Begitu mendengar kata-kata Felicia, ekspresi tidak percaya langsung muncul di wajah Jerry dan Lanny.Jerry terkekeh sebelum membalas, "Afkar, kamu bilang ke dia sudah beli pabrik ini lagi? Kamu ini benar-benar licik. Sampai-sampai bohong ke wanita pun nggak mikir!"Lanny juga menimpali sambil tersenyum sinis, "Siapa yang nggak tahu kamu sudah jatuh miskin sampai nggak punya apa-apa? Istrimu saja sudah cerai sama kamu dan kabur dengan pria lain. Dengan kondisimu sekarang, mana mungkin kamu bisa beli pabrik ini lagi?"Mendengar ucapan mereka, Felicia pun mengernyit. Dia berbalik untuk memandang Afkar, lalu bertanya, "Mereka ini siapa?"Sebab, Afkar sama sekali tidak pernah menyebutkan bahwa dia punya teman atau mantan anak buah seperti mereka."Mereka ini cuma orang-orang berengsek. Nggak perlu dipedulikan," jawab Afkar santai sambil menggeleng. Dia terlalu malas untuk memperkenalkan Jerry dan Lanny.Namun, mata Afkar yang dingin menatap tajam ke arah Jerry. Dia malah bertanya, "Jerry, k
"Merangkak masuk? Sepertinya kamu bahkan nggak punya kesempatan itu lagi," balas Afkar dengan nada dingin.Jerry mengejek, "Hmph! Kamu masih mau sok hebat di sini?"Tepat pada saat itu, sebuah mobil Mercedes-Benz C-Class melaju cepat ke arah mereka dan berhenti tepat di samping. Saat berikutnya, seorang pria paruh baya dengan ekspresi ramah dan tubuh agak gemuk turun dari mobil.Sambil menyodorkan sebatang rokok kepada Afkar, Hansen berujar dengan sopan, "Pak Afkar, maaf membuatmu menunggu!"Afkar melambaikan tangan sembari berucap, "Nggak lama kok. Kak Hansen, cepat juga kamu sampainya.""Haha. Begitu kamu telepon, aku langsung berangkat dari rumah!" jelas Hansen sambil tertawa.Pada saat itu, Hansen tampaknya menyadari kehadiran Jerry dan Lanny di sebelahnya. Dia bertanya, "Jerry, Lanny, kalian di sini juga? Lagi reuni sama Pak Afkar ya? Kalian sudah tahu kalau Pak Afkar mau mengambil alih pabrik ini lagi? Haha ...."Di momen itu, ekspresi Jerry dan Lanny membeku. Raut wajah mereka b
Jerry dan Lanny sama sekali tidak menyangka bahwa Afkar benar-benar membeli kembali pabrik itu seharga 20 miliar, bahkan telah membayar uang muka sebesar 10 miliar.Orang ini benar-benar bangkit dari keterpurukan dan menjadi kaya kembali. Mengingat bagaimana dia sebelumnya terus menghina dan merendahkan Afkar, jantung Jerry langsung berdegup kencang.Jerry berbicara dengan sangat panik, "Kak Afkar, aku benar-benar cuma bercanda tadi. Jangan dianggap serius ya. Kamu tahu, aku ini nggak pernah pikir panjang ketika bicara. Tolong kasih aku satu kesempatan lagi. Aku janji, kali ini aku akan bekerja keras.""Apa kamu pantas?" tanya Afkar dengan dingin. Tatapannya penuh rasa kecewa.Afkar sudah sepenuhnya kecewa terhadap Jerry. Padahal, dulu Jerry adalah orang yang tidak punya arah hidup. Setelah lulus SMA, dia juga tidak pernah punya pekerjaan tetap.Berkat hubungan persahabatan, Afkar memberinya kesempatan untuk bekerja di pabrik ini. Mulai dari kepala divisi hingga akhirnya dipromosikan m
"Sayang, Viola, barusan Ibu menelepon lagi. Dia bilang, mau mengalihkan semua saham punya Kak Harun dan Felicia di Safira Farma padaku. Katanya, aku harus menggantikan posisi Felicia dan bekerja dengan baik!" ucap Renhad sambil tersenyum puas.Mendengar ucapannya, mata Jesslyn dan Viola langsung berbinar penuh semangat. "Ayah, kalau begitu kamu bakal punya 40% saham di Safira Farma?" tanya Viola dengan antusias."Hahaha. Itu artinya, keluarga kita akan kaya raya. Aku dengar, empat obat baru yang diluncurkan Safira Farma laris manis di Provinsi Zoda. Semua orang terus-menerus membelinya," ujar Jesslyn dengan mata berbinar-binar."Benar banget. Felicia sama si Gigolo pasti nggak akan menyangka bahwa semua usaha mereka, pada akhirnya cuma jadi keuntungan bagiku. Hahaha!"Renhad tertawa keras dengan puas. Dia tahu betul, keempat obat itu bukan hanya habis terjual di Provinsi Zoda, tetapi para distributor besar lainnya juga mendesak bahkan seperti memohon agar segera dikirimkan stok baru.P
Beberapa hari berikutnya, keluarga Harun secara resmi mengundurkan diri dari posisi mereka di perusahaan keluarga masing-masing. Selain itu, mereka juga mengalihkan saham yang mereka miliki kepada Erlin.Namun, keputusan Erlin untuk mengusir keluarga Felicia dari keluarga besar bukanlah tindakan yang diambil secara impulsif.Erlin benar-benar telah memutuskan untuk memutus semua hubungan dengan Felicia demi melindungi kepentingan keluarga dari ancaman sanksi yang mungkin dijatuhkan oleh Keluarga Sanjaya.Perlu diakui, tindakan Erlin sangat kejam dan dingin. Demi kepentingan keluarga, dia mengorbankan hubungan darah tanpa rasa ragu sedikit pun.Harun yang sangat menghormati ibunya, memilih untuk menyerahkan sahamnya tanpa meminta imbalan apa pun.Berbeda dengan Felicia dan Gauri yang telah kecewa berat dengan sikap dingin Erlin. Mereka sama sekali tidak mau berkompromi. Mereka menjual saham mereka dengan harga pasar tanpa memberikan potongan sedikit pun.Tindakan ini membuat Erlin sanga
Mata Gwen sontak berbinar-binar melihat Afkar. Dia menghampiri untuk menyapa, tidak lagi bersikap dingin seperti sebelumnya.Gwen bekerja di institut riset di Kota Nubes. Pekerjaannya sering membutuhkan bahan obat langka. Makanya, dia punya hubungan kerja sama dengan Sutopo.Setiap kali Sutopo datang ke Kota Nubes, dia akan membawakan beberapa tanaman langka untuk mereka. Kali ini, Gwen datang untuk mengambil barangnya."Ternyata Nona Gwen." Afkar mengangguk sambil tersenyum.Seketika, senyuman di wajah Gwen menjadi agak canggung. Dia pun memelototi Afkar dengan kesal, lalu menuju ke gudang di samping. Dia sudah menghafal rute di sini.Karena masalah sebelumnya, Gwen berubah pikiran lagi terhadap Afkar. Kini, dia merasa kagum sekaligus merasa bersalah terhadap Afkar. Hanya saja, Gwen tidak mengatakan apa pun.Gwen ingin semuanya kembali seperti semula. Dia ingin dekat dengan Afkar. Namun, Afkar malah bersikap dingin. Sikapnya tadi memang terlihat sopan, tetapi nyatanya Afkar menjaga ja
Usai berbicara, Gwen memelototi Afkar dengan kesal dan menuju ke gudang. Afkar tidak mengatakan apa pun dan hanya mengikuti di belakang.Setelah Gwen menaruh barang-barangnya di mobil dan hendak pergi, Afkar menahannya. "Tunggu sebentar. Temani aku ngobrol dengan Pak Sutopo dulu. Kemudian, kita sama-sama pergi."Gwen seketika memasang ekspresi tidak berdaya dan tidak sabar. Dia mengempaskan tangan Afkar, lalu menegur, "Afkar, kamu gila ya? Kamu terus mengikutiku dan menyuruhku menemanimu? Kamu juga mau mengejarku?"Gwen bertanya-tanya dalam hati, apa sebenarnya maksud Afkar? Afkar semula bersikap tidak acuh, tetapi sekarang malah sok dekat begini."Jangan sembarangan! Ayahmu yang suruh aku melindungimu. Katanya ada orang yang mungkin berniat jahat padamu," jelas Afkar sambil mengernyit."Cih! Alasan aneh. Nggak pernah ada pria yang memberiku alasan seperti ini. Sok keren! Rendahan! Genit! Huh!" Gwen mencebik."Lagian, mana mungkin aku mengejarmu. Kamu pacar Fadly. Memang ayahmu yang bi
"Nggak apa-apa, aku tahu kamu sibuk." Afkar melambaikan tangannya.Sutopo tersenyum malu, lalu mempersilakan Afkar masuk. Luas ruangan ini sekitar 200 meter persegi. Sudah ada belasan orang di sini. Semuanya memakai pakaian bermerek.Setelah Gwen masuk, beberapa bos pun mengajaknya mengobrol. Putri panglima seperti Gwen akan selalu menjadi pusat perhatian.Masing-masing tamu memiliki meja teh di depan mereka. Di atasnya terdapat camilan dan peralatan teh.Karena tamu terlalu banyak, Sutopo mengadakan pesta teh supaya mereka bisa minum teh sambil membahas bisnis. Jika dibandingkan dengan pesta biasa, pesta teh lebih elegan dan tidak perlu takut ada yang mabuk."Eh, ini menantu Keluarga Safira, 'kan? Kenapa ada di sini?" Begitu Afkar masuk, terdengar ejekan seseorang.Afkar memandang ke arah sumber suara, lalu menemukan kenalannya. Ternyata orang itu adalah Yuvan, pacar Viola.Di sampingnya, duduk seorang pria paruh baya yang merupakan ayah Yuvan. Namanya Lukman, bos Grup Giok Dikara.Af
Menikah ... dengan pria ini? Pada saat itu, hati Felicia terasa kacau. Namun, ketika dia menoleh ke arah Afkar yang berdiri di sampingnya, entah kenapa hatinya tiba-tiba menjadi tenang. Bayangan pangeran berkuda yang dulu dia impikan perlahan mulai menyatu dengan sosok pria di hadapannya ini."Nggak apa-apa! Ayo, kita masuk untuk milih gaun pengantin!" Dengan senyuman lembut di wajahnya, mata Felicia tampak sedikit merah dengan kilau yang hampir tak terlihat.Pada momen itu, hati Afkar terasa seperti tertusuk sesuatu. Dia terpana. Dalam sekejap, Felicia terlihat begitu memesona hingga membuatnya tenggelam dalam keindahan tersebut.Namun, momen hangat itu mendadak pecah oleh suara nyaring yang tak diundang. "Wah, kak Felicia? Bawa cowok ini untuk milih gaun pengantin, ya?"Mendengar suara itu, Felicia dan Afkar langsung mengernyitkan dahi. Ekspresi keduanya memancarkan kejengkelan."Ya. Kami akan menikah. Bukankah aku baru saja mendapatkan perusahaan farmasi? Ayah dan ibuku bilang ini s
Afkar langsung mengenali dokumen itu! Bukankah ini perjanjian pernikahan palsu yang pernah ditandatangani Felicia bersamanya? Namun kenapa sekarang ... dia malah merobeknya?"Eh, maksudmu apa? Apa kamu merasa aku melayanimu kurang baik dan ingin mengakhiri ini semua?" Afkar mengernyitkan dahi. Wajahnya tampak rumit, tidak mengerti kenapa mendadak perjanjian itu disobek."Dasar bodoh!" Felicia mendelik sebal, lalu berkata dengan nada dingin, "Luangkan waktumu sore ini. Kita pergi beli pakaian pernikahan dan perhiasan.""Eh ...." Afkar terpana lagi. Namun setelah menyadari maksudnya, senyum tipis langsung muncul di wajahnya. "Oh, jadi maksudnya mau meresmikan aku, ya?"Wajah Felicia yang cantik memerah seketika, rona merah merayap hingga ke pipinya. "Jangan sok tahu! Siapa juga yang mau meresmikanmu?! Itu cuma kemauan ayah dan ibuku. Ini cuma untuk membuat mereka senang!"Afkar tertawa kecil, lalu berkata santai, "Oke, oke. Kalau begitu, kita harus melakukannya dengan serius, 'kan?""Ber
Sahira akhirnya melepaskan tangannya dari leher Afkar, kemudian langsung naik ke mobil dan meninggalkan tempat itu. Afkar berdiri di sana, tampak seperti pria yang terbuai sambil menatap mobil Sahira yang menghilang di kejauhan.Namun, begitu dia berbalik, ekspresinya langsung berubah dingin.Pada saat ini, Sahira mengira Afkar sudah sepenuhnya berada di bawah kendalinya. Namun, dia tidak menyadari bahwa racun pengikat jiwa yang dimasukkannya telah terblokir oleh energi naga dalam tubuh Afkar.Afkar sebenarnya bisa memusnahkan racun itu, tetapi dia ragu sejenak. "Sahira, kuharap kamu benar-benar bisa menemukan orang tuaku. Kalau itu benar terjadi, aku nggak tahu harus bagaimana membalas budimu.""Cari liontin naga? Apa kamu tahu rahasia liontin itu ... atau bahkan identitasku? Mengembalikan kerabatku? Entah kenapa, aku sama sekali nggak percaya."....Malam harinya.Afkar keluar dari vila dan duduk bersila di puncak gunung yang sunyi tanpa penghuni. Di depannya, giok spiritual mengamba
Tidak heran Alvin dulu bisa tergila-gila pada Sahira, sampai-sampai tak mau mendengar nasihat orang tuanya. Saat ini, Afkar menatap Sahira dengan tatapan penuh ketertarikan dan keinginan yang tak bisa ditutupiDengan wajah terpesona, dia mengangguk seperti orang bodoh dan berkata, "Cantik ...."Sahira tersenyum manis, tetapi di dalam hatinya dia mendengus dingin. 'Dasar pecundang! Berani-beraninya kamu menggagalkan urusanku berkali-kali, tapi pada akhirnya tetap jatuh dalam genggamanku.''Kali ini, racun pengikat jiwa yang kuberikan padamu jauh lebih kuat dibandingkan racun cinta yang kupakai pada Alvin dulu. Meskipun kamu punya kemampuan, kali ini kamu nggak akan bisa lepas dari kendaliku.'"Kamu suka aku nggak?" Sahira berbisik lembut, tubuhnya yang lentur kini menggantung di leher Afkar, suaranya seperti alunan melodi yang memabukkan."Tentu saja suka ... sangat suka," jawab Afkar. Tatapan matanya kosong seperti terbius."Kalau begitu, aku mau tanya beberapa hal padamu. Kamu harus j
Fadly sempat tertegun sejenak. Dari tatapan mata Afkar, dia merasakan sesuatu yang berbahaya.....Di sebuah jalan pegunungan yang sunyi, Sahira mengemudikan mobil off-road-nya dengan kecepatan stabil. Pada saat ini, dia sudah keluar dari wilayah kekuasaan Keluarga Samoa.Namun, tiba-tiba matanya yang penuh pesona melirik ke kaca spion, dan senyum penuh arti muncul di wajahnya. Dengan cepat, dia memutar kemudi dan berbelok menuju sebuah jalan kecil yang lebih terpencil.Tak lama kemudian, sebuah sosok yang tegap tiba-tiba muncul di tengah jalan dan menghentikan laju mobil. Sahira menghentikan mobil dan turun, ekspresinya tampak sedikit heran dan curiga. "Kamu mau apa?" tanyanya.Wajah Afkar terlihat dingin, lalu dia berkata dengan suara berat, "Rampok!"Sahira tercengang sejenak, kemudian tertawa terbahak-bahak, suara tawanya manis namun menggoda."Merampok? Wah, Afkar… kamu humoris juga, ya. Jadi kamu mau merampok apa nih? Uang atau ... kehormatanku?"Wanita ini sepertinya memiliki da
"David benar-benar luar biasa, ikut lelang sampai muntah darah! Salut! Salut!" kata Fadly dengan nada penuh cemoohan dan tawa bahagia saat melihat itu.Afkar hanya terkekeh kecil dan berjalan pergi bersama Fadly. Mereka menuju ruang tamu prasmanan yang sudah disiapkan oleh Keluarga Samoa untuk menikmati makanan ringan, sebelum mengikuti sesi lelang siang.Meskipun Afkar tidak mendapatkan giok spiritual, dia tetap penasaran ingin melihat apakah ada barang berharga lain yang layak untuk dimenangkan."David! David, kamu baik-baik saja, 'kan?!" Si selebritas panik melihat David memuntahkan darah."Pergi sana!" David mendorongnya dengan kasar, wajahnya masih merah padam dan penuh amarah sambil menatap ke arah Afkar dan Fadly yang pergi."Afkar sialan! Kita lihat saja nanti! Aku bersumpah kamu akan mati tragis!"Dalam sekejap, David berbalik menatap pengurus Keluarga Samoa dengan tajam. "Gimana dia bisa mendapatkan jimat itu? Apa kalian tahu?"Pengurus itu sempat ragu, tetapi mengingat David
David tertawa terbahak-bahak. Di sampingnya, Fadly yang melihat wajah puas David tak bisa menahan diri lagi dan langsung tergelak. "Dasar tolol! Bikin aku ngakak saja ...."Mendengar itu, wajah David langsung menggelap. "Fadly, tolong jaga sikapmu!" katanya dengan nada tajam.Fadly malah tertawa lebih keras lagi. Orang ini berkoar-koar tak ada habisnya, tapi malah menyuruh orang lain menjaga sikap .... Lucu sekali!Pada saat ini, seorang pengurus dari Keluarga Samoa tiba-tiba keluar dari ruangan tempat transaksi sebelumnya dan berlari mengejar Afkar. "Pak Afkar, mohon tunggu sebentar!"Begitu menyusulnya, pengurus itu menyerahkan sebuah kartu emas berkilauan dengan huruf besar "Samoa" di atasnya."Pak Afkar, ini adalah Kartu VIP Emas dari Keluarga Samoa untuk Anda! Ke depannya, kalau Anda mengikuti lelang kami, biaya penyelesaian transaksi akan dipotong sebesar 3%! Hanya tamu dengan total transaksi lebih dari 800 miliar yang berhak mendapatkan perlakuan khusus ini," ujar pengurus itu d
Melihat ekspresi Afkar seolah-olah telah membuat keputusan besar dan mengumpulkan keberanian untuk mengajukan tawaran, wajah Fadly berkedut beberapa kali. Orang lain mungkin tidak tahu, tapi Fadly jelas mengetahuinya.Jimat Pencabut Nyawa ini adalah barang titipan Afkar sendiri! Sungguh licik!Kakak ipar ini benar-benar menjebak orang tiada ampun! Kalau bukan menjebak Sahira, ya pasti menjebak David!"840 miliar!" Seperti yang diduga, melihat Afkar mengajukan tawaran, Sahira kembali mengangkat papan tawaran."860 miliar! Bu Sahira, jangan terlalu berlebihan!" seru Afkar dengan menggertakkan gigi."880 miliar! Kalau nggak punya kemampuan, tutup saja mulutmu!" ejek Sahira dengan dingin."Baiklah, kamu menang!" Bibir Afkar tampak gemetar "marah". Suaranya seolah-olah dipenuhi rasa tidak rela, marah, dan frustrasi.Pada saat ini, David menelan ludah dan wajahnya tampak muram. Melihat Afkar yang duduk kembali, lalu melihat Sahira ... Afkar benar-benar tidak mengajukan tawaran lagi? Serius?
Makanya, Sahira menyerah begitu saja melihat David ikut menawar."Eh? Dia juga mau beli? Menarik sekali." Afkar terkejut melihat David menawar harga. Seketika, dia menyunggingkan senyuman misterius. 'Mau beli jimatku ya? Boleh saja! Naikkan dulu harganya!'"Tujuh ratus miliar!" Afkar yang sudah duduk tiba-tiba bangkit kembali.David pun tercengang. Dia mengira dirinya sudah menang, tetapi Afkar tiba-tiba menawar lagi."Tujuh ratus dua puluh miliar!" Begitu Afkar kembali, Sahira juga menawar lagi.David mengedipkan matanya beberapa kali. Pada akhirnya, dia menelepon Noah. "Pak, aku di acara lelang Keluarga Samoa. Ada jimat yang katanya bisa membunuh ahli bela diri tingkat revolusi tahap akhir dalam sekejap. Aku ingin mendapatkannya."Terdengar suara rendah Noah dari ujung telepon. "Jimatnya bisa membunuh ahli bela diri tingkat revolusi tahap akhir dalam sekejap? Serius?"David menganalisis, "Seharusnya benar. Afkar dan seorang wanita sedang menawar secara gila-gilaan. Harganya sudah men