"Aduh!" Pekik Savira.
Wanita itu gelisah melihat mobil yang baru saja dia tabrak itu penyok di bagian belakangnya, eh, bukan hanya penyok, tapi lampu bagian belakang mobilnya pun pecah. Savira mematikan motornya, lalu menurunkan standar motornya, dan menggigit kukunya gelisah. Dia takut kalau si pemilik mobil meminta ganti rugi, Savira mengingat sisa saldonya di rekening dan kalau di ingat-ingat tidak sampai lima juta. Bagaimana kalau seandainya si pemilik minta ganti rugi dan biayanya lebih dari lima juta?.
Ketika pintu mobil terbuka, Savira memejamkan matanya, berdoa dalam hati, semoga saja pemilik mobil tidak meminta rugi.
"Ck, kayaknya saya sial sekali hari ini?" Axel berdecak kesal, baru hari ini ketemu dengan Savira tapi dia sudah siap saja.
Savira langsung membuka matanya saat mendengar suara yang familiar di telinganya. Di depannya ada Axel juga sekretarisnya. Setidaknya Savira dapat bernapas dengan lega.
"Maaf, Pak, saya gak sengaja, lagi buru-buru," ujar Savira.
Dia menaikkan standar motornya dan menyalakan mesin motornya, bersiap untuk meninggalkan Axel. Namun, Axel menahannya dengan cara kunci motornya dicabut dari tempatnya.
"Ya Allah, Pak, saya udah mau telat ini."
"Saya juga mau telat Savira," balas Axel.
"Ya sudah, kalau telat harus buru-buru, Pak."
"Heh, kamu mau lari dari tanggung jawab? Enak saja! Ganti rugi!"
Savira menelan ludahnya susah payah. Ganti rugi merupakan kalimat horor bagi Savira.
"Yah, Pak, masa Pak Axel mau biarin karyawannya kesusahan."
"Kalau di kantor saya atasan kamu, tapi di luar kita itu orang asing, jadi saya minta sama kamu tanggung jawab."
"Pak, saya gak punya uang."
Axel memicingkan matanya saat mendengar kalimat itu keluar dari mulut Savira.
"Terus mobil saya gimana? Kamu kira ini mobil murah?"
"Saya beneran gak punya uang, Pak," ujar Savira memelas.
"Kalau begitu kamu jadi babu saya selama sebulan full tanpa digaji."
Hah?! Savira jadi kesal dengan pria itu. Itu lebih parah lagi. Kemudian dia kembali menurunkan standar motornya dan juga turun dari motornya.
"Jadi?"
"Saya lebih baik ganti rugi daripada jadi babu Pak Axel."
Sebenarnya bukan hanya karena takut selalu darah tinggi jika dia menjadi babu Axel, tapi ada banyak alasan bagi Savira hingga dia lebih memilih ganti rugi. Contohnya seperti takut CLBK-Cinta Lama Belum Kelar.
"Ron, bawa motornya, biar mobil saya yang bawa."
Ron pun menjalankan perintah Axel, sementara Savira dipaksa masuk ke dalam mobil pria itu. Savira mengigit kukunya, sesekali matanya melihat pada arloji yang berada di pergelangan tangan kirinya. Waktu menunjukkan pukul 15:30, wanita itu sudah benar-benar terlambat, padahal dia sudah meminta izin pada manajernya untuk pulang lebih awal tapi malah mendapatkan masalah saat di jalan.
Kini mereka sampai di bengkel mobil dan parahnya lagi, bengkel mobil yang mereka datangi adalah bengkel mobil besar dan tentu saja bengkel mobil yang terkenal karena memperbaiki mobil-mobil mewah.
"Pak, bisa cari bengkel mobil yang lebih murah gak?" Tanya Savira. Wanita itu memikirkan saldo di rekeningnya.
"Gak bisa! Ini langganan saya," jawab Axel kemudian turun dari mobil.
Savira pun ikut turun, sementara Axel mulai berbicara pada karyawan bengkel itu. Tak lama, karyawan bengkel melihat mobil Axel dan berbicara lagi dengan Axel. Ya Allah, Savira sudah keringat dingin menunggu jumlah yang akan dia bayar.
Axel menghampiri Savira. Oh, Savira masih belum siapa mendengar kenyataannya.
"Totalnya lima juta."
"Hah?! Yang benar, Pak. Itu kan cuma rusak lampunya aja, ganti doang itu gak sampai lima juta."
Savira syok. Saldo rekeningnya tidak cukup untuk membayarnya.
"Kamu kira mobil saya mobil murah?"
"Pak, saya gak punya uang sebanyak itu, saldo rekening saja gak sampai lima juta."
"Ck, kalau gitu empat juta lima ratus saja, sisanya biar saya yang tambah."
"Satu juta aja deh, Pak."
"Enggak."
"Dua juta deh, dua juta."
Axel menggelengkan kepalanya lalu berkata, "Enggak, empat juta lima ratus.
"Dua juta seratus deh."
"Enggak."
"Dua juta seratus lima puluh"
"Enggak."
"Dua juta seratus tujuh puluh lima"
"Enggak, apaan sih kamu main tawar-menawar, kamu kira saya lagi jualan."
"Dua ju-"
"Empat juta, fix atau kamu tetap bayar lima juta?"
Savira berdecak kesal, wanita itu menghentakkan kakinya, lalu mengeluarkan kartu ATM-nya. Kebetulan sekali di bengkel tersebut dekat dengan ATM untuk menarik uangnya.
Setelahnya, Savira memberikan uang pada Axel dan pamit undur diri. Jika saja Axel tahu alasan Savira buru-buru hingga menabrak mobilnya, dapat dipastikan jika pria itu juga tidak akan meminta ganti rugi.
***
"Raka, maafin Mama."
Anak laki-laki yang dipanggil Raka itu sama sekali tidak menoleh pada sang ibu yang terus membujuknya. Wajah anak itu memerah menahan tangisnya.
"Mama janji, nanti kalau Raka pentas lagi, Mama bakal datang," bujuk Savira lagi.
Rakanda Pradipta. Anak semata wayang Savira, anak yang diragukan Axel kini sudah tumbuh menjadi anak yang cerdas, manja, tapi sangat pintar menghibur Savira dikala lelah melandanya. Wajah anaknya benar-benar mirip dengan Axel, sifatnya pun hampir semuanya mirip dengan Axel.
"Kemarin-kemarin Mama juga gitu, janji bakal datang tapi gak pernah datang."
Sejam yang lalu, setelah urusan dengan Axel selesai, Savira langsung melajukan motornya menuju sekolah sang anak yang tengah mengadakan acara pentas seni, tapi dia terlambat. Tahun-tahun kemarin dia tidak bisa karena memiliki banyak pekerjaan, tahun ini juga tidak bisa karena terlambat.
"Maaf," cicit Savira, wanita itu sudah terisak pelan.
Dia memang salah karena jarang bersama sang anak. Sejak usia Raka enam tahun, dia mulai mengajarkan Raka untuk mandiri, melakukan semuanya sendiri, mulai dari mandi, mengganti bajunya, mengambil makanan sendiri yang sudah disiapkan dan memakai sepatu sendiri karena saat itu Savira mulai bekerja di perusahaan SJ grup. Saat hamil sampai usia Raka lima tahun, Savira bekerja menjual kue-kue basah yang dititipkan di kios-kios, dia juga menerima baju-baju kotor tetangga untuk dicuci. Saat usia Raka enam tahun, dia mendapatkan panggilan interview dan diterima di SJ grup. Savira banyak melewati masa-masa pertumbuhan anaknya.
"Raka sayang sama Mama, jangan nangis lagi yah?"
Raka merangkum wajah Savira dengan tangan kecilnya, mengusap air mata sang ibu. Di usia Raka yang masih sangat dini, Raka diharuskan menjadi dewasa sebelum waktunya oleh keadaan, tapi Raka sama sekali tidak mengeluh, anak laki-laki itu malah senang karena tidak merepotkan Mamanya yang sudah banting tulang. Raka tidak tahu siapa papanya, anak itu juga tidak pernah menanyakan keberadaan sang ayah. Setidaknya Savira sangat bersyukur karena Raka tidak banyak maunya dan tidak pernah bertanya tentang ayahnya.
"Kamu satu-satunya harta Mama," ungkap Savira seraya mengecup kening anaknya.
"Mama sayang Raka," imbuh Savira.
"Apa sih, Sal?" Tanya Savira kala tangannya ditarik Salsa menuju toilet khusus wanita.Savira benar-benar tidak habis pikir dengan temannya ini. Padahal dia baru saja datang di kantor tapi tiba-tiba dia langsung ditarik menuju toilet. Wanita itu memutar bole matanya malas ketika melihat Salsa menatapnya dengan tatapan menyelidik, dia tidak mengerti apa yang perlu diselidiki Salsa."Mantan suamimu ... Pak Axel?"Savira menghembuskan napasnya lelah, dia sebenarnya tidak ingin mengatakan apa-apa pada Salsa, tapi tidak ingin membuat wanita di hadapannya ini penasaran, pada akhirnya Savira pun menganggukkan kepalanya sebagai jawaban kalau memang benar Axel adalah mantan suaminya. Toh, sepertinya juga itu tidak perlu disembunyikan dari Salsa, suatu saat juga pasti akan terbongkar, tak ada gunanya."Jadi dia?""Ya. Terus sekarang mau apa?"Salsa menggelengkan kepalanya cepat lalu berkata, "Gak nyangka aku kalau Pak Axel mantan suamimu.""Aku
"Mama tahu kamu belum bisa move on, yah kalau gak bisa balikan lagi aja," tutur Jeslyn.Axel melebarkan matanya ketika mendengar penuturan mamanya."Belum move on gimana? Orang udah move on kok," kilah Axel.Jeslyn mendesis, kesal dengan sang anak yang tetap tidak mau jujur padanya. Huh, padahal dia dulu sangat sayang dengan mantan menantunya, tapi anak dan menantunya malah cerai karena katanya Savira berselingkuh. Yang Jeslyn tahu, anak dan menantunya bercerai karena Savira selingkuh, Jeslyn tidak tahu saja kalau Savira hamil saat bercerai dan Axel tidak mempercayai kalau itu anaknya."Ya udah, kalau gitu kasih Mama cucu," putus Jeslyn.Axel menggelengkan kepalanya, tak habis pikir dengan mamanya yang meminta cucu. Apa-apa ini? Apa dikira buat anak itu gampang langsung main masuk aja? Anak orang harus dinikahi dulu baru dikawini."Mah, gampang emang ngomong kayak gitu tapi susah buat Axel," ucap Axel memelas.
"Mbak Savira pucat banget," tegur satpam kantor padanya.Savira menghembuskan napasnya panjang. Satpam di kantor adalah orang kesekian kalinya yang mengatakan kalau dia pucat, padahal lipstik yang dia pakai sangat tebal agar bibirnya terlihat segar. Savira juga menyadari itu, karena sejak siang kemarin, dia sama di tidak makan. Wanita itu hanya meminum air putih saja juga memakan kerupuk sisa Salsa kemarin.Dan sampai pagi ini, Savira masih juga belum merasakan enaknya nasi.Kepalanya pusing, tapi Savira menahannya. Savira yakini, kalau asam lambungnya kambuh lagi.Ketika wanita itu melangkah menuju lift, suara yang sangat dikenalnya menginterupsinya untuk berhenti. Savira menghembuskan napasnya kala mendengar suara itu. Ini suara orang yang sudah membuatnya tidak makan sejak semalam, siapa lagi kalau bukan Axel."Saya manggil-manggil kamu, kenapa gak menyahut?" Tanya Axel garang."Saya gak dengar," jawab Savira seadany
"Hei, apa-apaan kamu?"Axel berteriak karena terkejut saat melihat Savira mencabut selang infus yang tertancap di punggung tangan kanannya. Matanya melebar saat melihat punggung tangan wanita itu mengeluarkannya cairan kental berwarna merah. Astaga, baru saja siang tadi dia bahagia dan senang, tapi sore menjelang malam ini dia malah dibuat kesal dan khawatir secara bersamaan.Savira benar-benar nekat, padahal cairan infusnya belum habis."Saya mau pulang, Pak. Ngapain juga saya di sini, saya gak punya uang bayar biaya rumah sakit," jelas Savira.Wanita itu benar-benar tidak memiliki uang walau sepersen pun, kemarin saja dia meminjam uang Salsa dua puluh ribu untuk membeli bensin motornya dan sekarang dia masuk rumah sakit dan parahnya lagi berada di ruang VVIP, dengan apa dia membayarnya. Alasan Savira juga ingin pulang karena anaknya pasti sedang menunggunya.Bersyukur Savira karena Raka tidak tahu dia ada di rumah sakit."Saya
Setelah kejadian kemarin di mana Axel yang memarahi bahkan sampai membentak Savira, tadi malam Axel jadi merasa bersalah, apalagi saat melihat Savira yang keluar dari mobilnya tanpa berkata apa-apa dengan kepala yang menunduk.Pagi ini, Axel berencana untuk meminta maaf pada wanita itu. Seharusnya dia tidak perlu marah, karena Savira hanya bermaksud untuk menjailinya, tapi dia malah terbawa emosi. Sial! Axel sangat tidak bisa jika ada yang menyebutnya tidak bisa move on.Masih pagi-pagi sekali, Axel sudah datang di kantor untuk menemui Savira. Dalam hatinya, dia berdoa, semoga saja Savira mau memaafkannya. Huh, kalau Savira tidak mau memaafkannya, dia akan memotong gaji wanita itu, enak saja atasan sendiri tidak dimaafkan. Namun, ketika waktu sudah menunjukkan pukul sembilan pagi, Axel sama sekali tidak melihat batang hidung Savira, alhasil pria itu menyusul ke ruangan divisi marketing, divisi Savira bekerja.Ketika dia sampai, Axel celingak-celinguk mencari Sav
Mengingat dua hari yang lalu Axel menolongnya saat dia pingsan, Savira melupakan kekesalannya pada Axel. Wanita itu berniat memasak makanan kesukaan Axel dan memberikan pada pria itu sebagai ucapan terima kasih atas pertolongannya dua hari yang lalu. Pagi-pagi sekali, Savira sudah bangun untuk memasakkan untuk Axel. Setelah semuanya masak, Savira memasukkan semuanya ke rantang. Awalnya wanita itu membentuk nasi dengan bentuk hati, tapi dia merusak nasi yang dibentuk tadi. Nanti Axel berpikir kalau dia belum move on. Hei, ini sudah delapan tahun berlalu, mana mungkin Savira masih belum move on pada pria itu. Setelah mengantar Raka ke sekolahnya dengan menaiki angkot, Savira lanjut ke kantornya. Jika ditanya motornya ke mana, maka jawabannya adalah Savira menjual motornya. Wanita itu terpaksa menjual motor karena dia sangat butuh uang. Kalau dia tidak menjual motornya, maka kemarin dia dan Raka tidak akan makan. Untuk masalah motor, Savira akan
"Besok malam temani saya ke ulang tahun perusahaan teman saya," kata Axel.Savira mendelik saat mendengar perkataan mantan suami yang merangkap jadi atasannya itu. Sama sekali tidak ada kata ajakan, pria itu malah mengatakan untuk menemaninya. Setidaknya, bukan seperti itu mengajaknya."Saya gak mau," tolak Savira tanpa berpikir lebih dulu. Huh, kalau pun dia pergi, bagaimana dengan Raka di rumah?."Gaji kamu saya potong," ancam Axel."Bapak kok ancamannya itu mulu sih?"Savira benar-benar sudah bosan sebenarnya mendengar ancaman itu, tapi ancaman itu satu-satunya yang ampuh. Savira tidak bisa berkutik kalau Axel sudah mengancamnya dengan gaji yang akan dipotong. Masa dia yang bekerja lembur bahkan merevisi laporan yang salah berkali-kali gajinya dipotong, harusnya gajinya itu dinaikkan."Makanya temani saya ke pesta ulang tahun perusahaan teman saya," ujar Axel."Kenapa harus saya, Pak? Bapak gak punya pasangan yah, makanya nga
Dengan senyum lebar dan tangannya yang menenteng rantang makanan pemberian Savira, Axel masuk ke dalam rumahnya. Perasaan gembiranya sejak tadi di perusahaan benar-benar tidak bisa disembunyikannya. Bahkan tadi saat dia melewati para karyawannya ketika pulang, Axel terus menjadi pusat perhatian.Senyum Axel yang jarang dilihat dan mempesona itu membuat semua karyawati terpana.Ketika sudah memasuki rumahnya, Axel mendapatkan sang mama di ruang tamu yang tengah sibuk dengan beberapa kertas di atas meja. Menjadi seorang desainer memang sungguh merepotkan bagi mamanya, lebih baik Axel berurusan dengan berkas-berkas dari pada harus berurusan dengan pensil gambar juga mistar.Axel bersiul, membuat mamanya berdecak akibat terganggu dengan siulan sang anak. Kemudian Jeslyn memandang sinis anaknya, lalu pensil yang tadi di tangannya dia lempar hingga mengenai kening sang anak."Serius amat, Mah, Amat aja gak serius-serius banget," tegur Axel."Berisik kamu