Renhad sekeluarga yang tadinya tampak bangga seketika hanya bisa memasang ekspresi suram. Bahkan, terlihat kepanikan pada wajah mereka.Jika tidak ada bahan baku, mereka harus berhenti memproduksi. Tindakan para supplier ini adalah pukulan fatal bagi Safira Farma.Ada begitu banyak pesanan yang menunggu. Jika tertunda, akibatnya akan sangat fatal.Saat ini adalah giliran Felicia dan keluarganya mentertawakan Renhad. Ketika melihat wajah masam Renhad, mereka pun merasa sangat senang.Harun berujar dengan nada datar, "Renhad, Feli susah payah mengelola perusahaan hingga bangkit kembali. Kamu baru menjabat beberapa hari, tapi para supplier sudah ingin berhenti menyuplai bahan baku? Kamu bisa kerja nggak sih?""Aku ... aku ...." Wajah Renhad memucat."Kalian jangan senang terlalu cepat! Aku rasa para supplier itu iri melihat kami kaya begitu cepat. Paling-paling mereka cuma ingin dapat untung!" Sergah Viola.Kemudian, Viola berkata kepada Renhad, "Ayah, sebaiknya kamu yang telepon mereka.
Usai berbicara, Sutopo langsung mengakhiri panggilan."Halo? Halo? Sialan!" maki Renhad saking murkanya.Saat ini, wajah Jesslyn dan Viola pun menjadi sangat suram. Mereka menyinggung orang yang tidak bisa disinggung Sutopo? Siapa? Mereka hanya menyinggung keluarga Felicia dan Afkar si pecundang!Jangan-jangan .... Namun, bagaimana mungkin?"Sutopo ini sudah gila! Ada uang, tapi dia nggak mau! Sayang, coba telepon supplier lain!" gerutu Jesslyn. Namun, dia masih menaruh harapan pada supplier lain.Renhad mengangguk dengan murung. Dia mencoba menelepon supplier lain. "Berengsek!"Hanya dalam beberapa menit, Renhad telah melakukan enam panggilan. Pada akhirnya, dia murka hingga membanting ponselnya ke lantai.Kini, mereka sekeluarga tampak murung. Padahal, tadi mereka memasuki ruang privat dengan angkuh.Saat ini, Gauri tersenyum lebar dan menyindir, "Sepertinya, Tuhan sedang menghukum beberapa orang yang nggak punya moral.""Renhad, Jesslyn, Viola, ayo duduk. Bukannya kalian datang untu
"Ya, siapa yang akan mengusirnya? Mereka punya undangan resmi, mana mungkin diusir?" timpal Harun dengan ekspresi muram.Kemudian, Harun mendengus sebelum melanjutkan dengan dingin, "Satu hal lagi, jangan merasa aku dan ibunya Feli sudah benar-benar merestui kalian! Hmph!"Awalnya, ketika para supplier obat memutuskan hubungan dengan perusahaan farmasi mereka, Harun dan Gauri merasa cukup puas.Hanya saja begitu mendengar tentang acara pertemuan bisnis besok, mereka kembali merasa tidak nyaman. Apalagi ketika mendengar ucapan Afkar yang penuh percaya diri, kedua orang itu menjadi makin ragu.Keluarga Safira memang menerima undangan untuk acara itu, tetapi undangan tersebut tidak lagi berhubungan dengan mereka."Afkar, kenapa kamu bicara seperti itu? Ini cuma acara pertemuan bisnis. Kalau nggak pergi ya sudah, bukan masalah besar. Nggak perlu begitu sama keluarga Paman Renhad," tegur Felicia.Namun, Afkar malah membalas sambil tersenyum, "Sayang, percayalah padaku. Besok, kamu ikut saja
Daniel bertanya, "Apa? Jadi, kamu sebenarnya nggak ada kerjaan ya? Aku sudah dengar dari Manda, katanya suaminya Feli itu menantu pecundang. Sekarang, kelihatannya memang benar. Afkar, aku benar-benar iri sama kamu lho."Daniel menambahkan, "Kamu nggak perlu susah-susah bekerja keras sepertiku. Aku ini kepala gudang di perusahaan grosir batu giok. Setiap hari lelahnya bukan main.""Walaupun bosku sangat menghargaiku dan gaji bulananku 100 juta, tetap saja nggak bisa dibandingkan sama gaya hidup santai kamu. Hahaha ...," ucap Daniel sambil terkekeh-kekeh.Kata-kata Daniel yang terkesan santai itu jelas-jelas sedang menyindir Afkar sebagai pria yang hidup bergantung pada wanita.Dalam hati, Daniel merasa iri sekaligus marah. Kenapa pria yang tidak berguna ini bisa menikahi wanita secantik Felicia? Rasa cemburu yang meluap-luap membuatnya melontarkan sindiran secara terang-terangan.Pada saat itu, Amanda mengangkat dagunya dan menoleh pada Felicia. Dia memberi tahu, "Feli, cari suami itu
Batu mentah itu terlihat seperti kualitas terbaik. Hanya saja, ada bekas potongan di permukaannya. Meskipun sudah dipoles, bekas-bekas itu tetap terlihat jelas.Melihat batu mentah itu, mata Gauri langsung berbinar-binar. Dia memang menyukai batu giok dan cukup paham tentang bahan mentahnya. Hadiah ulang tahun dari Daniel ini benar-benar membuatnya tertarik.Daniel memberi tahu, "Bibi Gauri, batu mentah ini diimpor langsung oleh bosku dari Myandar. Karena aku bekerja dengan baik, bosku menghadiahkannya padaku. Aku dengar Bibi suka batu giok, jadi sengaja membawanya ke sini sebagai hadiah ulang tahun.""Dengan kualitas batu ini, besar kemungkinan akan menghasilkan giok berkualitas tinggi. Nanti, Bibi bisa bikin perhiasan atau hiasan sesuai selera," ujar Daniel sambil tersenyum."Bibi Gauri, tahu nggak? Batu ini katanya bisa dilelang sampai puluhan miliar lho. Daniel benar-benar penuh pertimbangan saat memilih hadiah ini," tambah Amanda sambil menggandeng tangan pacarnya dengan bangga."
Gauri sendiri merasa itu tidak mungkin. Sebuah patung Buddha dari giok sebesar itu pasti berharga sangat fantastis. Gauri sama sekali tidak percaya bahwa Afkar bisa mendapatkan hadiah semahal itu untuknya.Sembari berpikir demikian, wanita setengah baya yang masih terlihat anggun itu melirik tajam ke arah Afkar.Gauri bahkan tidak berani melihat patung Buddha itu lebih dekat. Dia takut Julia dan keluarganya akan memeriksa lebih saksama dan membongkar kebohongan Afkar. Itu sebabnya, dia meletakkan patung itu di lantai dengan santai, seolah-olah itu hanya barang biasa."Bu, patung ini asli kok. Ini hadiah dari bos Gunawan Jewelry, Pak Dennis, untuk Afkar!" jelas Felicia yang mencoba membela Afkar."Oh, oke," jawab Gauri dengan setengah hati sambil melambaikan tangan. Namun dari ekspresinya, jelas dia tidak memercayai apa yang dikatakan putrinya.Bahkan, Gauri memberikan Felicia tatapan yang memperingatkan agar tidak melanjutkan pembicaraan.Gauri takut akan makin mempermalukan diri. Denn
Suara Lukman terdengar lembut. Dia menunjukkan sikap yang sangat hormat dan hati-hati. Namun ketika suara itu sampai ke telinga orang-orang di dalam ruangan, rasanya seperti guntur yang menggelegar.Gauri dan Harun membelalakkan mata dan benar-benar tertegun di tempat. Di sisi lain, Julia, Jody, dan Amanda langsung terpaku dengan mulut menganga. Sementara itu, ekspresi mengejek yang tadi terpampang di wajah Daniel, kini membeku seketika.Sebagai bawahan, selama ini Daniel selalu bersikap sangat hormat dan berusaha keras untuk menyanjung Lukman. Bahkan, hal sepele seperti komentar atau kebiasaan Lukman selalu dia ingat dengan detail. Mana mungkin Daniel tidak mengenali suara bosnya?Lukman benar-benar ada di luar pintu? Lebih mengejutkan lagi, dia datang untuk memberikan penghormatan kepada Gauri?"Silakan masuk," jawab Afkar dengan tenang. Berbeda dengan keterkejutan semua orang, Afkar dan Felicia terlihat sangat tenang.Setelah Afkar selesai berbicara, pintu ruang VIP pun terbuka. Luk
Saat itu juga, ekspresi Lukman berubah menjadi sangat muram. Dia berjalan cepat ke arah Daniel dengan amarah meluap.Daniel yang melihat ini langsung panik dan ketakutan. Dia berucap, "Pak ... Pak Lukman, dengarkan penjelasanku. Aku ...."Plak!Sebelum Daniel selesai berbicara, sebuah tamparan keras mendarat di wajahnya dan membuatnya terhuyung."Kamu cari mati ya? Aku sudah suruh kamu buang batu sampah ini, tapi kamu malah berani membawanya untuk menipu ibu mertua Pak Afkar? Jangan sampai aku menghabisimu!" marah Lukman dengan suara geram sambil menggertakkan gigi.Setelah itu, Lukman menoleh ke arah Afkar. Sikapnya langsung berubah menjadi penuh rasa bersalah dan ketakutan. Dia menjelaskan, "Pak Afkar, aku bersumpah ini sama sekali bukan ideku!""Nggak apa-apa, aku tahu," jawab Afkar dengan santai sambil melambaikan tangan.Mendengar jawaban itu, Lukman akhirnya menghela napas lega. Kemudian, dia menunjuk Daniel sambil bertanya dengan nada serius, "Pak Afkar, apa orang bodoh ini puny
Begitu Heru selesai bicara, ekspresi keterkejutan memenuhi wajah para anggota Keluarga Sanjaya. Mereka menatap kepala keluarga mereka dengan penuh ketidakpercayaan."Kakek, kamu ... nggak bercanda? Hanya karena satu Afkar, keluarga kita bisa menghadapi bencana besar?" tanya salah satu anggota inti generasi ketiga Keluarga Sanjaya dengan ekspresi kesal."Benar! Sekalipun Afkar itu kuat, apa dia benar-benar berani bertindak sesuka hati? Noah sudah melarikan diri, lalu dia bisa berbuat apa?" tanya Yuki sambil menggertakkan gigi dengan geram.Dengan ekspresi serius, Heru menimpali, "Kalau Keluarga Sanjaya nggak menunjukkan sikap yang tepat, mungkin Afkar yang marah akan menyeret seluruh keluarga ke dalam masalah!""Mungkin kalian belum tahu, Afkar memiliki lencana naga Yanura yang memberinya hak untuk melakukan pembalasan tanpa batasan. Siapa pun yang berani mengancamnya atau keluarganya, Afkar bisa membunuh mereka tanpa harus bertanggung jawab!""Kalaupun kita menggunakan koneksi kita di
"Target mereka juga adalah kamu! Tiano dan Nobu yang kamu bunuh sebelumnya adalah orang-orang dari Sekte Pedang Bayangan! Mereka datang untuk membalas dendam! Kamu nggak boleh anggap sepele!""Begini saja, untuk sementara waktu, bawa keluargamu ke wilayahku. Aku akan mengatur pasukan untuk melindungimu!""Aku yakin, sekalipun Dewa Duka dan Sekte Pedang Bayangan sangat arogan, mereka nggak akan berani bertindak semena-mena di wilayah pertahanan!"Mendengar ini, Afkar akhirnya mengernyit. Masalah ini terasa semakin merepotkan. Bukan hanya Dewa Duka, sekarang Sekte Pedang Bayangan juga turun tangan?Afkar tidak mengkhawatirkan dirinya sendiri. Dengan kemampuannya sekarang, melawan seorang ahli tingkat pembentukan inti pun dia masih bisa menang.Namun, yang membuatnya khawatir adalah keselamatan orang-orang di sekitar. Dia tidak mungkin berada di sisi Shafa atau Felicia selama 24 jam, sedangkan para ahli dari Dewa Duka dan Sekte Pedang Bayangan bisa muncul kapan saja.Apakah dia harus teru
Alasan Edbert menjelaskan semuanya dengan begitu rinci kepada Afkar adalah karena dia berharap Afkar bersedia mewakili Keluarga Samoa dalam kompetisi!Menurut mereka, Afkar memiliki latar belakang yang sangat kuat. Meskipun berlatih sendiri di luar, kemungkinan besar dia tidak tertarik ikut serta sebagai pesilat independen.Diterima oleh kekuatan besar dari dunia misterius jelas bukan sesuatu yang menarik bagi Afkar. Sekarang, dugaan mereka terbukti benar!Afkar masih muda, tetapi sudah mencapai tingkat pembentukan fondasi tahap menengah. Walaupun bakatnya tampak tidak sebaik Rose, di usianya yang sekarang, itu tetap merupakan pencapaian yang luar biasa.Jika dia bersedia bertarung atas nama Keluarga Samoa, mereka memiliki peluang lebih besar untuk lolos dalam kompetisi.Ditambah dengan Rose, dua orang yang berhasil lolos sudah cukup untuk mempertahankan status Keluarga Samoa di Aliansi Seni Bela Diri Kuno!Namun, setelah mendengar tawaran itu, Afkar hanya tersenyum tipis tanpa memberi
Setelah itu, Afkar tidak berminat meladeni Rose lagi. Dia hanya menoleh ke Edbert dan bertanya, "Pak Edbert, sebenarnya aku ingin tanya sesuatu. Dari mana kalian mendapatkan giok spiritual dan sumber daya kultivasi lainnya?"Dia menambahkan, "Oh, kalau pertanyaan ini sulit untuk dijawab, anggap saja aku nggak pernah tanya."Namun, dalam hatinya, Afkar merasa penasaran.Dari yang dia lihat, Keluarga Samoa tidak memiliki tambang giok spiritual atau sumber daya alam yang luar biasa. Mereka juga tidak terlihat membudidayakan tanaman langka atau harta karun lainnya.Jadi, dia benar-benar ingin tahu dari mana Keluarga Samoa memperoleh sumber daya kultivasi mereka.Di sisi lain, Rose menggigit bibirnya dengan ekspresi kesal saat melihat Afkar mengabaikannya. Dia tidak pernah diperlakukan seperti ini!Edbert tertawa ringan dan menjawab, "Nggak ada yang perlu dirahasiakan. Semua sumber daya kultivasi kami berasal dari Aliansi Seni Bela Diri Kuno."Dia menjelaskan lebih lanjut kepada Afkar, "Ali
Mendengar kata-kata Rose, ekspresi canggung langsung muncul di wajah Edbert dan yang lainnya."Rose, apa yang kamu bicarakan?" tegur Varel dengan ekspresi galak.Edbert tampak malu, lalu buru-buru meminta maaf kepada Afkar, "Pak Afkar, jangan marah! Anakku ini terlalu dimanja sejak kecil. Dia nggak bermaksud seperti itu!"Afkar hanya melambaikan tangan dengan santai. "Aku tahu, nggak masalah."Namun, Rose malah mendengus dingin. "Aku memang bermaksud seperti itu. Kenapa? Apa aku salah? Kakek, Ayah, gimana bisa kalian terpikir menjodohkanku dengannya?""Menurutku, dia cuma orang biasa yang kebetulan punya latar belakang kuat! Dengan sumber daya kultivasi yang begitu baik, dia malah baru mencapai tingkat pembangunan fondasi tahap menengah. Orang seperti ini nggak pantas menjadi suamiku!""Suami yang kuinginkan harus punya bakat luar biasa! Kalaupun nggak memiliki latar belakang kuat, setidaknya dia harus bisa membuktikan dirinya sendiri! Bukan seseorang yang hanya mengandalkan perlindung
Jika Rose bisa menikah dengan Afkar, itu akan menjadi peluang besar bagi Keluarga Samoa untuk mendapatkan perlindungan yang kuat.Setelah mendengar bahwa Afkar suka menjadi menantu matrilokal, keinginan mereka semakin kuat.Sebenarnya meskipun Keluarga Samoa terlihat berkuasa di Kota Nubes, di antara keluarga seni bela diri kuno, mereka termasuk yang terlemah. Bahkan dalam beberapa tahun ke depan, bukan tidak mungkin mereka akan dikeluarkan dari daftar keluarga seni bela diri kuno.Inilah alasan mengapa Edbert dan Varel mulai mempertimbangkan rencana ini, setelah menyadari bahwa Afkar memiliki latar belakang yang misteriusBegitu ucapan itu dilontarkan, ekspresi Rose langsung berubah sedingin es. Sementara itu, Afkar mengusap keringat di dahinya. Dia mengangkat wajah dengan serius dan berucap dengan nada tenang, "Menurutku, cara kalian memandang masalah ini agak keliru!""Aku menjadi menantu Keluarga Safira bukan karena mereka memiliki pengaruh yang besar. Baik Keluarga Safira maupun K
Wanita cantik itu memiliki kulit yang sangat halus dan wajah yang benar-benar memukau. Afkar sudah terbiasa melihat kecantikan Felicia setiap hari dan standar estetikanya sudah cukup tinggi, tetapi dia tetap takjub saat melihat wanita ini.Hanya saja, wajah wanita itu tampak kurang bersahabat. Ekspresinya dingin, seolah-olah seseorang berutang miliaran padanya. Dari sorot matanya, terlihat jelas aura keangkuhan, seolah-olah tidak peduli pada apa pun di dunia ini."Kakek, Ayah!" Setelah keluar, Rose menyapa Varel dan Edbert dengan sopan."Hm, duduklah," kata Varel sambil mengangguk, menunjuk kursi kosong di sebelah Afkar, memberi isyarat kepada Rose untuk duduk di sana.Saat ini, Edbert tersenyum sambil memperkenalkan, "Pak Afkar, ini putriku, Rose. Kalian seumuran, mungkin bisa lebih sering berinteraksi."Kemudian, dia menoleh menatap Rose dan berkata, "Rose, tuangkan minuman untuk Pak Afkar."Rose mengernyit dan tampak enggan, tetapi tetap mengambil teko dan menuangkan minuman ke dala
Setelah kejadian semalam, hubungan antara Afkar dan Felicia kembali menjadi rumit. Keduanya sama-sama menjaga jarak, seolah-olah ada dinding yang memisahkan mereka.Namun, pada saat yang sama, ada benang tak kasatmata yang mengikat mereka berdua. Benang itu mungkin adalah Shafa atau mungkin sesuatu yang lain.Pagi ini, baik Afkar maupun Felicia tidak lagi membahas soal perceraian, seolah-olah masalah itu dikesampingkan untuk sementara waktu."Hahaha! Kehadiran Pak Afkar benar-benar membawa kehormatan bagi Keluarga Samoa!" Begitu memasuki ruang tamu utama, Edbert, langsung menyambut dengan senyuman lebar.Varel yang merasa punya status lebih tinggi, tidak ikut bangkit, tetapi tetap mengangguk ramah ke arah Afkar. Dengan ekspresi ramah, dia berkata, "Ini pasti Shafa, 'kan? Imut sekali.""Halo, Kakek!" sapa Shafa dengan sopan.Beberapa tetua Keluarga Samoa yang hadir juga ikut menyambut Afkar dengan ramah.Saat ini, Edbert memberi isyarat kepada seorang pemuda. "Kamu belum menyapa Pak Afk
Di sisi lain, David menerima kabar dari Qaila bahwa Hantu Senyap telah mati. Jadi, dia segera menyampaikan kabar ini kepada Noah."Apa? Pria tua berjubah merah itu mati? Kok bisa? Jadi, Afkar baik-baik saja?" tanya Noah dengan nada dingin."Ya, Pak, Afkar baik-baik saja! Bajingan itu benar-benar aneh! Tujuh hari yang lalu, Hantu Senyap jelas-jelas telah mencederainya, bahkan memberinya beberapa hari untuk mengurus kematiannya.""Siapa sangka, hanya dalam beberapa hari, Afkar malah membunuhnya! Ini ... benar-benar di luar nalar!"David tak kuasa berdecak, lalu menarik napas dalam-dalam dan meneruskan, "Pak, aku ... nggak berani tinggal di Kota Nubes lagi. Kali ini aku mencoba membunuh putrinya, dia pasti nggak akan membiarkanku hidup. Kalau sampai dia menemukanku, aku ... pasti mati!""Dasar pecundang! Penakut! Masa kamu ketakutan sampai seperti ini?" Noah menggertakkan gigi.David hanya bisa mengutuk dalam hati, 'Memangnya aku nggak boleh takut? Sialan, tentu saja aku takut! Afkar itu