Daru sangat terkejut saat Afkar membunuh pembantai Dara. Saat Afkar membunuh Tiano, Daru lebih terkejut lagi. Kini, Afkar bahkan membunuh seorang master.Pemuda ini sungguh misterius dan tak terprediksi. Daru sampai tidak berani berspekulasi tentang kemampuan yang dimilikinya."Afkar, sebenarnya kamu sudah mencapai tingkatan apa?" tanya Daru yang tidak bisa menahan rasa penasarannya.Afkar ragu-ragu sejenak, lalu menggeleng. "Aku sendiri nggak tahu."Afkar hanya tahu dirinya telah mencapai tingkat pembangunan fondasi. Ada pun tingkatan para pesilat secara umum, Afkar tidak tahu apa-apa."Hm, baiklah." Daru tertawa canggung, mengira Afkar tidak ingin mengungkapkan kekuatannya. Jadi, dia tidak bertanya lagi.Kemudian, Daru mengubah nada bicaranya. "Aku mencarimu untuk memberitahumu bahwa para petarung yang kamu bunuh itu ingin menculik Devi. Mereka ingin menyandera Devi untuk bernegosiasi denganku. Mereka ingin menukar Devi dengan Adry.""Termasuk yang sebelumnya, Tiano, dia juga ingin m
"Gimana kalau sepuluh hari lagi?" tanya Daru."Oke, bisa saja kalau nggak ada urusan mendadak." Afkar mengangguk setuju setelah berpikir sesaat.....Setelah berpisah dengan Daru, Afkar makan siang bersama Felicia. Kemudian, mereka melanjutkan pemotretan di sore hari.Setelah kejadian pagi tadi, staf butik menjadi sangat sopan kepada Afkar dan Felicia. Pelayanan mereka benar-benar luar biasa.Tentu saja, kejadian di pagi tadi tidak boleh tersebar. Baik pihak kru film, staf tempat wisata, atau pihak butik, semuanya menandatangani perjanjian dan dilarang mengungkapkan detail apa pun ke luar.Beberapa hari berikutnya, Afkar sama sekali tidak pergi menemui Erlin atau mengobatinya. Dia seperti tidak peduli lagi!Sementara itu, di Kota Nubes, muncul seorang apoteker yang terkenal, yang khusus menjual pil bernama Pil Rejuvenasi.Khasiatnya sangat luar biasa, membuat orang berlomba-lomba membelinya, terutama mereka yang tubuhnya rusak karena pengaruh alkohol dan seks. Setelah mengonsumsi Pil R
Setelah mendengar ucapan Wulan, Fendi termangu sejenak sebelum bertanya, "Kamu bisa mengumpulkan uang? Dari mana kamu akan mengumpulkannya? Aku sudah menyelidiki keluargamu!""Ibumu sudah berobat bertahun-tahun, ditambah lagi kamu punya adik yang nggak bertanggung jawab dan suka berjudi. Teman-teman dan kerabatmu sudah menjauh seperti menghindari wabah. Uang 1,6 miliar bukan jumlah yang kecil. Meskipun ada kerabat atau teman yang mau membantu, siapa yang bisa mengumpulkannya untukmu?""Kamu bisa mengumpulkan uang? Hahaha, coba tunjukkan kalau kamu bisa!" Fendi merapikan rambutnya yang botak dengan ekspresi penuh ejekan.Wulan menggigit bibirnya tanpa berkata apa-apa. Kemudian, dia menghubungi nomor yang baru disimpannya beberapa hari lalu.Saat ini, Afkar baru saja kembali ke rumah bersama Shafa. Saat melihat telepon masuk, dia segera menjawabnya. "Wulan?" Afkar cukup terkejut."Afkar, aku ... aku ...." Setelah terprovokasi oleh ucapan Fendi, Wulan akhirnya memutuskan untuk menelepon A
Fendi terpikir akan sesuatu, lalu segera menelepon seseorang.Di sisi lain, Wulan keluar dari kantor dan menelepon Afkar."Gimana? Uangnya sudah masuk?" tanya Afkar sambil tersenyum."Mm, sudah!" Wulan berkata dengan penuh rasa syukur dan malu, "Kamu ... nggak tanya untuk apa aku pinjam uang dan langsung kasih begitu saja? Kamu nggak takut aku menipu uangmu?""Nggak takut, aku punya banyak uang," timpal Afkar dengan senyuman lebar."Pfft!" Mendengar itu, Wulan langsung tertawa. "Ya, sekarang kamu sudah jadi bos besar.""Haha, benar!" kata Afkar tanpa merasa rendah hati sedikit pun.Di dalam hatinya, Afkar cukup menyukai Wulan sebagai teman lamanya. Wulan adalah perempuan pertama yang pernah dia sukai secara diam-diam. Dulu, Wulan yang selalu membantunya meski di tengah gosip yang tidak menyenangkan.Walaupun saat itu Afkar menolak Wulan karena rasa rendah diri yang konyol, dia tidak akan pernah melupakan kebaikan Wulan. Sekarang teman lamanya kesulitan, Afkar tentu saja tidak ragu untu
Mendengar Wira menghina Wulan dengan kejam, Afkar langsung marah dan bertanya dengan nada dingin."Oh? Jadi, dia bukan wanita murahan? Dia berpura-pura suci di hadapanku, tapi ternyata dekat denganmu." Wira menyeringai dingin.Fendi juga mendelik ke arah Wulan. "Wulan, kenapa nggak pilih Pak Wira saja? Cuma karena pemuda ini meminjamkanmu 1,6 miliar? Kalau kamu ikut Pak Wira, keuntunganmu akan jauh lebih besar!""Pak Wira, aku rasa kamu salah paham. Afkar adalah teman lamaku. Di antara kami nggak ada hubungan kotor seperti yang kamu katakan! Kuharap kamu bisa bicara dengan sopan!" ujar Wulan dengan marah."Oh, masih mau menyangkal? Jalang sepertimu berani menyuruhku bicara sopan?" Wira tersenyum dingin, lalu mengulurkan tangannya untuk menampar Wulan.Namun, Afkar langsung meraih pergelangan tangannya."Ah! Sakit! Lepaskan atau aku akan membunuhmu!" teriak Wira sambil menunjuk Afkar."Mulut dan tanganmu memang gatal ya?" tanya Afkar dengan dingin. Matanya mulai menunjukkan kemarahan."
Apalagi, ibunya masih sakit dan dia masih harus membayar utang kepada Afkar. Di mana lagi dia bisa mencari pekerjaan dengan penghasilan lebih dari 20 juta sebulan?"Nggak apa-apa, Wulan! Kalau nggak kerja di sini, kamu bisa ke Hotel Royal. Aku akan memberimu posisi manajer! Gaji 40 juta sebulan!" Afkar menatap wajah Wulan, lalu mengayunkan tangannya dengan percaya diri.Namun, Wulan tertawa getir dan memandang Afkar dengan tatapan rumit. "Afkar, aku bisa pinjam uangmu karena aku akan mengembalikannya perlahan-lahan! Tapi, aku nggak mau bekerja di bawahmu.""Itu akan membuat hubungan kita berubah. Aku nggak ingin begitu. Terima kasih atas niat baikmu, tapi lebih baik ... lupakan saja."Wulan memandang Afkar sambil tersenyum tipis. Wajah cantiknya dipenuhi kegetiran.Benar! Wulan bisa meminjam uang dari Afkar dan akan mengembalikannya perlahan. Dengan begitu, hubungan mereka masih setara.Hanya saja, jika dia bekerja di bawah Afkar, meskipun gajinya tinggi, hubungan mereka yang dulunya a
"Kamu juga punya Pil Rejuvenasi? Kenapa? Apa setelah beli, kamu sayang untuk meminumnya, makanya mau dijual kembali buat dapat untung?" tanya Wira dengan nada mengejek.Kemudian, pria itu menatap Wulan dan berucap lagi dengan sinis, "Wulan, orang yang kamu cari ternyata pedagang kecil begini? Hahaha! Dia payah banget."Usai berkata begitu, Wira berkata pada Afkar sambil tersenyum, "Oke, tunjukkan Pil Rejuvenasi yang kamu punya. Kalau itu asli, aku akan bayar 10 miliar!""Sepuluh miliar?" gumam Afkar dengan ekspresi terkejut.Harga jual yang dipatok Afkar pada Mateo adalah 2 miliar per butir. Namun, sekarang dia ditawari 10 miliar? Ini juga harga yang dibuka Wira sendiri. Jadi, mungkin masih ada ruang untuk tawar-menawar. Dari percakapan Wira di telepon barusan, Afkar juga mendengar bahwa Mateo akan mengadakan lelang.Tanpa pikir panjang, Afkar meminta Wira untuk menunggu sebentar. Setelah itu, dia pergi membuka bagasi mobil dan mengambil sebotol pil. Ada belasan butir pil di dalam boto
Dengan mendapatkan sebotol pil ini dari Afkar, Wira tidak hanya bisa meminumnya sendiri. Dia juga bisa untung banyak dengan menjualnya!"Nggak perlu 160 miliar, cukup 100 miliar. Tapi, aku punya syarat lain yang harus kamu setujui. Kalau nggak, jangan harap kamu bisa mendapatkan sebutir pil pun!" ujar Afkar dengan dingin sambil menggeleng.Wira mengangguk antusias dan menyahut, "Ya, ya! Apa syaratmu? Katakanlah, selama aku bisa mewujudkannya, itu nggak akan jadi masalah."Afkar tertawa kecil, lalu menoleh ke arah Wulan. Dia berucap, "Wulan, bicaralah. Kamu mau syarat apa?""Hah? Aku?" tanya Wulan kaget."Iya, bilang saja. Nggak apa-apa," jawab Afkar dengan senyum di wajahnya.Wulan menatap Afkar dengan binar terima kasih dan emosi rumit di matanya. Dia juga tidak berpura-pura segan.Detik berikutnya, Wulan mengarahkan pandangan ke arah Wira. Dia menarik napas dalam-dalam dan berkata, "Pak Wira, kelak aku ingin bekerja dengan tenang di perusahaan. Aku nggak mau dilecehkan siapa pun!"Wi
"Aku nggak percaya ini! Ah! Ah!" Scorpion berteriak dengan tidak puas, lalu menggunakan belati di tangannya untuk menusuk bagian perut dan area lemah lainnya secara gila-gilaan.Bahkan sampai akhirnya, belati di tangannya sudah melengkung dan tumpul, tetapi tetap tidak berhasil membuat Afkar berdarah."Membunuhku saja nggak bisa, masih mau jadi penjahat?" tanya Afkar dengan nada mengejek.Saat ini, Scorpion benar-benar tercengang! Wira dan Denny juga menunjukkan ekspresi seperti melihat hantu! Bahkan, Wulan menatap Afkar seperti sedang melihat makhluk aneh!Rasa khawatir dan bersalah yang sebelumnya terlihat di wajahnya perlahan menghilang. Wulan merasa lega di dalam hati."Bocah, sebenarnya siapa kamu ini?" Denny menggerakkan wajahnya yang agak kaku, bertanya dengan penuh keraguan."Aku akan bilang sekali lagi, lepaskan Wulan, maka aku akan mengampuni kalian. Kalau nggak, hari akan menjadi hari kematian kalian!" seru Afkar dengan suara dingin dan menakutkan.Mendengar ini, Denny mence
"Haha ... memuaskan sekali!" Saat ini, Wira tertawa puas.Denny yang masih memegang Wulan pun tersenyum dingin dan berkata, "Lebih baik kamu nggak bergerak atau aku akan langsung bunuh gadis ini!"Afkar menarik napas panjang dengan tatapan dingin. Sejujurnya, tamparan yang diberikan oleh Scorpion tadi sama sekali tidak terasa sakit.Scorpion hanya ahli tingkat eksplisit tahap akhir, mana mungkin bisa membuat Afkar kesakitan! Namun, masalahnya bukan tentang rasa sakit, melainkan penghinaan!Namun, karena Wulan sedang berada di tangan Keluarga Widjaja, bahkan dengan pistol yang diarahkan ke kepalanya, Afkar tidak berani bergerak sembarangan saat ini.Meskipun merasa kesal karena ditampar, itu tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan keselamatan Wulan!Plak! Plak! Tidak lama kemudian, Scorpion melayangkan dua tamparan keras lagi ke wajah Afkar dengan ekspresi penuh kebencian dan kepuasan.Tadi dia dipukul sampai terlempar oleh Afkar hingga memuntahkan darah, kini dia merasa puas kare
Wajah Scorpion menampilkan senyuman bengis.Klang! Saat berikutnya, Afkar menggerakkan tangannya dengan ringan, membuat pisau yang berada di tangan Scorpion terlempar dan terjatuh!Telapak tangan Scorpion yang menggenggam pisau langsung robek dan berdarah. Dia merasakan kekuatan yang mengerikan mengalir melalui tangannya, membuatnya mati rasa seketika!Wajah Scorpion sontak berubah drastis, menampilkan ekspresi penuh ketakutan. Dalam situasi itu, tidak ada waktu baginya untuk mundur. Segera, dia mengerahkan Teknik Jubah Besi.Bam! Suara dentuman terdengar, lalu tubuh Scorpion terlempar akibat tendangan Afkar. Setelah jatuh ke tanah, dia memuntahkan darah dan berdiri dengan goyah!Afkar mengangkat alis, matanya memancarkan keterkejutan. Meskipun tendangan tadi dilakukan dengan santai, kekuatannya cukup besar. Seharusnya, lawannya setidaknya mengalami luka parah atau bahkan kehilangan nyawa. Namun, orang ini masih mampu berdiri?Sepertinya, pria ini adalah seorang petarung yang berfokus
Tentu saja, Arwan tidak akan memberi tahu Denny terlalu banyak, apalagi mengatakan dia datang untuk meminta maaf kepada seseorang. Hal itu hanya akan merendahkan martabatnya. Dia hanya memberi tahu Denny, dia datang untuk memberikan hadiah kepada seseorang!"Oh? Mau kasih orang hadiah ya? Laki-laki atau perempuan, Pak?" tanya Denny yang cukup terkejut."Laki-laki, kenapa? Apa aku perlu melaporkan siapa orangnya kepadamu?" balas Arwan dengan nada tidak ramah."Bukan, bukan begitu! Hehe!" Denny terkekeh-kekeh dengan canggung. Setelah mengakhiri panggilan, ekspresi terkejut tebersit di wajahnya, lalu berubah menjadi bersemangat."Ayah, ada apa?" Wira yang melihat ekspresi ayahnya yang berubah-ubah lantas bertanya dengan bingung.Denny tersenyum dan menyahut, "Kamu tahu nggak, ternyata Pak Arwan datang untuk memberi hadiah kepada seseorang!""Kamu percaya itu? Dengan status Pak Arwan, dia sampai repot-repot datang ke sini hanya untuk memberi seseorang hadiah. Orang itu ... pasti tokoh yang
Orang ini merupakan seorang ahli tingkat eksplisit tahap akhir. Setelah diselamatkan oleh Denny, dia mengabdikan diri untuknya, khususnya membantu mereka melakukan pekerjaan kotor.Seperti menculik orang, bagi Scorpion, ini sudah seperti pekerjaan rutin yang mudah dilakukan!"Wira, seleramu memang bagus. Hahaha ...." Denny tertawa sinis."Tentu saja! Gimana, Ayah? Kalau kita kasih gadis ini kepada Pak Arwan, dia pasti puas, 'kan?" Wira menyeringai."Puas! Pasti puas! Mana ada pria yang bisa menolak wanita secantik ini! Luar biasa ...," sahut Denny sambil tersenyum lebar.Kemudian, dia mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Arwan. Karena akan datang ke Kota Nubes, Arwan sebelumnya telah menghubungi Denny dan meminta bantuannya untuk mengatur tempat tinggal.Makanya, Denny merasa inilah kesempatan emasnya untuk mendekati tokoh inti Keluarga Sanjaya. Dengan segala cara, dia akan berusaha menyenangkan Arwan agar dapat meraih dukungan darinya."Pak Arwan, sudah sampai mana? Aku sudah meny
Wira terdiam sejenak, lalu bertanya dengan ragu, "Afkar?""Ya, ini aku! Bukankah kamu bilang mau beli lagi kalau aku punya lebih banyak Pil Rejuvenasi?" tanya Afkar.Mendengar ini, Wira ragu sejenak, lalu menjawab dengan asal, "Malam ini aku sibuk! Nggak sempat, lain kali saja. Nanti aku beli dengan harga tinggi!"Setelah berkata demikian, dia langsung memutuskan panggilan.Denny yang duduk di sebelah langsung bertanya, "Nak, siapa itu?"Mata Wira menyiratkan kecurigaan saat dia menjawab, "Teman lama Wulan. Waktu itu ...." Dia pun menceritakan kejadian sebelumnya kepada ayahnya.Setelah selesai bercerita, Wira mendengus dingin. "Aneh sekali! Kenapa nggak menghubungiku dari tadi atau besok? Kenapa malah sekarang? Kebetulan sekali, 'kan? Aku nggak peduli padanya deh!"Denny mengangguk. "Teman lama Wulan? Huh!"Dia menunjukkan tatapan puas kepada anaknya, "Kamu melakukan hal yang benar! Memang patut dicurigai. Lebih baik berhati-hati dan tunggu sampai besok saja."Di sisi lain, Afkar mena
"Afkar, aku ibu Wulan! Kamu masih ingat, 'kan?"Afkar tertegun sejenak, lalu buru-buru membalas, "Bibi? Ingat! Tentu saja aku masih ingat! Ada apa, Bibi?"Meskipun Sumi sebelumnya sempat terlihat agak materialistis, Afkar tetap berbicara dengan sopan karena dia adalah ibu Wulan.Sumi ragu sejenak, lalu bertanya dengan nada hati-hati, "Afkar, apa Wulan sedang bersamamu?""Hah?" Afkar keheranan untuk sesaat, lalu menyahut dengan gugup, "Nggak ada, Bibi! Hari ini aku sama sekali nggak bertemu Wulan.""Ke mana Wulan pergi ya? Biasanya jam segini dia sudah pulang. Dia nggak pernah pulang terlalu malam. Tadi aku pikir dia sama kamu! Teleponnya nggak bisa dihubungi lagi. Apa mungkin terjadi sesuatu padanya?"Nada bicara Sumi menjadi semakin khawatir."Nggak bisa dihubungi ya?" Afkar mengernyit, hatinya juga mulai merasa cemas."Ya! Kamu tahu sendiri kondisi kesehatanku sebelumnya kurang baik, jadi semua pekerjaan rumah dikerjakan Wulan. Setelah pulang kerja, dia selalu langsung pulang. Kalaup
"Pak Arwan? Pak Arwan yang mana?" Wira termangu sejenak, lalu segera menyadari sesuatu, "Jangan-jangan yang dari Keluarga Sanjaya itu?"Keluarga Sanjaya adalah salah satu dari empat keluarga besar di ibu kota provinsi. Di Provinsi Jimbo, mereka memiliki pengaruh yang besar.Sementara itu, keluarga mereka, Keluarga Widjaja, hanya keluarga kelas dua di Kota Nubes. Mereka berada di bawah perlindungan Keluarga Sanjaya selama ini.Tentu saja, bagi Keluarga Sanjaya, Keluarga Widjaja tak ada bedanya dengan bawahan kecil mereka. Selama ini, segala urusan bisnis yang mereka jalani hanya melibatkan orang-orang di sekitar Keluarga Sanjaya."Benar, Pak Arwan dari Keluarga Sanjaya di ibu kota provinsi! Dia putra sulung Keluarga Sanjaya! Biasanya kita nggak punya kesempatan untuk bertemu langsung dengan anggota inti keluarga mereka. Kali ini adalah kesempatan besar!""Kalau kita bisa memanfaatkannya dengan baik dan membangun hubungan dengan Pak Arwan, masa depan kita akan semakin terjamin!" ujar Den
Mengenai kedua anggota Keluarga Samoa yang terluka, Afkar tidak terlalu khawatir. Tentu saja, bukan karena dia benar-benar merasa dirinya bisa menggertak mereka, tetapi karena memiliki kepercayaan diri lain di dalam hatinya.Seperti kata pepatah, dunia dipenuhi oleh orang-orang yang mencari keuntungan. Seperti para agen besar farmasi yang sebelumnya bekerja sama dengan Fajar, hanya karena Afkar meluncurkan obat baru dan mereka melihat potensi dari Afkar, mereka akhirnya bekerja sama dengannya.Kali ini juga sama! Selama dia bisa memberikan keuntungan yang cukup besar bagi Keluarga Samoa, mereka tentu tidak akan mempermasalahkan insiden hari ini, bahkan mungkin mereka akan duduk bersama dan berbicara dengannya dengan baik-baik.....Di King's Brew."Pak Wira!""Pak Wira sudah datang!"Para karyawan di departemen penjualan langsung menyapa Wira dengan nada menyanjung saat melihatnya datang.Wira mengangguk dengan gaya yang sangat berwibawa, lalu menatap Wulan. "Wulan, gimana pekerjaan se