Begitu mendengar bahwa dirinya sudah sembuh, kesedihan itu seakan-akan langsung sirna. Wajah Shafa menjadi cerah dan sekujur tubuhnya memancarkan keriangan.Melihat kegembiraan Shafa, tekad Afkar makin bulat. Dia harus mencari tahu apa penyebab kegagalannya!Untuk sementara waktu, Afkar bisa menyalurkan energi naga ke tubuh Shafa secara diam-diam. Dengan begitu, gadis kecil itu akan tetap sehat meski tidak mengonsumsi obat.Shafa tidak akan tahu bahwa dirinya masih sakit. Selama putrinya bisa bergembira dan ceria, Afkar akan melakukan apa pun.....Keesokan paginya.Setelah mengantar Shafa ke TK, Afkar pergi menjemput Felicia di Kompleks Graha. Saat dirinya tiba, Felicia sudah siap.Hari ini, presdir cantik itu mengenakan pakaian olahraga kasual. Penampilannya ini mengurangi kesan dingin yang biasa dipancarkannya. Kini, dia terlihat seperti wanita biasa yang ceria dan penuh semangat."Kenapa kamu berpakaian seperti ini?" tanya Afkar kaget."Ada banyak pekerjaan yang harus kutangani di
Mendengar pernyataan cinta Hendrik, wajah cantik Felicia tetap dingin. Dia langsung melewati Hendrik yang sedang berlutut, lalu membuka pintu mobil dan masuk ke dalam.Brak! Pintu mobil dibanting menutup. Mata Afkar berkilat senang. Entah mengapa, dia diam-diam menghela napas lega.Afkar selalu mengingatkan diri sendiri bahwa mereka bukanlah pasangan suami istri asli. Namun, setelah melalui banyak hal bersama, dia tidak bisa menyangkal bahwa dirinya mulai peduli.Afkar akui, dia merasa sedikit gugup barusan. Di dalam hatinya, dia tidak berharap Felicia menerima pernyataan cinta Hendrik."Feli! Tolong kasih aku satu kesempatan lagi!" ucap Hendrik. Melihat penolakan Felicia, raut wajah lembutnya tiba-tiba mengeras.Hendrik berdiri dan ingin mendekati Felicia lagi. Namun, Afkar akhirnya turun tangan dan langsung mengadang di depannya."Maaf, sepertinya istriku nggak mau bicara denganmu!" ujar Afkar dengan sinis."Istri?" Ekspresi Hendrik seketika berubah dingin. Dia berucap, "Nggak mungki
"Baguslah kalau begitu," ujar Gauri sambil mengangguk lega.Sejujurnya mereka juga tidak bisa membedakan keaslian undangan itu. Namun, mereka percaya pada Afkar."Oh, ternyata kalian benaran berani datang!" Saat itu, tiba-tiba terdengar suara mengejek seseorang.Sekelompok orang yang baru tiba di pintu hotel tanpa sengaja berpapasan dengan Afkar dan yang lainnya. Orang yang berjalan paling depan tidak lain adalah Erlin.Selain itu, ada Renhad sekeluarga, paman ketiga, paman keempat, dan bibi Felicia, serta anggota Keluarga Safira lainnya. Para anggota Keluarga Safira juga ingin memanfaatkan kesempatan dari pertemuan bisnis yang diadakan Johan ini untuk menjaring lebih banyak koneksi.Selain itu, mereka juga ingin berkenalan dengan sebanyak mungkin supplier obat demi mengatasi krisis bahan baku di Safira Farma. Jadi, mereka semua berpakaian formal dan berdandan sebaik mungkin agar terkesan berkelas.Orang yang bicara dengan nada menghina tadi adalah Viola.Renhad menghampiri Harun dan
Felicia menimpali dengan dingin, "Betul, Nek. Kami punya undangan sendiri, nggak perlu pinjam nama Keluarga Safira!"Mereka sama sekali tidak membutuhkan nama Keluarga Safira. Namun, sikap Erlin barusan sudah membuat mereka antipati."Hm? Kalian juga punya undangan? Gimana mungkin?" ucap Renhad, terlihat tidak percaya.Erlin juga sama ragunya.Saat itu, Jesslyn melihat undangan yang diserahkan Afkar pada satpam. Dia lantas berseru dengan mata berbinar, "Undangannya palsu! Pasti begitu, undangannya beda sama punya kita!"Sambil berkata begitu, Jesslyn mengambil undangan milik Keluarga Safira dari tangan Erlin, lalu memberikannya pada satpam. Dia berucap lagi, "Lihat baik-baik, ini baru undangan yang asli. Undangan miliknya memang terlihat mewah, tapi pasti palsu!"Mendengar itu, Renhad, Erlin, Viola dan yang lainnya juga mengejek dengan sinis."Rupanya itu undangan palsu!""Mau mencoba masuk dengan undangan palsu rupanya?""Kalaupun mau pakai cara ini, setidaknya buatlah undangan yang l
Jika mereka tidak mengenali pria terkaya di Provinsi Jimbo ini, mereka mungkin mengira Afkar mencari seseorang untuk bersandiwara di depan mereka. Bagaimana mungkin? Mengapa Bos Grup Akasa sekaligus pria terkaya di provinsi ini bisa bersikap begitu sopan padanya?"Pak Johan, apa maksudmu? Pikirkan baik-baik. Apa kamu benar-benar ingin menyinggung Keluarga Safira hanya demi pria pecundang ini?" ucap Erlin dengan raut dingin.Johan hanya tersenyum dan membalas, "Tentu saja sudah kupikirkan dengan baik! Kenapa? Keluarga Safira mau menantangku?""Kamu ...." Mendengar ucapan Johan, ekspresi Erlin berubah luar biasa muram. Namun, dia tetap tidak berani berkata-kata kasar.Sebagai orang terkaya di provinsi ini, Johan sangat berkuasa. Sementara itu, Keluarga Safira hanyalah keluarga berpengaruh di Kota Nubes. Mana mungkin pria itu takut pada keluarga mereka?Renhad sekeluarga yang tadi masih mengejek Afkar dan yang lainnya dengan angkuh juga tercengang. Ekspresi anggota Keluarga Safira lainnya
Setelah mengantar Afkar ke aula perjamuan secara pribadi, Johan pergi untuk menangani hal lainnya.Aula itu dipenuhi orang-orang berpengaruh dan terhormat. Mereka semua berbincang dalam kelompok-kelompok kecil.Beberapa berkumpul dengan teman lama, beberapa berkenalan dengan teman baru. Makanan dan minuman di aula disajikan secara prasmanan. Atmosfer pertemuan bisnis cukup baik.Setelah Felicia dan yang lainnya masuk ke aula, banyak orang menyambut kedatangan mereka. Meskipun mereka telah diusir dari Keluarga Safira, Harun masih memiliki beberapa koneksi dengan kalangan elite Kota Nubes.Apalagi, Felicia adalah presdir dingin yang terkenal. Dia selalu menjadi pusat perhatian ke mana pun dia pergi.Felicia dan orang tuanya juga mulai mengobrol dengan para tamu lain. Di sisi lain, Afkar sebenarnya tidak terlalu menyukai acara seperti ini. Dia menghadiri pertemuan bisnis ini hanya demi Felicia.Afkar juga melihat beberapa kenalannya di sini. Ada Lukman, Dennis, dan Harwin, bos perusahaan
Kenapa harus membohonginya? Setelah masalah Freya, Afkar merasa sangat tidak nyaman saat mengalami masalah seperti ini.Setelah kembali ke aula, Afkar duduk dan menuangkan segelas brendi. Dia meneguk dengan cepat. Kali ini, dia tidak menggunakan energi naga untuk melawan alkohol. Dia membiarkan alkohol merenggut kesadarannya, seolah-olah cara ini bisa membuatnya merasa lebih nyaman.Di sisi lain, di kamar 811."Hendrik, sebenarnya apa maumu?" Begitu masuk, Felicia langsung bertanya dengan tatapan yang dipenuhi kemarahan dan kebencian."Feli, kami masih nggak memahami perasaanku? Aku mencintaimu selama ini. Aku nggak pernah berubah! Aku mengira aku bisa melupakanmu kalau fokus pada karier. Rupanya aku salah. Beri aku sekali kesempatan lagi ya? Kita mulai dari awal, oke?" ucap Hendrik dengan sungguh-sungguh dan meraih tangan Felicia.Ketika merasakan kelembutan tangan itu, hati Hendrik tergerak. Dia menatap Felicia yang berdiri di depannya, jauh lebih cantik daripada saat kuliah.Ekspres
Setelah mendengar ancaman Hendrik, ekspresi Felicia menjadi murka dan panik. Dia menemui Hendrik juga karena video itu."Hendrik, kamu rendahan sekali!" Felicia menggertakkan giginya dengan geram. Tatapannya pada Hendrik dipenuhi kebencian.Saat kuliah, Hendrik yang susah payah mengejar Felicia berhasil mendapatkannya. Keduanya pun berpacaran untuk beberapa saat. Hendrik adalah cinta pertama Felicia.Namun, siapa sangka, Hendrik diam-diam menaruh CCTV di apartemen Felicia. Dia merekam banyak aktivitas Felicia, seperti mandi, ganti baju, dan lain-lain.Suatu kali, Hendrik ulang tahun dan Felicia ingin memberinya kejutan. Dia datang ke tempat tinggal Hendrik tanpa mengabarinya.Alhasil, yang dilihatnya malah sesuatu yang tidak senonoh. Hendrik sedang bercinta dengan wanita lain, bahkan di tangannya adalah ponsel yang memutar video keseharian Felicia.Saat itu, Felicia pun tahu bahwa Hendrik telah mengkhianatinya, bahkan diam-diam merekamnya. Karena marah, Felicia menampar Hendrik. Tidak
Wanita cantik itu memiliki kulit yang sangat halus dan wajah yang benar-benar memukau. Afkar sudah terbiasa melihat kecantikan Felicia setiap hari dan standar estetikanya sudah cukup tinggi, tetapi dia tetap takjub saat melihat wanita ini.Hanya saja, wajah wanita itu tampak kurang bersahabat. Ekspresinya dingin, seolah-olah seseorang berutang miliaran padanya. Dari sorot matanya, terlihat jelas aura keangkuhan, seolah-olah tidak peduli pada apa pun di dunia ini."Kakek, Ayah!" Setelah keluar, Rose menyapa Varel dan Edbert dengan sopan."Hm, duduklah," kata Varel sambil mengangguk, menunjuk kursi kosong di sebelah Afkar, memberi isyarat kepada Rose untuk duduk di sana.Saat ini, Edbert tersenyum sambil memperkenalkan, "Pak Afkar, ini putriku, Rose. Kalian seumuran, mungkin bisa lebih sering berinteraksi."Kemudian, dia menoleh menatap Rose dan berkata, "Rose, tuangkan minuman untuk Pak Afkar."Rose mengernyit dan tampak enggan, tetapi tetap mengambil teko dan menuangkan minuman ke dala
Setelah kejadian semalam, hubungan antara Afkar dan Felicia kembali menjadi rumit. Keduanya sama-sama menjaga jarak, seolah-olah ada dinding yang memisahkan mereka.Namun, pada saat yang sama, ada benang tak kasatmata yang mengikat mereka berdua. Benang itu mungkin adalah Shafa atau mungkin sesuatu yang lain.Pagi ini, baik Afkar maupun Felicia tidak lagi membahas soal perceraian, seolah-olah masalah itu dikesampingkan untuk sementara waktu."Hahaha! Kehadiran Pak Afkar benar-benar membawa kehormatan bagi Keluarga Samoa!" Begitu memasuki ruang tamu utama, Edbert, langsung menyambut dengan senyuman lebar.Varel yang merasa punya status lebih tinggi, tidak ikut bangkit, tetapi tetap mengangguk ramah ke arah Afkar. Dengan ekspresi ramah, dia berkata, "Ini pasti Shafa, 'kan? Imut sekali.""Halo, Kakek!" sapa Shafa dengan sopan.Beberapa tetua Keluarga Samoa yang hadir juga ikut menyambut Afkar dengan ramah.Saat ini, Edbert memberi isyarat kepada seorang pemuda. "Kamu belum menyapa Pak Afk
Di sisi lain, David menerima kabar dari Qaila bahwa Hantu Senyap telah mati. Jadi, dia segera menyampaikan kabar ini kepada Noah."Apa? Pria tua berjubah merah itu mati? Kok bisa? Jadi, Afkar baik-baik saja?" tanya Noah dengan nada dingin."Ya, Pak, Afkar baik-baik saja! Bajingan itu benar-benar aneh! Tujuh hari yang lalu, Hantu Senyap jelas-jelas telah mencederainya, bahkan memberinya beberapa hari untuk mengurus kematiannya.""Siapa sangka, hanya dalam beberapa hari, Afkar malah membunuhnya! Ini ... benar-benar di luar nalar!"David tak kuasa berdecak, lalu menarik napas dalam-dalam dan meneruskan, "Pak, aku ... nggak berani tinggal di Kota Nubes lagi. Kali ini aku mencoba membunuh putrinya, dia pasti nggak akan membiarkanku hidup. Kalau sampai dia menemukanku, aku ... pasti mati!""Dasar pecundang! Penakut! Masa kamu ketakutan sampai seperti ini?" Noah menggertakkan gigi.David hanya bisa mengutuk dalam hati, 'Memangnya aku nggak boleh takut? Sialan, tentu saja aku takut! Afkar itu
"Sialan, Afkar ini benar-benar gila! Bahkan orang yang nggak bisa dibunuh dengan senapan runduk pun bukan tandingannya?" seru Raijin dengan takjub.Oloan juga tampak masih dipenuhi ketakutan, "Ya! Untung saja kita nggak menyerang Afkar secara terang-terangan sebelumnya. Kalau nggak, kita juga pasti sudah mati di tangannya!"Mengingat bagaimana mereka berdua sebelumnya terus mencari cara untuk membunuh Afkar, mereka merasa sangat beruntung karena belum sempat bertindak gegabah."Ketua, sekarang gimana? Afkar sehebat ini, gimana kita bisa membunuhnya?" tanya salah satu anggota senior dengan wajah cemas.Mendengar itu, Raijin sontak menempeleng orang itu. "Bunuh apanya? Kamu mau mencelakai kita semua, hah? Nggak jadi dibunuh! Nggak jadi!"Setelah berkata demikian, dia berdeham, lalu berbicara dengan ekspresi serius, "Bukan karena aku takut padanya, tapi membunuh itu adalah seni! Sekuat apa pun Afkar, aku punya banyak cara untuk menghabisinya!""Tapi, alasan aku nggak membunuhnya adalah ka
Tatapan Felicia saat ini terlihat agak tajam, sekaligus ada secercah harapan dan perasaan yang rumit. Dia menatap Afkar tanpa berkedip, seolah-olah menunggu sebuah jawaban.Afkar tertegun sejenak, lalu bertanya dengan wajah bingung, "Apa?"Felicia tersenyum sinis. "Kamu sendiri nggak tahu apa yang sudah kamu lakukan? Aku tanya sekali lagi, apa ada yang ingin kamu jelaskan padaku?"Di hari pernikahan, saat Felicia tiba-tiba melihat foto-foto itu, dia merasakan guncangan hebat di dalam hatinya. Rasa kecewa, hina, dan benci memenuhi dirinya. Dia merasa dirinya telah ditipu habis-habisan oleh bajingan ini.Dia pikir Afkar hanyalah pria playboy murahan yang diam-diam bermain dengan banyak wanita di belakangnya. Namun, sore ini, ucapan tak sengaja dari Freya justru membuat Felicia mulai ragu.Meskipun saat itu Freya segera menyadari sesuatu dan hanya berbicara sampai setengah, dengan instingnya yang tajam sebagai seorang wanita cerdas, Felicia menangkap sebuah petunjuk.Freya sepertinya tahu
'Freya! Kamu ini benar-benar nggak bisa tobat! Sebelumnya bersekongkol dengan Aldo, sekarang kamu bersekongkol dengan David dan hampir membunuh putrimu sendiri!''Apa kamu masih punya hati nurani sebagai seorang ibu? Sekarang semuanya jelas, ternyata waktu itu kamu berpura-pura melindungi Shafa dari pot jatuh hanya untuk bersandiwara!'Selain itu, niat membunuh Afkar terhadap Noah kini telah mencapai puncaknya. Berbeda dengan sebelumnya, saat dia hanya menggunakan Shafa sebagai sandera untuk menekan Afkar!Kali ini, Noah berpikir dirinya telah menghilang sehingga dia berniat membunuh putrinya! Ini benar-benar keterlaluan!'Noah, sepertinya kalau aku nggak membunuhmu, kamu akan terus menjadi ancaman! Pak Heru, jangan salahkan aku! Cucumu sendiri yang cari mati!' Afkar menggertakkan giginya dalam hati.Dulu Heru memohon sambil menangis, jadi Afkar berjanji bahwa dia hanya akan membunuh Noah jika mereka bertemu kembali. Namun, kali ini Afkar memutuskan untuk mencarinya dan menyingkirkanny
Saat ini, Fadly juga mendekat, memeriksa kondisi kakaknya dan Shafa dengan penuh perhatian.Kemudian, dengan wajah penuh semangat dan kekaguman, dia berkata, "Kak Afkar, aku sudah tahu kalau kamu itu tak terkalahkan! Si tua bangka ini kelihatannya hebat, tapi tetap saja mati di tanganmu! Hahaha ...."Afkar terbatuk pelan. "Apa maksudmu mati di tanganku? Dia hanya terpeleset sendiri dan jatuh. Nggak ada hubungannya denganku!"Mendengar ini, Fadly hanya bisa termangu sambil menatap Afkar dengan ekspresi aneh. Orang-orang di sekitar langsung merasa canggung ....Dalam hati, mereka berpikir, 'Pak Afkar, kami mungkin nggak cerdas, tapi bukan berarti bisa ditipu! Seorang ahli yang bahkan nggak bisa dibunuh penembak runduk malah dibilang jatuh sendiri dan mati begitu saja?'Namun, tak seorang pun yang ingin membongkar kebohongan ini. Mereka semua tertawa kecil dan mengangguk setuju untuk berpura-pura percaya.Pada saat itu, Mateo melangkah maju dengan wajah penuh rasa bersalah. "Pak Afkar, in
Bagaimana jika Afkar tahu mereka menunggu di sini, menantikannya berakhir tragis? Bagaimana jika dia memutuskan untuk membunuh mereka juga?Terutama Qaila dan Reno. Mereka begitu ketakutan hingga langsung meninggalkan Kota Nubes malam itu dan melarikan diri ke rumah Keluarga Lufita di ibu kota provinsi untuk mencari perlindungan.Bagaimanapun, mereka terlibat dalam penyerangan ahli Sekte Kartu Hantu terhadap Afkar. Qaila dan Reno sadar bahwa jika mereka tidak melarikan diri, besar kemungkinan Afkar akan datang untuk membalas dendam!Apa pun yang terjadi, yang terpenting adalah mencari tempat aman terlebih dahulu. Sehebat apa pun Afkar, seharusnya dia tidak akan nekat mengejar mereka sampai ke ibu kota provinsi, apalagi menyerbu rumah Keluarga Lufita, 'kan?Sementara itu, kepala pelayan Keluarga Samoa telah menyampaikan kabar kematian Hantu Senyap kepada keluarga."Hantu Senyap mati?" tanya Edbert dengan nada terkejut."Ya, Tuan! Mati dengan sangat tragis!""Gimana dia bisa mati? Afkar
Bam! Pukulan yang dihantamkan oleh Afkar mengandung amarah yang tak terbatas, langsung menghantam dada Hantu Senyap secara brutal.Seperti kata pepatah, siapa yang menabur angin akan menuai badai! Jika Hantu Senyap tidak menggunakan serangan jiwa yang keji dan licik, mungkin dia tidak akan mati secepat ini.Namun, karena jiwanya terkena efek serangan balik, dia kehilangan hampir semua kekuatannya untuk melawan.Dalam sekejap, pukulan Afkar mengenai tubuhnya. Tubuh tua itu terlempar bak karung bekas, melayang jauh di udara.Dadanya remuk, jantung dan paru-parunya hancur. Seorang ahli tingkat pembentukan inti mati seketika di tempat.Tepat pada saat itu, mata Afkar menangkap bayangan samar yang melayang keluar dari tubuh yang sudah hancur itu. Itu adalah jiwa Hantu Senyap. Jiwa itu melayang cepat, berusaha melarikan diri!Mata Afkar sedikit menyipit. Dia mendengus dan membentak, "Kamu nggak layak jadi manusia ataupun jadi arwah! Hancurlah!"Saat berikutnya, Afkar langsung menggunakan tek