Dengan mendapatkan sebotol pil ini dari Afkar, Wira tidak hanya bisa meminumnya sendiri. Dia juga bisa untung banyak dengan menjualnya!"Nggak perlu 160 miliar, cukup 100 miliar. Tapi, aku punya syarat lain yang harus kamu setujui. Kalau nggak, jangan harap kamu bisa mendapatkan sebutir pil pun!" ujar Afkar dengan dingin sambil menggeleng.Wira mengangguk antusias dan menyahut, "Ya, ya! Apa syaratmu? Katakanlah, selama aku bisa mewujudkannya, itu nggak akan jadi masalah."Afkar tertawa kecil, lalu menoleh ke arah Wulan. Dia berucap, "Wulan, bicaralah. Kamu mau syarat apa?""Hah? Aku?" tanya Wulan kaget."Iya, bilang saja. Nggak apa-apa," jawab Afkar dengan senyum di wajahnya.Wulan menatap Afkar dengan binar terima kasih dan emosi rumit di matanya. Dia juga tidak berpura-pura segan.Detik berikutnya, Wulan mengarahkan pandangan ke arah Wira. Dia menarik napas dalam-dalam dan berkata, "Pak Wira, kelak aku ingin bekerja dengan tenang di perusahaan. Aku nggak mau dilecehkan siapa pun!"Wi
Fendi ditampar begitu keras hingga kepalanya berdengung dan kacamatanya terlempar. Penampilannya terlihat begitu menyedihkan. Dia berkata dengan nada tidak percaya, "Pak Wira! Ka ... kamu ...."Wira sama sekali tidak peduli pada Fendi. Di matanya, pria itu hanya bawahan yang tidak memiliki nilai."Kamu pikir siapa dirimu? Apa kamu benaran mengira kamu sepenting itu bagiku? Mengaca sana! Pergi! Mulai besok, kamu nggak boleh datang ke perusahaan lagi!" hardik Wira sambil menunjuk ke arah Fendi.Fendi tertegun dengan raut seperti ingin menangis. Detik berikutnya, dia menoleh ke arah Wulan dan membujuknya sambil tersenyum, "Wulan, selama ini aku sudah memperlakukanmu dengan baik, 'kan? Tolong bujuk Pak Wira, jangan ...."Plak! Bunyi tamparan kembali terdengar. Wulan mengayunkan lengannya dan menampar wajah Fendi dengan keras."Fendi, apa kamu nggak tahu betapa menjijikkannya dirimu? Pergi!" seru Wulan.Fendi terbelalak dan memegangi pipinya. Raut wajahnya seketika berubah beringas. Dia men
Mengenai pinjaman sebesar 1,6 miliar itu, Wulan masih bisa melunasinya dengan bekerja keras selama beberapa tahun. Namun, dia benar-benar bingung harus bagaimana menutupi kerugian 60 miliar ini.Afkar hanya tersenyum santai dan berkata, "Pil itu nggak berarti bagiku. Lagian, hal ini nggak penting. Semasa sekolah dulu, kamu selalu membantuku di tengah rumor buruk. Aku nggak pernah melupakan kebaikanmu.""Orang bilang, kebaikan harus dibalas dengan kebaikan. Ngomong-ngomong, gimana cara bilangnya dalam bahasa Inggris?" Afkar menepuk keningnya dan melanjutkan, "Ah, iya! You bla bla me, I bla bla you, 'kan?"Pfft! Wulan tertawa geli dan berkata, "Cih! Bahasa Inggrismu masih nggak ada perkembangan, ya!"Usai tertawa, perasaan Wulan menjadi lebih baik. Dia sudah tidak terlalu canggung dan malu pada Afkar.Namun, tatapannya pada Afkar mengandung binar rumit dan pahit. Pria itu mengira bahwa hal-hal yang terjadi di sekolah hanyalah rumor. Afkar yang bodoh tidak tahu bahwa Wulan benar-benar men
Sekarang, Afkar akhirnya tahu alasan Wulan meminjam uang padanya. Ternyata ibunya sedang sakit dan harus dioperasi.Afkar pernah merasakan keputusasaan serta hangat dan dinginnya hubungan antarmanusia saat Shafa sakit. Jadi, dia tentu akan menolong Wulan tanpa ragu.Saat ini, hati Wulan sedang diliputi kegelisahan. Meskipun merasa malu, dia tidak menolak tawaran Afkar.Di dalam mobil, Afkar menanyakan tentang penyakit Sumi dan kondisi spesifiknya. Wulan sempat ragu-ragu, tetapi akhirnya menjelaskan semuanya pada Afkar."Tenang saja, aku bisa sembuhkan penyakit Bibi. Kamu nggak usah terlalu khawatir," hibur Afkar setelahnya.Wulan menatap Afkar dengan binar kaget di matanya. Namun, dia sama sekali tidak berharap.Afkar bisa menyembuhkan penyakit? Wulan tidak pernah dengar hal ini sebelumnya. Dia mengira pria itu hanya sedang menghiburnya.Afkar melajukan mobilnya dengan cepat. Di bawah arahan Wulan, mereka segera tiba di sebuah kompleks apartemen kelas menengah.Dahulu, sebenarnya kondi
Agus menatap Afkar dengan ekspresi dingin dan berucap, "Kamu sudah punya anak, gimana kamu bisa begitu nggak tahu malu? Beraninya kamu memperdaya kakakku!"Mendengar ini, Afkar sontak mengernyit. Shafa juga terlihat sebal.Wulan mengentakkan kakinya dan berkata, "Kalian ngomong apa, sih? Aku dan Afkar hanya teman sekolah biasa!""Teman biasa? Melihatmu secantik ini, dia pasti ingin memilikimu. Gadis bodoh! Gimana kamu bisa ditipu pria yang sudah punya anak hanya demi 1,6 miliar!" marah Sumi.Menurut Sumi, putrinya layak bersama dengan pria yang lebih baik. Jika tersebar kabar bahwa Wulan terlibat dengan pria yang sudah memiliki anak, reputasi gadis itu akan rusak!Detik berikutnya, wajah Sumi tiba-tiba memerah. Dia memukul-mukul dada kirinya dengan ekspresi kesakitan. Reaksinya sangat mengejutkan."Ibu kenapa? Ibu! Ibu!" Martin, Wulan, dan Agus ketakutan melihatnya.Raut wajah Afkar berubah serius. Dia buru-buru mendekat sambil berkata, "Minggir!""Mau ngapain kamu?" bentak Agus."Meny
Shafa agak kesal melihat seseorang meremehkan ayahnya. Martin dan Agus hendak mengatakan sesuatu, tetapi pada akhirnya memilih untuk tidak berdebat dengan anak kecil.Mereka masih antipati dan tidak percaya pada Afkar. Namun, mereka tidak berkata lebih banyak karena kondisi Sumi memang sepertinya sudah membaik. Hanya saja, dalam hati mereka berpikir bahwa Afkar hanya melakukan pertolongan pertama untuk meringankan sakit Sumi.Beberapa saat kemudian ...."Oke, sudah selesai," ucap Afkar sambil mencabut jarum perak dari pergelangan tangan Sumi. Dia mendisinfeksinya dengan energi naga, lalu menyimpannya kembali."Gimana perasaanmu sekarang?" tanya Martin pada istrinya dengan gugup.Wajah Sumi terlihat cerah. Dia menggelengkan kepalanya dan berkata, "Aku merasa baikan! Rasanya aku belum pernah senyaman ini sebelumnya."Tatapan Sumi pada Afkar sedikit melembut. Dia berucap, "Nak, kamu cukup terampil memberikan pertolongan pertama. Kondisiku terasa membaik sekarang."Selama bertahun-tahun in
"Kamu bilang Codet layak untuk kakakmu? Heh! Sepertinya nilai-nilai dalam hidupmu agak melenceng. Kamu mengidolakan pecundang seperti Codet?" ujar Afkar, merasa adik Wulan ini sangat naif.Raut wajah Agus berubah. Dia langsung berseru dengan marah, "Kamu bilang Pak Codet pecundang? Apa kamu lagi cari mati? Kalau kata-katamu ini tersebar, kamu nggak akan selamat!"Setelah itu, Agus berkata dengan nada mendesak pada Wulan, "Kak, jangan bergaul dengan pria bodoh ini lagi! Jangan sampai keluarga kita terlibat dalam masalah!"Martin dan Sumi juga menatap Afkar dengan dingin. Mereka berkata, "Nak, mulutmu harimaumu. Kamu boleh makan sembarangan, tapi nggak bisa bicara sembarangan! Apa kamu tahu seberapa berkuasanya Pak Codet itu?"Wulan juga menarik Afkar menjauh dan berkata, "Afkar, jangan mengucapkan hal-hal itu lagi di luar."Wulan pernah melihat bagaimana Kenil memperlakukan Afkar dengan hormat, tetapi itu karena Afkar adalah bos Hotel Royal. Kenil adalah anak buahnya.Namun, Codet berbe
Agus memang mengagumi sosok Codet dan berkata bahwa dia ingin mencari pria seperti itu untuk kakaknya. Namun, bukan berarti dia benar-benar berharap Wulan bersama Codet.Agus tahu bawah Codet sering bergonta-ganti wanita. Kakaknya hanya akan menjadi mainan jika bersama pria itu!Sungguh tidak disangka, Ucup yang mengetahui kecantikan Wulan malah sengaja memperkenalkannya pada Codet. Agus tidak berani membayangkan apa akibatnya bila kakaknya benar-benar diincar Codet."Hei, aku membantumu! Seharusnya kamu berterima kasih padaku!" ujar Ucup sambil menendang perut Agus.Setelah menunjukkan foto kakaknya Agus pada Codet, Codet langsung tertarik. Pria itu bahkan berkata akan menyerahkan tanggung jawab salah satu kasinonya pada Ucup. Kelak Ucup akan menjadi bos kasino itu!Ucup bergembira dan merasa dirinya sangat pintar. Mengenai apakah Wulan akan dijadikan mainan oleh Codet, dia tidak peduli. Kalaupun wanita itu dipermainkan hingga mati, itu bukan urusannya.Mungkin setelah Codet puas bers
Tatapan Felicia saat ini terlihat agak tajam, sekaligus ada secercah harapan dan perasaan yang rumit. Dia menatap Afkar tanpa berkedip, seolah-olah menunggu sebuah jawaban.Afkar tertegun sejenak, lalu bertanya dengan wajah bingung, "Apa?"Felicia tersenyum sinis. "Kamu sendiri nggak tahu apa yang sudah kamu lakukan? Aku tanya sekali lagi, apa ada yang ingin kamu jelaskan padaku?"Di hari pernikahan, saat Felicia tiba-tiba melihat foto-foto itu, dia merasakan guncangan hebat di dalam hatinya. Rasa kecewa, hina, dan benci memenuhi dirinya. Dia merasa dirinya telah ditipu habis-habisan oleh bajingan ini.Dia pikir Afkar hanyalah pria playboy murahan yang diam-diam bermain dengan banyak wanita di belakangnya. Namun, sore ini, ucapan tak sengaja dari Freya justru membuat Felicia mulai ragu.Meskipun saat itu Freya segera menyadari sesuatu dan hanya berbicara sampai setengah, dengan instingnya yang tajam sebagai seorang wanita cerdas, Felicia menangkap sebuah petunjuk.Freya sepertinya tahu
'Freya! Kamu ini benar-benar nggak bisa tobat! Sebelumnya bersekongkol dengan Aldo, sekarang kamu bersekongkol dengan David dan hampir membunuh putrimu sendiri!''Apa kamu masih punya hati nurani sebagai seorang ibu? Sekarang semuanya jelas, ternyata waktu itu kamu berpura-pura melindungi Shafa dari pot jatuh hanya untuk bersandiwara!'Selain itu, niat membunuh Afkar terhadap Noah kini telah mencapai puncaknya. Berbeda dengan sebelumnya, saat dia hanya menggunakan Shafa sebagai sandera untuk menekan Afkar!Kali ini, Noah berpikir dirinya telah menghilang sehingga dia berniat membunuh putrinya! Ini benar-benar keterlaluan!'Noah, sepertinya kalau aku nggak membunuhmu, kamu akan terus menjadi ancaman! Pak Heru, jangan salahkan aku! Cucumu sendiri yang cari mati!' Afkar menggertakkan giginya dalam hati.Dulu Heru memohon sambil menangis, jadi Afkar berjanji bahwa dia hanya akan membunuh Noah jika mereka bertemu kembali. Namun, kali ini Afkar memutuskan untuk mencarinya dan menyingkirkanny
Saat ini, Fadly juga mendekat, memeriksa kondisi kakaknya dan Shafa dengan penuh perhatian.Kemudian, dengan wajah penuh semangat dan kekaguman, dia berkata, "Kak Afkar, aku sudah tahu kalau kamu itu tak terkalahkan! Si tua bangka ini kelihatannya hebat, tapi tetap saja mati di tanganmu! Hahaha ...."Afkar terbatuk pelan. "Apa maksudmu mati di tanganku? Dia hanya terpeleset sendiri dan jatuh. Nggak ada hubungannya denganku!"Mendengar ini, Fadly hanya bisa termangu sambil menatap Afkar dengan ekspresi aneh. Orang-orang di sekitar langsung merasa canggung ....Dalam hati, mereka berpikir, 'Pak Afkar, kami mungkin nggak cerdas, tapi bukan berarti bisa ditipu! Seorang ahli yang bahkan nggak bisa dibunuh penembak runduk malah dibilang jatuh sendiri dan mati begitu saja?'Namun, tak seorang pun yang ingin membongkar kebohongan ini. Mereka semua tertawa kecil dan mengangguk setuju untuk berpura-pura percaya.Pada saat itu, Mateo melangkah maju dengan wajah penuh rasa bersalah. "Pak Afkar, in
Bagaimana jika Afkar tahu mereka menunggu di sini, menantikannya berakhir tragis? Bagaimana jika dia memutuskan untuk membunuh mereka juga?Terutama Qaila dan Reno. Mereka begitu ketakutan hingga langsung meninggalkan Kota Nubes malam itu dan melarikan diri ke rumah Keluarga Lufita di ibu kota provinsi untuk mencari perlindungan.Bagaimanapun, mereka terlibat dalam penyerangan ahli Sekte Kartu Hantu terhadap Afkar. Qaila dan Reno sadar bahwa jika mereka tidak melarikan diri, besar kemungkinan Afkar akan datang untuk membalas dendam!Apa pun yang terjadi, yang terpenting adalah mencari tempat aman terlebih dahulu. Sehebat apa pun Afkar, seharusnya dia tidak akan nekat mengejar mereka sampai ke ibu kota provinsi, apalagi menyerbu rumah Keluarga Lufita, 'kan?Sementara itu, kepala pelayan Keluarga Samoa telah menyampaikan kabar kematian Hantu Senyap kepada keluarga."Hantu Senyap mati?" tanya Edbert dengan nada terkejut."Ya, Tuan! Mati dengan sangat tragis!""Gimana dia bisa mati? Afkar
Bam! Pukulan yang dihantamkan oleh Afkar mengandung amarah yang tak terbatas, langsung menghantam dada Hantu Senyap secara brutal.Seperti kata pepatah, siapa yang menabur angin akan menuai badai! Jika Hantu Senyap tidak menggunakan serangan jiwa yang keji dan licik, mungkin dia tidak akan mati secepat ini.Namun, karena jiwanya terkena efek serangan balik, dia kehilangan hampir semua kekuatannya untuk melawan.Dalam sekejap, pukulan Afkar mengenai tubuhnya. Tubuh tua itu terlempar bak karung bekas, melayang jauh di udara.Dadanya remuk, jantung dan paru-parunya hancur. Seorang ahli tingkat pembentukan inti mati seketika di tempat.Tepat pada saat itu, mata Afkar menangkap bayangan samar yang melayang keluar dari tubuh yang sudah hancur itu. Itu adalah jiwa Hantu Senyap. Jiwa itu melayang cepat, berusaha melarikan diri!Mata Afkar sedikit menyipit. Dia mendengus dan membentak, "Kamu nggak layak jadi manusia ataupun jadi arwah! Hancurlah!"Saat berikutnya, Afkar langsung menggunakan tek
Permukaan pusat energi Hantu Senyap memang telah mengeras menjadi bentuk padat, tetapi di dalamnya masih berupa energi cair. Akan tetapi, pusat energi Afkar berbeda. Makin mendekati inti dari pusat energinya, kepadatannya justru makin tinggi.Itu berarti, saat Afkar menembus ke tingkat pembentukan inti, dia akan mulai membentuk intinya dari dalam ke luar. Sementara itu, Hantu Senyap membentuk intinya dari luar ke dalam.Jelas sekali, inti yang terbentuk dari dalam ke luar akan jauh lebih solid dan kuat setelah prosesnya selesai. Inilah yang disebut sebagai pembangunan fondasi sempurna.Hantu Senyap menyaksikan sendiri bagaimana Afkar yang berada di puncak tahap akhir tingkat pembangunan fondasi mampu menekan dirinya yang berada di tingkat pembentukan inti. Dia pun menyadari kemungkinan tersebut."Omong kosong! Pokoknya aku akan menghabisimu!" geram Afkar. Tatapannya menyala penuh semangat tempur."Kamu pikir, kamu bisa membunuhku? Mimpi!" Hantu Senyap meludah darah ke lantai, sementara
Afkar tertawa terbahak-bahak, lalu menerjang ke arah Hantu Senyap dengan penuh semangat tempur. Pada saat ini, tidak ada lagi rasa takut dalam dirinya. Dia ingin melampiaskan semua perasaan terhina yang sebelumnya dirasakannya saat ditindas oleh Hantu Senyap."Eh, jangan sombong!" Ekspresi Hantu Senyap berubah garang saat berucap demikian. Energi dalam tubuhnya bergejolak, darahnya mendidih, dan aura merah pekat meledak keluar dari tubuhnya. Kali ini, dia mengerahkan seluruh kekuatannya tanpa menahan sedikit pun untuk menghadapi Afkar.Buk, buk, buk ....Pertarungan antara dua kekuatan berbeda tingkat pun pecah dalam sekejap. Suara bentrokan antara mereka bergema tiada henti, seperti guntur yang terus mengguncang langit.Di bawah gedung stasiun TV, semua orang yang menyaksikan dari kejauhan menunjukkan ekspresi penuh keraguan dan kebingungan.Harun bertanya dengan cemas, "Apakah itu Afkar yang sedang bertarung?"Fadly berseru dengan serius, "Kak Afkar, bagiku kamu adalah yang terkuat!
Afkar merasa agak bingung. Lawannya jelas memiliki tingkat kultivasi yang lebih tinggi darinya. Secara logika, seharusnya dia tidak bisa menghindar dengan begitu mudah."Papa, semangat!""Afkar, hati-hati!"Dari kejauhan, Shafa dan Felicia yang menyaksikan pertarungan sangat cemas dengan Afkar. Dari sudut pandang mereka, Afkar terus-menerus mundur dan menghindari serangan Hantu Senyap, seolah-olah berada dalam posisi terdesak. Tanpa sadar, keduanya pun mulai khawatir.Mendengar suara mereka, mata Hantu Senyap berkilat. Sebuah ide tiba-tiba muncul di benaknya. Kerutan di wajahnya menjadi makin dalam, lalu senyuman keji mulai terbentuk.Hantu Senyap mencela, "Dasar pengecut! Kali ini, biar kulihat kamu bisa sembunyi ke mana!"Alih-alih melanjutkan serangannya ke Afkar, Hantu Senyap tiba-tiba berbalik dan memelesat menuju Felicia dan Shafa.Melihat ini, ekspresi Afkar berubah drastis. Dalam sekejap, dia mengerahkan seluruh kecepatannya dan bergegas untuk mengadang Hantu Senyap."Hehe! Ter
Felicia tidak ragu sedikit pun. Dia segera menggendong Shafa dan berlari menjauh dari Afkar serta Hantu Senyap secepat mungkin.Felicia tahu bahwa saat ini, baik dirinya maupun Shafa tidak bisa membantu Afkar sama sekali. Tidak menambah beban baginya sudah merupakan bantuan terbesar yang bisa mereka berikan.Hantu Senyap bertanya sambil tersenyum dingin, "Eh, sepertinya lukamu sudah hampir sembuh ya?"Tadi, Afkar sempat melepaskan energi internal yang cukup kuat untuk menghancurkan peralatan siaran langsung. Tindakan itu cukup mengejutkannya.Padahal saat terakhir kali mereka bertarung, Hantu Senyap sudah menghancurkan meridian Afkar dan membuatnya nyaris mati dengan hanya sisa satu tarikan napas. Meskipun tidak mati, pemuda itu seharusnya sudah menjadi cacat.Tidak disangka, hari ini Afkar masih bisa mengeluarkan serangan jarak jauh dengan energi internalnya."Omong kosong! Itu cuma seperti digigit nyamuk, memangnya bisa terasa gatal berhari-hari?" balas Afkar sambil mencibir dengan s