"Yang kubilang itu benaran! Afkar mengundang Pak Randy, Ketua Dewan Pengawas Bank. Makanya, Pak Jose setuju untuk mencairkan rekening kita!" pungkas Felicia sambil menggertakkan giginya.Mendengar hal itu, Erlin hanya mendengus dingin, "Pak Randy? Felicia, kamu sudah pintar bohong sekarang ya? Setinggi apa status Pak Randy? Mana mungkin Afkar sanggup mengundangnya?""Aku serius!" sergah Felicia."Kak Felicia, kamu jadi kena pengaruh buruk setelah sama orang ini!" ejek Viola."Iya nih, Bu Felicia, kamu nggak boleh begitu!""Fel, menjauhlah dari pecundang ini secepatnya. Kamu jadi ikut terkena pengaruh buruk darinya! Mana mungkin dia bisa ngundang Pak Randy? Bahkan Nyonya Tua saja nggak sanggup mengundangnya!""Memangnya Afkar lebih hebat dari Nyonya Tua?"Semua anggota Keluarga Safira tampak tak acuh dan tidak percaya."Benaran atau nggak, kalian akan tahu sendiri nantinya! Aku cuma berharap jangan ada yang ingkar janji kalau kalah nanti. Meski kalian nggak pantas manggil aku Ayah, sepe
Harun, Gauri, dan Fadly juga memandang Viola dengan tatapan penuh kemarahan. Ucapan Viola tadi benar-benar keterlaluan! Menghina Afkar saja mungkin masih bisa diterima, tetapi kini dia bahkan berani mempermalukan Felicia?"Apa kamu bilang tadi?" tanya Afkar dengan ketus."Kenapa? Memangnya ada yang salah? Afkar, kamu ini juga seorang pria. Demi memohon orang untuk membantumu, kamu bahkan suruh istrimu untuk tidur sama orang! Pasti Felicia sudah tidur sama Pak Jose, makanya Pak Jose ...."Viola yang jelas-jelas tidak mau menerima kekalahan, semakin memperkeruh suasana dengan berteriak tanpa berpikir panjang.Plak!Sebelum kata-kata terakhirnya selesai, terdengar suara tamparan yang keras menggema di ruangan itu.Dengan ekspresi dingin dan mata penuh amarah, Gauri berdiri di depan Viola. Sebagai ibu Felicia, dia tidak bisa menolerir penghinaan seperti itu terhadap putrinya. Harun yang berdiri di samping, menatap tajam ke arah keponakannya itu. Kemudian, dia melirik sekilas istrinya tanpa
Banyak anggota Keluarga Safira yang sudah lama merasa iri pada Felicia ikut menyuarakan hinaan dan menyudutkannya."Bu, apa ucapanmu ini nggak keterlaluan? Felicia sudah tepati janjinya dan mencairkan rekening perusahaan. Bukannya melindunginya, kamu malah mau mengusirnya? Atas dasar apa?" hardik Gauri dengan marah."Atas dasar apa? Atas dasar aku ini adalah pemimpin di keluarga ini! Kalau nggak mau menetap di keluarga ini lagi, kamu juga boleh hapus namamu dari keluarga ini!" ujar Erlin kepada menantunya dengan kasar.Mendengar hal ini, Gauri kesal bukan main.Ekspresi Harun juga tampak sangat muram. "Ibu, apa kamu mau mengusirku juga?"Istri dan anaknya dikeluarkan dari Keluarga Safira? Apa-apaan semua ini?"Dasar nggak berguna. Kamu bahkan nggak bisa ngurus istri dan anakmu sendiri! Kalau kamu nggak bisa nasihati Felicia untuk nikahin Noah, kamu juga pergi saja dari keluarga ini!" hardik Erlin dengan nada dingin."Kalau begitu, aku juga nggak mau menetap di keluarga ini lagi! Nenek,
"Sayang, cuma dikeluarkan dari Keluarga Safira saja, 'kan? Percayalah padaku, aku akan menemanimu bangkit kembali. Kita akan buat nenekmu dan semua anggota Keluarga Safira lainnya menyesal!" Melihat reaksi Felicia, Afkar merasa frustrasi.Felicia menggelengkan kepala. Matanya yang indah menatap Afkar dengan tatapan kosong, lalu bertanya, "Afkar, apakah hubungan keluarga begitu rapuh? Padahal kita semua sekeluarga, tapi kenapa bisa jadi begini?"Mendengar pertanyaannya, Afkar menggelengkan kepala dan menjawab dengan serius, "Tentu saja nggak! Meskipun ayah dan ibumu diusir dari keluarga bersamamu, mereka nggak pernah mengeluh sedikit pun. Fadly bahkan sejak awal hingga sekarang selalu berdiri di sisimu sebagai kakaknya."Mengungkit hal ini, Afkar tersenyum getir. "Pikirkan aku dan Shafa, seberapa bahagianya kamu?"Mendengar hal ini, Felicia terdiam sejenak. Dia menatap Afkar dengan ekspresi rumit. Benar juga, Afkar dikhianati oleh istrinya dan Shafa ditelantarkan oleh ibu kandungnya sen
Awalnya, Hansen tidak terlalu berniat untuk menjualnya. Namun setelah mendengar nominal yang ditawarkan, dia langsung luluh."Sudah beres! Katanya bakal datang untuk urus prosedurnya nanti sore. Nanti langsung pakai namamu saja," ujar Afkar setelah mengakhiri panggilan itu."Oh ...." Felicia mengangguk. Tadinya dia ingin menawarkan diri untuk membayar pembelian pabrik ini, tapi akhirnya dia mengurungkan niatnya.'Lupakan saja, sepertinya orang ini lumayan kaya. Apalagi, dia juga memang sudah beberapa kali membantuku. Aku juga sudah sering menerima bantuannya, jadi anggap saja sudah terbiasa ....'Saat itu, sebuah Audi A6 mendekat dan berhenti di dekat mereka. "Eh, bukankah ini Afkar? Kenapa kamu ada di sini?" Seorang pria muda turun dari mobil, menatap Afkar sambil berbicara dengan nada mengejek.Tak lama kemudian, seorang wanita dengan rok mini dan stoking turun dari kursi penumpang depan dan memandang Afkar dengan tatapan menghina. "Wah, bukannya ini bos? Eh, maaf, harusnya aku bilan
Begitu mendengar kata-kata Felicia, ekspresi tidak percaya langsung muncul di wajah Jerry dan Lanny.Jerry terkekeh sebelum membalas, "Afkar, kamu bilang ke dia sudah beli pabrik ini lagi? Kamu ini benar-benar licik. Sampai-sampai bohong ke wanita pun nggak mikir!"Lanny juga menimpali sambil tersenyum sinis, "Siapa yang nggak tahu kamu sudah jatuh miskin sampai nggak punya apa-apa? Istrimu saja sudah cerai sama kamu dan kabur dengan pria lain. Dengan kondisimu sekarang, mana mungkin kamu bisa beli pabrik ini lagi?"Mendengar ucapan mereka, Felicia pun mengernyit. Dia berbalik untuk memandang Afkar, lalu bertanya, "Mereka ini siapa?"Sebab, Afkar sama sekali tidak pernah menyebutkan bahwa dia punya teman atau mantan anak buah seperti mereka."Mereka ini cuma orang-orang berengsek. Nggak perlu dipedulikan," jawab Afkar santai sambil menggeleng. Dia terlalu malas untuk memperkenalkan Jerry dan Lanny.Namun, mata Afkar yang dingin menatap tajam ke arah Jerry. Dia malah bertanya, "Jerry, k
"Merangkak masuk? Sepertinya kamu bahkan nggak punya kesempatan itu lagi," balas Afkar dengan nada dingin.Jerry mengejek, "Hmph! Kamu masih mau sok hebat di sini?"Tepat pada saat itu, sebuah mobil Mercedes-Benz C-Class melaju cepat ke arah mereka dan berhenti tepat di samping. Saat berikutnya, seorang pria paruh baya dengan ekspresi ramah dan tubuh agak gemuk turun dari mobil.Sambil menyodorkan sebatang rokok kepada Afkar, Hansen berujar dengan sopan, "Pak Afkar, maaf membuatmu menunggu!"Afkar melambaikan tangan sembari berucap, "Nggak lama kok. Kak Hansen, cepat juga kamu sampainya.""Haha. Begitu kamu telepon, aku langsung berangkat dari rumah!" jelas Hansen sambil tertawa.Pada saat itu, Hansen tampaknya menyadari kehadiran Jerry dan Lanny di sebelahnya. Dia bertanya, "Jerry, Lanny, kalian di sini juga? Lagi reuni sama Pak Afkar ya? Kalian sudah tahu kalau Pak Afkar mau mengambil alih pabrik ini lagi? Haha ...."Di momen itu, ekspresi Jerry dan Lanny membeku. Raut wajah mereka b
Jerry dan Lanny sama sekali tidak menyangka bahwa Afkar benar-benar membeli kembali pabrik itu seharga 20 miliar, bahkan telah membayar uang muka sebesar 10 miliar.Orang ini benar-benar bangkit dari keterpurukan dan menjadi kaya kembali. Mengingat bagaimana dia sebelumnya terus menghina dan merendahkan Afkar, jantung Jerry langsung berdegup kencang.Jerry berbicara dengan sangat panik, "Kak Afkar, aku benar-benar cuma bercanda tadi. Jangan dianggap serius ya. Kamu tahu, aku ini nggak pernah pikir panjang ketika bicara. Tolong kasih aku satu kesempatan lagi. Aku janji, kali ini aku akan bekerja keras.""Apa kamu pantas?" tanya Afkar dengan dingin. Tatapannya penuh rasa kecewa.Afkar sudah sepenuhnya kecewa terhadap Jerry. Padahal, dulu Jerry adalah orang yang tidak punya arah hidup. Setelah lulus SMA, dia juga tidak pernah punya pekerjaan tetap.Berkat hubungan persahabatan, Afkar memberinya kesempatan untuk bekerja di pabrik ini. Mulai dari kepala divisi hingga akhirnya dipromosikan m
Menikah ... dengan pria ini? Pada saat itu, hati Felicia terasa kacau. Namun, ketika dia menoleh ke arah Afkar yang berdiri di sampingnya, entah kenapa hatinya tiba-tiba menjadi tenang. Bayangan pangeran berkuda yang dulu dia impikan perlahan mulai menyatu dengan sosok pria di hadapannya ini."Nggak apa-apa! Ayo, kita masuk untuk milih gaun pengantin!" Dengan senyuman lembut di wajahnya, mata Felicia tampak sedikit merah dengan kilau yang hampir tak terlihat.Pada momen itu, hati Afkar terasa seperti tertusuk sesuatu. Dia terpana. Dalam sekejap, Felicia terlihat begitu memesona hingga membuatnya tenggelam dalam keindahan tersebut.Namun, momen hangat itu mendadak pecah oleh suara nyaring yang tak diundang. "Wah, kak Felicia? Bawa cowok ini untuk milih gaun pengantin, ya?"Mendengar suara itu, Felicia dan Afkar langsung mengernyitkan dahi. Ekspresi keduanya memancarkan kejengkelan."Ya. Kami akan menikah. Bukankah aku baru saja mendapatkan perusahaan farmasi? Ayah dan ibuku bilang ini s
Afkar langsung mengenali dokumen itu! Bukankah ini perjanjian pernikahan palsu yang pernah ditandatangani Felicia bersamanya? Namun kenapa sekarang ... dia malah merobeknya?"Eh, maksudmu apa? Apa kamu merasa aku melayanimu kurang baik dan ingin mengakhiri ini semua?" Afkar mengernyitkan dahi. Wajahnya tampak rumit, tidak mengerti kenapa mendadak perjanjian itu disobek."Dasar bodoh!" Felicia mendelik sebal, lalu berkata dengan nada dingin, "Luangkan waktumu sore ini. Kita pergi beli pakaian pernikahan dan perhiasan.""Eh ...." Afkar terpana lagi. Namun setelah menyadari maksudnya, senyum tipis langsung muncul di wajahnya. "Oh, jadi maksudnya mau meresmikan aku, ya?"Wajah Felicia yang cantik memerah seketika, rona merah merayap hingga ke pipinya. "Jangan sok tahu! Siapa juga yang mau meresmikanmu?! Itu cuma kemauan ayah dan ibuku. Ini cuma untuk membuat mereka senang!"Afkar tertawa kecil, lalu berkata santai, "Oke, oke. Kalau begitu, kita harus melakukannya dengan serius, 'kan?""Ber
Sahira akhirnya melepaskan tangannya dari leher Afkar, kemudian langsung naik ke mobil dan meninggalkan tempat itu. Afkar berdiri di sana, tampak seperti pria yang terbuai sambil menatap mobil Sahira yang menghilang di kejauhan.Namun, begitu dia berbalik, ekspresinya langsung berubah dingin.Pada saat ini, Sahira mengira Afkar sudah sepenuhnya berada di bawah kendalinya. Namun, dia tidak menyadari bahwa racun pengikat jiwa yang dimasukkannya telah terblokir oleh energi naga dalam tubuh Afkar.Afkar sebenarnya bisa memusnahkan racun itu, tetapi dia ragu sejenak. "Sahira, kuharap kamu benar-benar bisa menemukan orang tuaku. Kalau itu benar terjadi, aku nggak tahu harus bagaimana membalas budimu.""Cari liontin naga? Apa kamu tahu rahasia liontin itu ... atau bahkan identitasku? Mengembalikan kerabatku? Entah kenapa, aku sama sekali nggak percaya."....Malam harinya.Afkar keluar dari vila dan duduk bersila di puncak gunung yang sunyi tanpa penghuni. Di depannya, giok spiritual mengamba
Tidak heran Alvin dulu bisa tergila-gila pada Sahira, sampai-sampai tak mau mendengar nasihat orang tuanya. Saat ini, Afkar menatap Sahira dengan tatapan penuh ketertarikan dan keinginan yang tak bisa ditutupiDengan wajah terpesona, dia mengangguk seperti orang bodoh dan berkata, "Cantik ...."Sahira tersenyum manis, tetapi di dalam hatinya dia mendengus dingin. 'Dasar pecundang! Berani-beraninya kamu menggagalkan urusanku berkali-kali, tapi pada akhirnya tetap jatuh dalam genggamanku.''Kali ini, racun pengikat jiwa yang kuberikan padamu jauh lebih kuat dibandingkan racun cinta yang kupakai pada Alvin dulu. Meskipun kamu punya kemampuan, kali ini kamu nggak akan bisa lepas dari kendaliku.'"Kamu suka aku nggak?" Sahira berbisik lembut, tubuhnya yang lentur kini menggantung di leher Afkar, suaranya seperti alunan melodi yang memabukkan."Tentu saja suka ... sangat suka," jawab Afkar. Tatapan matanya kosong seperti terbius."Kalau begitu, aku mau tanya beberapa hal padamu. Kamu harus j
Fadly sempat tertegun sejenak. Dari tatapan mata Afkar, dia merasakan sesuatu yang berbahaya.....Di sebuah jalan pegunungan yang sunyi, Sahira mengemudikan mobil off-road-nya dengan kecepatan stabil. Pada saat ini, dia sudah keluar dari wilayah kekuasaan Keluarga Samoa.Namun, tiba-tiba matanya yang penuh pesona melirik ke kaca spion, dan senyum penuh arti muncul di wajahnya. Dengan cepat, dia memutar kemudi dan berbelok menuju sebuah jalan kecil yang lebih terpencil.Tak lama kemudian, sebuah sosok yang tegap tiba-tiba muncul di tengah jalan dan menghentikan laju mobil. Sahira menghentikan mobil dan turun, ekspresinya tampak sedikit heran dan curiga. "Kamu mau apa?" tanyanya.Wajah Afkar terlihat dingin, lalu dia berkata dengan suara berat, "Rampok!"Sahira tercengang sejenak, kemudian tertawa terbahak-bahak, suara tawanya manis namun menggoda."Merampok? Wah, Afkar… kamu humoris juga, ya. Jadi kamu mau merampok apa nih? Uang atau ... kehormatanku?"Wanita ini sepertinya memiliki da
"David benar-benar luar biasa, ikut lelang sampai muntah darah! Salut! Salut!" kata Fadly dengan nada penuh cemoohan dan tawa bahagia saat melihat itu.Afkar hanya terkekeh kecil dan berjalan pergi bersama Fadly. Mereka menuju ruang tamu prasmanan yang sudah disiapkan oleh Keluarga Samoa untuk menikmati makanan ringan, sebelum mengikuti sesi lelang siang.Meskipun Afkar tidak mendapatkan giok spiritual, dia tetap penasaran ingin melihat apakah ada barang berharga lain yang layak untuk dimenangkan."David! David, kamu baik-baik saja, 'kan?!" Si selebritas panik melihat David memuntahkan darah."Pergi sana!" David mendorongnya dengan kasar, wajahnya masih merah padam dan penuh amarah sambil menatap ke arah Afkar dan Fadly yang pergi."Afkar sialan! Kita lihat saja nanti! Aku bersumpah kamu akan mati tragis!"Dalam sekejap, David berbalik menatap pengurus Keluarga Samoa dengan tajam. "Gimana dia bisa mendapatkan jimat itu? Apa kalian tahu?"Pengurus itu sempat ragu, tetapi mengingat David
David tertawa terbahak-bahak. Di sampingnya, Fadly yang melihat wajah puas David tak bisa menahan diri lagi dan langsung tergelak. "Dasar tolol! Bikin aku ngakak saja ...."Mendengar itu, wajah David langsung menggelap. "Fadly, tolong jaga sikapmu!" katanya dengan nada tajam.Fadly malah tertawa lebih keras lagi. Orang ini berkoar-koar tak ada habisnya, tapi malah menyuruh orang lain menjaga sikap .... Lucu sekali!Pada saat ini, seorang pengurus dari Keluarga Samoa tiba-tiba keluar dari ruangan tempat transaksi sebelumnya dan berlari mengejar Afkar. "Pak Afkar, mohon tunggu sebentar!"Begitu menyusulnya, pengurus itu menyerahkan sebuah kartu emas berkilauan dengan huruf besar "Samoa" di atasnya."Pak Afkar, ini adalah Kartu VIP Emas dari Keluarga Samoa untuk Anda! Ke depannya, kalau Anda mengikuti lelang kami, biaya penyelesaian transaksi akan dipotong sebesar 3%! Hanya tamu dengan total transaksi lebih dari 800 miliar yang berhak mendapatkan perlakuan khusus ini," ujar pengurus itu d
Melihat ekspresi Afkar seolah-olah telah membuat keputusan besar dan mengumpulkan keberanian untuk mengajukan tawaran, wajah Fadly berkedut beberapa kali. Orang lain mungkin tidak tahu, tapi Fadly jelas mengetahuinya.Jimat Pencabut Nyawa ini adalah barang titipan Afkar sendiri! Sungguh licik!Kakak ipar ini benar-benar menjebak orang tiada ampun! Kalau bukan menjebak Sahira, ya pasti menjebak David!"840 miliar!" Seperti yang diduga, melihat Afkar mengajukan tawaran, Sahira kembali mengangkat papan tawaran."860 miliar! Bu Sahira, jangan terlalu berlebihan!" seru Afkar dengan menggertakkan gigi."880 miliar! Kalau nggak punya kemampuan, tutup saja mulutmu!" ejek Sahira dengan dingin."Baiklah, kamu menang!" Bibir Afkar tampak gemetar "marah". Suaranya seolah-olah dipenuhi rasa tidak rela, marah, dan frustrasi.Pada saat ini, David menelan ludah dan wajahnya tampak muram. Melihat Afkar yang duduk kembali, lalu melihat Sahira ... Afkar benar-benar tidak mengajukan tawaran lagi? Serius?
Makanya, Sahira menyerah begitu saja melihat David ikut menawar."Eh? Dia juga mau beli? Menarik sekali." Afkar terkejut melihat David menawar harga. Seketika, dia menyunggingkan senyuman misterius. 'Mau beli jimatku ya? Boleh saja! Naikkan dulu harganya!'"Tujuh ratus miliar!" Afkar yang sudah duduk tiba-tiba bangkit kembali.David pun tercengang. Dia mengira dirinya sudah menang, tetapi Afkar tiba-tiba menawar lagi."Tujuh ratus dua puluh miliar!" Begitu Afkar kembali, Sahira juga menawar lagi.David mengedipkan matanya beberapa kali. Pada akhirnya, dia menelepon Noah. "Pak, aku di acara lelang Keluarga Samoa. Ada jimat yang katanya bisa membunuh ahli bela diri tingkat revolusi tahap akhir dalam sekejap. Aku ingin mendapatkannya."Terdengar suara rendah Noah dari ujung telepon. "Jimatnya bisa membunuh ahli bela diri tingkat revolusi tahap akhir dalam sekejap? Serius?"David menganalisis, "Seharusnya benar. Afkar dan seorang wanita sedang menawar secara gila-gilaan. Harganya sudah men