja ya ka,"
"Iya va, makasih juga ya"
Lalu Eva keluar dari rumah Rania dan kembali kerumahnya.
"Hoamm...," Rania menguap karena dia mengantuk.
Tidak lupa sebelum tidur dia mengunci pintunya.
*****
Sedangkan di lain tempat Alden baru saja memasuki rumah nya setelah dia selesai lembur.
"Kenapa tiba-tiba saja aku kepikiran sama Rania ya?" tanya Alden pada diri sendiri.
Karena terganggu dengan pikiran di memutuskan untuk menelepon Rania. Kemudian dia mengambil handphonenya di saku celananya dan mencari nomor Rania.
Sudah beberapa kali Alden meneleponnya tetapi tetap tidak aktif.
Tut..Tut..tutt..
Entah sudah panggilan ke berapa yang tidak tersambung.
"Sebenernya kemana dia?"
"Sudahlah besok aku kerumahnya saja pagi-pagi." Lanjutnya.
Lalu dia menuju ke arah kamar mandi yang berada di kamarnya untuk membersihkan tubuhnya karena seharian bekerja.
Saat sedang mandi tiba-tiba saja dia kepikiran tentang Rania, dan itu membuatnya turn on.
"Oh shit, baru memikirkannya saja sudah membuatku on. Gimana kalau bertemu." gerutunya.
Dan hal itu membuatnya mandi sedikit lama. Setelah selesai dengan kegiatannya dia keluar dari dalam kamar mandi menuju walk in cliset.
Dia memakai celana pendek dan kaos oblong. Alden kembali ke kamarnya dan duduk di ranjang dengan hp di tangan nya.
Drrt...drrttt ..drrtt...
Alden segera menggeser tombol hijau nya. Yang menelpon ternyata adalah Daniel.
"Halo..."
"..."
"Kenapa mendadak si!?" bentak Alden.
"...."
"Yasudah besok aku akan ke kantor sebentar." ucap Alden.
Tut..Alden mematikan sambungannya sepihak.
Alden mengambil laptopnya yang berada di nakas samping tempat tidurnya lalu menghidupkannya. Dia memeriksa email yang masuk di laptopnya.
"Benar besok ada pertemuan penting dengan Mr. Stefan, kenapa aku bisa lupa ya?" gumamnya.
Tidak terasa jam sudah menunjukkan pukul 23.25, Alden belum selesai dengan pekerjaannya.
"Hoam...Dahlah lanjutin besok lagi."
Alden mematikan laptopnya dan meletakkannya di nakas samping tempat tidurnya.
Alden merebahkan tubuhnya di atas kasur yang empuk.
"Kenapa aku kepikiran Rania terus si ya." ucap Alden.
Setelah selesai dengan pikirannya sendiri Alden menyelami mimpinya dengan nyenyak hingga pagi menjelang.
Matahari masuk melalui celah-celah jendela kamar Rania. Sehingga membuat nya terbangun dari tidur nyenyak nya.
Rania mengerjapkan matanya karena dia belum sepenuhnya sadar dari tidurnya.
"Jam berapa si ini?" tanya Rania pada dirinya.
Lalu dia menengok ke arah jam dinding yang ada di kamarnya menunjukkan pukul 06.43.
"Huh udah siang aja padahal rasanya baru sebentar doang gue tidurnya."
Lalu Rania menyibakkan selimut yang membungkus dirinya kemudian beranjak dari tempat tidurnya menuju ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
Setengah jam berlalu dan Rania sudah selesai dengan acara mandinya. Dia juga sudah mengenakan pakaian kemeja dan rok span selutut, ya dia berniat untuk mencari pekerjaan hari ini agar dia tidak bosan berada di rumah terus dan dia juga berpikir sewaktu-waktu uang yang di berikan Alden habis.
Rania berniat membeli sarapan di luar karena dia bangun kesiangan dan tidak sempat membuat sarapan.
"Untung aku sempat membawa berkas lamaran sebelumnya jadi tidak perlu membuat yang baru," gumamnya.
Lalu Rania keluar dari rumah nya untuk membeli sarapan terlebih dahulu lalu langsung pergi mencari pekerjaan.
Saat dia melewati rumah Eva pintunya masih tertutup.
"Mungkin dia belum bangun," pikirnya.
Lalu Rania melanjutkan jalannya untuk sarapan terlebih dahulu.
Dilain tempat Alden baru saja terbangun dari tidurnya. "Hoam..." Setelah sadar sepenuhnya Alden menuju ke kamar mandi untuk mandi, dan bersiap-siap untuk pergi ke rumah Rania. Saat dia sedang mandi tiba-tiba saja dia kepikiran dengan Rania. "Kenapa aku jadi merindukannya ya," ucapnya. "Akh aku sudah tidak sabar untuk bertemu dengan nya." ucap Alden dengan tersenyum senyum sendiri. Lalu di mempercepat proses mandinya dan bersiap bertemu dengan Rania. Saat ini Alden dalam perjalanan menuju rumah Rania, dia sudah sarapan dengan roti tadi pagi. Setelah sampai di parkiran Apartemen Rania,d dia turun dari mobil dan langsung menuju ke unit Rania. Tok...tok...tok... "Kok ngga ada orang si?" tanya Alden. Alde pun tidak bisa menelepon Rania. "Siall, apa dia kabur?" pikir Alden. Dia baru ingat kalau di tahu sandi apartemen Rania. Lalu dia langsung menekan tombolnya setelah pintu terbuka Alden langsung memasukinya. "Rania...RAN..!!" teriak Alden. "Alden memeriksa semua kamar dan tidak
Setelah muter-muter dan jam menunjukkan pukul 12 siang Rania belum juga mendapatkan Pekerjaan. Kemudian Rania makan disebuah cafe yang dekat dengan jalan yang ia lewati. Setelah mendapatkan kursi yang kosong ia segera duduk dan melihat menu. Setelah memilih akhirnya ia memilih spaghetti dan lemontea. Kemudian ia pergi ke kasir untuk memesan dan membayarnya. Saat dibagian kasir ia melihat Ada lowongan pekerjaan lalu ia bertanya kre kasirnya. "Ka maaf itu lowongan pekerjaan untuk dicafe ini atau bukan ya?" "Iya ka itu lowongan di cafe ini, kenapa ya ka?" tanya kasir "Itu untuk bagian apa ya? saya ingin mendaftar." "Waitres ka, yaudah nanti lamarannya bisa dikiirimkan ke email yang tertera." "Oke Makasih yaa,,," lalu Rania memotret email dan persyaratannya menggunakan HPnya lalu dia bertanya kepada kasirnya " jadi totalnya berapa ya?". "Jadi totalnya sembilanpuluh empat ribu " "Oke sebentar." ucap Rania sambil mengambil dompet di dalam tasnya. Ya ia masih punya uang simpanan d
London, Alden Keegen, seorang CEO muda yang sukses dalam berbagai bidang bisnis yang dijalankan. Yang suka berganti pasangan setiap hari untuk menghangatkan ranjangnya. Dia melakukannya untuk menghilangkan penatnya disaat dia bosan bekerja. Walaupun bukan dia yang mencari tetapi Daniel sahabatnya sekaligus tangan kanan Alden, apapun yang dipilih oleh Daniel untuk Alden itu yang terbaik. Malam ini Alden baru saja menyelesaikan malamnya dengan seorang jalang. Di negeri ini, tak sulit lagi untuk mencari wanita malam atau j****g. Bahkan kadang tanpa dicaripun, mereka akan sangat bahagianya meyerahkan diri mereka begitu saja untuk dinikmati. Seperti itulah kehidupan perempuan zaman sekarang. Tetapi tidak semua perempuan sama, kadang dia menjadi seperti itu karena dipaksakan oleh keadaan. Seorang wanita masih terengah-engah sambil memejamkan matanya. Namun hanya sebentar, ia kembali membuka matanya dan menatap Alden lekat. Dan dengan berani tangannya menyentuh wajah tampan Alden, namun la
Hari berikutnya di kediaman Alden, ia baru saja mandi saat Daniel orang kepercayaan dan sahabatnya mengatakan bahwa ada seseorang yang sedang membutuhkan pekerjaan lalu dia menawarkan tubuhnya pada Alden, asalkan Alden mau menuruti beberapa syarat darinya. "Syarat? Belum ketemu saja sudah meminta syarat, lagian kan dia yang menawarkannya ,,bukan aku yang meminta,,, siapa dia?" tanyanya pada Daniel." "Dia bernama Rania ini fotonya, dan ini beberapa syarat yang dia minta." Jawab Daniel lalu menyerahkan beberapa berkas dan foto padanya. Alden mengamatinya cukup lama dan tak lama dia pun menyuruh Daniel untuk membawa Rania ke rumahnya Alden. "Nanti malam jemput dia dan suruh dia ke kamar tamu" titah Alden pada Daniel. Lihat nanti apa yang akan dia berikan sampai-sampai meminta syarat begini padaku, ucap Alden dalam hati. ***** Daniel memberi menelepon Martin, untuk memberitahu kalau Alden meminta Rania untuk kerumahnya. "Halo, tin Boss gue mau Rania kerumahnya nanti malam!" ucap
Warning!!!Mereka tak henti-hentinya berciuman mesra. Alden yang sudah sangat On langsung mencumbui Rania di ranjangnya.Ia melepaskan dan melempar satu persatu kain yang tersisa di tubuh Rania, hingga terdengar e*****n Rania yang sangat merdu ditelinga Alden.Alden pun tak mau kalah untuk melepas seluruh pakaian yang ada di tubuhnya sehingga sekarang mereka sama-sama naked.Alden menatap tubuh Rania yang terkulai lemas setelah pelepasan pertamanya. Terlihat sorot mata yang tajam dan bergairah di mata Alden saat menatap Rania. Perlahan Alden menaiki ranjang dan menindih tubuh Rania.Ia melumat bibir Rania yang sudah bengkak akibat ulahnya dan membuka lebar-lebar kakinya dan mengarahkan kejantanannya pada kewanitaan Rania yang sudah basah.Ia menggesekkan perlahan sehingga menimbulkan erangan yang di tahan oleh Rania. Alden yang sudah tidak tahan pun langsung mendorong miliknya dengan kuat untuk masuk."AAARGGGGHHH
Warning!!! Hari ini hari minggu, sudah seminggu pula sejak kepergian Rania dari rumah Alden dan dia belum pernah ketemu lagi dengannya. Alden merasa ada yang kurang dia selalu uring-uringan dan bawaannya ingin marah-marah terus. Seperti Saat ini Alden sedang memimpin rapat di kantornya, dia tidak bisa fokus dengan apa yang di jelaskan oleh rekannya dia memutuskan untuk mencari hiburan, lalu menyuruh Daniel untuk menghandle rapatnya. "Kau urus rapat ini sampai selesai." perintahnya pada Daniel. "Kau mau kemana tuan?" tanya Daniel balik. "Aku ada urusan mendadak," kemudian Alden beranjak dari duduknya dan keluar dari ruang rapat. Alden berjalan memasuki mobilnya kemudian menstarter mobil tersebut lalu menjalankannya membelah jalan menuju club. Dia akan mencari pemuasnya sendiri. Setelah sampai di club langganannya itu Alden memarkirkan mobilnya lalu berjalan memasuki club. Karena ini masih siang maka club t
Keesokan paginya Rania terbangun lebih dulu, dia melihat jam dinding menunjukkan angka 07.05. Sesaat dia mengingat kejadian sebelumnya. Lalu dia memiringkan tubuhnya ke kiri dan merenungkan kembali nasibnya. Dia sedikit menyesali perbuatannya kenapa dia bisa sampai begini. Untuk di tangisi pun sudah terlambat pikirnya. Kemudian ia membalik tubuhnya menghadap kearah Alden, dia mengamati wajahnya sesaat. "Tampan si, tapi b******k!" Sarkasnya. Lalu tangan nya terulur untuk menyentuh wajahnya, terasa halus dan saat tertidur dia seperti bayi yang imut, pikirnya. Setelah puas memuji Alden ia bangun dari tempat tidurnya dan memunguti semua pakaiannya yang berserakan lalu menuju ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Tak membutuhkan waktu lama dia segera meraih tasnya dan pergi dari club tersebut tanpa berniat membangun kan Alden terlebih dahulu. Dia menyetop taksi lalu pulang ke rumahnya. Ia juga berniat pindah dari
Setelah muter-muter dan jam menunjukkan pukul 12 siang Rania belum juga mendapatkan Pekerjaan. Kemudian Rania makan disebuah cafe yang dekat dengan jalan yang ia lewati. Setelah mendapatkan kursi yang kosong ia segera duduk dan melihat menu. Setelah memilih akhirnya ia memilih spaghetti dan lemontea. Kemudian ia pergi ke kasir untuk memesan dan membayarnya. Saat dibagian kasir ia melihat Ada lowongan pekerjaan lalu ia bertanya kre kasirnya. "Ka maaf itu lowongan pekerjaan untuk dicafe ini atau bukan ya?" "Iya ka itu lowongan di cafe ini, kenapa ya ka?" tanya kasir "Itu untuk bagian apa ya? saya ingin mendaftar." "Waitres ka, yaudah nanti lamarannya bisa dikiirimkan ke email yang tertera." "Oke Makasih yaa,,," lalu Rania memotret email dan persyaratannya menggunakan HPnya lalu dia bertanya kepada kasirnya " jadi totalnya berapa ya?". "Jadi totalnya sembilanpuluh empat ribu " "Oke sebentar." ucap Rania sambil mengambil dompet di dalam tasnya. Ya ia masih punya uang simpanan d
Dilain tempat Alden baru saja terbangun dari tidurnya. "Hoam..." Setelah sadar sepenuhnya Alden menuju ke kamar mandi untuk mandi, dan bersiap-siap untuk pergi ke rumah Rania. Saat dia sedang mandi tiba-tiba saja dia kepikiran dengan Rania. "Kenapa aku jadi merindukannya ya," ucapnya. "Akh aku sudah tidak sabar untuk bertemu dengan nya." ucap Alden dengan tersenyum senyum sendiri. Lalu di mempercepat proses mandinya dan bersiap bertemu dengan Rania. Saat ini Alden dalam perjalanan menuju rumah Rania, dia sudah sarapan dengan roti tadi pagi. Setelah sampai di parkiran Apartemen Rania,d dia turun dari mobil dan langsung menuju ke unit Rania. Tok...tok...tok... "Kok ngga ada orang si?" tanya Alden. Alde pun tidak bisa menelepon Rania. "Siall, apa dia kabur?" pikir Alden. Dia baru ingat kalau di tahu sandi apartemen Rania. Lalu dia langsung menekan tombolnya setelah pintu terbuka Alden langsung memasukinya. "Rania...RAN..!!" teriak Alden. "Alden memeriksa semua kamar dan tidak
Sesampainya di ruangannya Alden mengambil berkas-berkas yang akan digunakan untuk meeting. Saat dia sedang membereskan berkas-berkas tiba-tiba saja ada yang mengetuk pintunya. Tok...tok...tok... "Masuk." sahut Alden tanpa sedikitpun menoleh ke arah pintu. Cklek... Alden menoleh saat pintu terbuka dan ternyata yang mengetuk pintu adalah Daniel sang sekertaris bertepatan dengan dia selesai membereskan berkasnya. "Maaf Pak, bapak sudah di tunggu di ruang meeting," ucap Daniel. "Iya, ayo!" lalu Alden berjalan melewati Daniel menuju pintu keluar. Daniel mengikuti Alden dibelakangnya. Karena ruang meeting berada di bawah satu lantai ruangannya maka mereka manaiki lift. Saat di dalam lift Alden, suasana hening hingga Alden memulai pembicaraannya. "Oiya..Niel. Besok aku ingin kau mengosongkan jadwal ku sehari yah!" Perintahnya pada Daniel. Tumben, tidak biasanya bos begitu?, tanya Daniel dalam hati. "Memangnya tuan ingin kemana?" akhirnya ia memberanikan diri untuk bertanya. Masa
Keesokan paginya Rania terbangun lebih dulu, dia melihat jam dinding menunjukkan angka 07.05. Sesaat dia mengingat kejadian sebelumnya. Lalu dia memiringkan tubuhnya ke kiri dan merenungkan kembali nasibnya. Dia sedikit menyesali perbuatannya kenapa dia bisa sampai begini. Untuk di tangisi pun sudah terlambat pikirnya. Kemudian ia membalik tubuhnya menghadap kearah Alden, dia mengamati wajahnya sesaat. "Tampan si, tapi b******k!" Sarkasnya. Lalu tangan nya terulur untuk menyentuh wajahnya, terasa halus dan saat tertidur dia seperti bayi yang imut, pikirnya. Setelah puas memuji Alden ia bangun dari tempat tidurnya dan memunguti semua pakaiannya yang berserakan lalu menuju ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Tak membutuhkan waktu lama dia segera meraih tasnya dan pergi dari club tersebut tanpa berniat membangun kan Alden terlebih dahulu. Dia menyetop taksi lalu pulang ke rumahnya. Ia juga berniat pindah dari
Warning!!! Hari ini hari minggu, sudah seminggu pula sejak kepergian Rania dari rumah Alden dan dia belum pernah ketemu lagi dengannya. Alden merasa ada yang kurang dia selalu uring-uringan dan bawaannya ingin marah-marah terus. Seperti Saat ini Alden sedang memimpin rapat di kantornya, dia tidak bisa fokus dengan apa yang di jelaskan oleh rekannya dia memutuskan untuk mencari hiburan, lalu menyuruh Daniel untuk menghandle rapatnya. "Kau urus rapat ini sampai selesai." perintahnya pada Daniel. "Kau mau kemana tuan?" tanya Daniel balik. "Aku ada urusan mendadak," kemudian Alden beranjak dari duduknya dan keluar dari ruang rapat. Alden berjalan memasuki mobilnya kemudian menstarter mobil tersebut lalu menjalankannya membelah jalan menuju club. Dia akan mencari pemuasnya sendiri. Setelah sampai di club langganannya itu Alden memarkirkan mobilnya lalu berjalan memasuki club. Karena ini masih siang maka club t
Warning!!!Mereka tak henti-hentinya berciuman mesra. Alden yang sudah sangat On langsung mencumbui Rania di ranjangnya.Ia melepaskan dan melempar satu persatu kain yang tersisa di tubuh Rania, hingga terdengar e*****n Rania yang sangat merdu ditelinga Alden.Alden pun tak mau kalah untuk melepas seluruh pakaian yang ada di tubuhnya sehingga sekarang mereka sama-sama naked.Alden menatap tubuh Rania yang terkulai lemas setelah pelepasan pertamanya. Terlihat sorot mata yang tajam dan bergairah di mata Alden saat menatap Rania. Perlahan Alden menaiki ranjang dan menindih tubuh Rania.Ia melumat bibir Rania yang sudah bengkak akibat ulahnya dan membuka lebar-lebar kakinya dan mengarahkan kejantanannya pada kewanitaan Rania yang sudah basah.Ia menggesekkan perlahan sehingga menimbulkan erangan yang di tahan oleh Rania. Alden yang sudah tidak tahan pun langsung mendorong miliknya dengan kuat untuk masuk."AAARGGGGHHH
Hari berikutnya di kediaman Alden, ia baru saja mandi saat Daniel orang kepercayaan dan sahabatnya mengatakan bahwa ada seseorang yang sedang membutuhkan pekerjaan lalu dia menawarkan tubuhnya pada Alden, asalkan Alden mau menuruti beberapa syarat darinya. "Syarat? Belum ketemu saja sudah meminta syarat, lagian kan dia yang menawarkannya ,,bukan aku yang meminta,,, siapa dia?" tanyanya pada Daniel." "Dia bernama Rania ini fotonya, dan ini beberapa syarat yang dia minta." Jawab Daniel lalu menyerahkan beberapa berkas dan foto padanya. Alden mengamatinya cukup lama dan tak lama dia pun menyuruh Daniel untuk membawa Rania ke rumahnya Alden. "Nanti malam jemput dia dan suruh dia ke kamar tamu" titah Alden pada Daniel. Lihat nanti apa yang akan dia berikan sampai-sampai meminta syarat begini padaku, ucap Alden dalam hati. ***** Daniel memberi menelepon Martin, untuk memberitahu kalau Alden meminta Rania untuk kerumahnya. "Halo, tin Boss gue mau Rania kerumahnya nanti malam!" ucap
London, Alden Keegen, seorang CEO muda yang sukses dalam berbagai bidang bisnis yang dijalankan. Yang suka berganti pasangan setiap hari untuk menghangatkan ranjangnya. Dia melakukannya untuk menghilangkan penatnya disaat dia bosan bekerja. Walaupun bukan dia yang mencari tetapi Daniel sahabatnya sekaligus tangan kanan Alden, apapun yang dipilih oleh Daniel untuk Alden itu yang terbaik. Malam ini Alden baru saja menyelesaikan malamnya dengan seorang jalang. Di negeri ini, tak sulit lagi untuk mencari wanita malam atau j****g. Bahkan kadang tanpa dicaripun, mereka akan sangat bahagianya meyerahkan diri mereka begitu saja untuk dinikmati. Seperti itulah kehidupan perempuan zaman sekarang. Tetapi tidak semua perempuan sama, kadang dia menjadi seperti itu karena dipaksakan oleh keadaan. Seorang wanita masih terengah-engah sambil memejamkan matanya. Namun hanya sebentar, ia kembali membuka matanya dan menatap Alden lekat. Dan dengan berani tangannya menyentuh wajah tampan Alden, namun la