Suara Lukman terdengar lembut. Dia menunjukkan sikap yang sangat hormat dan hati-hati. Namun ketika suara itu sampai ke telinga orang-orang di dalam ruangan, rasanya seperti guntur yang menggelegar.Gauri dan Harun membelalakkan mata dan benar-benar tertegun di tempat. Di sisi lain, Julia, Jody, dan Amanda langsung terpaku dengan mulut menganga. Sementara itu, ekspresi mengejek yang tadi terpampang di wajah Daniel, kini membeku seketika.Sebagai bawahan, selama ini Daniel selalu bersikap sangat hormat dan berusaha keras untuk menyanjung Lukman. Bahkan, hal sepele seperti komentar atau kebiasaan Lukman selalu dia ingat dengan detail. Mana mungkin Daniel tidak mengenali suara bosnya?Lukman benar-benar ada di luar pintu? Lebih mengejutkan lagi, dia datang untuk memberikan penghormatan kepada Gauri?"Silakan masuk," jawab Afkar dengan tenang. Berbeda dengan keterkejutan semua orang, Afkar dan Felicia terlihat sangat tenang.Setelah Afkar selesai berbicara, pintu ruang VIP pun terbuka. Luk
Saat itu juga, ekspresi Lukman berubah menjadi sangat muram. Dia berjalan cepat ke arah Daniel dengan amarah meluap.Daniel yang melihat ini langsung panik dan ketakutan. Dia berucap, "Pak ... Pak Lukman, dengarkan penjelasanku. Aku ...."Plak!Sebelum Daniel selesai berbicara, sebuah tamparan keras mendarat di wajahnya dan membuatnya terhuyung."Kamu cari mati ya? Aku sudah suruh kamu buang batu sampah ini, tapi kamu malah berani membawanya untuk menipu ibu mertua Pak Afkar? Jangan sampai aku menghabisimu!" marah Lukman dengan suara geram sambil menggertakkan gigi.Setelah itu, Lukman menoleh ke arah Afkar. Sikapnya langsung berubah menjadi penuh rasa bersalah dan ketakutan. Dia menjelaskan, "Pak Afkar, aku bersumpah ini sama sekali bukan ideku!""Nggak apa-apa, aku tahu," jawab Afkar dengan santai sambil melambaikan tangan.Mendengar jawaban itu, Lukman akhirnya menghela napas lega. Kemudian, dia menunjuk Daniel sambil bertanya dengan nada serius, "Pak Afkar, apa orang bodoh ini puny
Amanda juga menimpali dengan tidak tahu malu, "Ya, Afkar. Kita ini keluarga. Tolonglah bantu sedikit."Melihat Julia dan Amanda berbicara seperti itu, Jody dan Daniel pun memandang Afkar dengan penuh harap.Di zaman sekarang, mendapatkan pekerjaan dengan gaji bulanan 100 juta itu bukan hal yang mudah. Jika pekerjaan itu benar-benar hilang, Daniel pasti akan merasa seperti hidupnya sudah berakhir.Daniel berbicara sambil memaksakan senyum penuh penyesalan, "Afkar, kamu punya koneksi yang luas. Tadi, aku memang bersalah. Aku salah paham padamu. Jangan perhitungan denganku lagi ya?"Melihat sikap keluarga Julia, Afkar hanya terkekeh-kekeh. Kemudian, dia menoleh ke arah Gauri dan bertanya, "Bu, menurut Ibu gimana? Aku akan ikuti apa yang Ibu putuskan."Mendengar ini, hati Gauri langsung berbunga-bunga. Keluarga Julia yang sebelumnya sombong dan pamer di hadapannya, kini terlihat sangat malu. Hatinya dipenuhi rasa puas, seolah-olah dendam lama terbalaskan. Afkar benar-benar membuatnya bangg
Afkar tidak memiliki nomor telepon Lukman. Namun, Lukman bersikap sangat hormat padanya. Artinya, pria itu berusaha mengambil hati Afkar secara sepihak.Di sisi lain, fakta Afkar bahwa tidak memiliki nomor telepon Lukman menunjukkan bahwa dia tidak merasa hal itu penting.Gauri dan Harun tersenyum lebar. Tidak perlu diragukan, hati mereka sedang dipenuhi kebanggaan.Kedua pria itu sama-sama menantu keluarga, tetapi perbedaan mereka terlalu besar. Hanya dengan meminta, menantunya bisa membantu calon menantu Julia mendapatkan kembali pekerjaannya."Hm? Bibi Julia, Paman Jody? Kenapa kalian bisa ke sini?" Saat ini, Fadly yang baru selesai menyiapkan pesta ulang tahun ibunya masuk ke ruangan bersama beberapa pelayan."Dasar bandel! Akhirnya kamu muncul juga. Bibi Juliamu dan yang lain datang untuk merayakan ulang tahunku, sekalian meminta tolong pada kakak iparmu. Iya, 'kan, Kak?" ucap Gauri dengan wajah berseri-seri."I ... iya!" sahut Julia sambil tersenyum kaku."Haha! Bibi Julia, kalia
"Oke, kalau begitu Kak Sutopo tangani saja. Biar saja produksi obat dengan harga selangit itu dihentikan!" ucap Afkar dengan dingin.Sutopo mengangguk dan menyahut, "Ya! Bukan hanya supplier obat sebelumnya, aku juga akan mengerahkan semua koneksiku agar Safira Farma nggak bisa mendapatkan supplier bahan baku yang baru! Setidaknya aku akan memastikan para supplier di provinsi ini nggak bekerja sama dengan mereka.""Pak Afkar, aku nggak ingin melihat hasil kerja kerasmu menjadi alat untuk meraup keuntungan bagi orang lain," tambah Sutopo dengan lantang."Apa ini ... nggak akan merugikanmu?" tanya Afkar."Nggak masalah! Putraku sendiri adalah pasien leukemia, jadi aku juga membenci harga obat yang mahal. Aku paling benci para pengusaha kejam yang mengeksploitasi pasien demi keuntungan semata! Pak Afkar, kamu nggak perlu khawatir!" sahut Sutopo dengan tegas.Sutopo bertanya lagi dengan nada yang lebih lembut dan raut penuh ekspektasi, "Ngomong-ngomong, apa rencana Pak Afkar dan Nona Feli
Begitu mendengar bahwa dirinya sudah sembuh, kesedihan itu seakan-akan langsung sirna. Wajah Shafa menjadi cerah dan sekujur tubuhnya memancarkan keriangan.Melihat kegembiraan Shafa, tekad Afkar makin bulat. Dia harus mencari tahu apa penyebab kegagalannya!Untuk sementara waktu, Afkar bisa menyalurkan energi naga ke tubuh Shafa secara diam-diam. Dengan begitu, gadis kecil itu akan tetap sehat meski tidak mengonsumsi obat.Shafa tidak akan tahu bahwa dirinya masih sakit. Selama putrinya bisa bergembira dan ceria, Afkar akan melakukan apa pun.....Keesokan paginya.Setelah mengantar Shafa ke TK, Afkar pergi menjemput Felicia di Kompleks Graha. Saat dirinya tiba, Felicia sudah siap.Hari ini, presdir cantik itu mengenakan pakaian olahraga kasual. Penampilannya ini mengurangi kesan dingin yang biasa dipancarkannya. Kini, dia terlihat seperti wanita biasa yang ceria dan penuh semangat."Kenapa kamu berpakaian seperti ini?" tanya Afkar kaget."Ada banyak pekerjaan yang harus kutangani di
Mendengar pernyataan cinta Hendrik, wajah cantik Felicia tetap dingin. Dia langsung melewati Hendrik yang sedang berlutut, lalu membuka pintu mobil dan masuk ke dalam.Brak! Pintu mobil dibanting menutup. Mata Afkar berkilat senang. Entah mengapa, dia diam-diam menghela napas lega.Afkar selalu mengingatkan diri sendiri bahwa mereka bukanlah pasangan suami istri asli. Namun, setelah melalui banyak hal bersama, dia tidak bisa menyangkal bahwa dirinya mulai peduli.Afkar akui, dia merasa sedikit gugup barusan. Di dalam hatinya, dia tidak berharap Felicia menerima pernyataan cinta Hendrik."Feli! Tolong kasih aku satu kesempatan lagi!" ucap Hendrik. Melihat penolakan Felicia, raut wajah lembutnya tiba-tiba mengeras.Hendrik berdiri dan ingin mendekati Felicia lagi. Namun, Afkar akhirnya turun tangan dan langsung mengadang di depannya."Maaf, sepertinya istriku nggak mau bicara denganmu!" ujar Afkar dengan sinis."Istri?" Ekspresi Hendrik seketika berubah dingin. Dia berucap, "Nggak mungki
"Baguslah kalau begitu," ujar Gauri sambil mengangguk lega.Sejujurnya mereka juga tidak bisa membedakan keaslian undangan itu. Namun, mereka percaya pada Afkar."Oh, ternyata kalian benaran berani datang!" Saat itu, tiba-tiba terdengar suara mengejek seseorang.Sekelompok orang yang baru tiba di pintu hotel tanpa sengaja berpapasan dengan Afkar dan yang lainnya. Orang yang berjalan paling depan tidak lain adalah Erlin.Selain itu, ada Renhad sekeluarga, paman ketiga, paman keempat, dan bibi Felicia, serta anggota Keluarga Safira lainnya. Para anggota Keluarga Safira juga ingin memanfaatkan kesempatan dari pertemuan bisnis yang diadakan Johan ini untuk menjaring lebih banyak koneksi.Selain itu, mereka juga ingin berkenalan dengan sebanyak mungkin supplier obat demi mengatasi krisis bahan baku di Safira Farma. Jadi, mereka semua berpakaian formal dan berdandan sebaik mungkin agar terkesan berkelas.Orang yang bicara dengan nada menghina tadi adalah Viola.Renhad menghampiri Harun dan
Tatapan Felicia saat ini terlihat agak tajam, sekaligus ada secercah harapan dan perasaan yang rumit. Dia menatap Afkar tanpa berkedip, seolah-olah menunggu sebuah jawaban.Afkar tertegun sejenak, lalu bertanya dengan wajah bingung, "Apa?"Felicia tersenyum sinis. "Kamu sendiri nggak tahu apa yang sudah kamu lakukan? Aku tanya sekali lagi, apa ada yang ingin kamu jelaskan padaku?"Di hari pernikahan, saat Felicia tiba-tiba melihat foto-foto itu, dia merasakan guncangan hebat di dalam hatinya. Rasa kecewa, hina, dan benci memenuhi dirinya. Dia merasa dirinya telah ditipu habis-habisan oleh bajingan ini.Dia pikir Afkar hanyalah pria playboy murahan yang diam-diam bermain dengan banyak wanita di belakangnya. Namun, sore ini, ucapan tak sengaja dari Freya justru membuat Felicia mulai ragu.Meskipun saat itu Freya segera menyadari sesuatu dan hanya berbicara sampai setengah, dengan instingnya yang tajam sebagai seorang wanita cerdas, Felicia menangkap sebuah petunjuk.Freya sepertinya tahu
'Freya! Kamu ini benar-benar nggak bisa tobat! Sebelumnya bersekongkol dengan Aldo, sekarang kamu bersekongkol dengan David dan hampir membunuh putrimu sendiri!''Apa kamu masih punya hati nurani sebagai seorang ibu? Sekarang semuanya jelas, ternyata waktu itu kamu berpura-pura melindungi Shafa dari pot jatuh hanya untuk bersandiwara!'Selain itu, niat membunuh Afkar terhadap Noah kini telah mencapai puncaknya. Berbeda dengan sebelumnya, saat dia hanya menggunakan Shafa sebagai sandera untuk menekan Afkar!Kali ini, Noah berpikir dirinya telah menghilang sehingga dia berniat membunuh putrinya! Ini benar-benar keterlaluan!'Noah, sepertinya kalau aku nggak membunuhmu, kamu akan terus menjadi ancaman! Pak Heru, jangan salahkan aku! Cucumu sendiri yang cari mati!' Afkar menggertakkan giginya dalam hati.Dulu Heru memohon sambil menangis, jadi Afkar berjanji bahwa dia hanya akan membunuh Noah jika mereka bertemu kembali. Namun, kali ini Afkar memutuskan untuk mencarinya dan menyingkirkanny
Saat ini, Fadly juga mendekat, memeriksa kondisi kakaknya dan Shafa dengan penuh perhatian.Kemudian, dengan wajah penuh semangat dan kekaguman, dia berkata, "Kak Afkar, aku sudah tahu kalau kamu itu tak terkalahkan! Si tua bangka ini kelihatannya hebat, tapi tetap saja mati di tanganmu! Hahaha ...."Afkar terbatuk pelan. "Apa maksudmu mati di tanganku? Dia hanya terpeleset sendiri dan jatuh. Nggak ada hubungannya denganku!"Mendengar ini, Fadly hanya bisa termangu sambil menatap Afkar dengan ekspresi aneh. Orang-orang di sekitar langsung merasa canggung ....Dalam hati, mereka berpikir, 'Pak Afkar, kami mungkin nggak cerdas, tapi bukan berarti bisa ditipu! Seorang ahli yang bahkan nggak bisa dibunuh penembak runduk malah dibilang jatuh sendiri dan mati begitu saja?'Namun, tak seorang pun yang ingin membongkar kebohongan ini. Mereka semua tertawa kecil dan mengangguk setuju untuk berpura-pura percaya.Pada saat itu, Mateo melangkah maju dengan wajah penuh rasa bersalah. "Pak Afkar, in
Bagaimana jika Afkar tahu mereka menunggu di sini, menantikannya berakhir tragis? Bagaimana jika dia memutuskan untuk membunuh mereka juga?Terutama Qaila dan Reno. Mereka begitu ketakutan hingga langsung meninggalkan Kota Nubes malam itu dan melarikan diri ke rumah Keluarga Lufita di ibu kota provinsi untuk mencari perlindungan.Bagaimanapun, mereka terlibat dalam penyerangan ahli Sekte Kartu Hantu terhadap Afkar. Qaila dan Reno sadar bahwa jika mereka tidak melarikan diri, besar kemungkinan Afkar akan datang untuk membalas dendam!Apa pun yang terjadi, yang terpenting adalah mencari tempat aman terlebih dahulu. Sehebat apa pun Afkar, seharusnya dia tidak akan nekat mengejar mereka sampai ke ibu kota provinsi, apalagi menyerbu rumah Keluarga Lufita, 'kan?Sementara itu, kepala pelayan Keluarga Samoa telah menyampaikan kabar kematian Hantu Senyap kepada keluarga."Hantu Senyap mati?" tanya Edbert dengan nada terkejut."Ya, Tuan! Mati dengan sangat tragis!""Gimana dia bisa mati? Afkar
Bam! Pukulan yang dihantamkan oleh Afkar mengandung amarah yang tak terbatas, langsung menghantam dada Hantu Senyap secara brutal.Seperti kata pepatah, siapa yang menabur angin akan menuai badai! Jika Hantu Senyap tidak menggunakan serangan jiwa yang keji dan licik, mungkin dia tidak akan mati secepat ini.Namun, karena jiwanya terkena efek serangan balik, dia kehilangan hampir semua kekuatannya untuk melawan.Dalam sekejap, pukulan Afkar mengenai tubuhnya. Tubuh tua itu terlempar bak karung bekas, melayang jauh di udara.Dadanya remuk, jantung dan paru-parunya hancur. Seorang ahli tingkat pembentukan inti mati seketika di tempat.Tepat pada saat itu, mata Afkar menangkap bayangan samar yang melayang keluar dari tubuh yang sudah hancur itu. Itu adalah jiwa Hantu Senyap. Jiwa itu melayang cepat, berusaha melarikan diri!Mata Afkar sedikit menyipit. Dia mendengus dan membentak, "Kamu nggak layak jadi manusia ataupun jadi arwah! Hancurlah!"Saat berikutnya, Afkar langsung menggunakan tek
Permukaan pusat energi Hantu Senyap memang telah mengeras menjadi bentuk padat, tetapi di dalamnya masih berupa energi cair. Akan tetapi, pusat energi Afkar berbeda. Makin mendekati inti dari pusat energinya, kepadatannya justru makin tinggi.Itu berarti, saat Afkar menembus ke tingkat pembentukan inti, dia akan mulai membentuk intinya dari dalam ke luar. Sementara itu, Hantu Senyap membentuk intinya dari luar ke dalam.Jelas sekali, inti yang terbentuk dari dalam ke luar akan jauh lebih solid dan kuat setelah prosesnya selesai. Inilah yang disebut sebagai pembangunan fondasi sempurna.Hantu Senyap menyaksikan sendiri bagaimana Afkar yang berada di puncak tahap akhir tingkat pembangunan fondasi mampu menekan dirinya yang berada di tingkat pembentukan inti. Dia pun menyadari kemungkinan tersebut."Omong kosong! Pokoknya aku akan menghabisimu!" geram Afkar. Tatapannya menyala penuh semangat tempur."Kamu pikir, kamu bisa membunuhku? Mimpi!" Hantu Senyap meludah darah ke lantai, sementara
Afkar tertawa terbahak-bahak, lalu menerjang ke arah Hantu Senyap dengan penuh semangat tempur. Pada saat ini, tidak ada lagi rasa takut dalam dirinya. Dia ingin melampiaskan semua perasaan terhina yang sebelumnya dirasakannya saat ditindas oleh Hantu Senyap."Eh, jangan sombong!" Ekspresi Hantu Senyap berubah garang saat berucap demikian. Energi dalam tubuhnya bergejolak, darahnya mendidih, dan aura merah pekat meledak keluar dari tubuhnya. Kali ini, dia mengerahkan seluruh kekuatannya tanpa menahan sedikit pun untuk menghadapi Afkar.Buk, buk, buk ....Pertarungan antara dua kekuatan berbeda tingkat pun pecah dalam sekejap. Suara bentrokan antara mereka bergema tiada henti, seperti guntur yang terus mengguncang langit.Di bawah gedung stasiun TV, semua orang yang menyaksikan dari kejauhan menunjukkan ekspresi penuh keraguan dan kebingungan.Harun bertanya dengan cemas, "Apakah itu Afkar yang sedang bertarung?"Fadly berseru dengan serius, "Kak Afkar, bagiku kamu adalah yang terkuat!
Afkar merasa agak bingung. Lawannya jelas memiliki tingkat kultivasi yang lebih tinggi darinya. Secara logika, seharusnya dia tidak bisa menghindar dengan begitu mudah."Papa, semangat!""Afkar, hati-hati!"Dari kejauhan, Shafa dan Felicia yang menyaksikan pertarungan sangat cemas dengan Afkar. Dari sudut pandang mereka, Afkar terus-menerus mundur dan menghindari serangan Hantu Senyap, seolah-olah berada dalam posisi terdesak. Tanpa sadar, keduanya pun mulai khawatir.Mendengar suara mereka, mata Hantu Senyap berkilat. Sebuah ide tiba-tiba muncul di benaknya. Kerutan di wajahnya menjadi makin dalam, lalu senyuman keji mulai terbentuk.Hantu Senyap mencela, "Dasar pengecut! Kali ini, biar kulihat kamu bisa sembunyi ke mana!"Alih-alih melanjutkan serangannya ke Afkar, Hantu Senyap tiba-tiba berbalik dan memelesat menuju Felicia dan Shafa.Melihat ini, ekspresi Afkar berubah drastis. Dalam sekejap, dia mengerahkan seluruh kecepatannya dan bergegas untuk mengadang Hantu Senyap."Hehe! Ter
Felicia tidak ragu sedikit pun. Dia segera menggendong Shafa dan berlari menjauh dari Afkar serta Hantu Senyap secepat mungkin.Felicia tahu bahwa saat ini, baik dirinya maupun Shafa tidak bisa membantu Afkar sama sekali. Tidak menambah beban baginya sudah merupakan bantuan terbesar yang bisa mereka berikan.Hantu Senyap bertanya sambil tersenyum dingin, "Eh, sepertinya lukamu sudah hampir sembuh ya?"Tadi, Afkar sempat melepaskan energi internal yang cukup kuat untuk menghancurkan peralatan siaran langsung. Tindakan itu cukup mengejutkannya.Padahal saat terakhir kali mereka bertarung, Hantu Senyap sudah menghancurkan meridian Afkar dan membuatnya nyaris mati dengan hanya sisa satu tarikan napas. Meskipun tidak mati, pemuda itu seharusnya sudah menjadi cacat.Tidak disangka, hari ini Afkar masih bisa mengeluarkan serangan jarak jauh dengan energi internalnya."Omong kosong! Itu cuma seperti digigit nyamuk, memangnya bisa terasa gatal berhari-hari?" balas Afkar sambil mencibir dengan s