Heru tertawa terbahak-bahak. "Afkar, biar kuperkenalkan dulu. Ini Pak Johan dari Grup Akasa. Istrinya menderita leukemia akut dan nggak bisa ditolong lagi.""Untungnya, kamu memberiku beberapa sampel obat untuk leukemia. Aku pun memberikannya kepada Pak Johan. Siapa sangka, istrinya berhasil bertahan hidup, bahkan kondisinya nggak pernah sestabil ini."Afkar pun memahami apa yang terjadi. Dia bertanya dengan terkejut, "Kamu Pak Johan, orang terkaya di Provinsi Jimbo?"Pantas saja, Afkar merasa orang ini agak familier. Dia memang tidak pernah bertemu Johan, tetapi sering melihatnya di televisi."Orang terkaya apanya? Aku nggak sehebat itu. Pak Afkar, kamu penyelamat kami. Sebagai bentuk balas budi, aku akan memberimu saham Grup Akasa sebesar 20%. Tolong diterima." Usai berbicara, Johan menyerahkan surat pengalihan saham kepada Afkar.Sebagai orang terkaya di Provinsi Jimbo, Johan berbeda dengan para orang kaya yang memiliki latar belakang. Dia memulai semuanya dari nol. Istrinya juga me
Izora juga menyadari dirinya salah bicara. Afkar awalnya tidak mengungkit apa-apa. Namun, perkataan Izora malah memancingnya.Afkar bisa memanfaatkan topik pembicaraan ini untuk mengadu kepada Bayu bahwa para anak muda ini menghinanya barusan.Izora seketika ingin menangis. Dia hampir menampar mulutnya yang sulit dijaga ini. Bayu bukan orang yang bisa disinggungnya. Menghina tamu VIP Bayu akan membuat keluarganya bernasib sial.Selain itu, keluarganya punya bisnis batu giok dan perhiasan. Mereka sering berbisnis dengan Grup Akasa. Bisa dibilang bisnis mereka mengandalkan Grup Akasa.Sementara itu, pria di depan mereka adalah Johan, orang terkaya di Provinsi Jimbo. Johan jelas-jelas menyebut bahwa Afkar adalah penyelamatnya, bahkan ingin memberikannya saham. Bisa dilihat betapa Johan menghargai Afkar.Itu artinya, Izora juga telah menyinggung Johan. Bisnis keluarganya mungkin akan terpengaruh. Jika Johan marah, Grup Akasa mungkin akan memutuskan semua kerja sama dengan mereka.Ada pun t
Meskipun memaki demikian, Karen sama sekali tidak merasa kesal. Dia justru merasa bangga dan senang.Ini karena Karen merasa sangat berterima kasih pada Afkar dan punya kesan baik padanya.Karen baru berlatih Sutra Hati Foniks selama seminggu lebih, tetapi kekuatannya telah menerobos tingkat gulita. Bulu tubuh yang membuatnya merasa malu pun berangsur hilang. Kulitnya menjadi makin mulus.Hari ini, Karen pun memberanikan diri memakai terusan. Dia terlihat sangat menawan. Sudah lama Karen tidak menampilkan pesona wanitanya dengan percaya diri."Uhuk, uhuk." Saat ini, Bayu terbatuk dan memperkenalkan, "Afkar, kuperkenalkan dulu. Ini cucuku, Aruna. Kalian sama-sama masih muda. Pasti cocok kalau ngobrol."Heru yang berdiri di samping mencebik. Dia tahu Bayu merasa iri melihat kedekatan Afkar dengan Karen.Aruna menggigit bibirnya, lalu maju selangkah untuk menjulurkan tangan kepada Afkar. "Pak Afkar, salam kenal.""Salam kenal." Keduanya berjabat tangan, lalu segera melepaskan tangan. Bayu
Saat ini, Aruna, Izora, Naufal, dan lainnya ingin sekali maju untuk menahan Jackson. Sudah syukur Afkar tidak mencari masalah dengan mereka, tetapi Jackson membuat onar lagi.Apa pria ini bodoh? Sebelum berkoar-koar, apa dia tidak bisa melihat situasi di depan mata? Dia tidak bisa melihat Afkar duduk bersama mereka di sini?"Kak Farel, kamu ...." Jackson ditampar hingga terdorong beberapa langkah. Sambil memegang pipinya, dia tampak sangat bingung."Buka matamu lebar-lebar! Pak Afkar adalah tamu terhormat Kakek! Pasti kamu telah menyinggung Pak Afkar tadi, 'kan?" Ekspresi Farel tampak galak. Dia meraih kerah baju Jackson.Dari hasutan Jackson tadi, Farel bisa membayangkan bagaimana sikap Jackson terhadap Afkar."Huh!" Bayu mendengus, lalu menatap Aruna, Izora, dan lainnya. Sejak awal, dia sudah merasakan ada yang terjadi di antara Afkar dan para anak orang kaya ini.Hanya saja, Afkar menutupi semuanya dan Bayu tidak mengusutnya. Kini, Jackson malah memaki dan mengancam Afkar. Bagaimana
Saat berikutnya, Farel melambaikan tangannya untuk menginstruksi bawahannya maju."Jangan! Jangan .... Aku sudah tahu aku salah! Aku menyesali perbuatanku! Aku nggak akan mengulanginya lagi!" Seiring terdengarnya teriakan histeris, kedua kaki Jackson pun dipatahkan. Kemudian, dia diseret keluar.Bayu tersenyum minta maaf, lalu mempersilakan orang-orang untuk duduk lagi. Kemudian, dia berkata kepada Afkar, "Afkar, dasar kamu ini. Kamu malah memaafkannya begitu saja."Bayu makin mengagumi Afkar. Bukan hanya punya kemampuan medis yang hebat, tetapi Afkar juga sangat murah hati. Jarang sekali ada pemuda seperti Afkar."Ya! Cuma pemuda seperti Pak Afkar yang bisa memproduksi obat sehebat Cahaya Hidup. Berkat Pak Afkar, banyak penderita leukemia yang sembuh. Aku akan bersulang untukmu!" puji Johan. Heru dan Bian juga menatap Afkar dengan tatapan penuh kekaguman."Nggak sehebat yang kalian bilang." Afkar merasa agak malu. Dia mengangkat gelasnya untuk bersulang dengan semua orang.Setelah sua
Saat ini, Freya membawa Shafa ke mobil. Dia tidak tahu ada dua pasang mata yang sedang mengawasinya."Kak Fad, Shafa dibawa pergi. Apa kita harus menghentikan orang itu?" tanya Jarel yang menelepon Fadly."Siapa orangnya?" Suara Fadly terdengar agak gugup. Jelas sekali, dia merasa cemas."Mantan istri Pak Afkar. Namanya Freya," timpal Jarel.Begitu mendengar nama Freya, Fadly merasa agak lega. "Ibu Shafa?"Namun, Fadly pernah menyelidiki tentang Afkar. Dia tahu Freya bukan wanita baik-baik. Fadly mendengus dan bertanya, "Ngapain dia bawa Shafa?""Kami juga nggak tahu. Gimana, Kak? Kita harus ikuti mereka nggak?" tanya Jarel.Fadly berpikir sejenak sebelum menginstruksi, "Ikuti dia! Freya bukan wanita baik-baik. Dia sangat kejam. Dia nggak mungkin datang tanpa alasan. Kalian ikuti dia dulu, lalu beri tahu aku lokasinya. Aku bakal ke sana."Kini, Fadly sangat menjaga Shafa. Dia langsung ingin turun tangan, padahal bisa dibilang ini bukan masalah besar. Shafa adalah putri kakak iparnya, j
Di dalam mobil Land Rover, Fadly duduk di jok belakang. Di depannya adalah Jarel dan Elang."Bos, lihat. Sepertinya itu mobil bawahan Aldo," ujar Elang sambil memicingkan mata."Buset dah! Ibu macam apa Freya ini? Dia mau menyerahkan putrinya pada Aldo?" Ekspresi Fadly tampak suram.Usai berbicara, Fadly menyadari sesuatu. "Gawat! Targetnya pasti Kak Afkar. Dasar rendahan. Beraninya dia memanfaatkan anaknya sendiri!"Afkar pernah menyerang Rico. Bahkan, Afkar menendang King Kong, bawahan Aldo, hingga mati di rumah lama Keluarga Safira.Kini, Freya membawa Shafa dan bawahan Aldo juga ada di tempat ini. Setelah memikirkannya, Fadly tahu ada rencana besar yang menakutkan di balik semua ini."Kak Fad, gimana?" tanya Jarel."Bisa apa lagi? Tentu saja serang mereka! Tabrak mobil mereka!" bentak Fadly dengan dingin dan galak.Saat berikutnya, seiring terdengarnya deru mesin mobil, sebuah Land Rover sontak menyambar dari pinggir jalan.Bam! Land Rover itu menabrak Land Cruiser dari samping. Ta
Kebetulan, Farel sedang berdiri di samping Afkar. Dia sempat melirik layar ponsel Afkar dan mengenali nomor telepon di atasnya. "Rico?" gumam Farel dengan dingin.Nada bicara Afkar terdengar tajam. "Rico, apa maumu?"Pemuda ini pernah datang ke rumah lama Keluarga Safira dan dibuat ketakutan oleh Afkar hingga melarikan diri. Sekarang, Rico malah meneleponnya lagi?"Afkar, apa kamu tahu putrimu lagi di mana?" tanya Rico dengan misterius.Begitu mendengarnya, hati Afkar menegang. Dia buru-buru bertanya balik, "Apa maksudmu?""Maksudku? Putrimu ada di tanganku. Kalau kamu ingin putrimu baik-baik saja, segera datang ke Vila Sankarra. Ingat, kamu cuma boleh datang sendiri!""Kalau kami melihatmu membawa orang lain, kujamin putrimu akan mati!" ancam Rico dengan penuh kebencian.Mereka pernah menyelidiki dan mendapat informasi bahwa Afkar paling menyayangi putrinya. Jadi, mereka tidak perlu khawatir Afkar tidak akan datang.Setelah mematikan panggilan, ekspresi Afkar menjadi sangat suram. Sor
Setelah menyampaikan pesan tersebut, David langsung pergi lagi dengan angkuh. Setelah dia pergi, atmosfer di dalam aula menjadi tegang dan menyesakkan."Harun, kamu sudah dengar, 'kan? Apa kamu ingin membiarkan Feli menghancurkan keluarga kita? Kalau Keluarga Sanjaya benar-benar ingin bertindak, kita nggak akan mampu menanganinya!" ucap Erlin sambil mengetuk-ngetukkan tongkatnya dengan marah.Keluarga Safira memang keluarga kelas satu di Kota Nubes. Namun, status mereka tidak ada apa-apanya di seluruh Provinsi Jimbo.Sementara itu, Keluarga Sanjaya adalah salah satu dari empat keluarga besar di ibu kota provinsi. Mereka memiliki pengaruh yang sangat besar.Mereka mungkin tidak menyinggung seluruh Keluarga Sanjaya, melainkan hanya Noah seorang. Namun, dengan kekuasaan dan koneksinya sebagai tuan muda keluarga itu, Noah juga bisa menjatuhkan Keluarga Safira dengan mudah."Iya, Kak,! Keluarga kalian nggak boleh terlalu egois!" timpal Jesslyn dengan raut muram.Anak keempat yang hanya diam
Beberapa saat kemudian, Afkar membuka matanya dan menggeleng pelan. Saat ini dia tengah bertemu hambatan kultivasi tingkat pembentukan energi.Energi sejati dalam pusat energinya sudah mulai berubah dari gas menjadi cair. Namun, prosesnya belum sempurna.Menurut yang dideskripsikan dalam Teknik Mantra Roh Naga, Afkar membutuhkan harta bernama giok spiritual surgawi untuk menerobos ke tingkat pembangunan fondasi. Energi spiritual yang terkandung dalam batu giok spiritual surgawi ini seratus kali lebih banyak daripada batu giok biasa.Saat ini, energi spiritual di bumi terlalu tipis. Hanya dengan menyerap energi spiritual di harta ini, Afkar bisa menerobos.....Keesokan siangnya, Keluarga Safira mengadakan pertemuan keluarga. Erlin duduk di kursi utama dengan ekspresi muram.Semua anggota inti Keluarga Safira selain Felicia dan Fadly hadir di kediaman utama. Selain Harun dan Renhad, keluarga bibi ketiga dan paman Felicia juga datang. Beberapa anggota keluarga cabang yang penting juga ha
"Eh, i ... iya!" sahut Afkar dengan gugup. Dia sedikit ciut menghadapi presdir cantik yang galak ini. Apa boleh buat, dia sudah menjual dirinya pada wanita itu. Jadi, dia harus mematuhi apa pun perintahnya."Huh! Baguslah kalau kamu mengerti. Ada lagi, berhenti tebar pesona pada wanita lain. Statusmu sekarang adalah suamiku. Kalau kamu terlalu dekat dengan wanita lain, reputasiku dan Keluarga Safira yang akan terpengaruh. Siapa yang cemburu padamu? Cih!" ucap Felicia dengan angkuh."Iya, aku mengerti," sahut Afkar sambil mengangguk kaku.Tiba-tiba Shafa mendongakkan wajah mungilnya dan bertanya bingung, "Kalau Bibi Felicia nggak suka Papa, kenapa Bibi mau nikah sama Papa?""A ... aku nggak menyukainya sekarang, tapi kelak mungkin akan menyukainya," jawab Felicia dengan ragu.Felicia tidak tahu harus bagaimana menjawab pertanyaan bocah kecil itu. Dia tidak mungkin memberi tahu Shafa yang masih polos bahwa pernikahan mereka hanyalah kesepakatan. Selain itu, entah mengapa Felicia juga eng
Yuvan tersenyum getir dan memimpin orang-orangnya pergi. Hilang sudah kepercayaan diri dan keangkuhan yang tadi ditunjukkannya.Viola juga ikut pergi. Sebelum beranjak, dia menatap Afkar lekat-lekat. Matanya memancarkan keterkejutan dan dendam.Mengapa pria tidak berguna itu bisa tahu apa yang terjadi? Mengapa dia sepertinya tahu segalanya?Saat itu, Teddy menangkupkan tangannya dan berucap, "Terima kasih, Pak Afkar! Kelak kalau kamu ingin judi batu giok atau beli barang antik, cari saja aku. Aku akan membantumu secara gratis."Teddy benar-benar berterima kasih pada Afkar. Dia tidak menyangka pria itu bersedia membelanya dan menyelamatkan reputasinya dari ambang kehancuran.Ke depannya, Dennis mungkin tidak akan memakai jasanya lagi. Namun, berkat penjelasan Afkar, setidaknya reputasi Teddy terselamatkan."Oh, oke!" balas Afkar sambil mengangguk dan mengusap hidungnya.Teddy tersenyum canggung saat menyadari ucapannya yang sedikit tidak masuk akal. Mana mungkin Afkar yang begitu jitu m
"Pak Dennis, bukan begitu. Jangan salah paham. Aku nggak bersekongkol dengan siapa pun untuk menipumu. Aku ... aku hanya salah nilai! Tapi, aku benar-benar nggak bermaksud menipumu!" jelas Teddy dengan gugup.Sementara itu, Yuvan masih terduduk di tanah sambil memandangi batu-batu tidak berharga di sana. Dia bergumam dengan linglung, "Nggak mungkin, nggak mungkin ...."Saat ini, Felicia tersenyum mengejek dan berkata, "Viola, ternyata pacarmu tukang tipu. Untung saja ada Afkar yang membongkar triknya. Seorang wanita harus pintar-pintar cari pacar yang bisa diandalkan. Jangan sampai kamu diperdaya."Kata-kata yang diucapkan dengan ringan oleh presdir cantik ini membuat Viola kesal setengah mati."Ka ... kamu!" Viola sangat marah hingga tidak bisa berkata-kata. Pacar yang tadi dibangga-banggakannya kini terlihat begitu menyedihkan."Nggak bermaksud menipuku? Kalau hanya ada satu atau dua batu gagal, itu mungkin kebetulan. Tapi, kalau semuanya batu gagal begini, mana mungkin itu kebetulan
Yuvan memandang Afkar dan berkata, "Teruskan taruhannya! Aku bertaruh 20 miliar! Potong batu ini. Aku nggak percaya semua batu-batuku gagal!"Yuvan memilih sebongkah batu mentah seukuran kepala manusia dengan sentuhan warna hijau di permukaannya."Oke! Kita teruskan," sahut Afkar yang sudah menerima uang Teddy sambil mengangguk dan tersenyum. Tidak ada alasan untuk menolak uang gratis!Beberapa menit kemudian, semua orang memandang batu mentah yang sudah terbelah menjadi beberapa bagian dengan beragam ekspresi. Wajah Yuvan memucat, Teddy terlihat tidak percaya, dan Viola memasang raut masam.Izora dan Naufal saling memandang, terlihat sama-sama terkejut. Mungkinkah ucapan Afkar benar? Semua batu mentah ini hanyalah sampah?"Papa ternyata bukan buaya, tapi orang hebat yang punya mata tajam! Hahaha!" ucap Shafa sambil tertawa manis dan bertepuk tangan.Afkar tersenyum masam, lalu mencubit hidung mungil putrinya dan berucap lembut, "Sejak awal Papa memang bukan buaya.""Tolong potong semu
Saat mendengar pertanyaan Dennis, Teddy sontak berkeringat dingin. Dia hanya bisa menjawab dengan ekspresi muram, "Kebetulan, ini hanya kebetulan! Batu-batu mentah ini jelas-jelas berkualitas tinggi!""Ya, pasti hanya kebetulan. Lagi pula, hanya satu yang bermasalah. Batu mentah memang sulit diprediksi. Paman Dennis, sisanya pasti nggak ada masalah!" timpal Yuvan buru-buru. Dia juga merasakan kilat curiga dari tatapan Dennis padanya tadi."Jangan banyak bacot. Master Teddy, tolong bayar dulu uangnya. Dua puluh miliar untuk sebongkah batu nggak berharga. Kamu royal juga," cibir Naufal.Sekarang Naufal memihak pada Afkar. Dia sudah menahan kesal dari tadi karena orang-orang ini terus mengejek dan meremehkan Afkar."Iya, cepat bayar! Master apanya? Lihat saja batu nggak berharga ini! Yuvan, apa kamu mau menipu ayahku?" tanya Izora sambil cemberut."Jangan asal ngomong! Ini hanya kebetulan! Lagi pula, akulah yang harus dibayar di sini. Kenapa kalian harus begitu terburu-buru?" balas Yuvan
Pada saat ini, Dennis meminta seseorang untuk menempatkan batu mentah tersebut ke mesin pemotong. Batu itu sudah siap untuk dibelah.Afkar berulang kali mengatakan bahwa seluruh batu dalam tumpukan itu hanyalah sampah. Dennis ingin sekali memberinya pelajaran. Lagi pula, dia hanya menyediakan orang dan alat tanpa harus membayar apa pun."Mau dipotong seperti apa?" tanya si tukang potong batu pada Afkar dan Teddy."Mulai dari garis ini, lalu diampelas perlahan-lahan!" ujar Teddy sambil menggambar garis dengan kapur.Sementara itu, Afkar mengerucutkan bibirnya dan berucap dengan tidak sabar, "Aku rasa langsung potong dari tengah saja biar nggak buang waktu!"Mendengar ucapan itu, Viola langsung menyemprot, "Afkar, kamu tahu bakal kalah jadi mau menghancurkan batunya ya? Kamu nggak rela Master Teddy diuntungkan, 'kan?"Teddy menimpali dengan dingin, "Hei, jangan main licik!"Dennis juga mengerutkan keningnya. Tatapannya pada Afkar jadi makin tidak suka. Dia merasa pemuda ini terlalu beris
Mendengar Afkar menerima tantangan itu dengan santai, Teddy terdiam sesaat sebelum mengejek, "Kelihatannya kamu benaran nggak tahu apa-apa. Jangan memaksakan diri.""Kalau kamu minta maaf sekarang dan mengakui bahwa kamu bicara sembarangan, aku nggak akan mempermalukanmu," tambah Teddy."Dasar bodoh! Batu ini jelas-jelas akan menghasilkan giok hijau. Nggak tahu apa-apa, tapi beraninya kamu menantang Master Teddy!" ejek Viola dengan sinis."Julukan Mata Dewa Master Teddy bukan tanpa alasan. Bahkan tanpa dia, orang yang paham sedikit soal giok pasti tahu bahwa batu ini nggak akan mengecewakan. Ketidaktahuan memang menakutkan. Haha ...," timpal Yuvan sambil tersenyum dan menggeleng.Afkar menatap mereka dengan tenang, lalu berujar, "Pengetahuan umum bukanlah kebenaran mutlak. Bukan cuma batu ini, aku berani bertaruh bahwa setiap batu dalam tumpukan ini kosong!"Mata Felicia berkedip menatap Afkar. Menurutnya batu itu jelas akan menghasilkan giok hijau, tetapi karena Afkar begitu yakin, di