Karena Lukman bersikap begitu sungkan kepadanya, Afkar pun mengobrol beberapa saat dengannya. Setelah berbasa-basi, Lukman menyapa Felicia dan akhirnya berpamitan.Saat ini, Felicia bertanya dengan heran, "Kok kamu bisa kenal Lukman?""Kamu seharusnya tahu kejadian hari itu, 'kan? Aku tahu batu mentah yang disediakan Lukman semuanya nggak berguna. Kalau sampai dia menjualnya kepada Dennis, bukannya Dennis bakal membencinya? Dennis nggak mungkin mau kerja sama dengannya lagi, 'kan? Reputasinya pasti buruk dong? Makanya, dia sangat berterima kasih padaku." Afkar mengedikkan bahunya sambil berbohong."Rupanya begitu?" Felicia mengangguk. Meskipun merasa agak ragu, dia tidak bertanya lagi.Ketika sampai di ruang privat, keduanya tak kuasa termangu. Saat berikutnya, wajah mereka menjadi masam.Afkar dan Felicia mengira mereka sudah datang sangat awal. Siapa sangka, masih ada yang lebih awal dari mereka. Renhad dan keluarganya sudah duduk di dalam ruang privat. Harun dan Gauri juga tampak mu
Renhad mendengus dingin, lalu berniat meninggalkan ruang privat. Meskipun ditakuti oleh Afkar, setidaknya tujuan mereka hari ini tercapai. Mereka berhasil membuat Keluarga Harun marah.Tiba-tiba, ponsel Renhad berdering. Dia mengeluarkan ponselnya, lalu melihat manajer departemen pembelian yang meneleponnya. Seketika, Renhad tidak jadi pergi dan menyalakan pengeras suara supaya semua orang bisa mendengarnya. Dia bertanya, "Ada apa?"Tujuan mereka hari ini adalah menyombongkan diri di hadapan Keluarga Felicia. Karena yang menelepon adalah bawahannya, Renhad pun ingin Harun dan lainnya mendengarnya. Biar mereka tahu selaris apa produk Safira Farma sekarang."Pak Renhad, ada masalah di perusahaan! Bahan obat kita habis!" Yang terdengar malah suara Suranta."Tinggal beli saja! Masa hal sepele begini harus dilaporkan?" balas Renhad dengan kesal. Kemudian, dia tersenyum dan berkata kepada semua orang, "Jumlah produksi meningkat drastis. Wajar kalau bahan baku habis dalam dua atau tiga hari.
Renhad sekeluarga yang tadinya tampak bangga seketika hanya bisa memasang ekspresi suram. Bahkan, terlihat kepanikan pada wajah mereka.Jika tidak ada bahan baku, mereka harus berhenti memproduksi. Tindakan para supplier ini adalah pukulan fatal bagi Safira Farma.Ada begitu banyak pesanan yang menunggu. Jika tertunda, akibatnya akan sangat fatal.Saat ini adalah giliran Felicia dan keluarganya mentertawakan Renhad. Ketika melihat wajah masam Renhad, mereka pun merasa sangat senang.Harun berujar dengan nada datar, "Renhad, Feli susah payah mengelola perusahaan hingga bangkit kembali. Kamu baru menjabat beberapa hari, tapi para supplier sudah ingin berhenti menyuplai bahan baku? Kamu bisa kerja nggak sih?""Aku ... aku ...." Wajah Renhad memucat."Kalian jangan senang terlalu cepat! Aku rasa para supplier itu iri melihat kami kaya begitu cepat. Paling-paling mereka cuma ingin dapat untung!" Sergah Viola.Kemudian, Viola berkata kepada Renhad, "Ayah, sebaiknya kamu yang telepon mereka.
Usai berbicara, Sutopo langsung mengakhiri panggilan."Halo? Halo? Sialan!" maki Renhad saking murkanya.Saat ini, wajah Jesslyn dan Viola pun menjadi sangat suram. Mereka menyinggung orang yang tidak bisa disinggung Sutopo? Siapa? Mereka hanya menyinggung keluarga Felicia dan Afkar si pecundang!Jangan-jangan .... Namun, bagaimana mungkin?"Sutopo ini sudah gila! Ada uang, tapi dia nggak mau! Sayang, coba telepon supplier lain!" gerutu Jesslyn. Namun, dia masih menaruh harapan pada supplier lain.Renhad mengangguk dengan murung. Dia mencoba menelepon supplier lain. "Berengsek!"Hanya dalam beberapa menit, Renhad telah melakukan enam panggilan. Pada akhirnya, dia murka hingga membanting ponselnya ke lantai.Kini, mereka sekeluarga tampak murung. Padahal, tadi mereka memasuki ruang privat dengan angkuh.Saat ini, Gauri tersenyum lebar dan menyindir, "Sepertinya, Tuhan sedang menghukum beberapa orang yang nggak punya moral.""Renhad, Jesslyn, Viola, ayo duduk. Bukannya kalian datang untu
"Ya, siapa yang akan mengusirnya? Mereka punya undangan resmi, mana mungkin diusir?" timpal Harun dengan ekspresi muram.Kemudian, Harun mendengus sebelum melanjutkan dengan dingin, "Satu hal lagi, jangan merasa aku dan ibunya Feli sudah benar-benar merestui kalian! Hmph!"Awalnya, ketika para supplier obat memutuskan hubungan dengan perusahaan farmasi mereka, Harun dan Gauri merasa cukup puas.Hanya saja begitu mendengar tentang acara pertemuan bisnis besok, mereka kembali merasa tidak nyaman. Apalagi ketika mendengar ucapan Afkar yang penuh percaya diri, kedua orang itu menjadi makin ragu.Keluarga Safira memang menerima undangan untuk acara itu, tetapi undangan tersebut tidak lagi berhubungan dengan mereka."Afkar, kenapa kamu bicara seperti itu? Ini cuma acara pertemuan bisnis. Kalau nggak pergi ya sudah, bukan masalah besar. Nggak perlu begitu sama keluarga Paman Renhad," tegur Felicia.Namun, Afkar malah membalas sambil tersenyum, "Sayang, percayalah padaku. Besok, kamu ikut saja
Daniel bertanya, "Apa? Jadi, kamu sebenarnya nggak ada kerjaan ya? Aku sudah dengar dari Manda, katanya suaminya Feli itu menantu pecundang. Sekarang, kelihatannya memang benar. Afkar, aku benar-benar iri sama kamu lho."Daniel menambahkan, "Kamu nggak perlu susah-susah bekerja keras sepertiku. Aku ini kepala gudang di perusahaan grosir batu giok. Setiap hari lelahnya bukan main.""Walaupun bosku sangat menghargaiku dan gaji bulananku 100 juta, tetap saja nggak bisa dibandingkan sama gaya hidup santai kamu. Hahaha ...," ucap Daniel sambil terkekeh-kekeh.Kata-kata Daniel yang terkesan santai itu jelas-jelas sedang menyindir Afkar sebagai pria yang hidup bergantung pada wanita.Dalam hati, Daniel merasa iri sekaligus marah. Kenapa pria yang tidak berguna ini bisa menikahi wanita secantik Felicia? Rasa cemburu yang meluap-luap membuatnya melontarkan sindiran secara terang-terangan.Pada saat itu, Amanda mengangkat dagunya dan menoleh pada Felicia. Dia memberi tahu, "Feli, cari suami itu
Batu mentah itu terlihat seperti kualitas terbaik. Hanya saja, ada bekas potongan di permukaannya. Meskipun sudah dipoles, bekas-bekas itu tetap terlihat jelas.Melihat batu mentah itu, mata Gauri langsung berbinar-binar. Dia memang menyukai batu giok dan cukup paham tentang bahan mentahnya. Hadiah ulang tahun dari Daniel ini benar-benar membuatnya tertarik.Daniel memberi tahu, "Bibi Gauri, batu mentah ini diimpor langsung oleh bosku dari Myandar. Karena aku bekerja dengan baik, bosku menghadiahkannya padaku. Aku dengar Bibi suka batu giok, jadi sengaja membawanya ke sini sebagai hadiah ulang tahun.""Dengan kualitas batu ini, besar kemungkinan akan menghasilkan giok berkualitas tinggi. Nanti, Bibi bisa bikin perhiasan atau hiasan sesuai selera," ujar Daniel sambil tersenyum."Bibi Gauri, tahu nggak? Batu ini katanya bisa dilelang sampai puluhan miliar lho. Daniel benar-benar penuh pertimbangan saat memilih hadiah ini," tambah Amanda sambil menggandeng tangan pacarnya dengan bangga."
Gauri sendiri merasa itu tidak mungkin. Sebuah patung Buddha dari giok sebesar itu pasti berharga sangat fantastis. Gauri sama sekali tidak percaya bahwa Afkar bisa mendapatkan hadiah semahal itu untuknya.Sembari berpikir demikian, wanita setengah baya yang masih terlihat anggun itu melirik tajam ke arah Afkar.Gauri bahkan tidak berani melihat patung Buddha itu lebih dekat. Dia takut Julia dan keluarganya akan memeriksa lebih saksama dan membongkar kebohongan Afkar. Itu sebabnya, dia meletakkan patung itu di lantai dengan santai, seolah-olah itu hanya barang biasa."Bu, patung ini asli kok. Ini hadiah dari bos Gunawan Jewelry, Pak Dennis, untuk Afkar!" jelas Felicia yang mencoba membela Afkar."Oh, oke," jawab Gauri dengan setengah hati sambil melambaikan tangan. Namun dari ekspresinya, jelas dia tidak memercayai apa yang dikatakan putrinya.Bahkan, Gauri memberikan Felicia tatapan yang memperingatkan agar tidak melanjutkan pembicaraan.Gauri takut akan makin mempermalukan diri. Denn
Afkar melanjutkan, "Benar, Keluarga Samoa memang takut menyinggung Sekte Langga dan hal itu sama sekali nggak perlu ditutupi. Tapi, aku bisa dengan tegas memberitahumu satu hal. Aku pribadi nggak takut menyinggungmu.""Kalau mengesampingkan latar belakang dan status, kamu sendiri nggak ada apa-apanya di mataku. Jangan bertingkah seperti gadis kecil di sini. Berhentilah marah-marah nggak jelas," sindir Afkar.Mendengar ucapan itu, tubuh Arisa bergetar hebat saking marahnya. Wajah cantiknya juga memerah. Emosinya yang meluap hampir saja membuat luka di dalam tubuhnya kambuh. Bahkan, dia juga nyaris memuntahkan darah.Arisa menggertakkan gigi. Suaranya penuh amarah dan kebencian ketika memaki, "Dasar bajingan! Aku nggak peduli. Pokoknya aku akan bertarung mati-matian denganmu!""Arisa, cukup! Jangan nggak bisa lihat situasi! Cepat ambil Pisau Naga Es dan tukarkan dengan Pedang Es Jiwa! Cepat pergi!" Nada suara Zinia tiba-tiba terdengar lebih tegas dan dingin saat memberi perintah pada Ari
Saat ini, Afkar, Rose, dan Lena perlahan melangkah masuk ke dalam ruangan. Arisa memandang mereka dengan tatapan dingin. Matanya yang penuh kebencian itu tertuju pada Afkar!Sementara itu, Zinia hanya mengangguk ringan, lalu bertanya dengan nada datar, "Ada apa kalian kemari?"Meskipun kata-katanya terdengar biasa saja, tatapannya justru diam-diam berhenti pada pedang yang ada di tangan Afkar. Di dalam hatinya, mulai muncul berbagai dugaan.Tak lama kemudian, Afkar melangkah maju ke depan meja lalu dengan tenang meletakkan Pedang Es Jiwa di atas meja.Melihat itu, Zinia tetap memasang wajah tenang. Dia bertanya datar, "Afkar, apa maksudmu melakukan ini?"Afkar membalas sambil tersenyum, "Tampaknya Pedang Es Jiwa ini sejak awal memang sudah dipersiapkan khusus untuk Nona Arisa dari sekte kalian, 'kan?"Mendengar ucapan itu, Zinia sedikit berdeham. Kemudian, dia menjawab dengan serius, "Itu adalah hadiah bagi peserta yang meraih peringkat pertama dalam uji coba ini. Karena kamu yang mera
Pada saat itu, seiring langit yang makin gelap, sebuah gelombang energi yang aneh mulai menyebar di dalam Lembah Obat. Itu adalah pertanda bahwa tempat rahasia Lembah Obat akan segera ditutup. Artinya, sebentar lagi Afkar dan yang lainnya akan dipaksa keluar dari tempat itu.Satu jam kemudian, di lapangan milik Sekte Langga.Sesuai dengan peringkat uji coba kali ini, hadiah untuk masing-masing posisi mulai dibagikan oleh Zinia. Saat itu, ekspresinya terlihat sangat muram. Jelas sekali dia sedang menahan amarah.Tidak ada satu pun dari mereka yang menyangka, Arisa yang seharusnya bisa dengan mudah meraih peringkat pertama dengan kekuatan solid di tingkat pembentukan inti tahap menengah, justru harus tergelincir di tengah jalan dan hanya bisa duduk di peringkat kedua.Yang lebih mengejutkan lagi, Afkar dan Willy dari Keluarga Samoa tiba-tiba muncul sebagai dua kuda hitam yang mencuri perhatian semua orang dalam uji coba ini.Sementara itu, Tuan Muda Keluarga Darmadi, Logan, justru tidak
Setelah semua orang hampir selesai muntah, Afkar mendengus pelan dan memperlihatkan senyuman dingin. Dia memberi tahu, "Sudah cukup, sepertinya kalian sudah muntah habis-habisan, 'kan? Kalau begitu, sekarang kita masuk ke urusan yang lebih penting!"Kemudian, Afkar menoleh ke arah langit untuk melihat waktu sekilas, lalu berujar dengan nada arogan dan penuh wibawa, "Sekarang, keluarkan semua kantong dimensi kalian. Urutan peringkat dalam uji coba peringkat individu kali ini, biar aku yang tentukan. Semuanya, siapa yang setuju dan menolak?"Begitu kata-kata itu terdengar, wajah semua orang langsung berubah menjadi suram. Tatapan mereka penuh dengan rasa tidak rela dan enggan menerima kenyataan. Namun di depan kekuatan mutlak Afkar, baik rasa marah maupun ketidakrelaan mereka, semuanya tidak ada gunanya.Di antara mereka, Raditya yang merupakan santo dari Sekte Bulan Hitam adalah orang yang bisa dibilang paling cerdas.Setelah tatapannya sempat berkilat sesaat, Raditya pun menjadi orang
Felix menarik napas dalam-dalam sekali lagi, lalu mengerucutkan bibirnya sambil berkomentar, "Waduh, aroma obat dewa ini ternyata cukup menyengat juga."Tepat di saat itu, sebuah bayangan tiba-tiba melompat keluar dari dalam kawah gunung berapi, lalu mendarat dengan mantap di tanah. Begitu kakinya menginjak tanah, seluruh tubuhnya langsung memancarkan aura yang kuat dan kokoh.Melihat sosok itu, semua orang yang ada di sana langsung membuka mulut lebar-lebar. Wajah mereka dipenuhi ekspresi tidak percaya."Afkar?" Arisa sampai menjerit kaget. Wajah cantiknya seketika berubah jadi pucat dan penuh keterkejutan.Lukas dan yang lainnya juga luar biasa terkejut, seolah-olah tidak bisa memercayai apa yang dilihat oleh mata mereka.Di sisi lain, wajah Rose malah dipenuhi rasa senang bercampur haru. Afkar bisa-bisanya muncul lagi? Dia berhasil naik ke atas hidup-hidup?Melihat ekspresi mereka, Afkar tersenyum dengan penuh minat. Dia pun bertanya, "Semuanya, kalian begitu kaget melihatku?""Ke .
Selain kekuatan mutlaknya yang melonjak pesat, Afkar juga dengan sangat gembira menemukan satu hal lain. Teknik Resonansi Bumi yang diperolehnya saat kesadaran atas garis keturunannya terbangun, ternyata ikut mengalami peningkatan dan berevolusi.Ada tambahan efek "gravitasi sepuluh kali lipat". Saat menggunakan kemampuan ini, Afkar bisa menekan musuh dengan gravitasi sepuluh kali lebih berat dari biasanya, sekaligus memberikan serangan mematikan yang luar biasa dahsyat.Begitu melihat efek barunya, reaksi pertama Afkar justru merasa bahwa kemampuan ini agak tidak terlalu berguna. Gravitasi sepuluh kali lipat? Apa hebatnya?Menurut Afkar, dengan kekuatan fisiknya, sekalipun tubuhnya tiba-tiba menanggung beban sepuluh kali lipat, seharusnya tidak akan jadi masalah besar. Namun setelah berpikir lebih dalam, Afkar pun segera menyadari betapa menakutkannya efek dari kemampuan ini.Memang benar, bagi para kultivator, otot dan tulang yang kuat mungkin bisa menahan beban berat hingga sepuluh
Itu sebabnya, Afkar tidak lagi memikirkan hal lain. Dia langsung memilih untuk menelan serta menyerap ganoderma api itu di dalam kawah demi menembus batas kekuatannya.Saat ini, Afkar merasakan sebuah penghalang tak kasatmata yang selama ini menahan dirinya akhirnya pecah pada saat itu.Pada saat yang sama, pusat energi di dalam perutnya mulai mengeras dan berubah menjadi bentuk padat. Sementara itu, energi sejati di dalamnya terkondensasi makin rapat dan murni.Aliran energi sejati di dalam tubuhnya meluap dan menyapu habis seluruh bagian tubuhnya, mulai dari daging, meridian, organ dalam, hingga otot dan tulang.Afkar duduk diam di sana, tetapi ekspresi di wajahnya terlihat meringis karena menahan rasa sakit. Dia bisa merasakan seluruh tubuhnya seolah hendak meledak. Seakan-akan tubuhnya sedang mengalami sebuah proses metamorfosis yang benar-benar mengubah dirinya dari dalam.Kulit Afkar mulai memancarkan kilau sehat. Otot-ototnya terlihat mengeras dan bergerak seperti hidup, sementa
Begitu mendengar ucapan Rose, Cakra langsung menunjukkan ekspresi mengejek dan penuh penghinaan. Dia sepertinya sama sekali tidak memercayai kata-katanya. Orang-orang di sekitarnya juga tersenyum sinis.Pada saat yang sama, Arisa menelan satu butir Pil Pemulih Agung. Dia berusaha mempercepat pemulihan luka-luka di dalam tubuhnya.Sambil memandang ke arah Rose, Arisa menggertakkan giginya dan mengejek dengan suara dingin, "Dari mana kamu dapat keyakinan itu? Kamu pikir dia masih bisa naik ke sini? Sejak dia jatuh ke bawah, nggak ada suara pertempuran sama sekali.""Apa kamu benar-benar mengira makhluk buas itu sudah dibunuh olehnya dalam sekejap? Jangan-jangan, kamu lebih memilih percaya bahwa dia bisa rukun sama makhluk buas itu?" tanya Arisa.Rose menggigit pelan bibirnya. Matanya penuh waspada saat menatap semua orang di sekelilingnya, lalu dia menjawab pelan, "Mungkin saja, dua-duanya sangat memungkinkan."Rose tahu betul sejak Afkar terlempar jatuh ke dasar kawah, dirinya sekarang
Di hadapan Afkar, seekor makhluk buas perlahan muncul. Bentuknya mirip seekor kadal raksasa. Seluruh tubuhnya dilapisi sisik tebal berwarna merah menyala. Untuk sementara, Afkar menyebutnya sebagai kadal api raksasa.Dengan mata merah membara, makhluk itu menatap Afkar penuh nafsu dan kegilaan haus darah. Aura buas yang ganas seolah-olah langsung menekan dari depan.Setelah merasakannya dari jarak sedekat ini sekarang, Afkar makin yakin bahwa kekuatan makhluk ini jelas jauh melebihi puncak tahap akhir tingkat pembentukan inti."Sialan! Dasar Tua Bangka Gila terkutuk! Dia jelas-jelas mau mencelakaiku!" maki Afkar sambil menggertakkan gigi. Dalam hatinya, dia sudah bersiap untuk bertarung mati-matian melawan kadal api raksasa ini.Hanya saja saat Afkar melepaskan aura kuatnya dan mulai bersiap melawan, kadal api raksasa itu tiba-tiba mengeluarkan beberapa suara seperti rintihan. "Raur ...."Saat berikutnya, makhluk raksasa itu malah menunduk dan rebah di tanah seperti seekor anjing pelih