Share

Bab 6

Penulis: Levin Sergio
Nathan tidak menyangkal dan hanya mengangguk. Dia tidak menyangka bahwa wakil kepala rumah sakit ternyata berwawasan luas.

Ruben bertanya kepada ayahnya seperti orang bodoh, "Ayah, apa itu teknik penekanan titik akupunktur dan penyegelan meridian? Apa benar sehebat itu?"

Wajah Andre berubah gelap. Dia berharap bisa menampar putra bodohnya sampai mati.

"Dasar bodoh! Diam saja! Apa kamu merasa ini semua masih nggak cukup memalukan?"

"Penekanan titik akupunktur dan penyegelan meridian adalah keterampilan medis yang legendaris."

"Konon, ada beberapa tabib kuno yang nggak pernah menampakkan diri bahkan menggunakan metode ini untuk mengambil nyawa seseorang dalam sekejap. Mereka bisa menyegel pembuluh darah seseorang, membunuh ataupun menyelamatkan nyawa seseorang dalam sekejap ...."

Regina juga punya wawasan luas. Saat melihat Nathan menggunakan teknik itu, dia sempat terkejut.

Pemuda yang dirumorkan menjadi 'gigolo-nya' Emilia ini memang ahli dalam bidang pengobatan.

Dia tidak mengerti, mengapa orang berkemampuan seperti Nathan akan disalahpahami sebagai gigolo ....

Perawatan tidak memakan waktu lama. Setelah sepuluh menit, transfusi darah selesai.

Setelah Nathan membalut luka pasien dan membersihkannya, dia menginstruksikan semua orang untuk tidak mengganggu anak itu beristirahat dan berjalan keluar dari ICU.

Regina buru-buru mengejarnya. "Dokter Nathan, tunggu sebentar."

Nathan berbalik dan memandangnya. "Ada hal lain?"

Usai memberikan transfusi darah, wajah Regina terlihat pucat. Dia berkata dengan nada serius, "Bukan apa-apa. Aku hanya ingin mengucapkan terima kasih pada staf medis Rumah Sakit Perdana."

"Kalau bukan berkat kalian, nyawa Elin mungkin nggak akan terselamatkan lagi."

Regina memberi isyarat dengan tangannya. Sekretarisnya segera memberikan imbalan terima kasih yang telah dia persiapkan.

Begitu menerima imbalan terima kasih, para perawat dan dokter yang membantu Nathan semuanya tampak terkejut.

Lantaran Keluarga Suteja sangat bermurah hati.

Apalagi, mereka sadar bahwa mereka bisa mendapatkan semua ini juga berkat Nathan!

"Nona Regina terlalu sungkan. Menyelamatkan nyawa sudah menjadi tugas kami sebagai dokter. Bagaimana kami bisa menerima imbalan terima kasih dari Anda?"

Saat ini, Ruben dan ayahnya juga mendekat. Perkataannya terdengar seakan-akan dirinya paling benar.

Ada ekspresi bangga di wajah Ruben, yang berusaha keras disembunyikannya, seolah-olah penyelamatan nyawa pasien bisa berhasil berkat dirinya.

"Maaf, aku ingin mengucapkan terima kasih kepada Dokter Nathan beserta timnya. Sama sekali nggak ada hubungannya dengan kalian berdua!"

Nada acuh tak acuh dari Regina seketika membekukan senyum di wajah Ruben dan ayahnya. Keduanya seakan-akan disiram dengan baskom berisi air dingin.

Regina mengabaikan mereka begitu saja. Sebaliknya, dia segera mengeluarkan kartu emas dan menyerahkannya kepada Nathan.

"Dokter Nathan, anggap ini sebagai tanda terima kasih khusus dari Keluarga Suteja kami. Aku harap kamu menerimanya."

Sebelum Nathan sempat berbicara.

Ruben telah bergegas mendekat dan menatap kartu emas itu.

"Nona Regina, bukankah ini kartu emas hitam eksklusif Grup Suteja kalian?"

"Kenapa kamu malah memberikannya pada pecundang ini? Seharusnya, kamu berikan pada ayahku, atau nggak kepadaku juga boleh. Ayahku adalah wakil kepala Rumah Sakit Perdana. Sekalipun ingin memberi penghargaan, kamu juga nggak boleh melangkahi jabatan ...."

Regina tidak sanggup menghadapi orang yang tidak tahu malu seperti itu lagi. Dia langsung memberi perintah dengan dingin, "Pengawal, suruh dia keluar dari sini."

Kedua pengawal itu segera maju ke depan, lalu menjambak rambut Ruben, dan menyeretnya dengan kasar. Mereka sama sekali tidak menggubris teriakannya.

Andre yang menyaksikan adegan itu tidak berani marah pada Regina. Jadi, dia hanya bisa melampiaskannya pada Nathan. "Keterampilan medismu memang bagus, Nathan. Tapi aku harap kamu bisa memahami satu hal. Tanpa dukungan dari rumah sakit, memangnya kamu bisa apa? Huh!"

Nathan masih belum mengambil kartu emas yang diberikan Regina.

Dia tidak punya kebiasaan menerima hadiah dari pasien, meskipun kartu emas itu mewakili Keluarga Suteja yang terkenal dan akan membuat banyak orang di Beluno yang iri pada pemiliknya.

"Nona, jangan-jangan Dokter Nathan ini sedang menggunakan taktik 'jual mahal' padamu?" tanya sekretaris sambil mengerutkan kening. Dia belum pernah bertemu dengan orang yang menolak kartu emas Keluarga Suteja.

Apalagi, kartu emas ini sangat istimewa karena diberikan oleh Regina secara langsung. Maknanya tentu tidak biasa.

Regina menggelengkan kepalanya sambil berpikir sejenak. "Nggak. Sepertinya dia benar-benar nggak menginginkannya."

"Tapi kalau dia benar-benar menggunakan taktik 'jual mahal', sepertinya juga nggak begitu buruk...”

Di akhir kalimatnya, Regina memperlihatkan senyum menawan. Sepasang matanya tampak berbinar. Tidak ada yang tahu apa yang gadis itu pikirkan sekarang.

Sekretaris itu mengerutkan kening, tetapi dia tidak menganggap serius kata-kata nona mudanya.

Gadis bangsawan dari Keluarga Suteja sudah terkenal memiliki kecantikan yang luar biasa. Hanya sedikit orang di Beluno yang bisa menarik perhatiannya.

Walau Dokter Nathan tampan dan punya keterampilan medis yang hebat, tetapi dia juga hanyalah seorang dokter ....

Tak terasa, sudah waktunya pulang kerja. Usai menyelesaikan pekerjaannya, Nathan pun bersiap meninggalkan Rumah Sakit Perdana.

Baru saja sampai di depan pintu, sebuah mobil Maserati berwarna merah muda melaju dan berhenti di sampingnya.

Jendela mobil terbuka, memperlihatkan wajah yang sangat cantik.

"Dokter Nathan, kebetulan sekali. Kita bertemu lagi."

Nathan menganggukkan kepalanya. "Halo, Nona Regina."

Regina tersenyum dan berkata, "Apa pun yang terjadi, Elin harus mengucapkan terima kasih secara langsung karena kamu telah menyelamatkan nyawanya. Kebetulan ada acara penggalangan dana di Panti Asuhan Gluton malam ini. Dokter Nathan, bagaimana kalau kamu menemani Elin kami?"

Nathan sebenarnya ingin menolak, tetapi saat mendengar mereka akan pergi ke Panti Asuhan Gluton, dia pun naik ke mobil.

"Kalau begitu, merepotkanmu, Nona Regina. Kebetulan aku juga mau pergi ke Panti Asuhan Gluton."

Regina terkejut. "Apa Dokter Nathan juga tamu undangan malam ini?"

Nathan menggelengkan kepalanya dan berkata, "Aku hanya seorang dokter kecil, mana mungkin aku bisa diundang? Aku hanya dekat dengan anak-anak dan kepala panti asuhan. Jadi, sekalian berkunjung."

Regina tidak bertanya lagi. Setelah dipikir-pikir, tamu yang datang ke Panti Asuhan Gluton malam ini semuanya termasuk tokoh-tokoh terkemuka di Beluno.

Mengingat dari status dan jabatan Dokter Nathan, mustahil pria itu akan menghadiri pertemuan kelas atas seperti itu.

Tiba-tiba dua mobil SUV melaju kencang, lalu mengepung sisi kiri dan kanan mobil Maserati.

Wajah Regina mendadak berubah. Dia bersiap untuk menambah kecepatan.

Mobil SUV di depan mengerem mendadak, memaksa mobil Maserati berhenti.

Diiringi tujuh hingga delapan pria kekar melompat keluar dari mobil. Pria yang memiliki bekas luka di depan melompat ke depan Maserati dan berkata kepada Regina sambil tersenyum, "Nona Regina, silakan keluar dari mobil."

Regina tidak panik, melainkan bertanya dengan dingin, "Kalian anak buahnya siapa? Berani menyentuh anggota Keluarga Suteja? Kalian tahu akibatnya akan seperti apa?

Pria yang penuh bekas luka itu tersenyum sinis. "Justru karena tahu kamu itu putri sulung Keluarga Suteja, kami baru bertindak."

"Jangan khawatir, Nona Regina. Kami nggak akan melukaimu, tapi kamu mungkin nggak akan bisa pergi ke Panti Asuhan Gluton malam ini."

Regina baru menyadari bahwa pesaing malam inilah yang mencoba mencegatnya di sini.

"Dokter Nathan, Elin, duduk yang benar. Para bajingan ini benar-benar cari mati sendiri. Aku akan menelepon ke rumah sekarang juga."

Melihat Regina menelepon, wajah pria yang penuh luka itu berubah gelap. Dia langsung melambaikan tangannya untuk memberi isyarat. "Buka pintu mobilnya."

Dua orang pria berbadan kekar itu langsung datang membawa palu dan berusaha mendobrak pintu mobil. Ternyata mereka datang dengan persiapan.

Regina terlihat cemas. Sekalipun dia menelepon sekarang dan pengawalnya bergegas datang, mungkin juga sudah terlambat.

"Nona Regina, aku sarankan sebaiknya jangan bertindak bodoh lagi. Bekerja samalah dengan kami."

Pria yang penuh bekas luka itu tersenyum sinis, seolah-olah dia telah menguasai semuanya.

Tepat di saat ini, pintu mobil Maserati terbuka.

Nathan turun dari mobil.

"Dokter Nathan, jangan turun. Bahaya!" teriak Regina dengan cepat. Dia bahkan tidak ingat untuk menelepon lagi.

Pria yang punya bekas luka itu tertawa terbahak-bahak. "Nona Regina, gigolo-mu ini terlalu penakut. Dia bahkan sudah menyerah sebelum anak buahku bertindak. Benar-benar pengecut."

Regina menghela napas tak berdaya dan meletakkan ponselnya. "Baiklah, Keluarga Suteja nggak akan ikut acara penggalangan dana di panti asuhan malam ini."

"Jangan menyakiti Dokter Nathan. Dia hanya orang luar dan nggak ada hubungannya dengan dendam kita."

Saat ini, Nathan angkat bicara.

"Anak di dalam mobil adalah pasienku dan kalian sudah membuatnya ketakutan. Aku akan beri kalian waktu sepuluh detik untuk menghilang sekarang juga."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (5)
goodnovel comment avatar
Lys Viss
woww hero sudah beraksi
goodnovel comment avatar
Bambang Hananto
nathan pria sejati
goodnovel comment avatar
Agung Arif
hebat Nathan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Bangkit dari Abu: Kembalinya Nathan   Bab 7

    Suaranya begitu datar dan tidak terdengar arogan sama sekali.Pria yang punya bekas luka dan juga beberapa pria kekar di belakangnya tertegun pada awalnya, kemudian mereka langsung tertawa terbahak-bahak."Hahaha .... Lucu sekali. Apa yang barusan dikatakan gigolo ini? Dia mau buat aku menghilang?""Bodoh. Sepertinya kamu terlalu banyak menonton drama idola, jadi sekarang kamu sok ingin menjadi pahlawan dan menyelamatkan gadis ini?""Bos, buat apa buang-buang waktu dengannya? Bunuh saja dia!"Anak buah di samping pria bekas luka mengayunkan pipa baja di tangannya ke arah Nathan sambil bersiul. Apalagi, serangannya terlihat sangat brutal.Regina menghela napas. Sepertinya dia harus mengambil tindakan untuk melindungi Nathan.Keberanian Nathan memang patut dipuji, tetapi pria itu agak bodoh dan tidak bisa memahami situasi yang sedang mereka hadapi.Tepat di saat itu, dia mendengar suara teriakan melengking.Setelah itu, dia melihat pria kekar yang barusan berinisiatif menyerang itu terja

  • Bangkit dari Abu: Kembalinya Nathan   Bab 8

    Ponsel Regina tiba-tiba berdering. Setelah menjawabnya, Regina berkata kepada Nathan, "Dokter Nathan, kamu jalan-jalan sendiri dulu. Aku punya urusan yang harus kutangani. Sampai jumpa!"Nathan mengangguk. "Nona Regina, pergilah!"Masih ada waktu sebelum acara penggalangan dana dimulai.Para pebisnis yang mengincar tanah Panti Asuhan Gluton masih terus berdatangan. Kini gerbang panti asuhan sudah penuh dengan mobil mewah.Tampak sebuah Rolls-Royce hitam yang menarik perhatian semua orang melaju ke arah sana.Begitu pintu mobil terbuka, seorang gadis cantik yang mengenakan gaun putih dan berkaki jenjang keluar dari mobil. Penampilannya benar-benar membuat semua orang takjub."Gadis yang cantik sekali! Temperamennya juga nggak tertandingi!""Kalau aku bisa mendapatkan gadis secantik itu, sekalipun butuh waktu setidaknya tiga tahun, itu juga sepadan!""CEO cantik dari Grup Sebastian juga datang. Gadis ini bukan hanya cantik, tapi dia juga punya kemampuan bisnis yang luar biasa. Malam ini,

  • Bangkit dari Abu: Kembalinya Nathan   Bab 9

    Dia menatap Nathan dengan dingin. Ada kekecewaan, kemarahan, dan kecemburuan di matanya, yang bahkan dia sendiri juga tidak menyadarinya."Nathan, nggak kusangka, hubungan kita baru saja berakhir, tapi kamu sudah menemukan pacar baru. Konyol sekali aku masih merasa bersalah padamu selama ini. Sepertinya aku yang terlalu sentimental!"Nathan membalas, "Kalau mau bahas masalah ini, aku rasa aku masih nggak bisa dibandingkan dengan kecepatan Bu Emilia dalam mencari pasangan baru!""Kamu .... Baiklah! Aku nggak bisa menang berdebat denganmu. Kamu benar."Emilia kembali terdiam.Kecantikan Regina, terutama tubuhnya yang seksi dan juga temperamennya yang begitu mendominasi, membuat Emilia merasa tertekan.Andai orang yang berdiri di samping Nathan adalah seorang gadis dengan penampilan biasa, dia mungkin akan mentertawakannya dan meremehkannya.Namun, Regina berbeda. Hal ini membuat Emilia merasa terancam.Dilihat dari bagian mana pun, gadis ini tidak kalah darinya. Bahkan, dada Regina yang

  • Bangkit dari Abu: Kembalinya Nathan   Bab 10

    Tampak orang-orang dari Keluarga Suteja duduk di sisi lain aula.Regina melambaikan tangannya dan memanggil sekretarisnya. "Sumbangkan 40 miliar menggunakan nama Dokter Nathan."Sekretaris itu tercengang. "Nona, apa 40 miliar nggak terlalu banyak?"Grup Suteja memang kaya, tetapi juga tidak boleh menghambur-hamburkan uang seperti ini!Regina tersenyum bangga. "Apa salahnya menyumbangkan 40 miliar untuk pria yang aku sukai?""Meski Emilia, CEO cantik, itu meremehkannya, aku nggak akan sebodoh dia! Jelas-jelas pria berbakat ini ada di depannya, tapi dia buta dan nggak memegangnya erat-erat. Ironis sekali!"Tangan Regina yang indah dan putih tampak memegang sebuah dokumen.Semua informasi mengenai Grup Sebastian tertera di sana. Hanya dalam beberapa tahun, Grup Sebastian telah berkembang dari sebuah pabrik kecil yang hampir bangkrut menjadi perusahaan tercatat di Beluno.Kekayaan yang dimiliki Emilia telah meningkat berkali-kali lipat dan telah melampaui 20 triliun.Yang lebih menarik lag

  • Bangkit dari Abu: Kembalinya Nathan   Bab 11

    "Tuan Nathan Anggoro menyumbangkan 200 miliar!"Bisa dikatakan, pernyataan itu membuat para tamu terhormat di aula penggalangan dana gempar!Daniel tidak tinggal diam lagi. Dia langsung berdiri dan bertanya, "Pembawa acara, aku ingin minta verifikasi. Apakah ada orang dengan nama yang sama di tempat kejadian?"Tamara tampak begitu cemas, bagaikan seekor semut di wajan panas, berputar-putar tanpa henti."Benar, pasti hanya nama yang sama. Nathan, si pecundang itu, datang ke sini untuk menunjukkan niat baiknya. Paling-paling, dia hanya memberikan beberapa ratus ribu. 200 miliar? Jangan harap dia akan punya uang sebanyak itu dalam hidupnya!"Satu-satunya orang yang tetap di tenang di lokasi kejadian itu hanyalah Nathan.Dia masih duduk dengan tenang, apalagi ekspresinya begitu datar dan kalem.Pembawa acara tidak menolak permintaan Daniel. Setelah menyelidiki dengan cepat, dia segera mengumumkan hasilnya."Maaf, para tamu terhormat, hanya ada satu tamu bernama Tuan Nathan Anggoro di sini

  • Bangkit dari Abu: Kembalinya Nathan   Bab 12

    Pemuda berambut kuning yang memasang wajah tidak bersahabat itu adalah Ken Sebastian, adik laki-laki Emilia yang tidak berguna."Kalian kalah bersaing, jadi sekarang berencana untuk merampok secara paksa?"Nathan tampak acuh tak acuh dan tidak takut sedikit pun dengan parang di tangan Ken!Tamara berkata dengan kejam, "Nathan, jangan lupa. Tanpa Emilia, kamu bukanlah siapa-siapa. Kamu sudah bersamanya selama tiga tahun dan dia telah memberimu segalanya. Mengapa kamu nggak membalasnya?"Kata-katanya terdengar begitu indah!Nathan tersenyum. Sorot matanya penuh ejekan. "Seharusnya kamu bilang, bersama dengan Emilia dalam tiga tahun ini, akulah yang memberikan segalanya padanya dan bukanlah dia yang memberikan segalanya.""Cuih! Omong kosong!"Tamara sangat emosi. "Hidupmu sendiri masih harus bergantung pada Emilia. Memangnya apa yang sudah kamu berikan padanya? Uh? Dasar nggak tahu malu!"Nathan mencibir dan bertanya, "Benarkah? Seingatku, yang menegosiasikan kontrak-kontrak penting Grup

  • Bangkit dari Abu: Kembalinya Nathan   Bab 13

    Nathan berkata dengan nada datar, "Biarkan saja. Lagi pula, memang sudah nggak ada gunanya lagi."Perawat itu kebingungan dan tidak tahu apa yang dimaksud Dokter Nathan.Nathan tidak menjelaskan terlalu banyak padanya. Berdasarkan keterampilan medis yang dimilikinya, Nathan sudah mengetahui bahwa Ruben menderita impotensi dan ejakulasi dini. Itu sebabnya, dia barusan mengatakan kemaluan Ruben tidak berguna lagi.Tepat di saat ini, pintu departemen terbuka. Wakil kepala rumah sakit, Andre, bergegas masuk dengan sekelompok staf medis.Melihat Ruben yang tergeletak di lantai sambil memegangi selangkangannya karena kesakitan, wajah Andre langsung memucat."Nathan, sebagai seorang tenaga medis, kamu nggak mematuhi etika medis dan memukul rekan kerjamu. Tahukah kamu apa konsekuensinya?"Seorang dokter maju, lalu memeriksa luka Ruben. Tak lama kemudian, dia langsung berteriak, "Gawat, gawat!"Andre tidak memercayainya dan berkata, "Apa yang terjadi? Apa putraku dipukul sampai mati oleh bajing

  • Bangkit dari Abu: Kembalinya Nathan   Bab 14

    Mendengar itu, Tiara tidak mengatakan apa pun, melainkan melirik Nathan dari balik mejanya.Melihat Nathan bersikap seolah-olah hal itu tidak ada hubungannya dengannya. Tiara tidak bisa menahan emosi dalam hatinya lagi."Dokter Nathan, apa nggak ada yang perlu kamu jelaskan di sini?""Atau kamu mengakui pernyataan yang dikatakan Pak Andre dan telah melanggar peraturan rumah sakit?""Kalau memang begitu, silakan berkemas dan tinggalkan Rumah Sakit Perdana sekarang juga. Aku nggak bisa menoleransi bajingan seperti itu bekerja di bawah komandoku."Nathan mengerutkan kening dan berkata, "Bu Tiara, kamu memanggil kami ke sini, seharusnya kamu sudah tahu apa yang terjadi, jadi mengapa kamu masih bertanya lagi?""Kamu ...."Tiara sangat emosi. Dia langsung memelototi Nathan.Andre memanfaatkan kesempatan itu dan berkata sambil menggertakkan gigi, "Bu Tiara, kamu juga sudah lihat. Nathan ini nggak punya kerendahan hati dan kesopanan yang seharusnya dimiliki seorang dokter. Dia jelas-jelas baji

Bab terbaru

  • Bangkit dari Abu: Kembalinya Nathan   Bab 328

    Nathan menggelengkan kepalanya dan berkata, "Masih nggak pantas disebut sebagai ahli. Aku hanya tahu sedikit saja."Monika tidak berani memercayai kata-kata Nathan lagi.Karena dia memercayai perkataan Nathan sebelumnya, dia baru berani mengajak Nathan dan Tiara pergi memilih koleksi dan memamerkan pengetahuannya tentang barang antik.Setelah dipikir lagi sekarang, Monika merasa canggung.Bukankah itu seperti memamerkan kemampuan di hadapan seorang ahli?Di mana ada kegembiraan, di situ juga ada kesedihan.Wajah Tetua Surya langsung berubah gelap. Dia mengulurkan tangannya dan berkata, "Aku nggak percaya dengan ahli dari Beluno. Bawa kemari. Aku harus memeriksanya sendiri."Dokter Bayu menepis tangannya dan berkata, "Surya, apa yang kamu inginkan sebenarnya?""Dokter Nathan, biarlah dia memeriksanya. Dengan begitu, dia baru bisa menerima kekalahannya."Barulah Dokter Bayu menyerahkan relik tersebut. Tetua Surya menaruh relik itu di telapak tangannya, lalu memeriksanya berulang kali. Ra

  • Bangkit dari Abu: Kembalinya Nathan   Bab 327

    Monika berkata dengan suara lirih, "Tuan Nathan, yang di tanganmu itu relik guru agung?"Nathan dengan santai menyerahkannya pada Monika dan berkata, "Minta ahli dari Grup Valentino kalian untuk memverifikasinya. Dengan begitu, semuanya akan jelas, 'kan?"Monika bergegas mengambil manik itu dan pergi untuk memverifikasinya.Tetua Surya tampak sedikit gugup, tetapi dia tetap mencibir dan berkata, "Relik guru agung? Nak, kamu berani sekali.""Apa kamu betapa berharganya relik guru agung?"Nathan berkata dengan tenang, "Mana mungkin aku nggak tahu? Relik seperti itu biasanya ditemukan di antara abu kremasi para guru agung.""Terus terang saja, benda ini merupakan sisa-sisa tubuh para guru agung yang diawetkan.""Tapi di dunia barang antik, koleksi peninggalan lainnya bahkan nggak bisa menandingi nilainya.""Aku rasa, yang paham pasti akan memahaminya."Perkataan Nathan membuat banyak orang mengangguk diam-diam.Memang benar, relik apa pun, selama berasal dari guru agung, maka merupakan se

  • Bangkit dari Abu: Kembalinya Nathan   Bab 326

    Tiara berkata dengan cemas, "Nathan, kamu nggak tahu apa-apa tentang barang antik, apalagi penilaian barang antik.""Bagaimana kalau kita kabur saja? Lagi pula, ini Beluno. Memangnya Tetua Surya dan Alice bisa menangkap kita?"Nathan mengangkat alisnya dan berkata, "Siapa bilang aku nggak tahu apa-apa tentang barang antik?"Sembari berbicara, dia mengambil patung guru agung perunggu dari tangan Dokter Bayu, lalu berkata pada Tetua Surya, "Cucuku sayang, karena kamu membiarkan aku memilih duluan, aku juga nggak segan lagi.""Kemarilah dan identifikasi barang ini sekarang."Tetua Surya mulanya tertegun, lalu tertawa dan berkata, "Dasar bodoh. Bukankah ini hanya barang palsu? Beraninya kamu menggunakannya untuk mengujiku? Kamu benar-benar nggak tahu diri.""Dengarkan baik-baik. Benda ini disebut patung perunggu guru agung dan juga replika patung terkenal di Gunung Woru di Paviliun Tosa.""Sayangnya, replika hanyalah replika. Patung perunggu guru agung asli ini sudah hancur di masa peperan

  • Bangkit dari Abu: Kembalinya Nathan   Bab 325

    Beberapa pengikut Tetua Surya langsung berteriak, "Bocah kecil, Tetua Surya sudah berinisiatif mengajukan pertandingan dalam menilai barang antik. Jangan-jangan kamu nggak punya nyali untuk menerima tantangan ini?""Kamu berani menyebut kami sebagai anjing? Benar-benar nggak tahu diri. Hanya bisa omong besar saja. Kalau kamu bisa keluar dari pertemuan penilaian barang antik hidup-hidup hari ini, aku rela mengikuti nama keluargamu.""Bahkan orang-orang dari industri barang antik Beluno pun nggak berani bilang apa-apa. Sebaliknya kamu, orang bodoh yang datang ke sini untuk bersenang-senang, malah menjadi orang pertama yang begitu ingin mati. Haha. Kamu tahu nggak, mereka yang berani menjadi orang pertama yang maju ke depan bukanlah pahlawan, tapi orang yang keras kepala. Apalagi, mereka biasanya akan mati dengan menyedihkan!"Tidak ada seorang pun yang menyangka Nathan, yang bukan berasal dari industri barang antik ini, akan berani menantang Tetua Surya.Emilia berteriak dengan marah, "N

  • Bangkit dari Abu: Kembalinya Nathan   Bab 324

    Nathan, kamu yang sudah nggak tahu apa-apa, tapi masih berani maju terang-terangan seperti ini. Bukankah hanya akan menarik perhatian dan membuat orang lain makin membencimu?'"Kak Alice, sudahlah, jangan bicara lagi. Ayo kita keliling dulu. Aku juga ingin beli barang bagus untuk dibawa pulang," seru Emilia sambil menarik tangan Alice.Bisa dikatakan, Emilia sudah membantu Nathan. Dengan begitu, Alice dan Tetua Surya juga tidak akan mempermalukan Nathan lebih jauh lagi dan membuat pria itu kehilangan muka.Emilia tersenyum dan berkata, "Emilia, ayo kita keliling.""Kebetulan, sejak kecil aku sudah pernah belajar tentang barang antik dari para ahli terkenal di Naroa. Dari dulu sampai sekarang, aku nggak pernah salah membedakan mana yang asli dan mana yang palsu."Emilia makin mengagumi Alice. Kakak sepupunya, Alice, hanya satu tahun lebih tua darinya.Namun sejak bertemu dengan Alice, Emilia menyadari bahwa kakak sepupunya sangat hebat, baik gayanya dalam melakukan sesuatu maupun metode

  • Bangkit dari Abu: Kembalinya Nathan   Bab 323

    Alice berkata sambil tersenyum, "Di daerah Naroa kami, Tetua Surya merupakan pemimpin di dunia barang antik. Beliau juga terkenal berlidah tajam.""Tak disangka, setelah datang ke Beluno, sifatmu masih tetap sama. Aku benar-benar salut padamu."Tetua Surya tersenyum bangga dan berkata dengan nada puas, "Hanya kamu yang paling memahamiku. Mereka yang nggak memahamiku akan mengira aku pintar berpura-pura dan hanya bisa meremehkan orang lain.""Sebenarnya di level seperti aku ini, apa aku masih perlu berpura-pura? Seperti yang kamu katakan, aku hanya mengatakan kenyataannya. Aku berbicara apa adanya dan nggak mencoba menyembunyikan apa pun."Alice mengalihkan pandangannya, lalu mengamati sekelilingnya, dan terakhir berhenti pada sosok Nathan. Dia tersenyum sinis. "Tetua Surya, orang Naroa yang ke Beluno seperti kita memang menggunakan kekuatan dan akal sehat untuk meyakinkan orang lain.""Tapi masih ada sebagian orang yang selalu memandang rendah kita dan nggak puas."Tetua Surya mencibir

  • Bangkit dari Abu: Kembalinya Nathan   Bab 322

    Kata-kata yang diucapkan Surya sangatlah kasar, hingga membuat Dokter Bayu murka. Dia mengangkat patung guru agung di tangannya dan hendak menghancurkannya.Untungnya, Tiara dan Monika segera menangkap tangan Dokter Bayu. Setelah itu, mereka baru berhasil menenangkan situasi.Tiara bertanya dengan cemas, "Kakek, mengapa kamu begitu emosi?"Wajah Dokter Bayu berubah. Dia menggertakkan giginya dan berkata, "Lihat patung guru agung ini? Surya, si tua bangka itu, yang menghasutku membelinya. Aku sia-sia menghabiskan 20 miliar. Terakhir, aku tahu ini barang palsu. Tua bangka sialan ini."Tiara sangat marah dan ingin mencari Surya untuk berdebat.Monika menghentikannya, lalu menggelengkan kepalanya sambil berkata, "Nona Tiara, jangan.""Orang itu adalah Surya, ahli barang antik di Naroa. Dia punya reputasi tinggi di bidang barang antik."Tiara berkata dengan marah, "Memangnya kenapa kalau dia ahli barang antik? Apa dia boleh sembarangan menipu orang lain?"Monika tersenyum pahit dan berkata,

  • Bangkit dari Abu: Kembalinya Nathan   Bab 321

    Nathan tersenyum dan berkata, "Bukan hal yang aneh. Tren di pasar barang antik memang seperti itu.""Banyak barang palsu, produk jelek, ataupun tiruan yang dijual dengan harga setinggi langit.""Kalau bertemu orang yang nggak paham, pasti akan tertipu habis-habisan. Tapi kalau bertemu ahli, barang berharga pun bisa dibeli dengan harga sangat murah."Monika terkekeh, lalu menatap Nathan dengan tajam, "Tuan Nathan, kata-katamu tepat sekali. Itulah yang aku maksud."Tiara menggertakkan giginya dan berkata, "Kalau bukan karena Nona Monika ada di sini, aku pasti akan ditipu oleh bos sialan ini."Setelah membuat keributan, pandangannya tentang Monika telah banyak berubah.Monika membawa mereka berdua berkeliling dan melihat-lihat.Tiara tidak tahu banyak tentang barang antik. Apalagi, dia tidak punya dasar pengetahuan tentang barang antik.Saat melihat barang berwarna bagus atau yang bentuknya unik, dia akan membelinya dan menggunakannya sebagai pajangan.Toh, ada Monika di sini. Jadi, dia t

  • Bangkit dari Abu: Kembalinya Nathan   Bab 320

    Nathan tersenyum dan berkata, "Nona Monika bukan hanya pandai melelang, tapi juga pandai menilai barang antik. Sangat berbakat."Begitu dipuji oleh Nathan, Monika tampak senang dan berkata dengan rendah hati, "Tuan Nathan terlalu memuji. Aku hanya melakukan pekerjaanku dengan baik saja.""Ditambah lagi, keluargaku juga punya bisnis barang antik. Aku sudah sering melihatnya sejak kecil, jadi aku tahu sedikit."Nathan berjalan di sekitar alun-alun dan berkata, "Baiklah, kami lihat-lihat dulu. Kalau ada yang aku suka, aku baru akan merepotkan Nona Monika.""Baiklah. Kalau ada yang Tuan Nathan, beri tahu aku saja," ujar Monika.Tiara sedikit tidak puas, tetapi dia masih tersenyum dan berkata, "Ada begitu banyak barang antik, kaligrafi, dan lukisan di alun-alun ini. Apa Nona Monika berani jamin kamu memahami segalanya?"Monika berkata sambil tersenyum tenang, "Barang antik merupakan seni yang luas dan mendalam, yang mana melibatkan zaman kuno dan modern, baik di dalam maupun luar negeri. Bu

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status