Lawan jelas-jelas sudah mencapai tingkat semi-master, tetapi Afkar membunuhnya dengan mudah. Hanya seorang master yang memiliki kemampuan seperti itu!Sebelumnya, Ryasa malah mengatakan dirinya ingin memberi Afkar bimbingan. Sekarang dia merasa malu sekali! Ternyata dia memang hanya anak ayam jika dibandingkan dengan Afkar!Semua orang terkejut melihat Ryasa berlutut kepada Afkar. Mereka bukan pesilat sehingga tidak tahu betapa menakutkannya Afkar. Namun, setelah melihat tingkah Ryasa, mereka bisa menebaknya."Aku bukan master. Aku juga nggak menerima murid." Afkar melambaikan tangannya. Dia tidak tahu kekuatannya sudah mencapai tingkat apa. Yang dia tahu dirinya baru mencapai tingkat pembentukan energi, tingkatan terendah di Mantra Roh Naga.Ryasa merasa kecewa mendengarnya. Ahli bela diri tingkat master memang tidak menerima murid secara sembarangan. Harapannya yang terlalu tinggi. Sementara itu, Afkar yang membantah dirinya adalah seorang master, membuat Ryasa berpikiran bahwa Afkar
Para supplier yang hadir di sini punya hubungan kerja sama dengan Safira Farma. Safira Farma memiliki pesanan senilai 2,6 triliun, jadi volume bisnis mereka tentu meningkat dua kali lipat dibandingkan sebelumnya.Bagaimanapun, peningkatan produksi berarti bahan obat yang dibutuhkan juga bertambah banyak."Benar, Bu Erlin yang mengusir mereka! Dengar-dengar semua aset mereka diambil!" sahut salah seorang supplier sambil mengangguk."Sekarang Safira Farma dikelola oleh Renhad, putra kedua Keluarga Safira. Safira Farma sudah nggak ada hubungannya dengan Bu Felicia dan Pak Afkar!" timpal orang lain.Selanjutnya, orang-orang itu sibuk berdiskusi, memberi tahu Sutopo semua yang mereka ketahui.Beberapa saat kemudian, ekspresi Sutopo tampak murka. "Berengsek! Bukankah ini berarti semua yang dilakukan Bu Felicia dan Pak Afkar jadi sia-sia? Malah orang lain yang dapat keuntungan!""Begitulah .... Hais ...." Para supplier menghela napas.Sutopo berucap, "Aku sudah membuat keputusan. Aku nggak ba
"Pesanan yang awalnya 200 miliar, kini mau diubah menjadi 1 triliun. Yang 1 triliun pun minta diubah jadi 2 triliun. Gimana menurutmu?""Tentu saja disetujui! Ternyata masih laku meskipun harganya dinaikkan. Terutama Cahaya Hati, itu adalah obat penyelamat nyawa. Haha!" Ketika mendengar para agen ingin menambah pesanan, Renhad tertawa girang. Dia tidak mungkin melewatkan kesempatan ini."Tapi, takutnya pabrik nggak bisa mengejar pesanan sebanyak ini." Jesslyn mengingatkan."Bukan masalah. Aku bisa telepon ibuku supaya dia menyuruh perusahaan lain ikut serta dalam produksi ini. Mereka bisa mengosongkan beberapa jalur produksi dan memprioritaskan produk Safira Farma.""Bagaimanapun, produk kita sangat laku! Industri lain tentu harus minggir dulu! Pokoknya kita harus bisa mengejar semua pesanan! Haha!"Renhad melambaikan tangannya, lalu langsung menelepon Erlin. Setelah panggilan berakhir, Renhad berkata dengan bangga, "Ibu setuju!""Hore! Ayah memang hebat!" Wajah Viola tampak merah saki
Karena Lukman bersikap begitu sungkan kepadanya, Afkar pun mengobrol beberapa saat dengannya. Setelah berbasa-basi, Lukman menyapa Felicia dan akhirnya berpamitan.Saat ini, Felicia bertanya dengan heran, "Kok kamu bisa kenal Lukman?""Kamu seharusnya tahu kejadian hari itu, 'kan? Aku tahu batu mentah yang disediakan Lukman semuanya nggak berguna. Kalau sampai dia menjualnya kepada Dennis, bukannya Dennis bakal membencinya? Dennis nggak mungkin mau kerja sama dengannya lagi, 'kan? Reputasinya pasti buruk dong? Makanya, dia sangat berterima kasih padaku." Afkar mengedikkan bahunya sambil berbohong."Rupanya begitu?" Felicia mengangguk. Meskipun merasa agak ragu, dia tidak bertanya lagi.Ketika sampai di ruang privat, keduanya tak kuasa termangu. Saat berikutnya, wajah mereka menjadi masam.Afkar dan Felicia mengira mereka sudah datang sangat awal. Siapa sangka, masih ada yang lebih awal dari mereka. Renhad dan keluarganya sudah duduk di dalam ruang privat. Harun dan Gauri juga tampak mu
Renhad mendengus dingin, lalu berniat meninggalkan ruang privat. Meskipun ditakuti oleh Afkar, setidaknya tujuan mereka hari ini tercapai. Mereka berhasil membuat Keluarga Harun marah.Tiba-tiba, ponsel Renhad berdering. Dia mengeluarkan ponselnya, lalu melihat manajer departemen pembelian yang meneleponnya. Seketika, Renhad tidak jadi pergi dan menyalakan pengeras suara supaya semua orang bisa mendengarnya. Dia bertanya, "Ada apa?"Tujuan mereka hari ini adalah menyombongkan diri di hadapan Keluarga Felicia. Karena yang menelepon adalah bawahannya, Renhad pun ingin Harun dan lainnya mendengarnya. Biar mereka tahu selaris apa produk Safira Farma sekarang."Pak Renhad, ada masalah di perusahaan! Bahan obat kita habis!" Yang terdengar malah suara Suranta."Tinggal beli saja! Masa hal sepele begini harus dilaporkan?" balas Renhad dengan kesal. Kemudian, dia tersenyum dan berkata kepada semua orang, "Jumlah produksi meningkat drastis. Wajar kalau bahan baku habis dalam dua atau tiga hari.
Renhad sekeluarga yang tadinya tampak bangga seketika hanya bisa memasang ekspresi suram. Bahkan, terlihat kepanikan pada wajah mereka.Jika tidak ada bahan baku, mereka harus berhenti memproduksi. Tindakan para supplier ini adalah pukulan fatal bagi Safira Farma.Ada begitu banyak pesanan yang menunggu. Jika tertunda, akibatnya akan sangat fatal.Saat ini adalah giliran Felicia dan keluarganya mentertawakan Renhad. Ketika melihat wajah masam Renhad, mereka pun merasa sangat senang.Harun berujar dengan nada datar, "Renhad, Feli susah payah mengelola perusahaan hingga bangkit kembali. Kamu baru menjabat beberapa hari, tapi para supplier sudah ingin berhenti menyuplai bahan baku? Kamu bisa kerja nggak sih?""Aku ... aku ...." Wajah Renhad memucat."Kalian jangan senang terlalu cepat! Aku rasa para supplier itu iri melihat kami kaya begitu cepat. Paling-paling mereka cuma ingin dapat untung!" Sergah Viola.Kemudian, Viola berkata kepada Renhad, "Ayah, sebaiknya kamu yang telepon mereka.
Usai berbicara, Sutopo langsung mengakhiri panggilan."Halo? Halo? Sialan!" maki Renhad saking murkanya.Saat ini, wajah Jesslyn dan Viola pun menjadi sangat suram. Mereka menyinggung orang yang tidak bisa disinggung Sutopo? Siapa? Mereka hanya menyinggung keluarga Felicia dan Afkar si pecundang!Jangan-jangan .... Namun, bagaimana mungkin?"Sutopo ini sudah gila! Ada uang, tapi dia nggak mau! Sayang, coba telepon supplier lain!" gerutu Jesslyn. Namun, dia masih menaruh harapan pada supplier lain.Renhad mengangguk dengan murung. Dia mencoba menelepon supplier lain. "Berengsek!"Hanya dalam beberapa menit, Renhad telah melakukan enam panggilan. Pada akhirnya, dia murka hingga membanting ponselnya ke lantai.Kini, mereka sekeluarga tampak murung. Padahal, tadi mereka memasuki ruang privat dengan angkuh.Saat ini, Gauri tersenyum lebar dan menyindir, "Sepertinya, Tuhan sedang menghukum beberapa orang yang nggak punya moral.""Renhad, Jesslyn, Viola, ayo duduk. Bukannya kalian datang untu
"Ya, siapa yang akan mengusirnya? Mereka punya undangan resmi, mana mungkin diusir?" timpal Harun dengan ekspresi muram.Kemudian, Harun mendengus sebelum melanjutkan dengan dingin, "Satu hal lagi, jangan merasa aku dan ibunya Feli sudah benar-benar merestui kalian! Hmph!"Awalnya, ketika para supplier obat memutuskan hubungan dengan perusahaan farmasi mereka, Harun dan Gauri merasa cukup puas.Hanya saja begitu mendengar tentang acara pertemuan bisnis besok, mereka kembali merasa tidak nyaman. Apalagi ketika mendengar ucapan Afkar yang penuh percaya diri, kedua orang itu menjadi makin ragu.Keluarga Safira memang menerima undangan untuk acara itu, tetapi undangan tersebut tidak lagi berhubungan dengan mereka."Afkar, kenapa kamu bicara seperti itu? Ini cuma acara pertemuan bisnis. Kalau nggak pergi ya sudah, bukan masalah besar. Nggak perlu begitu sama keluarga Paman Renhad," tegur Felicia.Namun, Afkar malah membalas sambil tersenyum, "Sayang, percayalah padaku. Besok, kamu ikut saja
Adapun putra ketiga dan keempatnya, mereka tidak terlalu menyatakan sikap mereka.Martabat Erlin berkali-kali diinjak-injak oleh Felicia dan Afkar. Bahkan, dia harus mendatangi rumah mereka untuk meminta maaf. Kini, Erlin telah bermusuhan dengan keluarga putra pertamanya!Itu sebabnya, dia harus menyokong putranya yang lain untuk bangkit supaya bisa melawan mereka. Satu-satunya yang bisa diharapkan pun hanya putra keduanya, Renhad!....Setelah meninggalkan rumah Keluarga Safira, Renhad masuk ke mobil. Jessyln dan Viola yang menunggu di dalam sejak tadi lantas bertanya dengan tidak sabar, "Sayang, gimana keadaan Ibu? Sudah sekarat ya?"Wajah Jesslyn dipenuhi penantian. Sementara itu, wajah Viola juga dipenuhi ketamakan saat berujar, "Ayah, kamu harus buat Nenek tulis wasiat sebelum meninggal. Semua sahamnya harus jatuh ke tanganmu!"Renhad mendengus, lalu melambaikan tangannya dengan gusar. "Apa yang kalian pikirkan? Ibuku nggak bakal mati dalam waktu dekat ini. Dokter suruh dia istira
Erlin langsung merasa jantungnya berdebar kencang saat melihat ekspresi Renhad. Sikap Renhad membuatnya merasa seolah-olah hidupnya tidak akan lama lagi."Ada apa? Katakan yang sebenarnya!" bentak Erlin dengan marah. Wajahnya memerah, napasnya tersengal-sengal, dan batuk kembali menyerangnya."Bu, benaran nggak apa-apa .... Ibu tenang saja, fokus saja untuk beristirahat dengan baik," ujar Renhad dengan senyum pahit di wajahnya.Erlin memandang putranya dalam-dalam. Setelah terdiam beberapa saat, dia akhirnya menghela napas panjang dan berkata dengan suara berat, "Ah ... usiaku sudah setua ini. Kalaupun terjadi sesuatu, nggak perlu heboh. Hanya saja ... aku nggak rela!"Saat berkata demikian, Erlin menepuk meja dengan keras. Wajahnya dipenuhi kemarahan dan kekecewaan.Seumur hidupnya, dia selalu menjadi sosok yang berkuasa dan ditakuti. Namun pada akhirnya, dia malah dikalahkan oleh cucunya sendiri, Felicia. Bahkan perusahaan farmasi milik Keluarga Safira kini telah lepas dari genggaman
"Harga tinggi? Setinggi apa?" tanya Afkar."Misalnya, mereka membuat sebuah pil obat, harganya bisa mencapai puluhan miliar. Sebuah kitab seni bela diri, harganya bisa langsung menyentuh ratusan miliar ...," jelas Fadly sambil melanjutkan penjelasannya tentang Keluarga Samoa.Keluarga ini memang tersembunyi dan rendah hati, tetapi kekuatan mereka sungguh tidak bisa diremehkan.Mereka memang tidak berbisnis secara terbuka, tetapi Keluarga Samoa sangat kaya. Dalam satu acara lelang saja, mereka bisa meraup keuntungan hingga triliunan bahkan lebih.Selain itu, Keluarga Samoa memiliki banyak ahli bela diri. Mereka kadang menerima tugas-tugas khusus, tetapi harga yang mereka patok juga luar biasa mahal. Tentu saja, kekuatan para ahli yang dikirim oleh Keluarga Samoa sudah tidak perlu diragukan lagi.Meski Ryasa disebut-sebut sebagai ahli bela diri nomor satu di Provinsi Jimbo, besar kemungkinan ada seseorang di Keluarga Samoa yang lebih kuat darinya. Hanya saja, mereka tidak pernah pamer ke
Benar, Felicia memang tahu tentang liontin naga milik Afkar. Awalnya saat Afkar ditabrak oleh mobilnya dan terpental jauh, dia masih menggenggam liontin itu dengan erat. Mana mungkin Felicia tidak mengingatnya?Ketika Sahira mengeluarkan gambar liontin tadi, meskipun Felicia tampak tenang, pikirannya penuh dengan rasa penasaran dan kebingungan.Setelah mendengar ucapannya barusan, ekspresi Afkar langsung berubah. Pandangannya menjadi dingin dan tajam saat dia berkata, "Kamu ngancam aku?"Felicia merasakan perubahan tatapan Afkar dan seketika terdiam. Ekspresi wajahnya memancarkan kekecewaan bercampur ketidakadilan, sambil menatap kesal pada lelaki ini."Aku memang mau ngancam kamu, memangnya kenapa? Kamu berani nggak nurutin perkataanku?"Afkar hanya bisa terdiam sejenak. Entah mengapa, sikap Felicia yang angkuh ini membuat hatinya bergetar."Oke, aku nurut. Nggak masalah, 'kan? Istriku sayang .... Tapi kamu harus bantu aku jaga rahasia ini."Felicia menatapnya dengan kesal, lalu mende
Yola juga ketakutan hingga wajahnya pucat pasi. "Afkar, mengingat aku dan Felicia adalah sahabat, kumohon jangan perhitungan sama aku ya? Tolong selamatkan aku ... aku nggak mau keracunan ...."Orang-orang lainnya juga ikut memohon dengan ketakutan."Hehe, sekarang baru tahu takut? Tenang saja. Racun itu baru saja masuk ke dalam tubuh kalian dan masih berada di saluran pencernaan, belum sempat masuk ke dalam darah.""Begini saja, campurkan bubuk tawas dengan air panas, lalu minum. Setelah itu, paksa diri kalian untuk muntah sampai benar-benar nggak ada lagi yang bisa dikeluarkan," kata Afkar.Begitu ucapan itu dilontarkan, semua orang langsung berhamburan keluar tanpa ragu-ragu. Sementara itu, Alvin dan Cello tampak semakin percaya dan kagum terhadap Afkar. Selanjutnya, Alvin mengajak mereka berpindah ruangan dan makan berempat.Sejam kemudian ....Afkar dan Felicia keluar dari Sriburasa dan bersiap menuju mobil untuk mengantar Felicia pulang. Keduanya berjalan dengan Felicia berada di
Setelah bernapas beberapa kali, Alvin merasakan bau anyir di tenggorokannya."Hoek!" Detik berikutnya, dia memuntahkan seekor cacing berwarna merah."Aaahh!" Adegan ini membuat beberapa wanita di sana yang menyaksikannya langsung berteriak. Sementara itu, beberapa orang lainnya juga tampak terkejut. Mereka merasa merinding dan ketakutan.Setelah itu, ekspresi Alvin akhirnya menjadi normal. Tatapan penuh kasihnya terhadap Sahira juga berubah menjadi ketakutan. Melihat cacing yang dimuntahkannya, Alvin bertanya dengan kaget, "Sahira, ini benaran ulahmu?"Namun, Sahira malah tidak menatapnya sama sekali. Bagaimanapun, Alvin hanyalah sebuah alat baginya. Kini setelah alatnya dihancurkan, Sahira hanya memelototi Afkar dengan marah."Berengsek, kamu terus-terusan menghancurkan rencanaku. Cari mati!" Setelah melontarkan makian itu, ekspresi Sahira menjadi tajam dan tubuhnya langsung berkelebat.Dia menyerbu Afkar dengan telapak tangan yang membentuk pisau. Kemudian, dia menebasnya ke arah leh
Alvin juga merasa agak jengkel terhadap Afkar. "Kak Afkar, apa maksudmu? Apa Sahira atau aku ada salah sama kamu?" tanya Alvin.Felicia juga memandang Afkar dengan bingung, tetapi akhirnya tetap tidak menyentuh gelas anggurnya. Baginya, Afkar bukan tipe orang yang akan bertindak tanpa alasan.Cello yang duduk di sisi lain, sempat ragu sejenak sebelum akhirnya meletakkan kembali gelas anggurnya.Sebagai penerus Grup Akasa, Cello selalu berusaha tetap tenang. Apalagi, Afkar adalah orang yang baru saja menyembuhkan ibunya. Rasa hormat dan kepercayaan terhadap Afkar membuatnya lebih berhati-hati. Jika Afkar melarangnya untuk minum, dia memutuskan untuk melihat situasinya lebih jauh terlebih dahulu.Melihat situasi ini, Afkar tetap tenang. Wajahnya terlihat serius dan suaranya terdengar jelas saat dia menatap Sahira. "Racun Foniks. Salah satu teknik tertinggi dalam ilmu racun dari suku Tahina. Bu Sahira, siapa sebenarnya dirimu? Apa tujuanmu datang ke Kota Nubes?"Begitu kata-kata itu teruc
Mana mungkin Afkar tidak mengenal liontin itu! Liontin berbentuk naga yang ada di gambar itu adalah pusaka keluarga yang diwariskan turun-temurun dari kakeknya ke ayahnya, dan akhirnya kepadanya.Justru karena liontin itu, hidup Afkar mengalami perubahan drastis. Berkat liontin itu pula, dia memperoleh berbagai kemampuan yang dimilikinya sekarang.Saat ini, liontin naga tersebut memang sudah pudar dan kehilangan kilaunya, tetapi Afkar tetap menyimpannya dengan hati-hati di dalam brankas di vila pribadinya. Baginya, benda itu bukan sekadar pusaka, tetapi simbol warisan keluarga yang tak ternilai.Namun, tidak disangka hari ini ada orang yang mencari liontin itu! Yang lebih mengejutkan lagi, orang itu juga bermarga Rajendra, sama seperti dirinya!Meskipun begitu, Afkar tetap bersikap hati-hati. Instingnya memperingatkan bahwa Sahira bukanlah orang yang bisa dipercaya. Ada sesuatu yang tersembunyi di balik senyum manisnya yang tampak polos.Oleh karena itu, dia sama sekali tidak mungkin m
Felicia juga tertawa dan menggelengkan kepalanya. Wajah Yola menjadi merah padam dan langsung menampar Franky. "Berengsek! Beraninya kamu nipu aku? Pergi sana! Buat aku malu saja!"Franky langsung meninggalkan ruangan sambil menutup wajahnya. Namun, begitu dia keluar, dia langsung dihentikan oleh para petugas keamanan yang dibawa oleh Jafar. Ternyata, kartu damon yang dibawa oleh Franky bukan miliknya, melainkan kartu dari salah satu tamu yang hilang."Yola, ada banyak pria baik di Yanura, kenapa kamu malah nyari bule penipu? Bagaimanapun, Keluarga Permono adalah keluarga terpandang di Kota Nubes. Kamu ini putri Keluarga Permono, apa yang mau dibanggakan dari punya pacar bule?""Yang kamu butuhkan itu bukan bule, tapi kebanggaanmu sebagai warga negara Yanura!" ujar Felicia dengan tenang."Kamu ... aku ...." Yola merasa malu hingga ingin melarikan diri. Namun, semua orang yang hadir hari ini adalah keturunan dari para konglomerat di Kota Nubes. Oleh karena itu, Yola juga tidak bisa perg