Siangnya, di Hotel Royal.Di dalam ruang VIP, Afkar dan Felicia sudah tiba.Pada saat itu, Felicia menerima telepon dari Jose. "Bu Felicia, kami sudah di depan hotel. Di mana kamu dan suamimu? Mau traktir orang untuk minta bantuan, tapi nggak bisa sambut tamu? Menurutku, makan siang ini nggak usah dilanjutkan lagi!"Ekspresi Felicia sontak berubah mendengar ucapan itu. Meski hatinya dipenuhi amarah, dia tetap menahan diri dan berkata dengan sopan, "Maaf, Pak Jose. Aku akan segera turun untuk menjemputmu.""Hmph, cepatlah! Kalau nggak ada yang menjemput, aku nggak tahu di mana ruangannya," jawab Jose dengan nada sombong.Namun, saat itu juga, ponsel Felicia tiba-tiba direbut oleh Afkar. "Pak Jose, ya? Sepertinya kamu salah paham. Mengundangmu makan siang hari ini sebenarnya adalah memberikanmu sebuah kesempatan! Kalau mau, silakan naik sendiri! Kalau nggak, bersiaplah untuk menerima investigasi dari Dewan Pengawas Bank," ujar Afkar dengan nada mendominasi."Kamu pasti si pecundang itu,
Randy mengulangi semua kata-kata kasar yang baru saja diucapkan oleh Jose. Jelas sekali, dia benar-benar marah!Jose yang tadinya sudah gemetar, kini semakin panik. Dengan suara tergagap, dia berkata, "Pak ... Pak Randy, saya nggak tahu Anda adalah teman pria ini ... eh, maksud saya, Pak Afkar!""Pak Jose, di sini ada sebuah dokumen. Mungkin Anda ingin melihatnya?" Nada bicara Randy terdengar dingin dan datar. Kemudian, dia melemparkan beberapa lembar kertas ke hadapan Jose dengan santai.Felicia yang berada di sampingnya, menatap Randy dan keluarganya dengan kaget. Matanya yang indah memancarkan ketakjuban. Kenapa bisa begini? Teman Afkar ternyata adalah Ketua Dewan Pengawas Bank Kota Nubes?Ini ... ini bukan sekadar kejutan, melainkan sebuah keajaiban!Sementara itu, ekspresi David juga berubah drastis. Setelah ragu sejenak, dia akhirnya mengulurkan tangannya dengan senyum dipaksakan dan berkata, "Pak Randy, salam kenal. Saya David, pengacara pribadi Pak Noah dari Keluarga Sanjaya di
Sebagai Ketua Dewan Pengawas Bank, Randy memegang bukti besar terkait pelanggaran Jose selama bertahun-tahun. Bukti itu bisa menentukan nasib Jose."Pak David, apakah videonya sudah direkam? Cepat kirimkan ke bosmu, Pak Noah!" ujar Afkar dengan nada mengejek."Kamu! Kita lihat saja nanti!" David menatap Afkar dengan ekspresi kelam. Setelah melontarkan ancaman, dia pergi dengan langkah tergesa-gesa. Terus berada di sini hanya akan mempermalukan dirinya sendiri. Masa dia harus tetap duduk menunggu dijamu makan oleh Afkar dan Felicia?"Pak Randy, terima kasih atas bantuanmu!" Setelah mereka pergi, Afkar berdiri dan mengucapkan terima kasih kepada Randy dengan tulus. Dia juga mengangguk sopan kepada istri dan putra Randy."Ah, hanya bantuan kecil saja. Kalau dibandingkan sama jasa besar Anda kepada kami, ini nggak ada apa-apanya," jawab Randy sambil melambaikan tangannya."Alvin, cepat sapa Pak Afkar," ujar istri Randy sambil memberi isyarat kepada putranya.Alvin segera membungkuk hormat
Melihat banyaknya orang yang sengaja berkumpul untuk menunggu mereka, mata Felicia memancarkan amarah dan kekecewaan. Dia tahu bahwa sebagian besar dari mereka ada di sini hanya untuk mentertawakannya dan Afkar. Namun, tidak semuanya seperti itu.Di antara kerumunan Keluarga Safira, terlihat Harun, Gauri, dan adiknya, Fadly. Ekspresi mereka tampak serius dan khawatir, menunjukkan bahwa mereka masih mendukung Felicia."Wow, ramai sekali ya? Apa Keluarga Safira nggak ada kerjaan lain?" Afkar melirik sekeliling dengan tatapan mengejek sambil melontarkan pertanyaan sinis."Tenang saja. Sebagai orang yang memegang prinsip, kalau sudah taruhan, aku harus meluangkan waktu untuk menikmati suara anjingmu menggonggong, 'kan?" sindir Viola sambil menggoyang-goyangkan sesuatu di tangannya. Ternyata itu adalah sebuah kalung anjing."Oh ya, nanti waktu menggonggong, jangan lupa pakai ini biar makin mirip! Hahaha ...." Viola tertawa terbahak-bahak dengan sengaja melontarkan hinaan kasar. Kerumunan la
"Yang kubilang itu benaran! Afkar mengundang Pak Randy, Ketua Dewan Pengawas Bank. Makanya, Pak Jose setuju untuk mencairkan rekening kita!" pungkas Felicia sambil menggertakkan giginya.Mendengar hal itu, Erlin hanya mendengus dingin, "Pak Randy? Felicia, kamu sudah pintar bohong sekarang ya? Setinggi apa status Pak Randy? Mana mungkin Afkar sanggup mengundangnya?""Aku serius!" sergah Felicia."Kak Felicia, kamu jadi kena pengaruh buruk setelah sama orang ini!" ejek Viola."Iya nih, Bu Felicia, kamu nggak boleh begitu!""Fel, menjauhlah dari pecundang ini secepatnya. Kamu jadi ikut terkena pengaruh buruk darinya! Mana mungkin dia bisa ngundang Pak Randy? Bahkan Nyonya Tua saja nggak sanggup mengundangnya!""Memangnya Afkar lebih hebat dari Nyonya Tua?"Semua anggota Keluarga Safira tampak tak acuh dan tidak percaya."Benaran atau nggak, kalian akan tahu sendiri nantinya! Aku cuma berharap jangan ada yang ingkar janji kalau kalah nanti. Meski kalian nggak pantas manggil aku Ayah, sepe
Harun, Gauri, dan Fadly juga memandang Viola dengan tatapan penuh kemarahan. Ucapan Viola tadi benar-benar keterlaluan! Menghina Afkar saja mungkin masih bisa diterima, tetapi kini dia bahkan berani mempermalukan Felicia?"Apa kamu bilang tadi?" tanya Afkar dengan ketus."Kenapa? Memangnya ada yang salah? Afkar, kamu ini juga seorang pria. Demi memohon orang untuk membantumu, kamu bahkan suruh istrimu untuk tidur sama orang! Pasti Felicia sudah tidur sama Pak Jose, makanya Pak Jose ...."Viola yang jelas-jelas tidak mau menerima kekalahan, semakin memperkeruh suasana dengan berteriak tanpa berpikir panjang.Plak!Sebelum kata-kata terakhirnya selesai, terdengar suara tamparan yang keras menggema di ruangan itu.Dengan ekspresi dingin dan mata penuh amarah, Gauri berdiri di depan Viola. Sebagai ibu Felicia, dia tidak bisa menolerir penghinaan seperti itu terhadap putrinya. Harun yang berdiri di samping, menatap tajam ke arah keponakannya itu. Kemudian, dia melirik sekilas istrinya tanpa
Banyak anggota Keluarga Safira yang sudah lama merasa iri pada Felicia ikut menyuarakan hinaan dan menyudutkannya."Bu, apa ucapanmu ini nggak keterlaluan? Felicia sudah tepati janjinya dan mencairkan rekening perusahaan. Bukannya melindunginya, kamu malah mau mengusirnya? Atas dasar apa?" hardik Gauri dengan marah."Atas dasar apa? Atas dasar aku ini adalah pemimpin di keluarga ini! Kalau nggak mau menetap di keluarga ini lagi, kamu juga boleh hapus namamu dari keluarga ini!" ujar Erlin kepada menantunya dengan kasar.Mendengar hal ini, Gauri kesal bukan main.Ekspresi Harun juga tampak sangat muram. "Ibu, apa kamu mau mengusirku juga?"Istri dan anaknya dikeluarkan dari Keluarga Safira? Apa-apaan semua ini?"Dasar nggak berguna. Kamu bahkan nggak bisa ngurus istri dan anakmu sendiri! Kalau kamu nggak bisa nasihati Felicia untuk nikahin Noah, kamu juga pergi saja dari keluarga ini!" hardik Erlin dengan nada dingin."Kalau begitu, aku juga nggak mau menetap di keluarga ini lagi! Nenek,
"Sayang, cuma dikeluarkan dari Keluarga Safira saja, 'kan? Percayalah padaku, aku akan menemanimu bangkit kembali. Kita akan buat nenekmu dan semua anggota Keluarga Safira lainnya menyesal!" Melihat reaksi Felicia, Afkar merasa frustrasi.Felicia menggelengkan kepala. Matanya yang indah menatap Afkar dengan tatapan kosong, lalu bertanya, "Afkar, apakah hubungan keluarga begitu rapuh? Padahal kita semua sekeluarga, tapi kenapa bisa jadi begini?"Mendengar pertanyaannya, Afkar menggelengkan kepala dan menjawab dengan serius, "Tentu saja nggak! Meskipun ayah dan ibumu diusir dari keluarga bersamamu, mereka nggak pernah mengeluh sedikit pun. Fadly bahkan sejak awal hingga sekarang selalu berdiri di sisimu sebagai kakaknya."Mengungkit hal ini, Afkar tersenyum getir. "Pikirkan aku dan Shafa, seberapa bahagianya kamu?"Mendengar hal ini, Felicia terdiam sejenak. Dia menatap Afkar dengan ekspresi rumit. Benar juga, Afkar dikhianati oleh istrinya dan Shafa ditelantarkan oleh ibu kandungnya sen
Tatapan Felicia saat ini terlihat agak tajam, sekaligus ada secercah harapan dan perasaan yang rumit. Dia menatap Afkar tanpa berkedip, seolah-olah menunggu sebuah jawaban.Afkar tertegun sejenak, lalu bertanya dengan wajah bingung, "Apa?"Felicia tersenyum sinis. "Kamu sendiri nggak tahu apa yang sudah kamu lakukan? Aku tanya sekali lagi, apa ada yang ingin kamu jelaskan padaku?"Di hari pernikahan, saat Felicia tiba-tiba melihat foto-foto itu, dia merasakan guncangan hebat di dalam hatinya. Rasa kecewa, hina, dan benci memenuhi dirinya. Dia merasa dirinya telah ditipu habis-habisan oleh bajingan ini.Dia pikir Afkar hanyalah pria playboy murahan yang diam-diam bermain dengan banyak wanita di belakangnya. Namun, sore ini, ucapan tak sengaja dari Freya justru membuat Felicia mulai ragu.Meskipun saat itu Freya segera menyadari sesuatu dan hanya berbicara sampai setengah, dengan instingnya yang tajam sebagai seorang wanita cerdas, Felicia menangkap sebuah petunjuk.Freya sepertinya tahu
'Freya! Kamu ini benar-benar nggak bisa tobat! Sebelumnya bersekongkol dengan Aldo, sekarang kamu bersekongkol dengan David dan hampir membunuh putrimu sendiri!''Apa kamu masih punya hati nurani sebagai seorang ibu? Sekarang semuanya jelas, ternyata waktu itu kamu berpura-pura melindungi Shafa dari pot jatuh hanya untuk bersandiwara!'Selain itu, niat membunuh Afkar terhadap Noah kini telah mencapai puncaknya. Berbeda dengan sebelumnya, saat dia hanya menggunakan Shafa sebagai sandera untuk menekan Afkar!Kali ini, Noah berpikir dirinya telah menghilang sehingga dia berniat membunuh putrinya! Ini benar-benar keterlaluan!'Noah, sepertinya kalau aku nggak membunuhmu, kamu akan terus menjadi ancaman! Pak Heru, jangan salahkan aku! Cucumu sendiri yang cari mati!' Afkar menggertakkan giginya dalam hati.Dulu Heru memohon sambil menangis, jadi Afkar berjanji bahwa dia hanya akan membunuh Noah jika mereka bertemu kembali. Namun, kali ini Afkar memutuskan untuk mencarinya dan menyingkirkanny
Saat ini, Fadly juga mendekat, memeriksa kondisi kakaknya dan Shafa dengan penuh perhatian.Kemudian, dengan wajah penuh semangat dan kekaguman, dia berkata, "Kak Afkar, aku sudah tahu kalau kamu itu tak terkalahkan! Si tua bangka ini kelihatannya hebat, tapi tetap saja mati di tanganmu! Hahaha ...."Afkar terbatuk pelan. "Apa maksudmu mati di tanganku? Dia hanya terpeleset sendiri dan jatuh. Nggak ada hubungannya denganku!"Mendengar ini, Fadly hanya bisa termangu sambil menatap Afkar dengan ekspresi aneh. Orang-orang di sekitar langsung merasa canggung ....Dalam hati, mereka berpikir, 'Pak Afkar, kami mungkin nggak cerdas, tapi bukan berarti bisa ditipu! Seorang ahli yang bahkan nggak bisa dibunuh penembak runduk malah dibilang jatuh sendiri dan mati begitu saja?'Namun, tak seorang pun yang ingin membongkar kebohongan ini. Mereka semua tertawa kecil dan mengangguk setuju untuk berpura-pura percaya.Pada saat itu, Mateo melangkah maju dengan wajah penuh rasa bersalah. "Pak Afkar, in
Bagaimana jika Afkar tahu mereka menunggu di sini, menantikannya berakhir tragis? Bagaimana jika dia memutuskan untuk membunuh mereka juga?Terutama Qaila dan Reno. Mereka begitu ketakutan hingga langsung meninggalkan Kota Nubes malam itu dan melarikan diri ke rumah Keluarga Lufita di ibu kota provinsi untuk mencari perlindungan.Bagaimanapun, mereka terlibat dalam penyerangan ahli Sekte Kartu Hantu terhadap Afkar. Qaila dan Reno sadar bahwa jika mereka tidak melarikan diri, besar kemungkinan Afkar akan datang untuk membalas dendam!Apa pun yang terjadi, yang terpenting adalah mencari tempat aman terlebih dahulu. Sehebat apa pun Afkar, seharusnya dia tidak akan nekat mengejar mereka sampai ke ibu kota provinsi, apalagi menyerbu rumah Keluarga Lufita, 'kan?Sementara itu, kepala pelayan Keluarga Samoa telah menyampaikan kabar kematian Hantu Senyap kepada keluarga."Hantu Senyap mati?" tanya Edbert dengan nada terkejut."Ya, Tuan! Mati dengan sangat tragis!""Gimana dia bisa mati? Afkar
Bam! Pukulan yang dihantamkan oleh Afkar mengandung amarah yang tak terbatas, langsung menghantam dada Hantu Senyap secara brutal.Seperti kata pepatah, siapa yang menabur angin akan menuai badai! Jika Hantu Senyap tidak menggunakan serangan jiwa yang keji dan licik, mungkin dia tidak akan mati secepat ini.Namun, karena jiwanya terkena efek serangan balik, dia kehilangan hampir semua kekuatannya untuk melawan.Dalam sekejap, pukulan Afkar mengenai tubuhnya. Tubuh tua itu terlempar bak karung bekas, melayang jauh di udara.Dadanya remuk, jantung dan paru-parunya hancur. Seorang ahli tingkat pembentukan inti mati seketika di tempat.Tepat pada saat itu, mata Afkar menangkap bayangan samar yang melayang keluar dari tubuh yang sudah hancur itu. Itu adalah jiwa Hantu Senyap. Jiwa itu melayang cepat, berusaha melarikan diri!Mata Afkar sedikit menyipit. Dia mendengus dan membentak, "Kamu nggak layak jadi manusia ataupun jadi arwah! Hancurlah!"Saat berikutnya, Afkar langsung menggunakan tek
Permukaan pusat energi Hantu Senyap memang telah mengeras menjadi bentuk padat, tetapi di dalamnya masih berupa energi cair. Akan tetapi, pusat energi Afkar berbeda. Makin mendekati inti dari pusat energinya, kepadatannya justru makin tinggi.Itu berarti, saat Afkar menembus ke tingkat pembentukan inti, dia akan mulai membentuk intinya dari dalam ke luar. Sementara itu, Hantu Senyap membentuk intinya dari luar ke dalam.Jelas sekali, inti yang terbentuk dari dalam ke luar akan jauh lebih solid dan kuat setelah prosesnya selesai. Inilah yang disebut sebagai pembangunan fondasi sempurna.Hantu Senyap menyaksikan sendiri bagaimana Afkar yang berada di puncak tahap akhir tingkat pembangunan fondasi mampu menekan dirinya yang berada di tingkat pembentukan inti. Dia pun menyadari kemungkinan tersebut."Omong kosong! Pokoknya aku akan menghabisimu!" geram Afkar. Tatapannya menyala penuh semangat tempur."Kamu pikir, kamu bisa membunuhku? Mimpi!" Hantu Senyap meludah darah ke lantai, sementara
Afkar tertawa terbahak-bahak, lalu menerjang ke arah Hantu Senyap dengan penuh semangat tempur. Pada saat ini, tidak ada lagi rasa takut dalam dirinya. Dia ingin melampiaskan semua perasaan terhina yang sebelumnya dirasakannya saat ditindas oleh Hantu Senyap."Eh, jangan sombong!" Ekspresi Hantu Senyap berubah garang saat berucap demikian. Energi dalam tubuhnya bergejolak, darahnya mendidih, dan aura merah pekat meledak keluar dari tubuhnya. Kali ini, dia mengerahkan seluruh kekuatannya tanpa menahan sedikit pun untuk menghadapi Afkar.Buk, buk, buk ....Pertarungan antara dua kekuatan berbeda tingkat pun pecah dalam sekejap. Suara bentrokan antara mereka bergema tiada henti, seperti guntur yang terus mengguncang langit.Di bawah gedung stasiun TV, semua orang yang menyaksikan dari kejauhan menunjukkan ekspresi penuh keraguan dan kebingungan.Harun bertanya dengan cemas, "Apakah itu Afkar yang sedang bertarung?"Fadly berseru dengan serius, "Kak Afkar, bagiku kamu adalah yang terkuat!
Afkar merasa agak bingung. Lawannya jelas memiliki tingkat kultivasi yang lebih tinggi darinya. Secara logika, seharusnya dia tidak bisa menghindar dengan begitu mudah."Papa, semangat!""Afkar, hati-hati!"Dari kejauhan, Shafa dan Felicia yang menyaksikan pertarungan sangat cemas dengan Afkar. Dari sudut pandang mereka, Afkar terus-menerus mundur dan menghindari serangan Hantu Senyap, seolah-olah berada dalam posisi terdesak. Tanpa sadar, keduanya pun mulai khawatir.Mendengar suara mereka, mata Hantu Senyap berkilat. Sebuah ide tiba-tiba muncul di benaknya. Kerutan di wajahnya menjadi makin dalam, lalu senyuman keji mulai terbentuk.Hantu Senyap mencela, "Dasar pengecut! Kali ini, biar kulihat kamu bisa sembunyi ke mana!"Alih-alih melanjutkan serangannya ke Afkar, Hantu Senyap tiba-tiba berbalik dan memelesat menuju Felicia dan Shafa.Melihat ini, ekspresi Afkar berubah drastis. Dalam sekejap, dia mengerahkan seluruh kecepatannya dan bergegas untuk mengadang Hantu Senyap."Hehe! Ter
Felicia tidak ragu sedikit pun. Dia segera menggendong Shafa dan berlari menjauh dari Afkar serta Hantu Senyap secepat mungkin.Felicia tahu bahwa saat ini, baik dirinya maupun Shafa tidak bisa membantu Afkar sama sekali. Tidak menambah beban baginya sudah merupakan bantuan terbesar yang bisa mereka berikan.Hantu Senyap bertanya sambil tersenyum dingin, "Eh, sepertinya lukamu sudah hampir sembuh ya?"Tadi, Afkar sempat melepaskan energi internal yang cukup kuat untuk menghancurkan peralatan siaran langsung. Tindakan itu cukup mengejutkannya.Padahal saat terakhir kali mereka bertarung, Hantu Senyap sudah menghancurkan meridian Afkar dan membuatnya nyaris mati dengan hanya sisa satu tarikan napas. Meskipun tidak mati, pemuda itu seharusnya sudah menjadi cacat.Tidak disangka, hari ini Afkar masih bisa mengeluarkan serangan jarak jauh dengan energi internalnya."Omong kosong! Itu cuma seperti digigit nyamuk, memangnya bisa terasa gatal berhari-hari?" balas Afkar sambil mencibir dengan s