Setelah kejadian kemarin di mana Axel yang memarahi bahkan sampai membentak Savira, tadi malam Axel jadi merasa bersalah, apalagi saat melihat Savira yang keluar dari mobilnya tanpa berkata apa-apa dengan kepala yang menunduk.
Pagi ini, Axel berencana untuk meminta maaf pada wanita itu. Seharusnya dia tidak perlu marah, karena Savira hanya bermaksud untuk menjailinya, tapi dia malah terbawa emosi. Sial! Axel sangat tidak bisa jika ada yang menyebutnya tidak bisa move on.
Masih pagi-pagi sekali, Axel sudah datang di kantor untuk menemui Savira. Dalam hatinya, dia berdoa, semoga saja Savira mau memaafkannya. Huh, kalau Savira tidak mau memaafkannya, dia akan memotong gaji wanita itu, enak saja atasan sendiri tidak dimaafkan. Namun, ketika waktu sudah menunjukkan pukul sembilan pagi, Axel sama sekali tidak melihat batang hidung Savira, alhasil pria itu menyusul ke ruangan divisi marketing, divisi Savira bekerja.
Ketika dia sampai, Axel celingak-celinguk mencari Sav
Mengingat dua hari yang lalu Axel menolongnya saat dia pingsan, Savira melupakan kekesalannya pada Axel. Wanita itu berniat memasak makanan kesukaan Axel dan memberikan pada pria itu sebagai ucapan terima kasih atas pertolongannya dua hari yang lalu. Pagi-pagi sekali, Savira sudah bangun untuk memasakkan untuk Axel. Setelah semuanya masak, Savira memasukkan semuanya ke rantang. Awalnya wanita itu membentuk nasi dengan bentuk hati, tapi dia merusak nasi yang dibentuk tadi. Nanti Axel berpikir kalau dia belum move on. Hei, ini sudah delapan tahun berlalu, mana mungkin Savira masih belum move on pada pria itu. Setelah mengantar Raka ke sekolahnya dengan menaiki angkot, Savira lanjut ke kantornya. Jika ditanya motornya ke mana, maka jawabannya adalah Savira menjual motornya. Wanita itu terpaksa menjual motor karena dia sangat butuh uang. Kalau dia tidak menjual motornya, maka kemarin dia dan Raka tidak akan makan. Untuk masalah motor, Savira akan
"Besok malam temani saya ke ulang tahun perusahaan teman saya," kata Axel.Savira mendelik saat mendengar perkataan mantan suami yang merangkap jadi atasannya itu. Sama sekali tidak ada kata ajakan, pria itu malah mengatakan untuk menemaninya. Setidaknya, bukan seperti itu mengajaknya."Saya gak mau," tolak Savira tanpa berpikir lebih dulu. Huh, kalau pun dia pergi, bagaimana dengan Raka di rumah?."Gaji kamu saya potong," ancam Axel."Bapak kok ancamannya itu mulu sih?"Savira benar-benar sudah bosan sebenarnya mendengar ancaman itu, tapi ancaman itu satu-satunya yang ampuh. Savira tidak bisa berkutik kalau Axel sudah mengancamnya dengan gaji yang akan dipotong. Masa dia yang bekerja lembur bahkan merevisi laporan yang salah berkali-kali gajinya dipotong, harusnya gajinya itu dinaikkan."Makanya temani saya ke pesta ulang tahun perusahaan teman saya," ujar Axel."Kenapa harus saya, Pak? Bapak gak punya pasangan yah, makanya nga
Dengan senyum lebar dan tangannya yang menenteng rantang makanan pemberian Savira, Axel masuk ke dalam rumahnya. Perasaan gembiranya sejak tadi di perusahaan benar-benar tidak bisa disembunyikannya. Bahkan tadi saat dia melewati para karyawannya ketika pulang, Axel terus menjadi pusat perhatian.Senyum Axel yang jarang dilihat dan mempesona itu membuat semua karyawati terpana.Ketika sudah memasuki rumahnya, Axel mendapatkan sang mama di ruang tamu yang tengah sibuk dengan beberapa kertas di atas meja. Menjadi seorang desainer memang sungguh merepotkan bagi mamanya, lebih baik Axel berurusan dengan berkas-berkas dari pada harus berurusan dengan pensil gambar juga mistar.Axel bersiul, membuat mamanya berdecak akibat terganggu dengan siulan sang anak. Kemudian Jeslyn memandang sinis anaknya, lalu pensil yang tadi di tangannya dia lempar hingga mengenai kening sang anak."Serius amat, Mah, Amat aja gak serius-serius banget," tegur Axel."Berisik kamu
Ketika sinar rembulan berganti menjadi sinar matahari pagi yang hangat, Axel sudah bangun dari tidurnya. Pria itu bangun lebih cepat dari biasanya. Jika biasanya selepas shalat subuh pria itu akan tidur sejenak, namun tidak, Axel malah langsung bersiap-siap, menyiapkan keperluan dan semua berkas-berkas penting yang akan dibawa ke kantor.Setelah semua keperluannya sudah siap, Axel langsung turun. Dia sudah tidak sabar memakan makanan yang Savira berikan padanya. Ketika dia sudah benar-benar turun dan berada di dapur, wajah Axel memerah saat dia melihat kalau rantang makanan pemberian Savira sudah dibuka dan isinya pun sudah kosong.Pria itu menarik napasnya panjang kemudian menghembuskan secara perlahan-lahan, berusaha mengontrol emosinya agar dia tidak marah pada orang yang sudah melahirkannya. Ok, Axel tidak ingin jadi anak durhakanya dan dikutuk jadi batu, dia lebih suka dikutuk jadi pria paling tampan di dunia.Tapi, melihat makanan yang diberikan Savira
Huuufffth...Huuufffth...Savira berusaha mengatur napasnya karena berlari sepanjang dua kilometer untuk mengejar waktu agar dia tak terlambat. Tapi nihil, wanita itu masih juga terlambat. Savira rela-rela berlari sepanjang dua kilometer, menghindari dari macet.Kalau saja dia tidak bangun lama dia tidak akan terlambat seperti ini. Saat membawa Raka ke sekolahnya tadi, Savira sudah menduga dia akan terlambat, ditambah lagi dengan jalanan yang macet membuat Savira dengan terpaksa turun dari angkot dan berlari sepanjang dua kilometer."Jam berapa ini, Savira?"Tiba-tiba suara yang sangat dikenalnya berada di belakang, bertanya padanya dengan nada suara yang terdengar marah. Savira tahu, ini akan terjadi.Karena napasnya yang sudah mulai teratur, Savira membalikkan badannya seratus delapan puluh derajat hingga berhadapan dengan Axel. Wanita itu menyengir kuda, kemudian tangan
Siang tadi, setelah berdebat dengan Axel, Savira langsung pulang tanpa bertanya pada Axel alamat tempat pesta ulang tahun perusahaan teman pria itu berlangsung. Alhasil, wanita itu harus mengirimkan Axel pesan untuk menanyakan alamatnya.Savira : Pak Axel, alamat acaranya di mana? Saya ke sananya jam berapa?Tak sampai satu menit Savira mengirim pesan, Axel pun sudah membalas pesannya. Baguslah kalau begitu, setidaknya, Savira tidak perlu menunggu lama-lama lagi.Pak Axel : Di hotel Sky Garden, selepas magrib saya jemput.Savira : Gak usah, Pak, saya berangkat sendiri aja.Bisa gawat kalau Axel sampai datang ke rumahnya dan menjemputnya, bagaimana kalau Axel bertemu dengan Raka? Savira tidak ingin Raka tahu Axel dan Savira tidak ingin Axel tahu Raka. Jahat, Savira memang jahat, tapi itu satu-satunya cara Savira untuk menjaga harta satu-satunya. Savira pun mulai bersiap-siap, memb
Siang tadi, setelah berdebat dengan Axel, Savira langsung pulang tanpa bertanya pada Axel alamat tempat pesta ulang tahun perusahaan teman pria itu berlangsung. Alhasil, wanita itu harus mengirimkan Axel pesan untuk menanyakan alamatnya.Savira : Pak Axel, alamat acaranya di mana? Saya ke sananya jam berapa?Tak sampai satu menit Savira mengirim pesan, Axel pun sudah membalas pesannya. Baguslah kalau begitu, setidaknya, Savira tidak perlu menunggu lama-lama lagi.Pak Axel : Di hotel Sky Garden, selepas magrib saya jemput.Savira : Gak usah, Pak, saya berangkat sendiri ajaBisa gawat kalau Axel sampai datang ke rumahnya dan menjemputnya, bagaimana kalau Axel bertemu dengan Raka? Savira tidak ingin Raka tahu Axel dan Savira tidak ingin Axel tahu Raka. Jahat, Savira memang jahat, tapi itu satu-satunya cara Savira untuk menjaga harta satu-satunya. Savira pun mulai bersiap-siap, membersihkan tubuhnya, berpakaian dan berdandan. Setidaknya S
Pagi harinya, suhu tubuh Raka sudah sedikit menurun padahal anaknya itu semalam tidak makan juga tidak minum obat. Savira yang baru saja selesai memasak bubur untuk Raka pun langsung menghela napasnya lega. Savira benar-benar khawatir saat tahu anaknya demam. Sudah sangat lama Raka tidak merasakan sakit yang namanya demam dan semalam baru pertama kalinya setelah sekian lama, bersyukur Raka tidak dibawa ke rumah sakit.Janda satu anak itu langsung duduk di sisi ranjang, dengan pelan dan lembut, dia membangunkan Raka untuk makan."Bangun dulu, Sayang."Raka mengerjap berkali-kali, menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retina matanya. Ketika dirasa matanya telah menyesuaikan cahaya yang masuk di matanya, Raka pun bangun dibantu oleh Savira."Makan dulu, baru minum obat," ucap Savira membuat Raka menganggukkan kepalanya.Savira mulai menyuapi Raka. Savira sangat bersyukur karena an