Share

Episode 03

Author: Queen Mikayla
last update Last Updated: 2024-03-25 12:08:37

Ethan melangkah dengan semangat menuju studio musik. Langkahnya ringan seiring alunan musik yang tercipta di benaknya. Suasana kota terlihat sibuk dan penuh kehidupan semakin menambah semangatnya untuk menggapai mimpinya tersebut. Namun, tiba-tiba langkahnya terhenti saat empat orang lelaki bertubuh kekar menghalanginya.

"Minggir! Saya mau lewat!" ucap Ethan dengan tegas.

Namun, para lelaki bertubuh kekar itu malah mengambil gitar milik Ethan yang sedang digendong di punggungnya. Mereka berlari, membawa gitar kesyangan Ethan.

"Kebalikan gitarku!" teriak Ethan dengan marah sambil langsung berlari mengejar keempat lelaki kekar itu. Keempat lelaki itu tertawa terbahak-bahak sambil berlari membawa gitar kesayangannya.

Ethan mengejar para lelaki itu, ia berlari sekuat tenaga memasuki sebuah gang sempit yang tidak terlalu ramai. Di tempat yang terlihat sepi, Ethan berhasil mengejar para lelaki bertubuh kekar itu.

"Kembalikan gitarku, atau kalian akan menyesal!" ancam Ethan dengan nada berani.

Mereka saling pandang dan tertawa sinis. "Oh, jadi kau mau melawan kami?" salah satu dari mereka berkata dengan nada mengejek.

Ethan mengepalkan tangannya erat, menahan amarah yang memuncak. "Saya tidak ingin berkelahi, tapi jika itu cara untuk mengambil kembali gitarku, saya akan melawan!" ucap Ethan dengan tegas.

Mendengar kata-kata Ethan, para lelaki itu langsung menyerangnya. Ethan berusaha menghindar dan melawan serangan mereka, namun tak bisa dipungkiri bahwa kekuatan empat lelaki kekar itu jauh lebih besar darinya. Badannya mulai babak belur oleh pukulan yang menghujam tubuhnya.

Namun, Ethan tidak menyerah. Ia terus berusaha melawan dan menyerang balik. Setiap pukulan yang mendarat di tubuhnya semakin membuatnya marah dan semakin kuat.

"Kembalikan gitarku... itu milikku!" teriak Ethan sambil memberikan pukulan balik ke salah satu lelaki itu.

Pukulan Ethan berhasil membuat lelaki itu terjatuh. Melihat salah satu temannya terjatuh, ketiga lelaki lainnya semakin marah dan menyerang Ethan dengan lebih ganas. Tetapi, Ethan tidak gentar. Ia mengumpulkan seluruh tenaga yang tersisa untuk melawan mereka.

Di tengah pertarungan, salah satu lelaki itu terpeleset dan menjatuhkan gitar milik Ethan. Melihat kesempatan itu, Ethan dengan sigap mengambil gitarnya dan mengayunkannya ke arah para lelaki itu. Beberapa pukulan dari gitar itu membuat mereka terhuyung-huyung.

"Jangan pernah sentuh gitarku lagi!" Ethan berteriak penuh emosi. Para lelaki itu merasa takut dan akhirnya pergi meninggalkan Ethan yang terluka. Meski babak belur, Ethan merasa lega karena berhasil mengambil kembali gitarnya.

Ethan kembali melangkah menuju studio musik, kali ini dengan tubuh yang sakit dan lelah.

"Semoga aku tidak terlambat," gumam Ethan saat melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya.

Ethan berlari sekuat tenaga, walau tubuhnya babak belur dan terluka. Waktu terus berjalan, tinggal 30 menit lagi untuk audisi menjadi penyanyi di studio musik tersebut. Evellyne, gadis cantik itu sudah menunggu di studio sejak tadi.

"Mana pengamen itu, Evellyne?" tanya Barra.

"Mungkin sebentar lagi, Om Barra," ujar Evellyne.

Tak lama, Ethan pun datang dengan keadaan luka memar di wajahnya. Evellyne tak bisa menyembunyikan kekhawatirannya saat melihat kondisi Ethan yang terluka.

"Ethan, apa yang terjadi? Mengapa kamu babak belur begini?" tanya Evellyne terkejut.

"Ada insiden menyebalkan tadi di jalan. Tapi tidak apa-apa, hanya luka kecil," ucap Ethan, nafasnya masih terengah-engah, "tapi aku masih bisa ikutan audisi ini' kan?" tanya Ethan sambil menahan rasa sakit.

"Tentu, masih ada waktu buat kamu ikutan audisi. Kamu jadi peserta terakhir," ucap Evellyne.

"Oh syukurlah.... "

Evellyne menghela napas panjang, lalu membantu merapikan penampilan Ethan agar sedikit lebih rapi. Setelah itu, Ethan pun mengikuti audisi dengan suara yang bergetar akibat rasa sakit yang ia rasakan.

Setelah Ethan selesai bernyanyi, salah satu juri langsung memberikan komentarnya.

"Maaf, Ethan. Suaramu kurang bagus. Aku rasa kamu belum layak untuk menjadi bintang."

Bukan hanya juri itu saja, ketiga juri yang lainnya pun memberikan komentar yang membuat Ethan sedikit kecewa.

Evellyne yang mendengar itu, ia langsung berhadapan dengan keempat juri.

"Tunggu! Aku tidak setuju dengan penilaian Anda. Suara Ethan itu unik dan berkarakter. Jangan hanya karena penampilannya yang babak belur, lalu Anda menilai buruk suaranya," ucap Evellyne kesal.

Namun, juri tetap pada keputusannya. "Kami sudah memutuskan, Ethan tidak lolos audisi ini. Terima kasih sudah berpartisipasi."

Ethan mengangguk dan tersenyum meski kecewa, menerima keputusan juri dengan lapang dada.

"Mungkin memang bukan di sini rezeki aku, Evellyne," ucap Ethan tersenyum pahit. "Terima kasih kamu sudah memberikan aku kesempurnaan untuk mengikuti audisi ini."

Evellyne merasa sedih, namun ia yakin bahwa Ethan adalah sosok yang kuat dan pantang menyerah.

"Oke, pokoknya semangat terus ya!" ucap Evellyne.

Evellyne tidak berhenti sampai disitu saja untuk membantu Ethan. Rekanan video saat Ethan bernyanyi waktu mengamen, ia posting di beberapa akun media sosial yang ia miliki. Ethan juga semakin semangat mengamen mencari recehan untuk menyambung nyawa.

Seiring berjalannya waktu, keduanya semakin dekat, keduanya berteman baik. Namun, Lagi-lagi Ethan harus mengalami kegagalan. Setiap audisi, ia tidak pernah lolos ketahap berikutnya.

Di kediaman Andersson.

"Gadis itu harus aku singkirkan!" Tuan Louis tersenyum sinis, "Siapapun yang membatu putraku untuk mengejar mimpi sampahnya itu, dia harus mati!"

Tuan Louis akan melakukan apapun agar putranya menyerah, lalu pulang dan melanjutkan bisnis keluarganya. Laki-laki paruh baya ini tetap menginginkan Ethan menjadi pengusaha seperti dirinya. Kalau bukan Ethan, siapa lagi? Hanya Ethan harapan satu-satunya.

Nyonya Alice—ibunya Ethan, semenjak putranya itu pergi dari rumah. Wanita ini terus saja menangis, ia ingin putranya kembali pulang.

"Louis, kamu harus mencari Ethan secepatnya. Mengapa kamu hanya diam saja, hah? Bagaimana kalau Ethan kelaparan, kehausan, kedinginan dan kepanasan? Mengapa kamu tidak memikirkan nasib putramu itu, Louis?" ucap Nyonya Alice, ia mulai kesal melihat suaminya hanya diam tanpa berusaha mencari Ethan dan membujuk putranya itu untuk pulang.

"Dia sudah dewasa, Alice! Dia pasti bisa mengurus dirinya sendiri. Lagipula, itu pilihan dia sendiri, pergi dari rumah ini untuk mimpi sampahnya yang tidak berguna itu!" ucap Louis santai.

Nyonya Alice pun kembali ke kamar, ia sangat lelah karena suaminya dan putranya itu sama-sama keras kepala.

***

Saat Evellyne turun dari mobilnya, tiba-tiba dari arah belakang ada yang memukul pundaknya keras. Ia tak sempat melihat siapa pelakunya, seketika itu juga ia pingsan. Kemudian, dengan cepat ia dibawa ke tempat terpencil di sebuah hutan kota tersebut.

Di sebuah rumah tua yang sudah lama kosong, Evellyne terbangun. Ia terlihat bingung dan ketakutan. Kedua kakinya terasa berat, dan saat ia melihat ke bawah, ternyata kedua kakinya dipasung. Ia mencoba untuk berontak, namun semakin keras ia berusaha, semakin sakit ia merasakan.

"Tolong! Siapa yang melakukan ini padaku?!" teriak Evellyne ketakutan.

Tak lama, di hadapannya muncul enam laki-laki bertubuh kekar yang tertawa sinis. Salah satunya mendekat dan berkata, "Hahaa, bagaimana kalau kita nikmati dulu tubuhnya, baru kita bunuh?"

Evellyne teriak sekuat tenaga, "Tidak! Jangan sentuh aku! Tolong, siapa pun yang mendengar, tolong aku!"

Laki-laki yang tadi mendekat langsung menampar pipi Evellyne, "Heh, diam kau! Tak ada yang akan mendengar teriakanmu di sini. Kau berada di tengah hutan, siapa yang akan mendengar?"

Evellyne mencoba menenangkan diri, "Apa yang kalian inginkan dariku? Uang? Aku bisa memberikan uang jika itu yang kalian inginkan." Suara Evellyne terdengar bergetar saking ketakutan.

Salah seorang laki-laki yang lain tertawa, "Uang? Kami tak butuh uangmu. Kami hanya ingin bersenang-senang sebelum menghabisimu."

"Apa salahku? Apa? Mengapa kalian ingin membunuhku?" Evellyne menangis sejadi-jadinya, "Tolong, jangan lakukan ini padaku!" teriak Evellyne histeris.

Laki-laki yang tadi menampar Evellyne mendekat lagi dan mengelus rambutnya, "Sayang sekali, kau sudah berada dalam tawanan kamu. Tak ada yang bisa menyelamatkanmu sekarang."

"Jika kalian berani menyentuhku, kalian akan menyesal seumur hidup! Aku tak akan diam saja!" teriak Evellyne.

Laki-laki tersebut tersenyum sinis, "Kita lihat saja nanti. Sekarang, bersiaplah untuk merasakan kenikmatan dari kami, Sayang. Hahaha!"

Evellyne mencoba melawan sekuat tenaga, memohon dan berteriak agar seseorang mendengarnya. Namun, di tengah hutan yang sunyi itu, tak ada yang bisa mendengar teriakan putus asa Evellyne.

Evellyne semakin tidak berdaya, ia dikelilingi oleh enam lelaki bertubuh kekar yang menatapnya dengan pandangan penuh nafsu. Evellyne pasrah, ia berada di sebuah rumah tua di tengah hutan, tempat di mana tidak ada orang yang bisa mendengar jeritan ketakutannya. Matanya memerah karena menangis, namun tidak ada air mata yang tersisa untuk jatuh.

"Ayo buka bajunya! Kita nikmati dulu, baru kita habiskan!"

Saat salah satu lelaki hendak mendekati Evellyne, pintu rumah tua itu tiba-tiba terbuka dengan keras. Ternyata Ethan yang datang, dengan napas terengah-engah, ia berdiri di ambang pintu. Dia menatap ke-enam lelaki itu dengan tatapan tajam penuh amarah.

"Apa yang kalian lakukan padanya?!" teriak Ethan, membuat para lelaki itu terkesiap.

Mereka lantas bersiap untuk menghadapi Ethan yang dengan cepat menyerang mereka. Perkelahian sengit pun terjadi di antara mereka. Ethan berusaha melindungi Evellyne dan mengalahkan para lelaki yang mencoba mencelakai gadis itu. Sayangnya, kekuatan Ethan mulai habis, dan dia akhirnya jatuh terkapar di lantai.

"ETHAN!" teriak Evellyne, panik melihat Ethan yang terluka parah.

Dia berusaha melepaskan diri dari ikatan yang mengikatnya, namun sia-sia. Saat para lelaki itu kembali mendekati Evellyne, salah satunya mengeluarkan pistol dan menodongkan ke arah gadis itu.

"Kau harus mati!" ujarnya sambil tertawa jahat.

Ethan yang mendengar ancaman itu, mengumpulkan sisa kekuatannya untuk bangkit. Dengan sekuat tenaga, ia berhasil meraih pistol itu dan menginjaknya hingga hancur.

Para lelaki bertubuh kekar itu terkejut melihat Ethan yang kembali melawan, kali ini dengan lebih ganas dan beringas.

"Jangan sentuh Evellyne!" teriak Ethan sambil menendang salah satu lelaki itu, kemudian menghantam yang lain dengan pukulan keras.

Satu per satu lelaki itu terkapar, tak berdaya melawan Ethan yang kini dipenuhi amarah dan kekuatan luar biasa. Evellyne yang melihat keberanian Ethan, terenyuh dan tak henti-hentinya berdoa agar mereka bisa selamat dari keadaan mengerikan ini.

Ethan akhirnya berhasil mengalahkan para lelaki itu dan segera melepaskan ikatan yang mengikat Evellyne.

"Ayo, kita keluar dari sini!"

Ethan dan Evellyne pun segera berlari keluar dari tempat yang menyeramkan ini.

"Ethan, tunggu!" Evellyne menghentikan langkahnya Ethan ketika sudah berada di luar rumah tua itu.

"Ada apa, Evellyne?" tanya Ethan.

"Dari mana kamu tahu aku berada di tempat ini?" tanya Evellyne menatap Ethan dengan tatapan serius.

"Tadi, saat aku mengamen melewati kampus kamu. Aku melihat kamu dibawa kedalam mobil, lalu diam-diam aku mengikuti mobil itu," jelas Ethan.

Padahal faktanya tidak seperti itu. Ethan mengetahui rencana jahat Tuan Louis—Ayahnya. Tak sengaja tadi Ethan melihat sang ayah ada di kota ini, gerak-geriknya mencurigakan. Ethan mendengar percakapan sang ayah dengan seseorang lewat telepon.

"Syukurlah tadi kamu ada disitu, kalau tidak ada kamu, aku tidak tahu nasib aku akan mengenaskan. Mereka ingin aku mati! Aku tidak tahu salah aku apa? Aku tidak memiliki musuh," ucap Evellyne, suaranya masih bergetar ketakutan.

Ethan berusaha menenangkan Evellyne, dalam hatinya ia merasa bersalah. Karena berteman dengannya, nasib gadis itu jadi terancam.

"Yasudah, lebih baik sekarang kita keluar dari hutan ini, sebelum gelap," ucap Ethan.

Evellyne dan Ethan pun berhasil keluar dari hutan tersebut.

Tuan Louis masih berada di Kota Manhattan. Ia sudah mendengar bahwa orang-orang yang ia bayar untuk melenyapkan gadis itu ternyata gagal.

"Kalian bodoh! Harusnya kalian langsung habisi saja gadis itu! Saya sudah bayar kalian mahal. Tapi kerja kalian tidak becus! Kalian sungguh bodoh!" teriak Tuan Louis.

"Maafkan kami, Tuan!" Mereka menunduk memohon ampun, wajah mereka terlihat babak belur. "Tiba-tiba saja tadi ada yang datang menolong gadis itu."

"Siapa dia?" tanya Tuan Louis.

"Laki-laki itu bernama Ethan, Tuan. Tadi saya mendengar gadis itu berteriak menyebut nama Ethan."

Tuan Louis memukul meja dengan sangat kasar, kedua tangannya mengepal kuat.

"Ethan! Dari mana anak itu tahu tentang rencanaku ini?" gumam Tuan Louis.

Namun begitu, meskipun usahanya selalu gagal. Tuan Louis tidak akan menyerah begitu saja.

"Lihat saja! Apa yang akan papa lakukan, Ethan!" ucap Tuan Louis dalam hati.

Related chapters

  • Bangkitnya Sang Tuan Muda   Episode 04

    Di New York — Kediaman Andersson. Di sebuah rumah megah, suasana hening dan gelap menyelimuti setiap sudut, waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam. Tuan Louis dan Nyonya Alice duduk di ruang tamu yang elegan, wajah Alice masih terlihat cemas. "Kau benar-benar tidak ingin berusaha agar Ethan kembali pulang, Louis? Dia harapan kita satu-satunya. Sudahlah, kamu mengalah saja. Biarkan Ethan menjadi seperti apa yang dia inginkan," ucap Nyonya Alice, wanita itu tak pernah bosan untuk membujuk suaminya itu. "Kamu tenang saja, Alice. Aku sudah memiliki rencana bagus agar Ethan kembali," ucap Louis santai. "Apa rencanamu, Louis?" tanya Nyonya Alice dengan suara gemetar, menatap suaminya yang duduk di seberang sambil menyesapsebuah rokok. Louis hanya tersenyum miring, menatap jauh ke luar jendela. "Pokoknya kamu tenang saja, Alice. Rencana ini akan membuat anak keras kepala itu pulang dengan sendirinya. Tapi, aku belum bisa memberi tahu kamu sekarang." jawabnya dengan nada misterius. Nyon

    Last Updated : 2024-03-25
  • Bangkitnya Sang Tuan Muda   Episode 05

    Ethan dan Evellyne sedang mengamen di trotoar, tiba-tiba Evellyne teringat sesuatu dan mengeluarkan ponselnya. Ia mulai membuka sosial media dan menemukan sebuah pengumuman tentang kontes nyanyi yang sangat menarik. Hadiahnya adalah $25.000 dan kesempatan untuk dikontrak langsung oleh seorang produser musik terkenal."Wow! Ini keren banget kontesnya!"Ethan langsung menoleh kearah Evellyne, "kontes apa?" tanya Ethan."Ethan, lihat ini!" seru Evellyne sambil menunjukkan layar ponselnya. "Ada kontes nyanyi, hadiahnya $25.000 dan bisa langsung dikontrak oleh produser musik! Kamu harus ikutan, Ethan. Kalau mau, besok aku antar kamu. Aku jemput kamu."Ethan menatap layar ponsel Evellyne dengan mata berbinar, "Serius? Kapan audisinya?""Besok jam 8 pagi. Kamu harus datang lebih awal biar bisa daftar!" balas Evellyne semangat."Oke, semoga kali ini keberuntungan berpihak!" ucap Ethan penuh semangat.Keesokan harinya, Ethan dan Evellyne tiba di tempat audisi. Setelah mendaftar, Ethan mendapat

    Last Updated : 2024-04-05
  • Bangkitnya Sang Tuan Muda   Episode 06

    "Aku tidak bisa memastikan, Tuan Muda. Aku akan mengambil foto jejak kaki ini. Siapa tahu, kita membutuhkan bukti ini," ujar Maxim. "Baiklah, lakukan itu. Aku akan segera pulang ke New York," ucap Ethan dengan nada lega. "Jangan khawatir, Tuan Muda. Aku akan terus mengawasi rumah ini. Semoga kita bisa segera menemukan dalang di balik pembantaian itu," tutup Maxim dengan penuh tekad. "Iya semoga saja, Max." Esok harinya, Ethan segera bergegas pergi ke New York. Tetap menyamar, disebelah pipinya masih ada tahi lalat. Penyamaran Ethan ini cukup sukses sampai tidak ada satu pun yang mengenal jika pria yang selalu mengamen ini adalah seorang Tuan Muda dari keturunan Andersson. Tak lama, Ethan sampai di Apartemen Maxim. "Apa langkah kamu selanjutnya, Tuan Muda?" tanya Maxim. "Aku akan menyamar jadi Cleaning Servis di Perusahaan Andersson. Bisakah kamu bantu aku, Maxim?" "Tentu saja, aku akan membantumu." Ethan berharap dengan cara dirinya menyamar menjadi cleaning servis bisa mengu

    Last Updated : 2024-04-05
  • Bangkitnya Sang Tuan Muda   Episode 07

    Ethan berdiri tegak di depan jendela, ia menatap langit yang mulai berubah warna karena mendekati senja. Ia merasa lega karena akhirnya orang-orang yang terlibat dalam penggelapan uang perusahaan telah ditangkap dan dipenjara. Namun, ia tahu bahwa bahaya belum sepenuhnya berlalu."Maxim," panggil Ethan kepada orang yang paling ia percayai, "aku ingin kau tetap waspada. Meskipun orang-orang pengkhianat itu sudah dipenjara, kita tidak tahu apa yang mungkin terjadi.""Baik, Tuan Muda," jawab Maxim dengan tegas, "aku akan terus waspada."Ethan menghela napas, lalu melanjutkan, "Dan jangan lupa untuk menjaga orang itu, orang yang kita tahan di gudang. Jangan biarkan dia lolos."Maxim mengangguk paham. "Tentu, Tuan Muda. Aku akan menjaga dia dengan baik."Ethan tersenyum tipis, menghargai kesetiaan Maxim yang tak pernah goyah. "Terima kasih, Maxim. Aku akan kembali ke kota Manhattan sebentar lagi, meninggalkan kota New York ini. Jika ada sesuatu yang terjadi, jangan ragu untuk memberikan ka

    Last Updated : 2024-04-05
  • Bangkitnya Sang Tuan Muda   Episode 08

    Ethan pun melanjutkan kontes tersebut hingga berhasil masuk ke 3 besar. Saat Grand Final, Ethan harus bersaing dengan kontestan yang memiliki suara suaranya biasa saja."Ethan, ini saatnya kamu menunjukkan bakatmu. Jangan biarkan orang lain mengalahkanmu.""Aku akan berusaha, Evellyne. Semoga hasilnya memuaskan."Namun, di saat yang menentukan, Ethan harus puas dengan juara 2 setelah kalah dengan kontestan yang suaranya biasa saja. Ethan hanya mendapatkan hadiah $15000, namun tidak mendapatkan kontrak ekslusif."Ethan, jangan bersedih. Kamu sudah berhasil sampai di tahap ini. Itu sudah prestasi yang luar biasa.""Aku tahu, Evellyne. Tapi, rasanya sedikit kecewa karena tidak mendapatkan kontrak. Padahal, itu impianku sejak dulu.""Tenang saja, Ethan. Mungkin ini bukan saat yang tepat. Aku yakin kesempatan lain akan datang. Teruslah berkarya dan jangan menyerah.""Iya, Evellyne. Aku berharap suatu saat nanti akan ada kesempatan yang lebih baik lagi.""Tentu saja! Aku yakin kamu akan mer

    Last Updated : 2024-04-05
  • Bangkitnya Sang Tuan Muda   Episode 09

    "Dia adalah ....""Iya, dia siapa? Kamu harus mengatakan identitasnya," ujar Ethan seraya menunjuk pria yang sedang terikat di kursi di ruang penyekapan.Tiba-tiba, suara tembakan terdengar. Dor! Dor! Dor! Orang yang sedang terikat di kursi itu mati tertembak. Ethan dan Maxim tercengang melihat pemandangan di depan mata mereka."Siapa yang berani melakukan ini?" "Maxim, siapa orang itu?" teriak Ethan yang langsung berlari ke arah pintu, berusaha mengejar pelaku yang sudah menghilang di kejauhan. Namun hatinya merasa hampa, bagaimana mungkin pelakunya dapat melarikan diri dengan begitu cepat?"Mungkinkah pelaku itu orang dalam?" gumam Ethan dalam hati.Maxim segera menyusul Ethan, berlari sekuat tenaga demi mengungkap misteri yang semakin menggulita. Namun sayang, usaha mereka sia-sia. Seseorang yang baru saja menembak orang tersebut sudah berhasil melarikan diri. Tak ada jejak yang bisa mereka kejar."Sial! Ternyata orang-orang yang terlibat pembunuhan ayah masih berkeliaran!" geram E

    Last Updated : 2024-04-06
  • Bangkitnya Sang Tuan Muda   Episode 10

    "Maaf, Tuan Muda, keadaan ibu Anda belum ada kemajuan sama sekali," ucap sang Dokter. Ethan menghela napas panjang saat mendengar kabar dari dokter yang menangani ibunya. "Saya harap Mama bisa segera pulih," ucapnya pelan, penuh harap. Ia menghabiskan beberapa saat di sana, memberikan dukungan kepada ibunya sebelum akhirnya meninggalkan rumah sakit kejiwaan itu."Halo, Maxim!" Ethan menghubungi Maxim lewat telepon. "Ada apa, Tuan Muda?" sahut Maxim diujung telepon. "Aku akan kembali ke Manhattan. Aku titip mama," ucap Ethan. "Baik, Tuan Muda, saya pasti akan menjaga Nyonya. Apakah Tuan Muda perlu di antar ke sana?" tawar Maxim. "Tidak perlu, Maxim. Aku bisa pergi ke sana sendiri," ujar Ethan menolak tawaran dari Maxim. "Baik kalau begitu, Tuan Muda, hati-hati."Ethan segera menutup teleponnya, ia segera bersiap untuk pergi ke kota tersebut. Kota yang menjadi tempat persembunyian saat ini. Kembali ke Manhattan, Ethan segera menyamar kembali. Ia tahu betul bahwa ancaman masih men

    Last Updated : 2024-04-17
  • Bangkitnya Sang Tuan Muda   Episode 01

    PLAK!Tamparan keras sampai bulak-balik mengenai wajahnya Ethan Jonathan Make."Apa-apan ini, Ethan! Kamu sudah membuat perusahaan mengalami kerugian besar!" bentak Tuan Louis, sambil menunjukkan dokumen-dokumen yang tersebar di atas meja. Tampak jelas kesalahan yang telah dilakukan oleh putra semata wayangnya dalam mengelola bisnis keluarga.Ethan yang memang tidak ingin menjadi seorang pengusaha menatap papanya dengan sorot mata yang tajam.BRAK!Ethan memukul meja dengan sangat kasar, kedua tangannya mengepal bahkan nafasnya sudah memburu."Sudah aku katakan! Aku tidak mau menjadi pengusaha seperti Papa. Aku ingin menjadi musisi!" teriak Ethan dengan lantang.Tuan Louis menghela nafas panjang, "Ethan, kita sudah membahas ini berkali-kali. Bisnis ini warisan keluarga, kamu harus melanjutkannya. Lagipula, kamu pikir dunia musik itu mudah? Hanya dengan menjadi musisi, kamu bisa mencukupi kebutuhan hidup?" bentak Tuan."Aku percaya pada bakatku, Papa! Dan aku tidak ingin menghabiskan h

    Last Updated : 2024-03-25

Latest chapter

  • Bangkitnya Sang Tuan Muda   Episode 10

    "Maaf, Tuan Muda, keadaan ibu Anda belum ada kemajuan sama sekali," ucap sang Dokter. Ethan menghela napas panjang saat mendengar kabar dari dokter yang menangani ibunya. "Saya harap Mama bisa segera pulih," ucapnya pelan, penuh harap. Ia menghabiskan beberapa saat di sana, memberikan dukungan kepada ibunya sebelum akhirnya meninggalkan rumah sakit kejiwaan itu."Halo, Maxim!" Ethan menghubungi Maxim lewat telepon. "Ada apa, Tuan Muda?" sahut Maxim diujung telepon. "Aku akan kembali ke Manhattan. Aku titip mama," ucap Ethan. "Baik, Tuan Muda, saya pasti akan menjaga Nyonya. Apakah Tuan Muda perlu di antar ke sana?" tawar Maxim. "Tidak perlu, Maxim. Aku bisa pergi ke sana sendiri," ujar Ethan menolak tawaran dari Maxim. "Baik kalau begitu, Tuan Muda, hati-hati."Ethan segera menutup teleponnya, ia segera bersiap untuk pergi ke kota tersebut. Kota yang menjadi tempat persembunyian saat ini. Kembali ke Manhattan, Ethan segera menyamar kembali. Ia tahu betul bahwa ancaman masih men

  • Bangkitnya Sang Tuan Muda   Episode 09

    "Dia adalah ....""Iya, dia siapa? Kamu harus mengatakan identitasnya," ujar Ethan seraya menunjuk pria yang sedang terikat di kursi di ruang penyekapan.Tiba-tiba, suara tembakan terdengar. Dor! Dor! Dor! Orang yang sedang terikat di kursi itu mati tertembak. Ethan dan Maxim tercengang melihat pemandangan di depan mata mereka."Siapa yang berani melakukan ini?" "Maxim, siapa orang itu?" teriak Ethan yang langsung berlari ke arah pintu, berusaha mengejar pelaku yang sudah menghilang di kejauhan. Namun hatinya merasa hampa, bagaimana mungkin pelakunya dapat melarikan diri dengan begitu cepat?"Mungkinkah pelaku itu orang dalam?" gumam Ethan dalam hati.Maxim segera menyusul Ethan, berlari sekuat tenaga demi mengungkap misteri yang semakin menggulita. Namun sayang, usaha mereka sia-sia. Seseorang yang baru saja menembak orang tersebut sudah berhasil melarikan diri. Tak ada jejak yang bisa mereka kejar."Sial! Ternyata orang-orang yang terlibat pembunuhan ayah masih berkeliaran!" geram E

  • Bangkitnya Sang Tuan Muda   Episode 08

    Ethan pun melanjutkan kontes tersebut hingga berhasil masuk ke 3 besar. Saat Grand Final, Ethan harus bersaing dengan kontestan yang memiliki suara suaranya biasa saja."Ethan, ini saatnya kamu menunjukkan bakatmu. Jangan biarkan orang lain mengalahkanmu.""Aku akan berusaha, Evellyne. Semoga hasilnya memuaskan."Namun, di saat yang menentukan, Ethan harus puas dengan juara 2 setelah kalah dengan kontestan yang suaranya biasa saja. Ethan hanya mendapatkan hadiah $15000, namun tidak mendapatkan kontrak ekslusif."Ethan, jangan bersedih. Kamu sudah berhasil sampai di tahap ini. Itu sudah prestasi yang luar biasa.""Aku tahu, Evellyne. Tapi, rasanya sedikit kecewa karena tidak mendapatkan kontrak. Padahal, itu impianku sejak dulu.""Tenang saja, Ethan. Mungkin ini bukan saat yang tepat. Aku yakin kesempatan lain akan datang. Teruslah berkarya dan jangan menyerah.""Iya, Evellyne. Aku berharap suatu saat nanti akan ada kesempatan yang lebih baik lagi.""Tentu saja! Aku yakin kamu akan mer

  • Bangkitnya Sang Tuan Muda   Episode 07

    Ethan berdiri tegak di depan jendela, ia menatap langit yang mulai berubah warna karena mendekati senja. Ia merasa lega karena akhirnya orang-orang yang terlibat dalam penggelapan uang perusahaan telah ditangkap dan dipenjara. Namun, ia tahu bahwa bahaya belum sepenuhnya berlalu."Maxim," panggil Ethan kepada orang yang paling ia percayai, "aku ingin kau tetap waspada. Meskipun orang-orang pengkhianat itu sudah dipenjara, kita tidak tahu apa yang mungkin terjadi.""Baik, Tuan Muda," jawab Maxim dengan tegas, "aku akan terus waspada."Ethan menghela napas, lalu melanjutkan, "Dan jangan lupa untuk menjaga orang itu, orang yang kita tahan di gudang. Jangan biarkan dia lolos."Maxim mengangguk paham. "Tentu, Tuan Muda. Aku akan menjaga dia dengan baik."Ethan tersenyum tipis, menghargai kesetiaan Maxim yang tak pernah goyah. "Terima kasih, Maxim. Aku akan kembali ke kota Manhattan sebentar lagi, meninggalkan kota New York ini. Jika ada sesuatu yang terjadi, jangan ragu untuk memberikan ka

  • Bangkitnya Sang Tuan Muda   Episode 06

    "Aku tidak bisa memastikan, Tuan Muda. Aku akan mengambil foto jejak kaki ini. Siapa tahu, kita membutuhkan bukti ini," ujar Maxim. "Baiklah, lakukan itu. Aku akan segera pulang ke New York," ucap Ethan dengan nada lega. "Jangan khawatir, Tuan Muda. Aku akan terus mengawasi rumah ini. Semoga kita bisa segera menemukan dalang di balik pembantaian itu," tutup Maxim dengan penuh tekad. "Iya semoga saja, Max." Esok harinya, Ethan segera bergegas pergi ke New York. Tetap menyamar, disebelah pipinya masih ada tahi lalat. Penyamaran Ethan ini cukup sukses sampai tidak ada satu pun yang mengenal jika pria yang selalu mengamen ini adalah seorang Tuan Muda dari keturunan Andersson. Tak lama, Ethan sampai di Apartemen Maxim. "Apa langkah kamu selanjutnya, Tuan Muda?" tanya Maxim. "Aku akan menyamar jadi Cleaning Servis di Perusahaan Andersson. Bisakah kamu bantu aku, Maxim?" "Tentu saja, aku akan membantumu." Ethan berharap dengan cara dirinya menyamar menjadi cleaning servis bisa mengu

  • Bangkitnya Sang Tuan Muda   Episode 05

    Ethan dan Evellyne sedang mengamen di trotoar, tiba-tiba Evellyne teringat sesuatu dan mengeluarkan ponselnya. Ia mulai membuka sosial media dan menemukan sebuah pengumuman tentang kontes nyanyi yang sangat menarik. Hadiahnya adalah $25.000 dan kesempatan untuk dikontrak langsung oleh seorang produser musik terkenal."Wow! Ini keren banget kontesnya!"Ethan langsung menoleh kearah Evellyne, "kontes apa?" tanya Ethan."Ethan, lihat ini!" seru Evellyne sambil menunjukkan layar ponselnya. "Ada kontes nyanyi, hadiahnya $25.000 dan bisa langsung dikontrak oleh produser musik! Kamu harus ikutan, Ethan. Kalau mau, besok aku antar kamu. Aku jemput kamu."Ethan menatap layar ponsel Evellyne dengan mata berbinar, "Serius? Kapan audisinya?""Besok jam 8 pagi. Kamu harus datang lebih awal biar bisa daftar!" balas Evellyne semangat."Oke, semoga kali ini keberuntungan berpihak!" ucap Ethan penuh semangat.Keesokan harinya, Ethan dan Evellyne tiba di tempat audisi. Setelah mendaftar, Ethan mendapat

  • Bangkitnya Sang Tuan Muda   Episode 04

    Di New York — Kediaman Andersson. Di sebuah rumah megah, suasana hening dan gelap menyelimuti setiap sudut, waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam. Tuan Louis dan Nyonya Alice duduk di ruang tamu yang elegan, wajah Alice masih terlihat cemas. "Kau benar-benar tidak ingin berusaha agar Ethan kembali pulang, Louis? Dia harapan kita satu-satunya. Sudahlah, kamu mengalah saja. Biarkan Ethan menjadi seperti apa yang dia inginkan," ucap Nyonya Alice, wanita itu tak pernah bosan untuk membujuk suaminya itu. "Kamu tenang saja, Alice. Aku sudah memiliki rencana bagus agar Ethan kembali," ucap Louis santai. "Apa rencanamu, Louis?" tanya Nyonya Alice dengan suara gemetar, menatap suaminya yang duduk di seberang sambil menyesapsebuah rokok. Louis hanya tersenyum miring, menatap jauh ke luar jendela. "Pokoknya kamu tenang saja, Alice. Rencana ini akan membuat anak keras kepala itu pulang dengan sendirinya. Tapi, aku belum bisa memberi tahu kamu sekarang." jawabnya dengan nada misterius. Nyon

  • Bangkitnya Sang Tuan Muda   Episode 03

    Ethan melangkah dengan semangat menuju studio musik. Langkahnya ringan seiring alunan musik yang tercipta di benaknya. Suasana kota terlihat sibuk dan penuh kehidupan semakin menambah semangatnya untuk menggapai mimpinya tersebut. Namun, tiba-tiba langkahnya terhenti saat empat orang lelaki bertubuh kekar menghalanginya."Minggir! Saya mau lewat!" ucap Ethan dengan tegas.Namun, para lelaki bertubuh kekar itu malah mengambil gitar milik Ethan yang sedang digendong di punggungnya. Mereka berlari, membawa gitar kesyangan Ethan."Kebalikan gitarku!" teriak Ethan dengan marah sambil langsung berlari mengejar keempat lelaki kekar itu. Keempat lelaki itu tertawa terbahak-bahak sambil berlari membawa gitar kesayangannya.Ethan mengejar para lelaki itu, ia berlari sekuat tenaga memasuki sebuah gang sempit yang tidak terlalu ramai. Di tempat yang terlihat sepi, Ethan berhasil mengejar para lelaki bertubuh kekar itu."Kembalikan gitarku, atau kalian akan menyesal!" ancam Ethan dengan nada beran

  • Bangkitnya Sang Tuan Muda   Episode 02

    Ethan memutuskan untuk tinggal di bawah kolong jembatan yang dingin dan gelap, tempat yang jauh berbeda dari kehidupan mewah yang biasa dia jalani."Untuk sementara, tempat ini lumayan untuk berteduh," gumam Ethan tersenyum miris.Inilah pilihannya, tak ada gunanya untuk mengeluh. Jalani apa yang sudah ia pilih. Kini, dia harus beradaptasi dengan tidur di atas alas kardus tipis yang diletakkan di atas tanah yang keras dan kotor, di mana AC dan kasur empuk yang biasa memeluk tubuhnya sudah tak ada. Udara di tampat ini begitu lembab membuat Ethan tidak bisa tidur."Mana bisa tidur, mana banyak nyamuk," gumamnya dengan hembusan nafas yang terdengar berat.Ethan pun berusaha untuk tidur, karena besok dirinya harus kembali mengamen lagi.Sepanjang hari, Ethan mengamen di jalanan dari tempat ke tempat lainnya. Suara kendaraan yang melintas berpadu dengan suara orang yang berbicara keras, membuat suasana menjadi ramai. Ethan mencoba mengumpulkan uang meskipun hanya uang recehan."Sepertinya

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status