Awalnya, Hansen tidak terlalu berniat untuk menjualnya. Namun setelah mendengar nominal yang ditawarkan, dia langsung luluh."Sudah beres! Katanya bakal datang untuk urus prosedurnya nanti sore. Nanti langsung pakai namamu saja," ujar Afkar setelah mengakhiri panggilan itu."Oh ...." Felicia mengangguk. Tadinya dia ingin menawarkan diri untuk membayar pembelian pabrik ini, tapi akhirnya dia mengurungkan niatnya.'Lupakan saja, sepertinya orang ini lumayan kaya. Apalagi, dia juga memang sudah beberapa kali membantuku. Aku juga sudah sering menerima bantuannya, jadi anggap saja sudah terbiasa ....'Saat itu, sebuah Audi A6 mendekat dan berhenti di dekat mereka. "Eh, bukankah ini Afkar? Kenapa kamu ada di sini?" Seorang pria muda turun dari mobil, menatap Afkar sambil berbicara dengan nada mengejek.Tak lama kemudian, seorang wanita dengan rok mini dan stoking turun dari kursi penumpang depan dan memandang Afkar dengan tatapan menghina. "Wah, bukannya ini bos? Eh, maaf, harusnya aku bilan
Begitu mendengar kata-kata Felicia, ekspresi tidak percaya langsung muncul di wajah Jerry dan Lanny.Jerry terkekeh sebelum membalas, "Afkar, kamu bilang ke dia sudah beli pabrik ini lagi? Kamu ini benar-benar licik. Sampai-sampai bohong ke wanita pun nggak mikir!"Lanny juga menimpali sambil tersenyum sinis, "Siapa yang nggak tahu kamu sudah jatuh miskin sampai nggak punya apa-apa? Istrimu saja sudah cerai sama kamu dan kabur dengan pria lain. Dengan kondisimu sekarang, mana mungkin kamu bisa beli pabrik ini lagi?"Mendengar ucapan mereka, Felicia pun mengernyit. Dia berbalik untuk memandang Afkar, lalu bertanya, "Mereka ini siapa?"Sebab, Afkar sama sekali tidak pernah menyebutkan bahwa dia punya teman atau mantan anak buah seperti mereka."Mereka ini cuma orang-orang berengsek. Nggak perlu dipedulikan," jawab Afkar santai sambil menggeleng. Dia terlalu malas untuk memperkenalkan Jerry dan Lanny.Namun, mata Afkar yang dingin menatap tajam ke arah Jerry. Dia malah bertanya, "Jerry, k
"Merangkak masuk? Sepertinya kamu bahkan nggak punya kesempatan itu lagi," balas Afkar dengan nada dingin.Jerry mengejek, "Hmph! Kamu masih mau sok hebat di sini?"Tepat pada saat itu, sebuah mobil Mercedes-Benz C-Class melaju cepat ke arah mereka dan berhenti tepat di samping. Saat berikutnya, seorang pria paruh baya dengan ekspresi ramah dan tubuh agak gemuk turun dari mobil.Sambil menyodorkan sebatang rokok kepada Afkar, Hansen berujar dengan sopan, "Pak Afkar, maaf membuatmu menunggu!"Afkar melambaikan tangan sembari berucap, "Nggak lama kok. Kak Hansen, cepat juga kamu sampainya.""Haha. Begitu kamu telepon, aku langsung berangkat dari rumah!" jelas Hansen sambil tertawa.Pada saat itu, Hansen tampaknya menyadari kehadiran Jerry dan Lanny di sebelahnya. Dia bertanya, "Jerry, Lanny, kalian di sini juga? Lagi reuni sama Pak Afkar ya? Kalian sudah tahu kalau Pak Afkar mau mengambil alih pabrik ini lagi? Haha ...."Di momen itu, ekspresi Jerry dan Lanny membeku. Raut wajah mereka b
Jerry dan Lanny sama sekali tidak menyangka bahwa Afkar benar-benar membeli kembali pabrik itu seharga 20 miliar, bahkan telah membayar uang muka sebesar 10 miliar.Orang ini benar-benar bangkit dari keterpurukan dan menjadi kaya kembali. Mengingat bagaimana dia sebelumnya terus menghina dan merendahkan Afkar, jantung Jerry langsung berdegup kencang.Jerry berbicara dengan sangat panik, "Kak Afkar, aku benar-benar cuma bercanda tadi. Jangan dianggap serius ya. Kamu tahu, aku ini nggak pernah pikir panjang ketika bicara. Tolong kasih aku satu kesempatan lagi. Aku janji, kali ini aku akan bekerja keras.""Apa kamu pantas?" tanya Afkar dengan dingin. Tatapannya penuh rasa kecewa.Afkar sudah sepenuhnya kecewa terhadap Jerry. Padahal, dulu Jerry adalah orang yang tidak punya arah hidup. Setelah lulus SMA, dia juga tidak pernah punya pekerjaan tetap.Berkat hubungan persahabatan, Afkar memberinya kesempatan untuk bekerja di pabrik ini. Mulai dari kepala divisi hingga akhirnya dipromosikan m
"Sayang, Viola, barusan Ibu menelepon lagi. Dia bilang, mau mengalihkan semua saham punya Kak Harun dan Felicia di Safira Farma padaku. Katanya, aku harus menggantikan posisi Felicia dan bekerja dengan baik!" ucap Renhad sambil tersenyum puas.Mendengar ucapannya, mata Jesslyn dan Viola langsung berbinar penuh semangat. "Ayah, kalau begitu kamu bakal punya 40% saham di Safira Farma?" tanya Viola dengan antusias."Hahaha. Itu artinya, keluarga kita akan kaya raya. Aku dengar, empat obat baru yang diluncurkan Safira Farma laris manis di Provinsi Zoda. Semua orang terus-menerus membelinya," ujar Jesslyn dengan mata berbinar-binar."Benar banget. Felicia sama si Gigolo pasti nggak akan menyangka bahwa semua usaha mereka, pada akhirnya cuma jadi keuntungan bagiku. Hahaha!"Renhad tertawa keras dengan puas. Dia tahu betul, keempat obat itu bukan hanya habis terjual di Provinsi Zoda, tetapi para distributor besar lainnya juga mendesak bahkan seperti memohon agar segera dikirimkan stok baru.P
Beberapa hari berikutnya, keluarga Harun secara resmi mengundurkan diri dari posisi mereka di perusahaan keluarga masing-masing. Selain itu, mereka juga mengalihkan saham yang mereka miliki kepada Erlin.Namun, keputusan Erlin untuk mengusir keluarga Felicia dari keluarga besar bukanlah tindakan yang diambil secara impulsif.Erlin benar-benar telah memutuskan untuk memutus semua hubungan dengan Felicia demi melindungi kepentingan keluarga dari ancaman sanksi yang mungkin dijatuhkan oleh Keluarga Sanjaya.Perlu diakui, tindakan Erlin sangat kejam dan dingin. Demi kepentingan keluarga, dia mengorbankan hubungan darah tanpa rasa ragu sedikit pun.Harun yang sangat menghormati ibunya, memilih untuk menyerahkan sahamnya tanpa meminta imbalan apa pun.Berbeda dengan Felicia dan Gauri yang telah kecewa berat dengan sikap dingin Erlin. Mereka sama sekali tidak mau berkompromi. Mereka menjual saham mereka dengan harga pasar tanpa memberikan potongan sedikit pun.Tindakan ini membuat Erlin sanga
Mata Gwen sontak berbinar-binar melihat Afkar. Dia menghampiri untuk menyapa, tidak lagi bersikap dingin seperti sebelumnya.Gwen bekerja di institut riset di Kota Nubes. Pekerjaannya sering membutuhkan bahan obat langka. Makanya, dia punya hubungan kerja sama dengan Sutopo.Setiap kali Sutopo datang ke Kota Nubes, dia akan membawakan beberapa tanaman langka untuk mereka. Kali ini, Gwen datang untuk mengambil barangnya."Ternyata Nona Gwen." Afkar mengangguk sambil tersenyum.Seketika, senyuman di wajah Gwen menjadi agak canggung. Dia pun memelototi Afkar dengan kesal, lalu menuju ke gudang di samping. Dia sudah menghafal rute di sini.Karena masalah sebelumnya, Gwen berubah pikiran lagi terhadap Afkar. Kini, dia merasa kagum sekaligus merasa bersalah terhadap Afkar. Hanya saja, Gwen tidak mengatakan apa pun.Gwen ingin semuanya kembali seperti semula. Dia ingin dekat dengan Afkar. Namun, Afkar malah bersikap dingin. Sikapnya tadi memang terlihat sopan, tetapi nyatanya Afkar menjaga ja
Usai berbicara, Gwen memelototi Afkar dengan kesal dan menuju ke gudang. Afkar tidak mengatakan apa pun dan hanya mengikuti di belakang.Setelah Gwen menaruh barang-barangnya di mobil dan hendak pergi, Afkar menahannya. "Tunggu sebentar. Temani aku ngobrol dengan Pak Sutopo dulu. Kemudian, kita sama-sama pergi."Gwen seketika memasang ekspresi tidak berdaya dan tidak sabar. Dia mengempaskan tangan Afkar, lalu menegur, "Afkar, kamu gila ya? Kamu terus mengikutiku dan menyuruhku menemanimu? Kamu juga mau mengejarku?"Gwen bertanya-tanya dalam hati, apa sebenarnya maksud Afkar? Afkar semula bersikap tidak acuh, tetapi sekarang malah sok dekat begini."Jangan sembarangan! Ayahmu yang suruh aku melindungimu. Katanya ada orang yang mungkin berniat jahat padamu," jelas Afkar sambil mengernyit."Cih! Alasan aneh. Nggak pernah ada pria yang memberiku alasan seperti ini. Sok keren! Rendahan! Genit! Huh!" Gwen mencebik."Lagian, mana mungkin aku mengejarmu. Kamu pacar Fadly. Memang ayahmu yang bi
Apalagi, Keluarga Permono pernah bekerja sama dengan Keluarga Samoa. Mereka sangat memahami betapa kuatnya fondasi Keluarga Samoa.Jika tidak, Victor tidak akan merendahkan dirinya seperti ini di hadapan seorang pengurus Keluarga Samoa."Gulzar pasti baik-baik saja. Ya, pasti," ucap Victor berulang kali."Ya, ya, Gulzar pasti akan selamat!" Yola juga berdoa untuk keselamatan Gulzar.Namun, Gael hanya membalas, "Semoga begitu!"Saat ini, beberapa orang berjalan mendekat dengan santai. Begitu melihat mereka, Yola, Victor, Gael, serta para pengawal Keluarga Permono langsung menunjukkan ekspresi tidak ramah."Afkar, Felicia? Apa yang kalian lakukan di sini?" tanya Yola dengan dingin.Gael menatap Afkar sambil bertanya, "Bocah, aku sedang sibuk dan nggak punya waktu untukmu. Kamu malah sengaja muncul di hadapanku ya?"Afkar tersenyum dingin. "Barusan aku dengar kalian berdoa agar pemuda di dalam sana selamat, 'kan? Heh, sayang sekali .... Aku harus memberitahumu, rumah sakit ini nggak akan
Afkar sebelumnya sempat melirik kondisi pemuda itu dan yakin bahwa rumah sakit tidak akan mampu menyelamatkannya.Dilihat dari sikap Yola dan ayahnya, Afkar merasa ini adalah kesempatan untuk memanfaatkan keadaan. 'Kalian ingin pemuda itu tetap hidup? Oke, mari kita lihat sejauh apa mereka akan bersandiwara!'Selanjutnya, Afkar melanjutkan proses penyembuhan Mateo. Dia terus menyalurkan energi naga ke tubuh Mateo, sekaligus menggunakan teknik akupunktur "Sembilan Vitalitas" dari Kitab Kaisar Naga.Mateo yang awalnya berada di ambang kematian menurut ilmu medis modern, perlahan-lahan menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang luar biasa.Entah berapa lama kemudian, Mateo akhirnya bangun dan turun dari ranjang. Meskipun wajahnya masih agak pucat, dia sudah mampu untuk berdiri dan berjalan."Sekarang kamu cuma perlu istirahat beberapa hari dan semuanya akan pulih sepenuhnya," ucap Afkar sambil tersenyum.Mata Mateo berkaca-kaca. Dia memandang Afkar dengan penuh rasa syukur. Sesaat kemudian, d
Melihat situasi itu, Felicia segera menarik Shafa ke samping. Tatapannya penuh kemarahan saat menatap pihak lawan. Dia tidak menyangka mereka begitu arogan, langsung menyerang tanpa peringatan.Afkar hanya mendengus dingin. Satu tangannya tetap fokus menyalurkan energi naga ke tubuh Mateo, sementara tangan lainnya diangkat untuk menangkis serangan.Bam! Suara benturan keras terdengar disertai dengan getaran udara. Lengan bawah Afkar sontak bertabrakan dengan tulang kering pria berbaju putih.Tap! Tap! Tap! Pria berbaju putih itu mundur tiga langkah sebelum akhirnya bisa berdiri dengan stabil. Sebaliknya, Afkar tetap duduk tegak seperti gunung yang tak tergoyahkan."Kalau mau bersikap sombong, setidaknya becermin dulu! Sudah kubilang, temanku masih butuh perawatan di sini. Pergi sana!" Suara Afkar dingin tetapi berwibawa, menunjukkan posisinya.Wajah pria berbaju putih berubah serius. Dia menatap Afkar dengan mata berkilat ragu. "Bocah, kamu tahu siapa yang sedang kamu lawan?""Tuan mud
Tampak direktur unit gawat darurat masuk dengan tergesa-gesa, ekspresinya penuh dengan ketidaksabaran dan kecemasan!Di belakangnya, beberapa tenaga medis mendorong ranjang rumah sakit darurat. Di atas ranjang itu, terbaring seseorang yang tubuhnya berlumuran darah dan terlihat dalam kondisi sangat kritis.Di samping dan belakangnya, ada banyak orang yang mengikuti. Masing-masing menunjukkan wajah penuh kekhawatiran."Cepat! Selamatkan tuan muda kami!" Seorang pria paruh baya yang berpakaian rapi terus berteriak dengan keras."Kenapa di ruang gawat darurat ini masih ada orang lain? Cepat usir mereka keluar!" Terdengar suara seorang wanita yang tajam, kasar, dan arogan."Siapa mereka? Suruh mereka pergi sekarang juga! Kalau sampai pengobatan tertunda, rumah sakit ini akan menerima akibatnya!" Pria paruh baya lainnya yang mengenakan setelan formal, juga berbicara dengan arogan.Mendengar keributan itu, Afkar yang sedang merawat Mateo pun perlahan-lahan menoleh dengan tatapan dingin. Mata
"Ya sudah, jangan nangis lagi. Papa akan masuk dan melihatnya. Papa nggak akan membiarkan Paman Mateo meninggal."Afkar menghapus air mata Shafa, lalu segera memasuki ruang gawat darurat. Felicia mengikuti di belakangnya.Saat itu, dokter yang baru saja keluar dari ruangan hanya bisa menggeleng mendengar perkataan Afkar. Mereka mengira Afkar hanya berusaha menenangkan anaknya."Kalau pasien masih bisa selamat dalam kondisi ini, berarti dia seorang dewa! Kami saja nggak bisa menyelamatkannya, apa yang bisa dia lakukan?" Kepala dokter itu mencibir, merasa tidak senang dengan pernyataan Afkar.....Di dalam ruang gawat darurat, Mateo terbaring di sana. Darah masih mengalir perlahan dari mulut dan hidungnya.Beberapa alat medis dan tabung telah dilepas, hanya selembar kain putih yang menutupi tubuhnya. Jelas, pihak rumah sakit telah menyerah untuk menyelamatkannya dan langkah berikutnya adalah mengurus jenazahnya.Namun, seolah-olah merasakan sesuatu atau mungkin itu adalah momen terakhirn
Beberapa SUV melaju di jalan menuju ibu kota provinsi dari Kota Nubes. Di salah satu mobil, Noah memegang wajahnya dengan ekspresi dipenuhi keengganan dan kebencian. Matanya tampak tajam dan menyeramkan."Dasar pria tua bangka! Kamu tega memukulku demi orang luar!" Noah menggeram dengan penuh kebencian.Kemudian, dia menatap tajam ke arah David yang duduk di sebelahnya sambil berkata dengan galak, "Kamu keluar dari mobil!"David terkejut dan bertanya dengan takut, "Pak ... ada apa?""Aku ingin kamu tetap tinggal di Kota Nubes. Manfaatkan mantan istri Afkar untuk memisahkan dia dari Felicia!" Tatapan Noah berkilat tajam.Mendengar ini, ekspresi David tampak cemas dan takut. "Tapi ... Afkar akan membunuhku kalau aku melakukan itu.""Diam! Aku nggak menyuruhmu bertarung dengannya! Kalau kamu menolak, akan kubunuh kamu sekarang juga! Jangan pikir Afkar akan mengampunimu meskipun kamu nggak membantuku!" maki Noah sambil mencengkeram rambut David.Dengan tubuh gemetaran, David akhirnya menga
Dengan wajah penuh rasa malu dan bersalah, Heru memohon dengan tulus, "Aku sudah menyuruhnya pergi. Aku tahu kalau kalian bertemu, kamu pasti akan membunuhnya! Tapi, dia cucuku!""Pak, aku sudah menghukumnya dengan keras dan Keluarga Sanjaya akan memberi kompensasi besar sebagai permintaan maaf. Karena Bu Felicia dan putrimu nggak terluka, apa kamu bisa mengampuni Noah demi aku? Aku rela kehilangan martabatku!"Karen menggigit bibirnya dan berkata kepada Afkar dengan suara lembut, "Afkar, kujamin Kak Noah nggak akan melakukannya lagi! Demi hubungan kita, apa kamu bisa mengampuni nyawanya? Kakek sebenarnya berniat ...."Karen memberi tahu rencana Heru kepada Afkar, "Kak Noah sebenarnya impoten, makanya mentalnya agak bermasalah. Dia sebenarnya agak kasihan! Dia pasti khilaf. Apa kamu ... bisa mengampuninya?"Mendengar ini, senyuman dingin muncul di wajah Afkar. Dengan gigi terkatup, dia berkata, "Dia kasihan? Lalu, gimana dengan korbannya? Bukankah mereka lebih kasihan? Penyakit bukan a
Saat melihat Noah diusir oleh kakeknya sendiri, Felicia awalnya terkejut. Namun, dia segera merasa bangga! Dia merasa bangga karena suaminya! Meskipun Afkar tidak datang, dia tetap melindungi Felicia dari kejauhan!Felicia tidak menyangka bahwa kakek dan adik Noah datang karena Afkar. Mereka memarahi Noah habis-habisan dan langsung menyuruhnya pergi sejauh mungkin.Di sisi lain, Afkar membawa Shafa mengendarai mobil menuju lokasi. Setelah menggeledah seluruh tempat, dia tidak menemukan jejak Noah. Wajahnya langsung berubah menjadi suram.Afkar tahu bahwa dirinya terlambat, Noah sudah memindahkan semua. Saat membayangkan Felicia berada di tangan orang sekejam Noah, Afkar merasa sangat khawatir.Jika Felicia terluka, Afkar tidak akan pernah memaafkan diri sendiri, bahkan Noah harus dihancurkan hingga berkeping-keping! Seluruh Keluarga Sanjaya harus binasa!Namun, tiba-tiba tiga sosok muncul di depannya. Heru dan Karen ternyata datang bersama Felicia!"Afkar ...." Felicia melihat Afkar ya
Hanya saja, wajah Heru yang telah pulih sepenuhnya ini membuat Noah tercengang!Sebelumnya di telepon, Heru pernah memberi tahu Noah bahwa dokter sakti telah menyembuhkan wajahnya yang hancur. Namun, Noah sama sekali tidak menyangka hasilnya bisa sedahsyat ini!Saat itu juga, Noah semakin tidak sabar untuk bertemu dengan dokter sakti itu!"Kakek, para anak buah mungkin nggak mengenalimu dan Karen. Kenapa kamu nggak mengabariku saja? Aku bisa turun untuk menyambut kalian! Untuk apa berkelahi dengan mereka?"Noah mengira anak buahnya telah menghalangi kakeknya dan Karen masuk, sehingga keduanya terpaksa menerobos.Noah tersenyum, lalu melirik ke belakang Heru. "Kakek, di mana dokter sakti yang kamu sebutkan itu?"Plak! Begitu Noah selesai bicara, Heru langsung melayangkan sebuah tamparan keras ke wajahnya!Tubuh Noah sampai berputar satu kali akibat tamparan itu. Separuh wajahnya sontak bengkak. Dia pun menatap kakeknya dengan kaget dan bingung."Kakek, kenapa kamu menamparku?"Wajah Her