"Kamu bilang Codet layak untuk kakakmu? Heh! Sepertinya nilai-nilai dalam hidupmu agak melenceng. Kamu mengidolakan pecundang seperti Codet?" ujar Afkar, merasa adik Wulan ini sangat naif.Raut wajah Agus berubah. Dia langsung berseru dengan marah, "Kamu bilang Pak Codet pecundang? Apa kamu lagi cari mati? Kalau kata-katamu ini tersebar, kamu nggak akan selamat!"Setelah itu, Agus berkata dengan nada mendesak pada Wulan, "Kak, jangan bergaul dengan pria bodoh ini lagi! Jangan sampai keluarga kita terlibat dalam masalah!"Martin dan Sumi juga menatap Afkar dengan dingin. Mereka berkata, "Nak, mulutmu harimaumu. Kamu boleh makan sembarangan, tapi nggak bisa bicara sembarangan! Apa kamu tahu seberapa berkuasanya Pak Codet itu?"Wulan juga menarik Afkar menjauh dan berkata, "Afkar, jangan mengucapkan hal-hal itu lagi di luar."Wulan pernah melihat bagaimana Kenil memperlakukan Afkar dengan hormat, tetapi itu karena Afkar adalah bos Hotel Royal. Kenil adalah anak buahnya.Namun, Codet berbe
Agus memang mengagumi sosok Codet dan berkata bahwa dia ingin mencari pria seperti itu untuk kakaknya. Namun, bukan berarti dia benar-benar berharap Wulan bersama Codet.Agus tahu bawah Codet sering bergonta-ganti wanita. Kakaknya hanya akan menjadi mainan jika bersama pria itu!Sungguh tidak disangka, Ucup yang mengetahui kecantikan Wulan malah sengaja memperkenalkannya pada Codet. Agus tidak berani membayangkan apa akibatnya bila kakaknya benar-benar diincar Codet."Hei, aku membantumu! Seharusnya kamu berterima kasih padaku!" ujar Ucup sambil menendang perut Agus.Setelah menunjukkan foto kakaknya Agus pada Codet, Codet langsung tertarik. Pria itu bahkan berkata akan menyerahkan tanggung jawab salah satu kasinonya pada Ucup. Kelak Ucup akan menjadi bos kasino itu!Ucup bergembira dan merasa dirinya sangat pintar. Mengenai apakah Wulan akan dijadikan mainan oleh Codet, dia tidak peduli. Kalaupun wanita itu dipermainkan hingga mati, itu bukan urusannya.Mungkin setelah Codet puas bers
"Sialan! Jangan lewat batasan, ya!" umpat Codet."Pak Codet, tolong lepaskan putriku! Jangan bawa putriku! Kalau nggak, kamu akan berhadapan denganku!" Sumi dan Martin juga sama paniknya. Martin bahkan mengangkat asbak dan bersiap melawan anak buah Codet hingga titik darah penghabisan.Wulan memelototi Codet dengan marah dan berkata, "Apa kamu sudah nggak takut pada hukum?""Hukum? Heh! Hukum bisa dibeli. Nona, menurut sajalah. Kamu dan keluargamu nggak akan rugi. Kalau kamu pintar, layani aku dengan baik. Kalau nggak ...." Codet tidak melanjutkan kata-katanya dan hanya tertawa keji.Mendadak, terdengar suara seseorang berucap dengan nada dingin, "Kalau nggak, apa yang akan terjadi?" Afkar yang tadinya berdiri di samping bersama Shafa kini mendekat dan berdiri di sisi Wulan. Matanya yang cerah menatap Codet dengan tajam."Ugh!" Codet yang tadinya bersikap angkuh tiba-tiba terkejut. Sekujur tubuhnya sontak bergetar, seolah-olah tersengat listrik."Pak ... Pak Afkar. Kenapa kamu bisa di
Ketika melihat Codet bersujud dan memohon belas kasihan pada Afkar, Agus mulai meragukan realita.Codet adalah sosok berkuasa yang dikagumi Agus di hatinya. Sementara itu, Afkar adalah pria yang barusan diremehkannya. Pria yang sudah memiliki anak.Namun, kini sosok yang dikaguminya sedang berlutut dan memohon belas kasihan dari Afkar. Jika Agus tidak pernah melihat Codet dari kejauhan sebelumnya, dia mungkin akan curiga bahwa orang yang berlutut itu hanyalah penyamar yang disewa Afkar untuk menipu mereka.Melihat Codet ketakutan hingga kencing di celana di hadapan Afkar, Agus tiba-tiba merasa darah di tubuhnya bergelora penuh semangat. Dia bertanya, "Kak, dari mana kamu temukan pria sehebat ini?"Wulan, Martin, dan Sumi belum pulih dari rasa terkejut mereka. Pantas saja Afkar begitu berani berkata bahwa Codet hanyalah pecundang. Ternyata memang seperti itulah faktanya.Ucup dan beberapa anak buah Codet lainnya tertegun heran. Mereka seolah-olah baru melihat sesuatu yang tidak bisa dip
"Pak Afkar, Ucup yang meracuni pikiranku! Tolong ampuni aku kali ini! Ampuni aku untuk terakhir kalinya. Aku janji akan mengubah jalan hidupku dan nggak menindas siapa pun lagi. Ampun ... mohon ampuni aku," pinta Codet dengan ngeri.Afkar menatapnya tanpa ekspresi, lalu mendengus dan menendang area sensitif Codet.Codet mengaduh kesakitan dan memegangi area itu dengan tubuh meringkuk. Wajahnya berkerut-kerut dan biji matanya hampir keluar. Dia terlihat sangat kesakitan dan menyedihkan."Aku nggak percaya janji kosongmu. Kali ini aku hanya melumpuhkanmu, tapi kalau aku melihatmu berbuat keji lagi, kamu nggak akan selamat!" ancam Afkar dengan dingin.Codet memasang senyuman yang sangat dipaksakan dan berkata, "Ba ... baik! Terima kasih ... sudah mengampuni nyawaku, Pak Afkar.""Bawa orang-orangmu dan pria bernama Ucup itu pergi," ujar Afkar sambil melambaikan tangannya dengan raut sinis. Shafa masih berada di sampingnya. Bagaimanapun, dia tidak mungkin menghabisi orang di depan Shafa."B
Afkar tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Dia menjawab, "Nggak, kok! Aku bisa mengerti. Aku nggak akan meremehkanmu."Setelah mengalami berbagai macam kejadian di hidupnya, Afkar tidak lagi menyimpan hal-hal kecil seperti ini di dalam hatinya. Dia bisa memaklumi reaksi keluarga Wulan."Aku akan kembalikan 1,6 miliar itu padamu," ucap Wulan.Afkar mengatakan bahwa penyakit jantung ibunya sudah sembuh. Sekarang Wulan benar-benar memercayainya."Nggak perlu buru-buru, kamu simpan saja dulu. Kamu mungkin nggak leluasa karena tinggal bersama keluargamu. Kamu bisa memakai uang ini untuk menyewa apartemen," ujar Afkar.Afkar tidak keberatan membalas kebaikan teman sekolah yang sudah baik padanya semasa sekolah. Jika ada kesempatan, dia pasti akan membantu sebisanya.Wulan menggigit bibirnya dan sengaja bertanya dengan nada menggoda, "Kenapa? Kamu mau jadi gadunku?""Eh ... bukan begitu! Aku nggak bermaksud begitu! Anggap saja uang itu aku pinjamkan padamu, kamu bisa membayarnya pelan-pelan
Erlin menatap putra keduanya dengan sorot suram. Namun, dia tidak memberi tahu Renhad bahwa Afkar tidak datang dalam beberapa hari ini."Renhad, sepertinya Ibu nggak kuat lagi. Mungkin Ibu akan mati dalam beberapa hari ini ...," kata Erlin dengan lemah."Nggak, Bu! Ibu pasti akan berumur panjang!" bantah Renhad dengan cepat.Renhad memasang ekspresi sedih dan melanjutkan, "Ibu harus kuat. Kalau Ibu pergi, gimana nasib Keluarga Safira? Siapa yang akan menjadi pemimpin Keluarga Safira?"Sambil berkata demikian, Renhad diam-diam menatap Erlin. Dia mengeluh dalam hati. Di saat seperti ini, mengapa ibunya masih tidak segera memilih kepala keluarga selanjutnya?....Keesokan paginya, Mateo menemui Afkar di Vila Emperor untuk mengambil stok Pil Rejuvenasi yang baru.Afkar sedang menemani Shafa makan di ruang tamu. Dia bertanya dengan santai, "Mateo, apa semua Pil Rejuvenasi sudah terjual?"Mateo mengangguk dan menjawab, "Ya, sudah ludes! Haha! Semuanya laris manis!""Oh? Biarpun dihargai 2 mi
Sore itu, Afkar pergi ke kantor Felicia dan memijat kepala presdir cantik itu.Belakangan ini Felicia sangat sibuk. Namun, setiap kali Afkar memijatnya, dia selalu merasakan tubuhnya menjadi segar kembali. Dia juga merasa kondisi fisiknya terus membaik.Afkar melirik arlojinya. Sekarang hampir tiba waktunya untuk menjemput Shafa. Namun, tiba-tiba dia menerima telepon dari Bayu."Afkar, apa kamu mau makan bersama di rumahku malam ini?" tanya Bayu dengan ramah."Tentu saja. Karena kamu yang mengundang, aku nggak mungkin menolak," sahut Afkar. Dia sedikit terkejut, tetapi segera menyetujuinya.Saat Fadly mendapat masalah tempo hari, sikap awal Farel memang terkesan oportunistis. Namun, Afkar tidak memasukkannya ke dalam hati. Dia juga tidak menyimpan dendam terhadap Bayu.Lagi pula, Keluarga Subroto sudah beberapa kali membantunya, terutama pada pertemuan bisnis itu. Tanpa bantuan Farel dan Aruna, Felicia pasti sudah tidak berkutik difitnah oleh Hendrik.Afkar bukan orang yang picik. Dia
Begitu Heru selesai bicara, ekspresi keterkejutan memenuhi wajah para anggota Keluarga Sanjaya. Mereka menatap kepala keluarga mereka dengan penuh ketidakpercayaan."Kakek, kamu ... nggak bercanda? Hanya karena satu Afkar, keluarga kita bisa menghadapi bencana besar?" tanya salah satu anggota inti generasi ketiga Keluarga Sanjaya dengan ekspresi kesal."Benar! Sekalipun Afkar itu kuat, apa dia benar-benar berani bertindak sesuka hati? Noah sudah melarikan diri, lalu dia bisa berbuat apa?" tanya Yuki sambil menggertakkan gigi dengan geram.Dengan ekspresi serius, Heru menimpali, "Kalau Keluarga Sanjaya nggak menunjukkan sikap yang tepat, mungkin Afkar yang marah akan menyeret seluruh keluarga ke dalam masalah!""Mungkin kalian belum tahu, Afkar memiliki lencana naga Yanura yang memberinya hak untuk melakukan pembalasan tanpa batasan. Siapa pun yang berani mengancamnya atau keluarganya, Afkar bisa membunuh mereka tanpa harus bertanggung jawab!""Kalaupun kita menggunakan koneksi kita di
"Target mereka juga adalah kamu! Tiano dan Nobu yang kamu bunuh sebelumnya adalah orang-orang dari Sekte Pedang Bayangan! Mereka datang untuk membalas dendam! Kamu nggak boleh anggap sepele!""Begini saja, untuk sementara waktu, bawa keluargamu ke wilayahku. Aku akan mengatur pasukan untuk melindungimu!""Aku yakin, sekalipun Dewa Duka dan Sekte Pedang Bayangan sangat arogan, mereka nggak akan berani bertindak semena-mena di wilayah pertahanan!"Mendengar ini, Afkar akhirnya mengernyit. Masalah ini terasa semakin merepotkan. Bukan hanya Dewa Duka, sekarang Sekte Pedang Bayangan juga turun tangan?Afkar tidak mengkhawatirkan dirinya sendiri. Dengan kemampuannya sekarang, melawan seorang ahli tingkat pembentukan inti pun dia masih bisa menang.Namun, yang membuatnya khawatir adalah keselamatan orang-orang di sekitar. Dia tidak mungkin berada di sisi Shafa atau Felicia selama 24 jam, sedangkan para ahli dari Dewa Duka dan Sekte Pedang Bayangan bisa muncul kapan saja.Apakah dia harus teru
Alasan Edbert menjelaskan semuanya dengan begitu rinci kepada Afkar adalah karena dia berharap Afkar bersedia mewakili Keluarga Samoa dalam kompetisi!Menurut mereka, Afkar memiliki latar belakang yang sangat kuat. Meskipun berlatih sendiri di luar, kemungkinan besar dia tidak tertarik ikut serta sebagai pesilat independen.Diterima oleh kekuatan besar dari dunia misterius jelas bukan sesuatu yang menarik bagi Afkar. Sekarang, dugaan mereka terbukti benar!Afkar masih muda, tetapi sudah mencapai tingkat pembentukan fondasi tahap menengah. Walaupun bakatnya tampak tidak sebaik Rose, di usianya yang sekarang, itu tetap merupakan pencapaian yang luar biasa.Jika dia bersedia bertarung atas nama Keluarga Samoa, mereka memiliki peluang lebih besar untuk lolos dalam kompetisi.Ditambah dengan Rose, dua orang yang berhasil lolos sudah cukup untuk mempertahankan status Keluarga Samoa di Aliansi Seni Bela Diri Kuno!Namun, setelah mendengar tawaran itu, Afkar hanya tersenyum tipis tanpa memberi
Setelah itu, Afkar tidak berminat meladeni Rose lagi. Dia hanya menoleh ke Edbert dan bertanya, "Pak Edbert, sebenarnya aku ingin tanya sesuatu. Dari mana kalian mendapatkan giok spiritual dan sumber daya kultivasi lainnya?"Dia menambahkan, "Oh, kalau pertanyaan ini sulit untuk dijawab, anggap saja aku nggak pernah tanya."Namun, dalam hatinya, Afkar merasa penasaran.Dari yang dia lihat, Keluarga Samoa tidak memiliki tambang giok spiritual atau sumber daya alam yang luar biasa. Mereka juga tidak terlihat membudidayakan tanaman langka atau harta karun lainnya.Jadi, dia benar-benar ingin tahu dari mana Keluarga Samoa memperoleh sumber daya kultivasi mereka.Di sisi lain, Rose menggigit bibirnya dengan ekspresi kesal saat melihat Afkar mengabaikannya. Dia tidak pernah diperlakukan seperti ini!Edbert tertawa ringan dan menjawab, "Nggak ada yang perlu dirahasiakan. Semua sumber daya kultivasi kami berasal dari Aliansi Seni Bela Diri Kuno."Dia menjelaskan lebih lanjut kepada Afkar, "Ali
Mendengar kata-kata Rose, ekspresi canggung langsung muncul di wajah Edbert dan yang lainnya."Rose, apa yang kamu bicarakan?" tegur Varel dengan ekspresi galak.Edbert tampak malu, lalu buru-buru meminta maaf kepada Afkar, "Pak Afkar, jangan marah! Anakku ini terlalu dimanja sejak kecil. Dia nggak bermaksud seperti itu!"Afkar hanya melambaikan tangan dengan santai. "Aku tahu, nggak masalah."Namun, Rose malah mendengus dingin. "Aku memang bermaksud seperti itu. Kenapa? Apa aku salah? Kakek, Ayah, gimana bisa kalian terpikir menjodohkanku dengannya?""Menurutku, dia cuma orang biasa yang kebetulan punya latar belakang kuat! Dengan sumber daya kultivasi yang begitu baik, dia malah baru mencapai tingkat pembangunan fondasi tahap menengah. Orang seperti ini nggak pantas menjadi suamiku!""Suami yang kuinginkan harus punya bakat luar biasa! Kalaupun nggak memiliki latar belakang kuat, setidaknya dia harus bisa membuktikan dirinya sendiri! Bukan seseorang yang hanya mengandalkan perlindung
Jika Rose bisa menikah dengan Afkar, itu akan menjadi peluang besar bagi Keluarga Samoa untuk mendapatkan perlindungan yang kuat.Setelah mendengar bahwa Afkar suka menjadi menantu matrilokal, keinginan mereka semakin kuat.Sebenarnya meskipun Keluarga Samoa terlihat berkuasa di Kota Nubes, di antara keluarga seni bela diri kuno, mereka termasuk yang terlemah. Bahkan dalam beberapa tahun ke depan, bukan tidak mungkin mereka akan dikeluarkan dari daftar keluarga seni bela diri kuno.Inilah alasan mengapa Edbert dan Varel mulai mempertimbangkan rencana ini, setelah menyadari bahwa Afkar memiliki latar belakang yang misteriusBegitu ucapan itu dilontarkan, ekspresi Rose langsung berubah sedingin es. Sementara itu, Afkar mengusap keringat di dahinya. Dia mengangkat wajah dengan serius dan berucap dengan nada tenang, "Menurutku, cara kalian memandang masalah ini agak keliru!""Aku menjadi menantu Keluarga Safira bukan karena mereka memiliki pengaruh yang besar. Baik Keluarga Safira maupun K
Wanita cantik itu memiliki kulit yang sangat halus dan wajah yang benar-benar memukau. Afkar sudah terbiasa melihat kecantikan Felicia setiap hari dan standar estetikanya sudah cukup tinggi, tetapi dia tetap takjub saat melihat wanita ini.Hanya saja, wajah wanita itu tampak kurang bersahabat. Ekspresinya dingin, seolah-olah seseorang berutang miliaran padanya. Dari sorot matanya, terlihat jelas aura keangkuhan, seolah-olah tidak peduli pada apa pun di dunia ini."Kakek, Ayah!" Setelah keluar, Rose menyapa Varel dan Edbert dengan sopan."Hm, duduklah," kata Varel sambil mengangguk, menunjuk kursi kosong di sebelah Afkar, memberi isyarat kepada Rose untuk duduk di sana.Saat ini, Edbert tersenyum sambil memperkenalkan, "Pak Afkar, ini putriku, Rose. Kalian seumuran, mungkin bisa lebih sering berinteraksi."Kemudian, dia menoleh menatap Rose dan berkata, "Rose, tuangkan minuman untuk Pak Afkar."Rose mengernyit dan tampak enggan, tetapi tetap mengambil teko dan menuangkan minuman ke dala
Setelah kejadian semalam, hubungan antara Afkar dan Felicia kembali menjadi rumit. Keduanya sama-sama menjaga jarak, seolah-olah ada dinding yang memisahkan mereka.Namun, pada saat yang sama, ada benang tak kasatmata yang mengikat mereka berdua. Benang itu mungkin adalah Shafa atau mungkin sesuatu yang lain.Pagi ini, baik Afkar maupun Felicia tidak lagi membahas soal perceraian, seolah-olah masalah itu dikesampingkan untuk sementara waktu."Hahaha! Kehadiran Pak Afkar benar-benar membawa kehormatan bagi Keluarga Samoa!" Begitu memasuki ruang tamu utama, Edbert, langsung menyambut dengan senyuman lebar.Varel yang merasa punya status lebih tinggi, tidak ikut bangkit, tetapi tetap mengangguk ramah ke arah Afkar. Dengan ekspresi ramah, dia berkata, "Ini pasti Shafa, 'kan? Imut sekali.""Halo, Kakek!" sapa Shafa dengan sopan.Beberapa tetua Keluarga Samoa yang hadir juga ikut menyambut Afkar dengan ramah.Saat ini, Edbert memberi isyarat kepada seorang pemuda. "Kamu belum menyapa Pak Afk
Di sisi lain, David menerima kabar dari Qaila bahwa Hantu Senyap telah mati. Jadi, dia segera menyampaikan kabar ini kepada Noah."Apa? Pria tua berjubah merah itu mati? Kok bisa? Jadi, Afkar baik-baik saja?" tanya Noah dengan nada dingin."Ya, Pak, Afkar baik-baik saja! Bajingan itu benar-benar aneh! Tujuh hari yang lalu, Hantu Senyap jelas-jelas telah mencederainya, bahkan memberinya beberapa hari untuk mengurus kematiannya.""Siapa sangka, hanya dalam beberapa hari, Afkar malah membunuhnya! Ini ... benar-benar di luar nalar!"David tak kuasa berdecak, lalu menarik napas dalam-dalam dan meneruskan, "Pak, aku ... nggak berani tinggal di Kota Nubes lagi. Kali ini aku mencoba membunuh putrinya, dia pasti nggak akan membiarkanku hidup. Kalau sampai dia menemukanku, aku ... pasti mati!""Dasar pecundang! Penakut! Masa kamu ketakutan sampai seperti ini?" Noah menggertakkan gigi.David hanya bisa mengutuk dalam hati, 'Memangnya aku nggak boleh takut? Sialan, tentu saja aku takut! Afkar itu