"Cepat, kita ikuti dia! Jangan biarkan dia lolos begitu saja! Itu pasti kartu curian!" seru Jackson."Makan di rooftop? Pintar sekali membual! Memangnya dia berani?""Kebetulan Pak Bayu lagi ada acara di rooftop. Kalau dia berani naik, kita buat dia malu di sana!""Tenang saja, dia nggak bakal berani! Aku rasa dia mau kabur dari lantai lain!""Ayo, kita ikuti dia!"Sekelompok orang itu bergegas berlari untuk mengikuti Afkar masuk ke lift. Jackson hendak masuk, tetapi ponselnya tiba-tiba berdering."Kak Farel," panggil Jackson dengan sopan dan ramah. Nada bicaranya yang tidak biasa ini membuat orang merinding mendengarnya.Farel tidak lain adalah salah satu dari dua pemuda terhebat di Kota Nubes. Dia punya kuasa besar, merupakan keturunan resmi Keluarga Subroto. Keluarga cabang seperti Jackson tidak akan bisa dibandingkan dengannya."Kamu sudah sampai?" tanya Farel."Sudah, sudah," timpal Jackson buru-buru."Cepat juga. Kalau begitu, ikut aku tunggu di depan pintu. Kita sambut tamu terh
Ketika melihat Afkar memasuki ruang privat itu dengan santai, orang-orang merasa makin heran. Afkar begitu tak kenal takut karena punya sokongan atau karena bodoh?Tebersit kecurigaan pada tatapan Aruna. Jangan-jangan, Afkar adalah tamu terhormat itu? Kakek menyuruhnya menemui seorang pemuda. Apa mungkin Afkar orangnya?Jika itu benar, bukannya kakeknya ini terlalu tidak masuk akal? Dari pakaian Afkar, ditambah lagi statusnya sebagai menantu Keluarga Safira, Aruna tidak bisa menerimanya.Aruna dan Naufal bertatapan, begitu juga teman-teman mereka."Jangan-jangan dia memang tamu terhormat itu?""Nggak mungkin! Ini nggak mungkin!""Menantu pecundang Keluarga Safira nggak mungkin adalah tamu terhormat Pak Bayu!"Saat berikutnya, semua orang menatap Afkar dengan penuh keengganan dan berharap dugaan mereka tidak benar."Pak, siapa namamu?" tanya seorang staf wanita dengan sopan saat melihat Afkar menghampiri."Namaku Afkar," sahut Afkar dengan nada datar.Saat ini, pintu ruang privat dibuka
Heru tertawa terbahak-bahak. "Afkar, biar kuperkenalkan dulu. Ini Pak Johan dari Grup Akasa. Istrinya menderita leukemia akut dan nggak bisa ditolong lagi.""Untungnya, kamu memberiku beberapa sampel obat untuk leukemia. Aku pun memberikannya kepada Pak Johan. Siapa sangka, istrinya berhasil bertahan hidup, bahkan kondisinya nggak pernah sestabil ini."Afkar pun memahami apa yang terjadi. Dia bertanya dengan terkejut, "Kamu Pak Johan, orang terkaya di Provinsi Jimbo?"Pantas saja, Afkar merasa orang ini agak familier. Dia memang tidak pernah bertemu Johan, tetapi sering melihatnya di televisi."Orang terkaya apanya? Aku nggak sehebat itu. Pak Afkar, kamu penyelamat kami. Sebagai bentuk balas budi, aku akan memberimu saham Grup Akasa sebesar 20%. Tolong diterima." Usai berbicara, Johan menyerahkan surat pengalihan saham kepada Afkar.Sebagai orang terkaya di Provinsi Jimbo, Johan berbeda dengan para orang kaya yang memiliki latar belakang. Dia memulai semuanya dari nol. Istrinya juga me
Izora juga menyadari dirinya salah bicara. Afkar awalnya tidak mengungkit apa-apa. Namun, perkataan Izora malah memancingnya.Afkar bisa memanfaatkan topik pembicaraan ini untuk mengadu kepada Bayu bahwa para anak muda ini menghinanya barusan.Izora seketika ingin menangis. Dia hampir menampar mulutnya yang sulit dijaga ini. Bayu bukan orang yang bisa disinggungnya. Menghina tamu VIP Bayu akan membuat keluarganya bernasib sial.Selain itu, keluarganya punya bisnis batu giok dan perhiasan. Mereka sering berbisnis dengan Grup Akasa. Bisa dibilang bisnis mereka mengandalkan Grup Akasa.Sementara itu, pria di depan mereka adalah Johan, orang terkaya di Provinsi Jimbo. Johan jelas-jelas menyebut bahwa Afkar adalah penyelamatnya, bahkan ingin memberikannya saham. Bisa dilihat betapa Johan menghargai Afkar.Itu artinya, Izora juga telah menyinggung Johan. Bisnis keluarganya mungkin akan terpengaruh. Jika Johan marah, Grup Akasa mungkin akan memutuskan semua kerja sama dengan mereka.Ada pun t
Meskipun memaki demikian, Karen sama sekali tidak merasa kesal. Dia justru merasa bangga dan senang.Ini karena Karen merasa sangat berterima kasih pada Afkar dan punya kesan baik padanya.Karen baru berlatih Sutra Hati Foniks selama seminggu lebih, tetapi kekuatannya telah menerobos tingkat gulita. Bulu tubuh yang membuatnya merasa malu pun berangsur hilang. Kulitnya menjadi makin mulus.Hari ini, Karen pun memberanikan diri memakai terusan. Dia terlihat sangat menawan. Sudah lama Karen tidak menampilkan pesona wanitanya dengan percaya diri."Uhuk, uhuk." Saat ini, Bayu terbatuk dan memperkenalkan, "Afkar, kuperkenalkan dulu. Ini cucuku, Aruna. Kalian sama-sama masih muda. Pasti cocok kalau ngobrol."Heru yang berdiri di samping mencebik. Dia tahu Bayu merasa iri melihat kedekatan Afkar dengan Karen.Aruna menggigit bibirnya, lalu maju selangkah untuk menjulurkan tangan kepada Afkar. "Pak Afkar, salam kenal.""Salam kenal." Keduanya berjabat tangan, lalu segera melepaskan tangan. Bayu
Saat ini, Aruna, Izora, Naufal, dan lainnya ingin sekali maju untuk menahan Jackson. Sudah syukur Afkar tidak mencari masalah dengan mereka, tetapi Jackson membuat onar lagi.Apa pria ini bodoh? Sebelum berkoar-koar, apa dia tidak bisa melihat situasi di depan mata? Dia tidak bisa melihat Afkar duduk bersama mereka di sini?"Kak Farel, kamu ...." Jackson ditampar hingga terdorong beberapa langkah. Sambil memegang pipinya, dia tampak sangat bingung."Buka matamu lebar-lebar! Pak Afkar adalah tamu terhormat Kakek! Pasti kamu telah menyinggung Pak Afkar tadi, 'kan?" Ekspresi Farel tampak galak. Dia meraih kerah baju Jackson.Dari hasutan Jackson tadi, Farel bisa membayangkan bagaimana sikap Jackson terhadap Afkar."Huh!" Bayu mendengus, lalu menatap Aruna, Izora, dan lainnya. Sejak awal, dia sudah merasakan ada yang terjadi di antara Afkar dan para anak orang kaya ini.Hanya saja, Afkar menutupi semuanya dan Bayu tidak mengusutnya. Kini, Jackson malah memaki dan mengancam Afkar. Bagaimana
Saat berikutnya, Farel melambaikan tangannya untuk menginstruksi bawahannya maju."Jangan! Jangan .... Aku sudah tahu aku salah! Aku menyesali perbuatanku! Aku nggak akan mengulanginya lagi!" Seiring terdengarnya teriakan histeris, kedua kaki Jackson pun dipatahkan. Kemudian, dia diseret keluar.Bayu tersenyum minta maaf, lalu mempersilakan orang-orang untuk duduk lagi. Kemudian, dia berkata kepada Afkar, "Afkar, dasar kamu ini. Kamu malah memaafkannya begitu saja."Bayu makin mengagumi Afkar. Bukan hanya punya kemampuan medis yang hebat, tetapi Afkar juga sangat murah hati. Jarang sekali ada pemuda seperti Afkar."Ya! Cuma pemuda seperti Pak Afkar yang bisa memproduksi obat sehebat Cahaya Hidup. Berkat Pak Afkar, banyak penderita leukemia yang sembuh. Aku akan bersulang untukmu!" puji Johan. Heru dan Bian juga menatap Afkar dengan tatapan penuh kekaguman."Nggak sehebat yang kalian bilang." Afkar merasa agak malu. Dia mengangkat gelasnya untuk bersulang dengan semua orang.Setelah sua
Saat ini, Freya membawa Shafa ke mobil. Dia tidak tahu ada dua pasang mata yang sedang mengawasinya."Kak Fad, Shafa dibawa pergi. Apa kita harus menghentikan orang itu?" tanya Jarel yang menelepon Fadly."Siapa orangnya?" Suara Fadly terdengar agak gugup. Jelas sekali, dia merasa cemas."Mantan istri Pak Afkar. Namanya Freya," timpal Jarel.Begitu mendengar nama Freya, Fadly merasa agak lega. "Ibu Shafa?"Namun, Fadly pernah menyelidiki tentang Afkar. Dia tahu Freya bukan wanita baik-baik. Fadly mendengus dan bertanya, "Ngapain dia bawa Shafa?""Kami juga nggak tahu. Gimana, Kak? Kita harus ikuti mereka nggak?" tanya Jarel.Fadly berpikir sejenak sebelum menginstruksi, "Ikuti dia! Freya bukan wanita baik-baik. Dia sangat kejam. Dia nggak mungkin datang tanpa alasan. Kalian ikuti dia dulu, lalu beri tahu aku lokasinya. Aku bakal ke sana."Kini, Fadly sangat menjaga Shafa. Dia langsung ingin turun tangan, padahal bisa dibilang ini bukan masalah besar. Shafa adalah putri kakak iparnya, j
Apalagi, Keluarga Permono pernah bekerja sama dengan Keluarga Samoa. Mereka sangat memahami betapa kuatnya fondasi Keluarga Samoa.Jika tidak, Victor tidak akan merendahkan dirinya seperti ini di hadapan seorang pengurus Keluarga Samoa."Gulzar pasti baik-baik saja. Ya, pasti," ucap Victor berulang kali."Ya, ya, Gulzar pasti akan selamat!" Yola juga berdoa untuk keselamatan Gulzar.Namun, Gael hanya membalas, "Semoga begitu!"Saat ini, beberapa orang berjalan mendekat dengan santai. Begitu melihat mereka, Yola, Victor, Gael, serta para pengawal Keluarga Permono langsung menunjukkan ekspresi tidak ramah."Afkar, Felicia? Apa yang kalian lakukan di sini?" tanya Yola dengan dingin.Gael menatap Afkar sambil bertanya, "Bocah, aku sedang sibuk dan nggak punya waktu untukmu. Kamu malah sengaja muncul di hadapanku ya?"Afkar tersenyum dingin. "Barusan aku dengar kalian berdoa agar pemuda di dalam sana selamat, 'kan? Heh, sayang sekali .... Aku harus memberitahumu, rumah sakit ini nggak akan
Afkar sebelumnya sempat melirik kondisi pemuda itu dan yakin bahwa rumah sakit tidak akan mampu menyelamatkannya.Dilihat dari sikap Yola dan ayahnya, Afkar merasa ini adalah kesempatan untuk memanfaatkan keadaan. 'Kalian ingin pemuda itu tetap hidup? Oke, mari kita lihat sejauh apa mereka akan bersandiwara!'Selanjutnya, Afkar melanjutkan proses penyembuhan Mateo. Dia terus menyalurkan energi naga ke tubuh Mateo, sekaligus menggunakan teknik akupunktur "Sembilan Vitalitas" dari Kitab Kaisar Naga.Mateo yang awalnya berada di ambang kematian menurut ilmu medis modern, perlahan-lahan menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang luar biasa.Entah berapa lama kemudian, Mateo akhirnya bangun dan turun dari ranjang. Meskipun wajahnya masih agak pucat, dia sudah mampu untuk berdiri dan berjalan."Sekarang kamu cuma perlu istirahat beberapa hari dan semuanya akan pulih sepenuhnya," ucap Afkar sambil tersenyum.Mata Mateo berkaca-kaca. Dia memandang Afkar dengan penuh rasa syukur. Sesaat kemudian, d
Melihat situasi itu, Felicia segera menarik Shafa ke samping. Tatapannya penuh kemarahan saat menatap pihak lawan. Dia tidak menyangka mereka begitu arogan, langsung menyerang tanpa peringatan.Afkar hanya mendengus dingin. Satu tangannya tetap fokus menyalurkan energi naga ke tubuh Mateo, sementara tangan lainnya diangkat untuk menangkis serangan.Bam! Suara benturan keras terdengar disertai dengan getaran udara. Lengan bawah Afkar sontak bertabrakan dengan tulang kering pria berbaju putih.Tap! Tap! Tap! Pria berbaju putih itu mundur tiga langkah sebelum akhirnya bisa berdiri dengan stabil. Sebaliknya, Afkar tetap duduk tegak seperti gunung yang tak tergoyahkan."Kalau mau bersikap sombong, setidaknya becermin dulu! Sudah kubilang, temanku masih butuh perawatan di sini. Pergi sana!" Suara Afkar dingin tetapi berwibawa, menunjukkan posisinya.Wajah pria berbaju putih berubah serius. Dia menatap Afkar dengan mata berkilat ragu. "Bocah, kamu tahu siapa yang sedang kamu lawan?""Tuan mud
Tampak direktur unit gawat darurat masuk dengan tergesa-gesa, ekspresinya penuh dengan ketidaksabaran dan kecemasan!Di belakangnya, beberapa tenaga medis mendorong ranjang rumah sakit darurat. Di atas ranjang itu, terbaring seseorang yang tubuhnya berlumuran darah dan terlihat dalam kondisi sangat kritis.Di samping dan belakangnya, ada banyak orang yang mengikuti. Masing-masing menunjukkan wajah penuh kekhawatiran."Cepat! Selamatkan tuan muda kami!" Seorang pria paruh baya yang berpakaian rapi terus berteriak dengan keras."Kenapa di ruang gawat darurat ini masih ada orang lain? Cepat usir mereka keluar!" Terdengar suara seorang wanita yang tajam, kasar, dan arogan."Siapa mereka? Suruh mereka pergi sekarang juga! Kalau sampai pengobatan tertunda, rumah sakit ini akan menerima akibatnya!" Pria paruh baya lainnya yang mengenakan setelan formal, juga berbicara dengan arogan.Mendengar keributan itu, Afkar yang sedang merawat Mateo pun perlahan-lahan menoleh dengan tatapan dingin. Mata
"Ya sudah, jangan nangis lagi. Papa akan masuk dan melihatnya. Papa nggak akan membiarkan Paman Mateo meninggal."Afkar menghapus air mata Shafa, lalu segera memasuki ruang gawat darurat. Felicia mengikuti di belakangnya.Saat itu, dokter yang baru saja keluar dari ruangan hanya bisa menggeleng mendengar perkataan Afkar. Mereka mengira Afkar hanya berusaha menenangkan anaknya."Kalau pasien masih bisa selamat dalam kondisi ini, berarti dia seorang dewa! Kami saja nggak bisa menyelamatkannya, apa yang bisa dia lakukan?" Kepala dokter itu mencibir, merasa tidak senang dengan pernyataan Afkar.....Di dalam ruang gawat darurat, Mateo terbaring di sana. Darah masih mengalir perlahan dari mulut dan hidungnya.Beberapa alat medis dan tabung telah dilepas, hanya selembar kain putih yang menutupi tubuhnya. Jelas, pihak rumah sakit telah menyerah untuk menyelamatkannya dan langkah berikutnya adalah mengurus jenazahnya.Namun, seolah-olah merasakan sesuatu atau mungkin itu adalah momen terakhirn
Beberapa SUV melaju di jalan menuju ibu kota provinsi dari Kota Nubes. Di salah satu mobil, Noah memegang wajahnya dengan ekspresi dipenuhi keengganan dan kebencian. Matanya tampak tajam dan menyeramkan."Dasar pria tua bangka! Kamu tega memukulku demi orang luar!" Noah menggeram dengan penuh kebencian.Kemudian, dia menatap tajam ke arah David yang duduk di sebelahnya sambil berkata dengan galak, "Kamu keluar dari mobil!"David terkejut dan bertanya dengan takut, "Pak ... ada apa?""Aku ingin kamu tetap tinggal di Kota Nubes. Manfaatkan mantan istri Afkar untuk memisahkan dia dari Felicia!" Tatapan Noah berkilat tajam.Mendengar ini, ekspresi David tampak cemas dan takut. "Tapi ... Afkar akan membunuhku kalau aku melakukan itu.""Diam! Aku nggak menyuruhmu bertarung dengannya! Kalau kamu menolak, akan kubunuh kamu sekarang juga! Jangan pikir Afkar akan mengampunimu meskipun kamu nggak membantuku!" maki Noah sambil mencengkeram rambut David.Dengan tubuh gemetaran, David akhirnya menga
Dengan wajah penuh rasa malu dan bersalah, Heru memohon dengan tulus, "Aku sudah menyuruhnya pergi. Aku tahu kalau kalian bertemu, kamu pasti akan membunuhnya! Tapi, dia cucuku!""Pak, aku sudah menghukumnya dengan keras dan Keluarga Sanjaya akan memberi kompensasi besar sebagai permintaan maaf. Karena Bu Felicia dan putrimu nggak terluka, apa kamu bisa mengampuni Noah demi aku? Aku rela kehilangan martabatku!"Karen menggigit bibirnya dan berkata kepada Afkar dengan suara lembut, "Afkar, kujamin Kak Noah nggak akan melakukannya lagi! Demi hubungan kita, apa kamu bisa mengampuni nyawanya? Kakek sebenarnya berniat ...."Karen memberi tahu rencana Heru kepada Afkar, "Kak Noah sebenarnya impoten, makanya mentalnya agak bermasalah. Dia sebenarnya agak kasihan! Dia pasti khilaf. Apa kamu ... bisa mengampuninya?"Mendengar ini, senyuman dingin muncul di wajah Afkar. Dengan gigi terkatup, dia berkata, "Dia kasihan? Lalu, gimana dengan korbannya? Bukankah mereka lebih kasihan? Penyakit bukan a
Saat melihat Noah diusir oleh kakeknya sendiri, Felicia awalnya terkejut. Namun, dia segera merasa bangga! Dia merasa bangga karena suaminya! Meskipun Afkar tidak datang, dia tetap melindungi Felicia dari kejauhan!Felicia tidak menyangka bahwa kakek dan adik Noah datang karena Afkar. Mereka memarahi Noah habis-habisan dan langsung menyuruhnya pergi sejauh mungkin.Di sisi lain, Afkar membawa Shafa mengendarai mobil menuju lokasi. Setelah menggeledah seluruh tempat, dia tidak menemukan jejak Noah. Wajahnya langsung berubah menjadi suram.Afkar tahu bahwa dirinya terlambat, Noah sudah memindahkan semua. Saat membayangkan Felicia berada di tangan orang sekejam Noah, Afkar merasa sangat khawatir.Jika Felicia terluka, Afkar tidak akan pernah memaafkan diri sendiri, bahkan Noah harus dihancurkan hingga berkeping-keping! Seluruh Keluarga Sanjaya harus binasa!Namun, tiba-tiba tiga sosok muncul di depannya. Heru dan Karen ternyata datang bersama Felicia!"Afkar ...." Felicia melihat Afkar ya
Hanya saja, wajah Heru yang telah pulih sepenuhnya ini membuat Noah tercengang!Sebelumnya di telepon, Heru pernah memberi tahu Noah bahwa dokter sakti telah menyembuhkan wajahnya yang hancur. Namun, Noah sama sekali tidak menyangka hasilnya bisa sedahsyat ini!Saat itu juga, Noah semakin tidak sabar untuk bertemu dengan dokter sakti itu!"Kakek, para anak buah mungkin nggak mengenalimu dan Karen. Kenapa kamu nggak mengabariku saja? Aku bisa turun untuk menyambut kalian! Untuk apa berkelahi dengan mereka?"Noah mengira anak buahnya telah menghalangi kakeknya dan Karen masuk, sehingga keduanya terpaksa menerobos.Noah tersenyum, lalu melirik ke belakang Heru. "Kakek, di mana dokter sakti yang kamu sebutkan itu?"Plak! Begitu Noah selesai bicara, Heru langsung melayangkan sebuah tamparan keras ke wajahnya!Tubuh Noah sampai berputar satu kali akibat tamparan itu. Separuh wajahnya sontak bengkak. Dia pun menatap kakeknya dengan kaget dan bingung."Kakek, kenapa kamu menamparku?"Wajah Her