Share

Episode 02

Penulis: Queen Mikayla
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-25 12:06:46

Ethan memutuskan untuk tinggal di bawah kolong jembatan yang dingin dan gelap, tempat yang jauh berbeda dari kehidupan mewah yang biasa dia jalani.

"Untuk sementara, tempat ini lumayan untuk berteduh," gumam Ethan tersenyum miris.

Inilah pilihannya, tak ada gunanya untuk mengeluh. Jalani apa yang sudah ia pilih. Kini, dia harus beradaptasi dengan tidur di atas alas kardus tipis yang diletakkan di atas tanah yang keras dan kotor, di mana AC dan kasur empuk yang biasa memeluk tubuhnya sudah tak ada. Udara di tampat ini begitu lembab membuat Ethan tidak bisa tidur.

"Mana bisa tidur, mana banyak nyamuk," gumamnya dengan hembusan nafas yang terdengar berat.

Ethan pun berusaha untuk tidur, karena besok dirinya harus kembali mengamen lagi.

Sepanjang hari, Ethan mengamen di jalanan dari tempat ke tempat lainnya. Suara kendaraan yang melintas berpadu dengan suara orang yang berbicara keras, membuat suasana menjadi ramai. Ethan mencoba mengumpulkan uang meskipun hanya uang recehan.

"Sepertinya uangnya sudah cukup untuk membeli tiket kereta api."

Dengan uang hasil mengamen, Ethan akhirnya mampu membeli tiket kereta api bawah tanah menuju Manhattan. Setelah menunggu beberapa saat, kereta akhirnya datang. Pintu kereta terbuka, para penumpang yang berjejalan di dalam, saling berdesakan, dan mencari pegangan agar tak jatuh saat kereta melaju. Ethan selalu menggunakan topi hitamnya, bahkan ada tahi lalat di pipi kanannya, ia merubah penampilannya agar tidak ada yang mengenali dirinya. Ethan pun selalu menggunakan pakaian lusuh.

***

Ethan berdiri di tepi jalan di depan kafe di kota Manhattan, dengan gitarnya, ia mulai menyanyikan lagu-lagu favoritnya. Suaranya merdu dan menghayati lagunya, mencuri perhatian banyak orang di sekitar sana. Di antara mereka, ada seorang gadis cantik— seorang mahasiswi kedokteran yang tengah menikmati kopi di kafe tersebut.

"Oh Tuhan! Suaranya bagus banget." Gadis cantik itu bernama Evellyne, kebetulan menyukai musik juga.

Tak bisa menahan diri, Evellyne mengambil ponselnya dan mulai merekam saat pengamen itu bernyanyi. Suara emas Ethan benar-benar menarik hatinya. Ketika Ethan menyelesaikan lagunya dan hendak pergi, Evellyne segera bangkit dari tempat duduknya dan berlari mengejar pengamen yang memiliki tompel hitam disebelah pipinya itu.

"Hei, tunggu!" teriak Evellyne sambil mengejar Ethan.

Ethan yang mendengar suara teriakan seorang wanita, ia pun menghentikan langkahnya.

"Halo!" sapa Evellyne tersenyum sambil mengulurkan tangannya. "Nama aku Evellyne, salam kenal!" ujar Evellyne tersenyum sampai kedua lesung dipipinya terlihat.

Ethan menatap gadis cantik di depannya dengan ekspresi ragu, "Apakah kamu tidak malu berkenalan dengan pengamen jalanan sepertiku?"

Evellyne tersenyum lebar, "Tentu tidak. Suaramu sangat indah, aku justru merasa bangga bisa berkenalan denganmu. Aku serius... suaramu luar biasa, dan aku yakin banyak orang yang akan setuju denganku."

Evellyne masih mengulurkan tangannya. Dan kini, Ethan menerima uluran tangan gadis itu.

"Namaku Ethan!" ucapnya dengan senyuman.

Ethan tersipu mendengar pujian Evellyne. "Ngomong-ngomong, Terima kasih atas pujianmu, Evellyne. Tapi, aku hanya seorang pengamen jalanan, tidak ada yang spesial dariku," ucap Ethan.

Evellyne menggeleng, "Jangan meremehkan dirimu sendiri. Bakatmu tidak bisa diabaikan, aku yakin kamu bisa meraih kesuksesan dengan suaramu itu. Semangat!"

Ethan tersenyum tipis, "iya. Tapi hidupku bukanlah seperti yang kamu pikirkan. Lihatlah? Aku hanya seorang pengamen jalanan. Bahkan aku harus berjuang setiap hari demi sesuap nasi."

Evellyne mengangguk, ia mengerti apa yang diucapkan pria dihadapannya ini, "Aku tahu hidup itu tidak mudah, Ethan. Tapi, jangan menyerah pada impianmu. Aku yakin, suatu saat, kamu akan menemukan jalanmu. Kamu akan menjadi seorang yang hebat! Ayo Semangat !"

Ethan memandang Evellyne, Kata-kata Evellyne membuat ia semakin semangat. "Sekali lagi, terima kasih atas semangatnya."

"Oke, sama-sama. Kalau begitu, aku duluan ya, aku mau ke kafe lagi. Sampai jumpa, Ethan. Semoga kita bisa bertemu lagi suatu hari nanti," ujar Evellyne sebelum berlalu.

Namun, Evellyne teringat sesuatu. Ia memutar tubuhnya kembali mengadap Ethan.

"Ini bonus untuk kamu, si pemilik suara emas," ucap Evellyne tersenyum sambil menaruh uang $25 disebelah telapak tangan Ethan. Lalu, Evellyne pergi.

Ethan menatap Evellyne yang pergi, merasa terharu dan termotivasi oleh kata-kata gadis itu. Ia tersenyum saat melihat uang yang pemberian dari gadis cantik yang memiliki lesung pipi itu.

"Mimpi apa aku semalam? Hari ini aku bertemu dengan gadis cantik yang membuat aku semakin semangat untuk terus berjuang mengejar mimpi," gumam Ethan tersenyum.

Ethan melanjutkan langkahnya lagi untuk mengamen. Di kota ini, ia belum mendapatkan tempat tinggal. Turun dari Kereta, ia langsung mengamen.

***

Sore menjelang petang, di tengah keramaian kota Manhattan, Ethan berjalan menelusuri jalan-jalan mencari Apartemen kecil yang cocok untuknya. Setelah menemukan sebuah Apartemen kecil yang terlihat cukup layak, Ethan segera mendekati pintu dan menekan bel.

Seorang wanita usianya 40 tahun—pemilik Apartemen itu membuka pintu, "Ada yang bisa saya bantu?" tanya wanita itu.

"Saya ingin menyewa kamar  di sini, Nyonya," jawab Ethan sambil tersenyum.

Wanita itu memperhatikan penampilan Ethan dari atas ke bawah. Penampilan Ethan sedikit lusuh, "Baiklah, tapi saya minta uang mukanya dulu selama satu bulan," ucap wanita itu ketus.

"Kira-kira berapa ya, Nyonya?" tanya Ethan.

"$158," jawab wanita itu.

Ethan merogoh kantongnya dan mengeluarkan sejumlah uang, namun ternyata jumlahnya tidak cukup untuk membayar uang muka.

"Maaf, Nyonya. Uang saya tidak cukup. Saya punya uang segini dulu, nanti sisanya akan saya cicil dalam waktu kurang lebih seminggu ini," ujar Ethan, berharap wanita pemilik kosan mau memberikan keringanan padanya.

"Maaf ya, tidak bisa! Sudah aturannya begini. Jadi, kalau tidak punya uang, jangan mencoba sewa kamar di tempat saya! Sana, cari tempat lain saja," ucap wanita itu.

"Tolong, Nyonya, saya benar-benar membutuhkan tempat tinggal. Saya akan mencari uang tambahan secepatnya," ucap Ethan terus memohon.

"Tidak bisa! Sana pergi!" Wanita itu malah mengusir Ethan.

Tak lama, Evellyne datang. Gadis cantik ini baru saja sampai. Ia datang ke Apartemen ini hanya ingin bertemu dengan teman kuliahnya.

"Loh, itu bukannya si pengamen itu ya?" Evellyne segera menghampiri Ethan dan wanita pemilik Apartemen.

"Ethan, ada apa ini?" tanya Evellyne tersenyum kepada Ethan.

"Tadinya aku mau sewa kamar di sini. Tapi ternyata harus ada uang muka dulu. Sedangkan uang aku tidak cukup. Mana hari mau gelap, aku baru menginjakan kaki di kota ini," jelas Ethan.

"Oh gitu!" Evellyne pun paham, ia menoleh kepada pemilik kosan, "Nyonya, berapa uang mukanya?" tanya Evellyne.

"$158," jawab wanita itu.

"Oke!" Evellyne mengambil uangnya di dalam dompet yang ia simpan di dalam tasnya. "Ini untuk membayar uang muka satu bulan untuk teman saya ini," ucap Evellyne.

"Baik!" kata wanita itu yang langsung menyerahkan kuncinya kepada Evellyne.

Ethan benar-benar sangat bersyukur sekali dirinya dipertemukan lagi dengan gadis cantik ini.

"Terima kasih banyak, Evellyne. Nanti, aku akan menggantikan uang kamu secepatnya."

Namun, Evellyne menggelengkan kepala , "Tidak perlu, Ethan. Aku ikhlas kok membantu kamu. Santai saja, oke!" ucap Evellyne tersenyum.

"Tapi, aku akan tetap mengganti uang itu," ucap Ethan yang tetap akan menggantikan uang Evellyne.

"Terserah kamu deh," ucap Evellyne tersenyum."Ngomong-ngomong, bagaimana kalau kita duduk santai dulu di sini?" tawar Evellyne

Ethan mengangguk. Mereka berdua duduk bersama di taman dekat Apartemen. Evellyne menyukai suara Ethan saat bernyanyi, sangat berkarakter. Kebetulan, Evellyne memliki kenalan seorang produser musik. Kebetulan, produser itu sedang mencari penyanyi yang berbakat, memiliki suara yang memiliki ciri khas. Menurut Evellyne, pengamen ini sangat cocok dan pasti bakalan jadi bintang.

"Jadi kamu tidak punya siapa-siapa di kota ini?" tanya Evellyne.

"Iya, aku sudah sebatang kara," jawab Ethan menunduk. "Aku tidak berpendidikan tinggi, maka hanya dengan mengamen cara aku untuk bertahan hidup."

"Suara kamu itu keren loh. Suara kamu itu memiliki ciri khas. Tadi,  aku kirim rekaman suara kamu ke salah satu produser yang memiliki studio musik. Dia Om aku. Kebetulan Om Barra mencari penyanyi baru. Nah, dia suka banget sama suara kamu loh," kata Evellyne.

"Wah! Benarkah?" tanya Ethan tampak senang mendengar kabar tersebut.

"Untuk apa aku bohong. Serius loh, kalau kamu berminat, besok kamu bisa datang ke studio ini," ucap Evellyne sambil menyerahkan sebuah kartu nama yang terdapat alamat studio itu. "Tapi nanti di sana kamu akan banyak saingan juga sih."

"Baik, aku akan ke sana besok," jawab Ethan.

Ragu, Ethan mengambil kartu nama tersebut. Tangannya sampai gemetar. Semudah inikah dirinya akan dipertemukan dengan seorang produser musik? Nama Produser dan nama studio itu sangat tidak asing. Banyak para penyanyi dan musisi yang berbakat bekerja sama, bahkan banyak yang menjadi bintang juga. Ya, meskipun besok harus melewati tahap audisi, tidak masalah.

"Jam 10 pagi kamu harus sampai di sana ya. Aku tunggu kamu di sana saja. Jangan sampai telat, soalnya ini kesempatan emas buat kamu. Audisinya cuman sekali saja. Jam 12 siang sudah selesai," kata Evellyne.

"Oke, aku pastikan akan datang tepat waktu," ucap Ethan dengan semangat yang membara.

Setelah itu, Evellyne pun masuk ke kamar Apartemen temannya. Ethan juga masuk ke dalam kamar miliknya.

"Aku harus latihan nih," gumam Ethan yang begitu percaya diri jika dirinya besok akan terpilih.

Bab terkait

  • Bangkitnya Sang Tuan Muda   Episode 03

    Ethan melangkah dengan semangat menuju studio musik. Langkahnya ringan seiring alunan musik yang tercipta di benaknya. Suasana kota terlihat sibuk dan penuh kehidupan semakin menambah semangatnya untuk menggapai mimpinya tersebut. Namun, tiba-tiba langkahnya terhenti saat empat orang lelaki bertubuh kekar menghalanginya."Minggir! Saya mau lewat!" ucap Ethan dengan tegas.Namun, para lelaki bertubuh kekar itu malah mengambil gitar milik Ethan yang sedang digendong di punggungnya. Mereka berlari, membawa gitar kesyangan Ethan."Kebalikan gitarku!" teriak Ethan dengan marah sambil langsung berlari mengejar keempat lelaki kekar itu. Keempat lelaki itu tertawa terbahak-bahak sambil berlari membawa gitar kesayangannya.Ethan mengejar para lelaki itu, ia berlari sekuat tenaga memasuki sebuah gang sempit yang tidak terlalu ramai. Di tempat yang terlihat sepi, Ethan berhasil mengejar para lelaki bertubuh kekar itu."Kembalikan gitarku, atau kalian akan menyesal!" ancam Ethan dengan nada beran

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-25
  • Bangkitnya Sang Tuan Muda   Episode 04

    Di New York — Kediaman Andersson. Di sebuah rumah megah, suasana hening dan gelap menyelimuti setiap sudut, waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam. Tuan Louis dan Nyonya Alice duduk di ruang tamu yang elegan, wajah Alice masih terlihat cemas. "Kau benar-benar tidak ingin berusaha agar Ethan kembali pulang, Louis? Dia harapan kita satu-satunya. Sudahlah, kamu mengalah saja. Biarkan Ethan menjadi seperti apa yang dia inginkan," ucap Nyonya Alice, wanita itu tak pernah bosan untuk membujuk suaminya itu. "Kamu tenang saja, Alice. Aku sudah memiliki rencana bagus agar Ethan kembali," ucap Louis santai. "Apa rencanamu, Louis?" tanya Nyonya Alice dengan suara gemetar, menatap suaminya yang duduk di seberang sambil menyesapsebuah rokok. Louis hanya tersenyum miring, menatap jauh ke luar jendela. "Pokoknya kamu tenang saja, Alice. Rencana ini akan membuat anak keras kepala itu pulang dengan sendirinya. Tapi, aku belum bisa memberi tahu kamu sekarang." jawabnya dengan nada misterius. Nyon

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-25
  • Bangkitnya Sang Tuan Muda   Episode 05

    Ethan dan Evellyne sedang mengamen di trotoar, tiba-tiba Evellyne teringat sesuatu dan mengeluarkan ponselnya. Ia mulai membuka sosial media dan menemukan sebuah pengumuman tentang kontes nyanyi yang sangat menarik. Hadiahnya adalah $25.000 dan kesempatan untuk dikontrak langsung oleh seorang produser musik terkenal."Wow! Ini keren banget kontesnya!"Ethan langsung menoleh kearah Evellyne, "kontes apa?" tanya Ethan."Ethan, lihat ini!" seru Evellyne sambil menunjukkan layar ponselnya. "Ada kontes nyanyi, hadiahnya $25.000 dan bisa langsung dikontrak oleh produser musik! Kamu harus ikutan, Ethan. Kalau mau, besok aku antar kamu. Aku jemput kamu."Ethan menatap layar ponsel Evellyne dengan mata berbinar, "Serius? Kapan audisinya?""Besok jam 8 pagi. Kamu harus datang lebih awal biar bisa daftar!" balas Evellyne semangat."Oke, semoga kali ini keberuntungan berpihak!" ucap Ethan penuh semangat.Keesokan harinya, Ethan dan Evellyne tiba di tempat audisi. Setelah mendaftar, Ethan mendapat

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-05
  • Bangkitnya Sang Tuan Muda   Episode 06

    "Aku tidak bisa memastikan, Tuan Muda. Aku akan mengambil foto jejak kaki ini. Siapa tahu, kita membutuhkan bukti ini," ujar Maxim. "Baiklah, lakukan itu. Aku akan segera pulang ke New York," ucap Ethan dengan nada lega. "Jangan khawatir, Tuan Muda. Aku akan terus mengawasi rumah ini. Semoga kita bisa segera menemukan dalang di balik pembantaian itu," tutup Maxim dengan penuh tekad. "Iya semoga saja, Max." Esok harinya, Ethan segera bergegas pergi ke New York. Tetap menyamar, disebelah pipinya masih ada tahi lalat. Penyamaran Ethan ini cukup sukses sampai tidak ada satu pun yang mengenal jika pria yang selalu mengamen ini adalah seorang Tuan Muda dari keturunan Andersson. Tak lama, Ethan sampai di Apartemen Maxim. "Apa langkah kamu selanjutnya, Tuan Muda?" tanya Maxim. "Aku akan menyamar jadi Cleaning Servis di Perusahaan Andersson. Bisakah kamu bantu aku, Maxim?" "Tentu saja, aku akan membantumu." Ethan berharap dengan cara dirinya menyamar menjadi cleaning servis bisa mengu

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-05
  • Bangkitnya Sang Tuan Muda   Episode 07

    Ethan berdiri tegak di depan jendela, ia menatap langit yang mulai berubah warna karena mendekati senja. Ia merasa lega karena akhirnya orang-orang yang terlibat dalam penggelapan uang perusahaan telah ditangkap dan dipenjara. Namun, ia tahu bahwa bahaya belum sepenuhnya berlalu."Maxim," panggil Ethan kepada orang yang paling ia percayai, "aku ingin kau tetap waspada. Meskipun orang-orang pengkhianat itu sudah dipenjara, kita tidak tahu apa yang mungkin terjadi.""Baik, Tuan Muda," jawab Maxim dengan tegas, "aku akan terus waspada."Ethan menghela napas, lalu melanjutkan, "Dan jangan lupa untuk menjaga orang itu, orang yang kita tahan di gudang. Jangan biarkan dia lolos."Maxim mengangguk paham. "Tentu, Tuan Muda. Aku akan menjaga dia dengan baik."Ethan tersenyum tipis, menghargai kesetiaan Maxim yang tak pernah goyah. "Terima kasih, Maxim. Aku akan kembali ke kota Manhattan sebentar lagi, meninggalkan kota New York ini. Jika ada sesuatu yang terjadi, jangan ragu untuk memberikan ka

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-05
  • Bangkitnya Sang Tuan Muda   Episode 08

    Ethan pun melanjutkan kontes tersebut hingga berhasil masuk ke 3 besar. Saat Grand Final, Ethan harus bersaing dengan kontestan yang memiliki suara suaranya biasa saja."Ethan, ini saatnya kamu menunjukkan bakatmu. Jangan biarkan orang lain mengalahkanmu.""Aku akan berusaha, Evellyne. Semoga hasilnya memuaskan."Namun, di saat yang menentukan, Ethan harus puas dengan juara 2 setelah kalah dengan kontestan yang suaranya biasa saja. Ethan hanya mendapatkan hadiah $15000, namun tidak mendapatkan kontrak ekslusif."Ethan, jangan bersedih. Kamu sudah berhasil sampai di tahap ini. Itu sudah prestasi yang luar biasa.""Aku tahu, Evellyne. Tapi, rasanya sedikit kecewa karena tidak mendapatkan kontrak. Padahal, itu impianku sejak dulu.""Tenang saja, Ethan. Mungkin ini bukan saat yang tepat. Aku yakin kesempatan lain akan datang. Teruslah berkarya dan jangan menyerah.""Iya, Evellyne. Aku berharap suatu saat nanti akan ada kesempatan yang lebih baik lagi.""Tentu saja! Aku yakin kamu akan mer

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-05
  • Bangkitnya Sang Tuan Muda   Episode 09

    "Dia adalah ....""Iya, dia siapa? Kamu harus mengatakan identitasnya," ujar Ethan seraya menunjuk pria yang sedang terikat di kursi di ruang penyekapan.Tiba-tiba, suara tembakan terdengar. Dor! Dor! Dor! Orang yang sedang terikat di kursi itu mati tertembak. Ethan dan Maxim tercengang melihat pemandangan di depan mata mereka."Siapa yang berani melakukan ini?" "Maxim, siapa orang itu?" teriak Ethan yang langsung berlari ke arah pintu, berusaha mengejar pelaku yang sudah menghilang di kejauhan. Namun hatinya merasa hampa, bagaimana mungkin pelakunya dapat melarikan diri dengan begitu cepat?"Mungkinkah pelaku itu orang dalam?" gumam Ethan dalam hati.Maxim segera menyusul Ethan, berlari sekuat tenaga demi mengungkap misteri yang semakin menggulita. Namun sayang, usaha mereka sia-sia. Seseorang yang baru saja menembak orang tersebut sudah berhasil melarikan diri. Tak ada jejak yang bisa mereka kejar."Sial! Ternyata orang-orang yang terlibat pembunuhan ayah masih berkeliaran!" geram E

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-06
  • Bangkitnya Sang Tuan Muda   Episode 10

    "Maaf, Tuan Muda, keadaan ibu Anda belum ada kemajuan sama sekali," ucap sang Dokter. Ethan menghela napas panjang saat mendengar kabar dari dokter yang menangani ibunya. "Saya harap Mama bisa segera pulih," ucapnya pelan, penuh harap. Ia menghabiskan beberapa saat di sana, memberikan dukungan kepada ibunya sebelum akhirnya meninggalkan rumah sakit kejiwaan itu."Halo, Maxim!" Ethan menghubungi Maxim lewat telepon. "Ada apa, Tuan Muda?" sahut Maxim diujung telepon. "Aku akan kembali ke Manhattan. Aku titip mama," ucap Ethan. "Baik, Tuan Muda, saya pasti akan menjaga Nyonya. Apakah Tuan Muda perlu di antar ke sana?" tawar Maxim. "Tidak perlu, Maxim. Aku bisa pergi ke sana sendiri," ujar Ethan menolak tawaran dari Maxim. "Baik kalau begitu, Tuan Muda, hati-hati."Ethan segera menutup teleponnya, ia segera bersiap untuk pergi ke kota tersebut. Kota yang menjadi tempat persembunyian saat ini. Kembali ke Manhattan, Ethan segera menyamar kembali. Ia tahu betul bahwa ancaman masih men

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-17

Bab terbaru

  • Bangkitnya Sang Tuan Muda   Episode 10

    "Maaf, Tuan Muda, keadaan ibu Anda belum ada kemajuan sama sekali," ucap sang Dokter. Ethan menghela napas panjang saat mendengar kabar dari dokter yang menangani ibunya. "Saya harap Mama bisa segera pulih," ucapnya pelan, penuh harap. Ia menghabiskan beberapa saat di sana, memberikan dukungan kepada ibunya sebelum akhirnya meninggalkan rumah sakit kejiwaan itu."Halo, Maxim!" Ethan menghubungi Maxim lewat telepon. "Ada apa, Tuan Muda?" sahut Maxim diujung telepon. "Aku akan kembali ke Manhattan. Aku titip mama," ucap Ethan. "Baik, Tuan Muda, saya pasti akan menjaga Nyonya. Apakah Tuan Muda perlu di antar ke sana?" tawar Maxim. "Tidak perlu, Maxim. Aku bisa pergi ke sana sendiri," ujar Ethan menolak tawaran dari Maxim. "Baik kalau begitu, Tuan Muda, hati-hati."Ethan segera menutup teleponnya, ia segera bersiap untuk pergi ke kota tersebut. Kota yang menjadi tempat persembunyian saat ini. Kembali ke Manhattan, Ethan segera menyamar kembali. Ia tahu betul bahwa ancaman masih men

  • Bangkitnya Sang Tuan Muda   Episode 09

    "Dia adalah ....""Iya, dia siapa? Kamu harus mengatakan identitasnya," ujar Ethan seraya menunjuk pria yang sedang terikat di kursi di ruang penyekapan.Tiba-tiba, suara tembakan terdengar. Dor! Dor! Dor! Orang yang sedang terikat di kursi itu mati tertembak. Ethan dan Maxim tercengang melihat pemandangan di depan mata mereka."Siapa yang berani melakukan ini?" "Maxim, siapa orang itu?" teriak Ethan yang langsung berlari ke arah pintu, berusaha mengejar pelaku yang sudah menghilang di kejauhan. Namun hatinya merasa hampa, bagaimana mungkin pelakunya dapat melarikan diri dengan begitu cepat?"Mungkinkah pelaku itu orang dalam?" gumam Ethan dalam hati.Maxim segera menyusul Ethan, berlari sekuat tenaga demi mengungkap misteri yang semakin menggulita. Namun sayang, usaha mereka sia-sia. Seseorang yang baru saja menembak orang tersebut sudah berhasil melarikan diri. Tak ada jejak yang bisa mereka kejar."Sial! Ternyata orang-orang yang terlibat pembunuhan ayah masih berkeliaran!" geram E

  • Bangkitnya Sang Tuan Muda   Episode 08

    Ethan pun melanjutkan kontes tersebut hingga berhasil masuk ke 3 besar. Saat Grand Final, Ethan harus bersaing dengan kontestan yang memiliki suara suaranya biasa saja."Ethan, ini saatnya kamu menunjukkan bakatmu. Jangan biarkan orang lain mengalahkanmu.""Aku akan berusaha, Evellyne. Semoga hasilnya memuaskan."Namun, di saat yang menentukan, Ethan harus puas dengan juara 2 setelah kalah dengan kontestan yang suaranya biasa saja. Ethan hanya mendapatkan hadiah $15000, namun tidak mendapatkan kontrak ekslusif."Ethan, jangan bersedih. Kamu sudah berhasil sampai di tahap ini. Itu sudah prestasi yang luar biasa.""Aku tahu, Evellyne. Tapi, rasanya sedikit kecewa karena tidak mendapatkan kontrak. Padahal, itu impianku sejak dulu.""Tenang saja, Ethan. Mungkin ini bukan saat yang tepat. Aku yakin kesempatan lain akan datang. Teruslah berkarya dan jangan menyerah.""Iya, Evellyne. Aku berharap suatu saat nanti akan ada kesempatan yang lebih baik lagi.""Tentu saja! Aku yakin kamu akan mer

  • Bangkitnya Sang Tuan Muda   Episode 07

    Ethan berdiri tegak di depan jendela, ia menatap langit yang mulai berubah warna karena mendekati senja. Ia merasa lega karena akhirnya orang-orang yang terlibat dalam penggelapan uang perusahaan telah ditangkap dan dipenjara. Namun, ia tahu bahwa bahaya belum sepenuhnya berlalu."Maxim," panggil Ethan kepada orang yang paling ia percayai, "aku ingin kau tetap waspada. Meskipun orang-orang pengkhianat itu sudah dipenjara, kita tidak tahu apa yang mungkin terjadi.""Baik, Tuan Muda," jawab Maxim dengan tegas, "aku akan terus waspada."Ethan menghela napas, lalu melanjutkan, "Dan jangan lupa untuk menjaga orang itu, orang yang kita tahan di gudang. Jangan biarkan dia lolos."Maxim mengangguk paham. "Tentu, Tuan Muda. Aku akan menjaga dia dengan baik."Ethan tersenyum tipis, menghargai kesetiaan Maxim yang tak pernah goyah. "Terima kasih, Maxim. Aku akan kembali ke kota Manhattan sebentar lagi, meninggalkan kota New York ini. Jika ada sesuatu yang terjadi, jangan ragu untuk memberikan ka

  • Bangkitnya Sang Tuan Muda   Episode 06

    "Aku tidak bisa memastikan, Tuan Muda. Aku akan mengambil foto jejak kaki ini. Siapa tahu, kita membutuhkan bukti ini," ujar Maxim. "Baiklah, lakukan itu. Aku akan segera pulang ke New York," ucap Ethan dengan nada lega. "Jangan khawatir, Tuan Muda. Aku akan terus mengawasi rumah ini. Semoga kita bisa segera menemukan dalang di balik pembantaian itu," tutup Maxim dengan penuh tekad. "Iya semoga saja, Max." Esok harinya, Ethan segera bergegas pergi ke New York. Tetap menyamar, disebelah pipinya masih ada tahi lalat. Penyamaran Ethan ini cukup sukses sampai tidak ada satu pun yang mengenal jika pria yang selalu mengamen ini adalah seorang Tuan Muda dari keturunan Andersson. Tak lama, Ethan sampai di Apartemen Maxim. "Apa langkah kamu selanjutnya, Tuan Muda?" tanya Maxim. "Aku akan menyamar jadi Cleaning Servis di Perusahaan Andersson. Bisakah kamu bantu aku, Maxim?" "Tentu saja, aku akan membantumu." Ethan berharap dengan cara dirinya menyamar menjadi cleaning servis bisa mengu

  • Bangkitnya Sang Tuan Muda   Episode 05

    Ethan dan Evellyne sedang mengamen di trotoar, tiba-tiba Evellyne teringat sesuatu dan mengeluarkan ponselnya. Ia mulai membuka sosial media dan menemukan sebuah pengumuman tentang kontes nyanyi yang sangat menarik. Hadiahnya adalah $25.000 dan kesempatan untuk dikontrak langsung oleh seorang produser musik terkenal."Wow! Ini keren banget kontesnya!"Ethan langsung menoleh kearah Evellyne, "kontes apa?" tanya Ethan."Ethan, lihat ini!" seru Evellyne sambil menunjukkan layar ponselnya. "Ada kontes nyanyi, hadiahnya $25.000 dan bisa langsung dikontrak oleh produser musik! Kamu harus ikutan, Ethan. Kalau mau, besok aku antar kamu. Aku jemput kamu."Ethan menatap layar ponsel Evellyne dengan mata berbinar, "Serius? Kapan audisinya?""Besok jam 8 pagi. Kamu harus datang lebih awal biar bisa daftar!" balas Evellyne semangat."Oke, semoga kali ini keberuntungan berpihak!" ucap Ethan penuh semangat.Keesokan harinya, Ethan dan Evellyne tiba di tempat audisi. Setelah mendaftar, Ethan mendapat

  • Bangkitnya Sang Tuan Muda   Episode 04

    Di New York — Kediaman Andersson. Di sebuah rumah megah, suasana hening dan gelap menyelimuti setiap sudut, waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam. Tuan Louis dan Nyonya Alice duduk di ruang tamu yang elegan, wajah Alice masih terlihat cemas. "Kau benar-benar tidak ingin berusaha agar Ethan kembali pulang, Louis? Dia harapan kita satu-satunya. Sudahlah, kamu mengalah saja. Biarkan Ethan menjadi seperti apa yang dia inginkan," ucap Nyonya Alice, wanita itu tak pernah bosan untuk membujuk suaminya itu. "Kamu tenang saja, Alice. Aku sudah memiliki rencana bagus agar Ethan kembali," ucap Louis santai. "Apa rencanamu, Louis?" tanya Nyonya Alice dengan suara gemetar, menatap suaminya yang duduk di seberang sambil menyesapsebuah rokok. Louis hanya tersenyum miring, menatap jauh ke luar jendela. "Pokoknya kamu tenang saja, Alice. Rencana ini akan membuat anak keras kepala itu pulang dengan sendirinya. Tapi, aku belum bisa memberi tahu kamu sekarang." jawabnya dengan nada misterius. Nyon

  • Bangkitnya Sang Tuan Muda   Episode 03

    Ethan melangkah dengan semangat menuju studio musik. Langkahnya ringan seiring alunan musik yang tercipta di benaknya. Suasana kota terlihat sibuk dan penuh kehidupan semakin menambah semangatnya untuk menggapai mimpinya tersebut. Namun, tiba-tiba langkahnya terhenti saat empat orang lelaki bertubuh kekar menghalanginya."Minggir! Saya mau lewat!" ucap Ethan dengan tegas.Namun, para lelaki bertubuh kekar itu malah mengambil gitar milik Ethan yang sedang digendong di punggungnya. Mereka berlari, membawa gitar kesyangan Ethan."Kebalikan gitarku!" teriak Ethan dengan marah sambil langsung berlari mengejar keempat lelaki kekar itu. Keempat lelaki itu tertawa terbahak-bahak sambil berlari membawa gitar kesayangannya.Ethan mengejar para lelaki itu, ia berlari sekuat tenaga memasuki sebuah gang sempit yang tidak terlalu ramai. Di tempat yang terlihat sepi, Ethan berhasil mengejar para lelaki bertubuh kekar itu."Kembalikan gitarku, atau kalian akan menyesal!" ancam Ethan dengan nada beran

  • Bangkitnya Sang Tuan Muda   Episode 02

    Ethan memutuskan untuk tinggal di bawah kolong jembatan yang dingin dan gelap, tempat yang jauh berbeda dari kehidupan mewah yang biasa dia jalani."Untuk sementara, tempat ini lumayan untuk berteduh," gumam Ethan tersenyum miris.Inilah pilihannya, tak ada gunanya untuk mengeluh. Jalani apa yang sudah ia pilih. Kini, dia harus beradaptasi dengan tidur di atas alas kardus tipis yang diletakkan di atas tanah yang keras dan kotor, di mana AC dan kasur empuk yang biasa memeluk tubuhnya sudah tak ada. Udara di tampat ini begitu lembab membuat Ethan tidak bisa tidur."Mana bisa tidur, mana banyak nyamuk," gumamnya dengan hembusan nafas yang terdengar berat.Ethan pun berusaha untuk tidur, karena besok dirinya harus kembali mengamen lagi.Sepanjang hari, Ethan mengamen di jalanan dari tempat ke tempat lainnya. Suara kendaraan yang melintas berpadu dengan suara orang yang berbicara keras, membuat suasana menjadi ramai. Ethan mencoba mengumpulkan uang meskipun hanya uang recehan."Sepertinya

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status