Usai berbicara, Gwen memelototi Afkar dengan kesal dan menuju ke gudang. Afkar tidak mengatakan apa pun dan hanya mengikuti di belakang.Setelah Gwen menaruh barang-barangnya di mobil dan hendak pergi, Afkar menahannya. "Tunggu sebentar. Temani aku ngobrol dengan Pak Sutopo dulu. Kemudian, kita sama-sama pergi."Gwen seketika memasang ekspresi tidak berdaya dan tidak sabar. Dia mengempaskan tangan Afkar, lalu menegur, "Afkar, kamu gila ya? Kamu terus mengikutiku dan menyuruhku menemanimu? Kamu juga mau mengejarku?"Gwen bertanya-tanya dalam hati, apa sebenarnya maksud Afkar? Afkar semula bersikap tidak acuh, tetapi sekarang malah sok dekat begini."Jangan sembarangan! Ayahmu yang suruh aku melindungimu. Katanya ada orang yang mungkin berniat jahat padamu," jelas Afkar sambil mengernyit."Cih! Alasan aneh. Nggak pernah ada pria yang memberiku alasan seperti ini. Sok keren! Rendahan! Genit! Huh!" Gwen mencebik."Lagian, mana mungkin aku mengejarmu. Kamu pacar Fadly. Memang ayahmu yang bi
"Nggak apa-apa, aku tahu kamu sibuk." Afkar melambaikan tangannya.Sutopo tersenyum malu, lalu mempersilakan Afkar masuk. Luas ruangan ini sekitar 200 meter persegi. Sudah ada belasan orang di sini. Semuanya memakai pakaian bermerek.Setelah Gwen masuk, beberapa bos pun mengajaknya mengobrol. Putri panglima seperti Gwen akan selalu menjadi pusat perhatian.Masing-masing tamu memiliki meja teh di depan mereka. Di atasnya terdapat camilan dan peralatan teh.Karena tamu terlalu banyak, Sutopo mengadakan pesta teh supaya mereka bisa minum teh sambil membahas bisnis. Jika dibandingkan dengan pesta biasa, pesta teh lebih elegan dan tidak perlu takut ada yang mabuk."Eh, ini menantu Keluarga Safira, 'kan? Kenapa ada di sini?" Begitu Afkar masuk, terdengar ejekan seseorang.Afkar memandang ke arah sumber suara, lalu menemukan kenalannya. Ternyata orang itu adalah Yuvan, pacar Viola.Di sampingnya, duduk seorang pria paruh baya yang merupakan ayah Yuvan. Namanya Lukman, bos Grup Giok Dikara.Af
Begitu ucapan ini dilontarkan, para bos beserta Lukman dan Yuvan pun menatap Afkar dengan tatapan menghina. Jika ini bukan pesta teh, orang-orang tidak akan peduli bagaimana cara Afkar minum teh.Namun, kali ini berbeda karena yang hadir adalah para tokoh terkemuka. Pesta teh ini diadakan secara khusus. Ada banyak peralatan teh di depan. Afkar seharusnya mengikuti langkah khusus untuk menyeduh teh."Kalian ini kenapa sih? Minum teh saja banyak aturan," ucap Afkar sambil mengernyit dan menatap Gwen."Haha! Biarkan saja, Pak Afkar. Kamu boleh minum sesuka hatimu." Sutopo tertawa untuk mencairkan suasana.Namun, Gwen tidak ingin berhenti sampai di situ. Hari ini, dia harus membuat Afkar malu. "Yang kita minum adalah teh oolong berkualitas tinggi.""Air pertama yang digunakan untuk menyeduh teh oolong harus dibuang. Kamu malah langsung minum. Dasar kampungan!""Selain itu, kamu harus menghangatkan tekomu dulu sebelum memasukkan daun teh. Ini supaya aroma teh menyatu sepenuhnya dengan air.
Ryasa memberi tahu Lukman, hanya ahli bela diri yang bisa menyerap energi spiritual batu giok untuk dimanfaatkan.Beberapa hari ini, Lukman terus menyelidiki tentang "tamu Negara Sakura" hari itu. Begitu mendapat informasi, dia akan mengundang Ryasa untuk membantunya membalas dendam. Namun, mumpung ada Afkar di sini, Lukman pun tidak ingin melewatkan kesempatan untuk memberinya pelajaran.Setelah melihat isyarat mata itu, Ryasa mengangguk dan berkata kepada Afkar, "Anak Muda, dengar-dengar kamu bisa mendeteksi energi spiritual pada batu mentah? Kalau kamu bisa merasakan konsentrasi energi spiritual, seharusnya kamu seorang ahli bela diri, 'kan?""Gimana kalau kita berduel? Aku bisa memberimu sedikit bimbingan nanti. Kamu nggak bakal nyesal kok."Sebagai ahli bela diri nomor satu di Provinsi Jimbo, Ryasa tentu sangat dihormati. Dia merasa dirinya tak tertandingi. Itu sebabnya, dia berani mengatakan akan memberi Afkar bimbingan.Afkar termangu sesaat mendengarnya. Kemudian, dia menyahut
Kebetulan, Ryasa juga telah mengambil tindakan dengan menerjang ke arah Afkar. Namun, saat melihat perubahan situasi ini, dia langsung mengubah arah dan menyerang salah satu sosok itu.Bam! Telapak tangan Ryasa berbenturan dengan telapak tangan sosok itu. Udara seketika terdistorsi karena energi keduanya. Bisa dilihat bahwa keduanya sama-sama kuat.Sementara itu, sosok lainnya langsung mengeluarkan pistol untuk membidik orang-orang yang ada di ruangan."Jangan ada yang bergerak!" Suara ini mengandung aksen orang Negara Sakura.Yuvan, Lukman, dan lainnya pun ketakutan hingga bercucuran keringat. Mereka semua mengangkat tangan sebagai tanda menyerah.Sementara itu, tatapan Afkar tampak tajam. Dia tidak menduga orang-orang ini akan datang secepat ini.Adapun Gwen, dia ketakutan hingga wajahnya memucat. Dia lantas melirik Afkar. Jadi, yang dikatakan Afkar benar? Memang ada yang mengincarnya?Gwen tentu tahu bahwa target sosok itu adalah dirinya. Untungnya, ada Ryasa yang melindunginya. Seh
"Hahaha! Cuma begini kemampuan kalian?" Tiano tergelak. "Orang-orang bilang pesilat Negara Yanura sangat hebat, begitu juga pasukan militer kalian. Tapi, nyatanya cuma begini kemampuan kalian!"Begitu mendengarnya, wajah Ryasa memerah. Saking emosinya, dia lagi-lagi memuntahkan darah. Ryasa menyergah, "Jangan sombong dulu! Ada banyak ahli bela diri di Negara Yanura! Aku memang bukan lawanmu, tapi pasti ada yang bisa membunuhmu! Di atas langit masih ada langit!""Oh? Masa?" Tiano memandang ke sekeliling dengan angkuh. "Di mana ahli bela diri seperti itu? Kenapa aku nggak melihatnya? Negara Sakura jelas lebih hebat dari negara kalian!"Usai berbicara, tatapan Tiano tertuju pada Gwen. Hari ini, targetnya adalah putri panglima."Di sini!" Tiba-tiba, terdengar suara seorang pria yang tenang. Tampak Afkar yang sedang meneguk tehnya dengan santai."Hm?" Tiano termangu, lalu segera mengalihkan pandangannya. Para petarung Negara Sakura juga melontarkan tatapan mereka kepada Afkar.Sementara itu
Di hadapan kekuatan yang mutlak, semua trik akan menjadi trik murahan!Teknik tubuh Tiano memang rumit. Ahli bela diri biasa akan kewalahan menghadapinya. Sayangnya, lawannya adalah Afkar!Tulang pergelangan tangan Tiano hancur. Dia merasakan sakit yang sangat menusuk. Seketika, pisau spiral tiga sisi terlepas dari genggamannya.Sebelum Tiano sempat berteriak kesakitan atau melancarkan serangan balik, dia sontak merasakan hawa dingin pada lehernya!Jleb! Pisau spiral tiga sisi yang kini dipegang oleh Afkar telah menembus leher Tiano dengan kejam! Gerakan Afkar sangat cepat hingga Tiano tidak sempat bereaksi.Kemudian, Afkar menendang dada Tiano, membuatnya terhempas begitu saja. Setelah mendarat, Tiano hanya sempat meronta-ronta sesaat. Sesudah itu, tidak ada pergerakan apa pun lagi.Ternyata, selain luka mengerikan pada leher Tiano, dadanya juga penyok akibat tendangan Afkar. Jantung dan paru-parunya hancur. Dia tidak mungkin bisa bertahan hidup lagi.Dengan demikian, seorang ahli bel
Lawan jelas-jelas sudah mencapai tingkat semi-master, tetapi Afkar membunuhnya dengan mudah. Hanya seorang master yang memiliki kemampuan seperti itu!Sebelumnya, Ryasa malah mengatakan dirinya ingin memberi Afkar bimbingan. Sekarang dia merasa malu sekali! Ternyata dia memang hanya anak ayam jika dibandingkan dengan Afkar!Semua orang terkejut melihat Ryasa berlutut kepada Afkar. Mereka bukan pesilat sehingga tidak tahu betapa menakutkannya Afkar. Namun, setelah melihat tingkah Ryasa, mereka bisa menebaknya."Aku bukan master. Aku juga nggak menerima murid." Afkar melambaikan tangannya. Dia tidak tahu kekuatannya sudah mencapai tingkat apa. Yang dia tahu dirinya baru mencapai tingkat pembentukan energi, tingkatan terendah di Mantra Roh Naga.Ryasa merasa kecewa mendengarnya. Ahli bela diri tingkat master memang tidak menerima murid secara sembarangan. Harapannya yang terlalu tinggi. Sementara itu, Afkar yang membantah dirinya adalah seorang master, membuat Ryasa berpikiran bahwa Afkar
Makanya, Sahira menyerah begitu saja melihat David ikut menawar."Eh? Dia juga mau beli? Menarik sekali." Afkar terkejut melihat David menawar harga. Seketika, dia menyunggingkan senyuman misterius. 'Mau beli jimatku ya? Boleh saja! Naikkan dulu harganya!'"Tujuh ratus miliar!" Afkar yang sudah duduk tiba-tiba bangkit kembali.David pun tercengang. Dia mengira dirinya sudah menang, tetapi Afkar tiba-tiba menawar lagi."Tujuh ratus dua puluh miliar!" Begitu Afkar kembali, Sahira juga menawar lagi.David mengedipkan matanya beberapa kali. Pada akhirnya, dia menelepon Noah. "Pak, aku di acara lelang Keluarga Samoa. Ada jimat yang katanya bisa membunuh ahli bela diri tingkat revolusi tahap akhir dalam sekejap. Aku ingin mendapatkannya."Terdengar suara rendah Noah dari ujung telepon. "Jimatnya bisa membunuh ahli bela diri tingkat revolusi tahap akhir dalam sekejap? Serius?"David menganalisis, "Seharusnya benar. Afkar dan seorang wanita sedang menawar secara gila-gilaan. Harganya sudah men
"Barang selanjutnya agak istimewa. Ini adalah jimat yang dititip jual oleh tamu kami. Menurutnya, begitu jimat ini dirobek, pengguna bisa melancarkan serangan yang dapat membunuh ahli bela diri tingkat revolusi tahap akhir!""Kami nggak bisa mengidentifikasi keasliannya, tapi kami yakin energi yang terkandung di dalamnya sangat dahsyat. Pilihan ada di tangan kalian. Harga awal 100 miliar. Lelang dimulai!"Selesai menjelaskan, pembawa acara menarik kain merah yang menutupi jimat itu. Seketika, terlihat Jimat Pencabut Nyawa yang dititip jual oleh Afkar. Kata "mati" di atas seakan-akan memancarkan energi istimewa yang membuat orang bergidik ketakutan."Barang apa itu? Apa benaran sehebat itu?""Bisa membunuh ahli bela diri tingkat revolusi tahap akhir?""Ini pasti tipuan, 'kan? Ahli bela diri tingkatan itu sangat kuat lho! Masa satu jimat saja sudah bisa membunuh mereka?"Orang-orang sibuk bergosip dan meragukan kekuatan jimat itu. Lagi-lagi, suasana menjadi hening. Tidak ada yang berani
"Harga awal giok spiritual ini adalah 440 miliar! Setiap kenaikan harga nggak boleh di bawah 10 miliar. Silakan menawar!"Begitu ucapan ini dilontarkan, kain merah di atas panggung pun disingkirkan. Di atas meja, terlihat sebuah giok seukuran telapak tangan. Warna hijau itu terlihat sangat jernih! Bahkan, ada kilauan berwarna-warni yang terpancar!Mata Afkar pun berbinar-binar. Dia tampak bersemangat. Dia bisa merasakan energi spiritual yang terkandung di dalamnya. Itu adalah giok spiritual yang dicarinya. Namun, Afkar tidak terburu-buru untuk menawar harga. Dia ingin mengamati situasi dahulu.Setelah pembawa acara menjelaskan, suasana menjadi heboh. Beberapa saat kemudian, suasana menjadi hening untuk sesaat."Empat ratus empat puluh miliar untuk sebuah batu giok?""Sekalipun batu giok berkualitas paling tinggi, harganya tetap nggak semahal itu!""Batu giok macam apa ini? Katanya bisa membantu menerobos? Cuma orang bodoh yang mau beli."Banyak orang yang berdiskusi dan tidak tertarik
"Jimat Pencabut Nyawa. Setelah dirobek, jimat ini bisa membunuh ahli bela diri tingkat revolusi tahap akhir ...."Afkar menjelaskan cara pakai dan manfaat jimat itu. Jimat itu adalah buatan Afkar sendiri. Dia menggunakan metode menggambar jimat dalam Jurus Mata Naga, lalu menyegel energi naga di dalamnya. Kekuatan yang terkandung sama dengan 80% kekuatan Afkar.Setelah mendengarnya, pria paruh baya itu berkata dengan ragu, "Aku harus menyuruh orang lain memeriksanya dulu. Aku kurang tahu soal ini."Sesaat kemudian, pria paruh baya itu kembali dengan membawa jimat itu. Dia tersenyum getir dan berujar, "Nggak ada yang bisa mengidentifikasi jimat ini. Tapi, bisa dipastikan ada energi di dalam. Makanya, kami memutuskan untuk menerimanya. Kamu mau dijual dengan harga berapa, Pak?""Paling rendah 100 miliar," jawab Afkar setelah berpikir sejenak."Seratus miliar? Tinggi sekali!" Sudut bibir pria paruh baya itu berkedut mendengarnya."Apa ada masalah? Kalau seefektif yang kubilang tadi, bukan
Dalam sekejap, beberapa hari telah berlalu. Hari ini, dengan ditemani Fadly, Afkar datang ke Rumah Lelang Keluarga Samoa.Di pinggiran barat Kota Nubes, terdapat sebuah vila pribadi seluas ratusan hektar. Ini adalah rumah Keluarga Samoa, sekaligus lokasi lelang. Biasanya, tempat ini tidak terbuka untuk umum, kecuali ada acara lelang.Pukul 8 pagi, banyak mobil mewah terparkir di vila itu. Afkar dan Fadly memarkirkan mobil mereka di luar. Setelah menjalani pemeriksaan, mereka baru memasuki vila."Fad, kamu lagi ada masalah belakangan ini ya?" Setelah berjalan beberapa langkah, Afkar tiba-tiba menatap Fadly yang berjalan di sampingnya dan bertanya demikian. Ketika bertemu Fadly hari ini, Afkar bisa melihat ekspresinya dipenuhi kecemasan."Hah?" Fadly termangu sejenak, lalu menggeleng. "Nggak ada kok! Cuma sedikit masalah kerjaan. Aku bisa mengatasinya sendiri.""Kalau butuh bantuan, kasih tahu saja aku. Aku mungkin bisa membantumu," pesan Afkar."Aku tahu. Kalau ada masalah, aku pasti me
Kaysan akhirnya menyadari apa yang terjadi. Dia menjelaskan, "Banyak makanan nggak beracun, tapi kalau dimakan bersamaan jadi beracun. Logikanya sama dengan fengsui. Kolam, ikan, cermin delapan diagram. Satu saja sudah cukup untuk membawa keberuntungan.""Tapi, kalau disatukan semuanya, ini sama saja dengan strategi membunuh. Siapa sebenarnya yang berniat jahat pada kalian? Kalau nggak ada Pak Afkar, aku rasa keluarga kalian nggak bakal tenang untuk selamanya! Keluarga kalian bisa binasa!"Begitu mendengarnya, Namish dan Reno pun terkesiap. Mereka tidak menyangka hasilnya akan semenakutkan itu."Apa mungkin ini kerjaan desainer itu?" tanya Namish dengan ekspresi masam. Dia tidak mengerti kenapa desainer itu ingin mencelakai mereka. Dia pun bertekad akan mencarinya untuk mengetahui kebenarannya.Reno menatap Afkar dengan heran. "Hei, Pak Kaysan saja nggak menyadari hal ini. Kenapa kamu langsung tahu hanya dengan melihat sekilas? Jangan-jangan kamu sekongkol dengan desainer itu untuk men
"Kamu mau 600 miliar, 'kan? Kami bakal membayarmu kok! Cepat sedikit! Sebenanya kamu bisa nggak sih?" desak Reno yang sungguh panik.Afkar mendengus, lalu sontak mengentakkan kakinya dan melompat turun dari jendela lantai dua. Begitu mendarat, dia tiba-tiba melompat lagi dan menghancurkan cermin delapan diagram di atas pintu. Prang! Cermin itu hancur berkeping-keping!"Apa yang kamu lakukan? Barang itu digunakan itu mencegah energi jahat!" seru Reno dengan kaget sambil menjulurkan kepalanya dari jendela."Nyonya sudah sembuh!" Tiba-tiba, ada yang berteriak demikian. Qaila yang tadinya hendak menggantung diri tiba-tiba jatuh pingsan setelah cermin itu hancur.Namish buru-buru menghampiri untuk memeriksa napas istrinya. Kemudian, dia menghela napas lega. Napas istrinya teratur. Istrinya hanya tidur.Setelah memastikan Qaila baik-baik saja, sekelompok orang itu pun datang ke halaman. Namish segera mengucapkan terima kasih, "Pak, terima kasih banyak!""Nggak usah sungkan-sungkan. Aku juga
Afkar tidur dengan sangat nyenyak. Tiba-tiba, dia menerima panggilan dari nomor tak dikenal."Siapa ini?" tanya Afkar yang masih mengantuk. Dia melihat jam dan ternyata masih tengah malam."Pak Afkar, kamu benaran bisa menolong ibuku?" Terdengar suara panik dari ujung telepon."Hm?" Segera, Afkar tersadarkan. "Reno?""Ya! Ini aku! Kamu benar! Ibuku dalam bahaya! Kamu benaran bisa menolong ibuku?" tanya Reno dengan suara rendah setelah ragu-ragu sejenak. Dia mendapat nomor telepon Afkar dari Cello."Tentu saja bisa! Tapi seperti yang kubilang, kamu harus membayarku 600 miliar kalau mencariku lagi!" timpal Afkar dengan tenang."Oke! Aku bakal bayar 600 miliar!" pekik Reno sambil menggertakkan giginya. Meskipun merasa kesal dengan sikap Afkar, keselamatan ibunya adalah yang terpenting untuk sekarang.Sejam kemudian, Afkar yang dijemput Reno akhirnya tiba di vila Keluarga Manggala. Keluarga Manggala memang kontraktor hebat. Vila mereka sangat luas dan dekorasinya sangat elegan. Ada kolam,
"Baiklah kalau begitu." Kaysan tidak sungkan-sungkan lagi.Namish menyuruh koki menyiapkan makanan lezat. Dia dan Reno menemani Kaysan minum. Suasana sungguh harmonis.Tiba-tiba, terdengar suara dari lantai atas. Saat berikutnya, disusul dengan tangisan wanita. Kali ini, tangisan itu terdengar lebih tajam dari sebelumnya. Semua orang sontak bergidik ngeri.Ekspresi ketiga orang itu berubah drastis. Mereka buru-buru berlari ke lantai dua. Terlihat Qaila yang rambutnya berantakan dan matanya memerah. Air mata terus berderai di wajahnya.Saat ini, Qaila menyatukan kedua kain yang diguntingnya dan menggantungnya di lampu kamar. "Huhu ... huhuhu ...."Sambil menangis, Qaila menginjak ranjang dan memasukkan kepalanya ke dalam tali. Jelas sekali, dia ingin gantung diri!"Sayang!" Namish ketakutan hingga wajahnya memucat. Dia tidak sempat memedulikan rasa takut dalam hatinya lagi dan bergegas maju untuk menghentikan istrinya.Namun, tenaga Qaila sangat besar. Qaila sontak menendangnya dan meng