Niat membunuh yang menakutkan menyebar dari sosok Afkar. Melihat kondisi Shafa tiba-tiba memburuk di rumah Keluarga Subroto, dia pun mencurigai mereka dan menatap tajam kepada seluruh anggota Keluarga Subroto.Ekspresi semua orang sontak berubah pucat. Lyra semakin ketakutan dan menangis tersedu-sedu!"Afkar, kami juga nggak tahu kenapa Shafa jadi begini. Tadi dia baik-baik saja dan bermain dengan Lyra. Kemudian, dia tiba-tiba jadi seperti ini," jelas Bayu."Gimana mungkin? Putriku baik-baik saja. Kalau kalian nggak melakukan apa-apa, kenapa dia bisa jadi begini?""Jelaskan! Apa yang kalian lakukan padanya? Kalian meracuninya atau apa? Berikan aku penawar racunnya!" pekik Afkar dengan mata merah, seperti orang yang sudah kehilangan akal sehatnya.Saat ini, tubuh Shafa dikelilingi energi hitam. Afkar bahkan tidak tahu harus melakukan apa. Energi naga yang dimasukkan ke tubuh Shafa sama sekali tidak berefek. Dia benar-benar panik."Afkar, jangan sembarangan bicara! Kami benaran nggak mel
Bayu melirik istrinya dan menghela napas. Pada akhirnya, dia tidak mengatakan apa-apa lagi.....Afkar membawa Shafa pulang dengan tergesa-gesa. Di sepanjang perjalanan, dia terus-menerus menyalurkan energi naga ke tubuh Shafa. Namun, tidak ada efek sama sekali!"Shafa! Shafa ... jangan buat Papa takut .... Apa yang terjadi padamu? Siapa yang melakukan ini padamu?"Air mata Afkar mengalir. Ketika melihat putrinya seperti ini, dia merasa dunianya runtuh!Saat ini, Shafa sedang tidak sadarkan diri. Meskipun begitu, ekspresinya masih kesakitan. Bisa dibayangkan betapa beratnya penderitaan yang dialami Shafa.Sebagai seorang ayah, hati Afkar terasa sangat berat."Tuhan! Kenapa? Kenapa kau melakukan ini pada anakku? Sebelumnya dia baik-baik saja! Kenapa?"Jika dirinya bisa membantu Shafa menanggung semua ini, Afkar rela menerima rasa sakit itu berkali-kali lipat. Yang penting, Shafa bisa hidup sehat dan selamat.Setelah kembali ke rumah, Afkar tidak menghiraukan pertanyaan dari Manda. Dia m
Malam itu, Afkar tidak bisa tidur. Dia mempelajari ingatan dalam otaknya dengan saksama, termasuk beberapa teknik yang tidak biasa, bahkan yang berbahaya dan sesat. Harapannya hanya satu, yaitu menemukan cara untuk menyelesaikan masalah. Namun, semua itu sia-sia.Kemudian, Afkar pergi ke halaman untuk berlatih Mantra Roh Naga. Dia tahu, baik itu Mantra Roh Naga, Kitab Kaisar Naga, ataupun Jurus Mata Naga, dia baru menguasai Sebagian kecil. Tahap yang lebih tinggi hanya bisa dikuasai seiring dengan meningkatnya kekuatan diri!Mungkin pada saat itu, dia baru bisa menyembuhkan penyakit putrinya dan membuat Shafa tidak tersiksa lagi oleh penyakit.Pada pukul 11 malam, ponselnya bergetar. Afkar mengeluarkan ponsel dan melihat. Itu adalah video yang dikirim oleh Farel.Afkar sebenarnya sudah tahu, kemungkinan besar dia telah salah paham dengan Keluarga Subroto. Kondisi Shafa seharusnya tidak ada hubungannya dengan Keluarga Subroto.Mengingat hal ini, Afkar merasa sangat menyesal atas reaksi
Sahira menyipitkan matanya dan mengangguk. "Ini adalah sebuah kutukan! Sebuah kutukan yang telah diteruskan selama ribuan tahun!""Kutukan? Apa yang sebenarnya terjadi? Beri tahu aku apa saja yang kamu tahu!" Mendengar itu, Afkar langsung terkejut dan emosinya bercampur aduk."Ya sudah, aku jelasin! Kita berdua sama-sama bermarga Rajendra. Sebenarnya kita ini keturunan dari sebuah keluarga besar yang tersembunyi, Keluarga Rajendra Kuno. Demi mengendalikan kekuatan dalam keluarga dan mencegah adanya pengkhianatan, setiap beberapa generasi, Kepala Keluarga Rajendra akan memberikan obat rahasia kepada setiap anggota keluarga.""Baik yang termasuk garis keturunan utama maupun cabang, semua harus meminumnya! Obat rahasia ini pada dasarnya adalah sebuah kutukan. Kutukan ini nggak langsung memengaruhi anggota keluarga yang meminumnya, tetapi akan diwariskan secara acak kepada keturunan dekat dalam empat generasi. Sepertinya, putrimu mewarisi kutukan itu!"Mendengar penjelasan itu, Afkar terbe
"Liontin itu sama ayahku, aku bahkan nggak bisa menemukannya! Apa yang harus kulakukan? Ada cara lain nggak?" tanya Afkar dengan suara rendah.Jika ini memang kutukan dan jika liontin berbentuk naga itu efektif, semua sudah terlambat karena Afkar telah menyerapnya!Tebersit kilatan dingin pada tatapan Sahira setelah mendengar jawaban itu. Sebenarnya, dia sudah lama curiga bahwa Afkar tidak mengatakan yang sebenarnya. Makanya, dia ingin mencoba untuk mengecoh Afkar agar menyerahkan liontin itu kepada putrinya.Namun, Afkar malah memberi jawaban seperti itu. Sepertinya, liontin itu memang ada di tangan ayahnya?Sahira tampaknya sudah tidak tertarik untuk berbicara lebih lanjut dengan Afkar. Dia menggeleng sambil menyahut, "Nggak ada! Kecuali ....""Kecuali apa?" tanya Afkar dengan cemas.Sahira menatap Afkar. Tatapannya dipenuhi dengan ejekan dan sindiran. "Kecuali, kamu mencari Keluarga Rajendra dan minta Kepala Keluarga menghapus kutukan itu untuk putrimu! Tapi, ini bisa dibilang musta
Afkar menunjukkan ekspresi kecewa. "Baiklah, tolong bantu aku perhatikan soal itu.""Baik!" Mateo mengiakan.Setelah Mateo pergi, Afkar menerima telepon dari nomor tak dikenal. Dia ragu-ragu sesaat sebelum menjawab panggilan. "Siapa ini?"Di ujung telepon, terdengar suara serak dan lemah. "Aku nenek Felicia.""Oh? Bu Erlin?" Afkar termangu sejenak. Dia sudah tahu Erlin pasti akan menghubunginya. Sekarang pun terbukti."Benar! Afkar, apa kata-katamu masih berlaku?" tanya Erlin dengan suara serak."Yang mana?" Afkar pura-pura tidak tahu.Setelah hening sejenak, terdengar suara rendah di ujung telepon. "Aku mau hidup! Aku nggak mau mati!""Hehe, aku mengerti! Aku akan segera ke sana." Afkar tersenyum, lalu mengakhiri panggilan.Pagi hari itu saat Afkar bertemu dengan Erlin, dia melihat wanita tua itu sudah tampak sangat lemah. Sepertinya, dia bisa meninggal kapan saja.Afkar tahu ini karena usia Erlin yang sudah lanjut, ditambah dengan organ tubuh yang hampir tidak berfungsi lagi. Meskipu
Dengan demikian, Erlin membuat pengumuman. Pukul 8 malam ini, rapat akan diadakan. Seluruh anggota Keluarga Safira harus hadir! Bahkan, keluarga Harun yang diusir juga menerima undangan.Gauri awalnya tidak ingin ikut serta, tetapi Harun memberitahunya tentang ucapan Afkar hari itu. Makanya, Gauri langsung menyetujuinya."Kembali ke Keluarga Safira? Bahkan membuatmu jadi kepala keluarga? Afkar benaran bicara begitu?""Oke! Aku pasti pergi! Aku yakin menantuku nggak bakal membuatku kecewa!" seru Gauri dengan penuh semangat.Harun hanya bisa mengerlingkan matanya. Jelas-jelas Gauri sangat menentang kehadiran Afkar sejak awal, tetapi sekarang .... Apa ini bisa dibilang ibu mertua semakin menyukai menantunya?"Pergi saja. Kita harus menjenguk Ibu. Hais ...."Harun mengangguk, teringat pada kali terakhir melihat ibunya. Penampilan ibunya menjadi sangat lemas. Dia merasa sedih memikirkannya.Harun tidak pernah berpikir untuk menjadi kepala keluarga selanjutnya. Dia hanya ingin kembali ke kel
Mendengar ucapan itu, Renhad merenung sejenak. Kemudian, dia mengangguk perlahan. "Kamu benar! Masalah ini harus dikubur dengan baik! Dokter Jovian tahu terlalu banyak! Dia harus dihabisi!"Usai berbicara, Renhad mendengus dan menghubungi seseorang. "Bunuh Dokter Jovian! Cari pembunuh bayaran untuk melakukannya! Kamu jangan turun tangan supaya identitas kita nggak ketahuan!"....Sore hari itu, di Klinik Jofit.Jovian sering berada di kliniknya akhir-akhir ini. Sesekali, dia memeriksa pasien. Saat ini, dia sedang berada di kamar lantai atas dengan seorang dokter wanita yang berada di atas tubuhnya dan memberinya pijatan.Dokter wanita ini disebut sebagai murid Jovian. Namun, faktanya mereka memiliki hubungan yang kotor.Tiba-tiba, terdengar ejekan seseorang. "Hehe, Dokter Jovian benar-benar pintar menikmati hidup ya!"Jovian yang sedang berbaring pun terperanjat, begitu juga dokter wanita di atasnya. Entah sejak kapan, muncul seseorang di kamar ini. Keduanya malah tidak menyadari apa p
Tatapan Felicia saat ini terlihat agak tajam, sekaligus ada secercah harapan dan perasaan yang rumit. Dia menatap Afkar tanpa berkedip, seolah-olah menunggu sebuah jawaban.Afkar tertegun sejenak, lalu bertanya dengan wajah bingung, "Apa?"Felicia tersenyum sinis. "Kamu sendiri nggak tahu apa yang sudah kamu lakukan? Aku tanya sekali lagi, apa ada yang ingin kamu jelaskan padaku?"Di hari pernikahan, saat Felicia tiba-tiba melihat foto-foto itu, dia merasakan guncangan hebat di dalam hatinya. Rasa kecewa, hina, dan benci memenuhi dirinya. Dia merasa dirinya telah ditipu habis-habisan oleh bajingan ini.Dia pikir Afkar hanyalah pria playboy murahan yang diam-diam bermain dengan banyak wanita di belakangnya. Namun, sore ini, ucapan tak sengaja dari Freya justru membuat Felicia mulai ragu.Meskipun saat itu Freya segera menyadari sesuatu dan hanya berbicara sampai setengah, dengan instingnya yang tajam sebagai seorang wanita cerdas, Felicia menangkap sebuah petunjuk.Freya sepertinya tahu
'Freya! Kamu ini benar-benar nggak bisa tobat! Sebelumnya bersekongkol dengan Aldo, sekarang kamu bersekongkol dengan David dan hampir membunuh putrimu sendiri!''Apa kamu masih punya hati nurani sebagai seorang ibu? Sekarang semuanya jelas, ternyata waktu itu kamu berpura-pura melindungi Shafa dari pot jatuh hanya untuk bersandiwara!'Selain itu, niat membunuh Afkar terhadap Noah kini telah mencapai puncaknya. Berbeda dengan sebelumnya, saat dia hanya menggunakan Shafa sebagai sandera untuk menekan Afkar!Kali ini, Noah berpikir dirinya telah menghilang sehingga dia berniat membunuh putrinya! Ini benar-benar keterlaluan!'Noah, sepertinya kalau aku nggak membunuhmu, kamu akan terus menjadi ancaman! Pak Heru, jangan salahkan aku! Cucumu sendiri yang cari mati!' Afkar menggertakkan giginya dalam hati.Dulu Heru memohon sambil menangis, jadi Afkar berjanji bahwa dia hanya akan membunuh Noah jika mereka bertemu kembali. Namun, kali ini Afkar memutuskan untuk mencarinya dan menyingkirkanny
Saat ini, Fadly juga mendekat, memeriksa kondisi kakaknya dan Shafa dengan penuh perhatian.Kemudian, dengan wajah penuh semangat dan kekaguman, dia berkata, "Kak Afkar, aku sudah tahu kalau kamu itu tak terkalahkan! Si tua bangka ini kelihatannya hebat, tapi tetap saja mati di tanganmu! Hahaha ...."Afkar terbatuk pelan. "Apa maksudmu mati di tanganku? Dia hanya terpeleset sendiri dan jatuh. Nggak ada hubungannya denganku!"Mendengar ini, Fadly hanya bisa termangu sambil menatap Afkar dengan ekspresi aneh. Orang-orang di sekitar langsung merasa canggung ....Dalam hati, mereka berpikir, 'Pak Afkar, kami mungkin nggak cerdas, tapi bukan berarti bisa ditipu! Seorang ahli yang bahkan nggak bisa dibunuh penembak runduk malah dibilang jatuh sendiri dan mati begitu saja?'Namun, tak seorang pun yang ingin membongkar kebohongan ini. Mereka semua tertawa kecil dan mengangguk setuju untuk berpura-pura percaya.Pada saat itu, Mateo melangkah maju dengan wajah penuh rasa bersalah. "Pak Afkar, in
Bagaimana jika Afkar tahu mereka menunggu di sini, menantikannya berakhir tragis? Bagaimana jika dia memutuskan untuk membunuh mereka juga?Terutama Qaila dan Reno. Mereka begitu ketakutan hingga langsung meninggalkan Kota Nubes malam itu dan melarikan diri ke rumah Keluarga Lufita di ibu kota provinsi untuk mencari perlindungan.Bagaimanapun, mereka terlibat dalam penyerangan ahli Sekte Kartu Hantu terhadap Afkar. Qaila dan Reno sadar bahwa jika mereka tidak melarikan diri, besar kemungkinan Afkar akan datang untuk membalas dendam!Apa pun yang terjadi, yang terpenting adalah mencari tempat aman terlebih dahulu. Sehebat apa pun Afkar, seharusnya dia tidak akan nekat mengejar mereka sampai ke ibu kota provinsi, apalagi menyerbu rumah Keluarga Lufita, 'kan?Sementara itu, kepala pelayan Keluarga Samoa telah menyampaikan kabar kematian Hantu Senyap kepada keluarga."Hantu Senyap mati?" tanya Edbert dengan nada terkejut."Ya, Tuan! Mati dengan sangat tragis!""Gimana dia bisa mati? Afkar
Bam! Pukulan yang dihantamkan oleh Afkar mengandung amarah yang tak terbatas, langsung menghantam dada Hantu Senyap secara brutal.Seperti kata pepatah, siapa yang menabur angin akan menuai badai! Jika Hantu Senyap tidak menggunakan serangan jiwa yang keji dan licik, mungkin dia tidak akan mati secepat ini.Namun, karena jiwanya terkena efek serangan balik, dia kehilangan hampir semua kekuatannya untuk melawan.Dalam sekejap, pukulan Afkar mengenai tubuhnya. Tubuh tua itu terlempar bak karung bekas, melayang jauh di udara.Dadanya remuk, jantung dan paru-parunya hancur. Seorang ahli tingkat pembentukan inti mati seketika di tempat.Tepat pada saat itu, mata Afkar menangkap bayangan samar yang melayang keluar dari tubuh yang sudah hancur itu. Itu adalah jiwa Hantu Senyap. Jiwa itu melayang cepat, berusaha melarikan diri!Mata Afkar sedikit menyipit. Dia mendengus dan membentak, "Kamu nggak layak jadi manusia ataupun jadi arwah! Hancurlah!"Saat berikutnya, Afkar langsung menggunakan tek
Permukaan pusat energi Hantu Senyap memang telah mengeras menjadi bentuk padat, tetapi di dalamnya masih berupa energi cair. Akan tetapi, pusat energi Afkar berbeda. Makin mendekati inti dari pusat energinya, kepadatannya justru makin tinggi.Itu berarti, saat Afkar menembus ke tingkat pembentukan inti, dia akan mulai membentuk intinya dari dalam ke luar. Sementara itu, Hantu Senyap membentuk intinya dari luar ke dalam.Jelas sekali, inti yang terbentuk dari dalam ke luar akan jauh lebih solid dan kuat setelah prosesnya selesai. Inilah yang disebut sebagai pembangunan fondasi sempurna.Hantu Senyap menyaksikan sendiri bagaimana Afkar yang berada di puncak tahap akhir tingkat pembangunan fondasi mampu menekan dirinya yang berada di tingkat pembentukan inti. Dia pun menyadari kemungkinan tersebut."Omong kosong! Pokoknya aku akan menghabisimu!" geram Afkar. Tatapannya menyala penuh semangat tempur."Kamu pikir, kamu bisa membunuhku? Mimpi!" Hantu Senyap meludah darah ke lantai, sementara
Afkar tertawa terbahak-bahak, lalu menerjang ke arah Hantu Senyap dengan penuh semangat tempur. Pada saat ini, tidak ada lagi rasa takut dalam dirinya. Dia ingin melampiaskan semua perasaan terhina yang sebelumnya dirasakannya saat ditindas oleh Hantu Senyap."Eh, jangan sombong!" Ekspresi Hantu Senyap berubah garang saat berucap demikian. Energi dalam tubuhnya bergejolak, darahnya mendidih, dan aura merah pekat meledak keluar dari tubuhnya. Kali ini, dia mengerahkan seluruh kekuatannya tanpa menahan sedikit pun untuk menghadapi Afkar.Buk, buk, buk ....Pertarungan antara dua kekuatan berbeda tingkat pun pecah dalam sekejap. Suara bentrokan antara mereka bergema tiada henti, seperti guntur yang terus mengguncang langit.Di bawah gedung stasiun TV, semua orang yang menyaksikan dari kejauhan menunjukkan ekspresi penuh keraguan dan kebingungan.Harun bertanya dengan cemas, "Apakah itu Afkar yang sedang bertarung?"Fadly berseru dengan serius, "Kak Afkar, bagiku kamu adalah yang terkuat!
Afkar merasa agak bingung. Lawannya jelas memiliki tingkat kultivasi yang lebih tinggi darinya. Secara logika, seharusnya dia tidak bisa menghindar dengan begitu mudah."Papa, semangat!""Afkar, hati-hati!"Dari kejauhan, Shafa dan Felicia yang menyaksikan pertarungan sangat cemas dengan Afkar. Dari sudut pandang mereka, Afkar terus-menerus mundur dan menghindari serangan Hantu Senyap, seolah-olah berada dalam posisi terdesak. Tanpa sadar, keduanya pun mulai khawatir.Mendengar suara mereka, mata Hantu Senyap berkilat. Sebuah ide tiba-tiba muncul di benaknya. Kerutan di wajahnya menjadi makin dalam, lalu senyuman keji mulai terbentuk.Hantu Senyap mencela, "Dasar pengecut! Kali ini, biar kulihat kamu bisa sembunyi ke mana!"Alih-alih melanjutkan serangannya ke Afkar, Hantu Senyap tiba-tiba berbalik dan memelesat menuju Felicia dan Shafa.Melihat ini, ekspresi Afkar berubah drastis. Dalam sekejap, dia mengerahkan seluruh kecepatannya dan bergegas untuk mengadang Hantu Senyap."Hehe! Ter
Felicia tidak ragu sedikit pun. Dia segera menggendong Shafa dan berlari menjauh dari Afkar serta Hantu Senyap secepat mungkin.Felicia tahu bahwa saat ini, baik dirinya maupun Shafa tidak bisa membantu Afkar sama sekali. Tidak menambah beban baginya sudah merupakan bantuan terbesar yang bisa mereka berikan.Hantu Senyap bertanya sambil tersenyum dingin, "Eh, sepertinya lukamu sudah hampir sembuh ya?"Tadi, Afkar sempat melepaskan energi internal yang cukup kuat untuk menghancurkan peralatan siaran langsung. Tindakan itu cukup mengejutkannya.Padahal saat terakhir kali mereka bertarung, Hantu Senyap sudah menghancurkan meridian Afkar dan membuatnya nyaris mati dengan hanya sisa satu tarikan napas. Meskipun tidak mati, pemuda itu seharusnya sudah menjadi cacat.Tidak disangka, hari ini Afkar masih bisa mengeluarkan serangan jarak jauh dengan energi internalnya."Omong kosong! Itu cuma seperti digigit nyamuk, memangnya bisa terasa gatal berhari-hari?" balas Afkar sambil mencibir dengan s