Siang tadi, setelah berdebat dengan Axel, Savira langsung pulang tanpa bertanya pada Axel alamat tempat pesta ulang tahun perusahaan teman pria itu berlangsung. Alhasil, wanita itu harus mengirimkan Axel pesan untuk menanyakan alamatnya.
Savira : Pak Axel, alamat acaranya di mana? Saya ke sananya jam berapa?
Tak sampai satu menit Savira mengirim pesan, Axel pun sudah membalas pesannya. Baguslah kalau begitu, setidaknya, Savira tidak perlu menunggu lama-lama lagi.
Pak Axel : Di hotel Sky Garden, selepas magrib saya jemput.
Savira : Gak usah, Pak, saya berangkat sendiri aja.
Bisa gawat kalau Axel sampai datang ke rumahnya dan menjemputnya, bagaimana kalau Axel bertemu dengan Raka? Savira tidak ingin Raka tahu Axel dan Savira tidak ingin Axel tahu Raka. Jahat, Savira memang jahat, tapi itu satu-satunya cara Savira untuk menjaga harta satu-satunya. Savira pun mulai bersiap-siap, memb
Siang tadi, setelah berdebat dengan Axel, Savira langsung pulang tanpa bertanya pada Axel alamat tempat pesta ulang tahun perusahaan teman pria itu berlangsung. Alhasil, wanita itu harus mengirimkan Axel pesan untuk menanyakan alamatnya.Savira : Pak Axel, alamat acaranya di mana? Saya ke sananya jam berapa?Tak sampai satu menit Savira mengirim pesan, Axel pun sudah membalas pesannya. Baguslah kalau begitu, setidaknya, Savira tidak perlu menunggu lama-lama lagi.Pak Axel : Di hotel Sky Garden, selepas magrib saya jemput.Savira : Gak usah, Pak, saya berangkat sendiri ajaBisa gawat kalau Axel sampai datang ke rumahnya dan menjemputnya, bagaimana kalau Axel bertemu dengan Raka? Savira tidak ingin Raka tahu Axel dan Savira tidak ingin Axel tahu Raka. Jahat, Savira memang jahat, tapi itu satu-satunya cara Savira untuk menjaga harta satu-satunya. Savira pun mulai bersiap-siap, membersihkan tubuhnya, berpakaian dan berdandan. Setidaknya S
Pagi harinya, suhu tubuh Raka sudah sedikit menurun padahal anaknya itu semalam tidak makan juga tidak minum obat. Savira yang baru saja selesai memasak bubur untuk Raka pun langsung menghela napasnya lega. Savira benar-benar khawatir saat tahu anaknya demam. Sudah sangat lama Raka tidak merasakan sakit yang namanya demam dan semalam baru pertama kalinya setelah sekian lama, bersyukur Raka tidak dibawa ke rumah sakit.Janda satu anak itu langsung duduk di sisi ranjang, dengan pelan dan lembut, dia membangunkan Raka untuk makan."Bangun dulu, Sayang."Raka mengerjap berkali-kali, menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retina matanya. Ketika dirasa matanya telah menyesuaikan cahaya yang masuk di matanya, Raka pun bangun dibantu oleh Savira."Makan dulu, baru minum obat," ucap Savira membuat Raka menganggukkan kepalanya.Savira mulai menyuapi Raka. Savira sangat bersyukur karena an
Ketika Savira baru saja datang di kantor, dia sudah dipanggil oleh manajer divisi marketing. Savira benar-benar tidak mengerti kenapa dia datang-datang langsung dipanggil. Seingatnya, dia sama sekali tidak berbuat salah, apa mungkin dia disuruh urusan membuat laporan lagi? Atau disuruh membawa laporan untuk Axel?.Kalau memang 'iya,' dia disuruh untuk membawakan laporan untuk Axel, ini bisa dijadikan Savira untuk bertemu dengan Axel dan mengajaknya Axel kembali keluar karena kemarin tidak sempat. Dia juga perlu menjelaskan alasan dia tidak bisa datang.Suara Pak Zulfan menginterupsinya untuk masuk ke dalam ruangan Pak Zulfan, Savira mengucapkan permisi lebih dulu lalu melenggang masuk."Pagi, Pak," sapa Savira.Pak Zulfan tersenyum, dia sebenarnya sama sekali tidak tega mengatakan pada Savira kalau ada hal yang penting atau bisa dibilang berita buruk yang akan dikatakan pada Savira. Selama ini, Savir
Baru saja Savira berniat ingin menidurkan Raka, tapi ponselnya berdering menandakan ada panggilan masuk. Savira pun tak jadi menidurkan anaknya itu, sedangkan Raka duduk di sofa usang, menunggu mamanya selesai mengangkat telepon.Savira tak langsung mengangkat panggilan itu, dia lebih dulu melihat id caller yang tak lain adalah Axel. Huh, untuk apa mantan bosnya itu meneleponnya? Wanita itu kesal dengan Axel, apalagi dia yang dipecat begitu saja tanpa adanya alasan tertentu."Apa? Masih belum puas pecat saya?"Yang pertama kali keluar dari mulut Savira adalah pertanyaan dengan nada sinis. Tak ada sapaan, toh, Axel juga sudah bukan bosnya."Halo, dengan Non Savira?"Savira terdiam saat mendengar suara wanita di seberang sana, dia mengernyit heran, memastikan kembali id caller yang tadi memanggilnya, mungkin saja tadi dia salah baca. Tapi ketika melihat id caller itu benar-benar nama Axel, Savir
Ketika sinar rembulan berganti menjadi sinar mentari yang menyilaukan, Savira mengerjapkan matanya berkali-kali, merutuk cahaya yang masuk di sela-sela gorden jendela. Kemudian tangannya terangkat menutup matanya, berniat ingin melanjutkan tidur tapi urung saat dia merasakan lengan kokoh yang memeluknya dari belakang.Jantung wanita itu berdetak tak menentu saat merasakan ada yang memeluknya. Matanya langsung terbuka lebar, pandangannya turun ke bawah, tepat di tempat lengah itu memeluknya. Lalu, tanpa memikirkan orang yang memeluknya tengah sakit, Savira langsung bangkit dari tidurnya, membuat Axel terganggu akibat Savira."Ck," decak Axel. "Saya bisa-bisa gak sembuh karena kamu, Savira," imbuhnya.Pria itu terusik dengan pergerakan Savira yang tiba-tiba dan mengangetkan nya. Axel membuka matanya, memandangi Savira, sementara Savira juga tengah menatapnya tajam. Axel mengernyit heran saat melihat Savira yang kini
Tak ingin berlarut-larut pada kesedihan karena Axel ingin menjauhinya, Savira memilih mencoba untuk melupakan sang mantan suami. Dia memang sudah tidak seharusnya masih berharap dan jatuh cinta pada Axel.Sudah tidak seharusnya cinta dengan orang yang dari masa lalu, itu hanya menyakiti hati saja. Dan Savira kini merasakannya. Malam ini Savira memasak banyak, membuat Raka mengernyit heran melihat mamanya. Ada gerangan apa mamanya sampai memasak sangat banyak seperti ini? Apa mamanya akan kedatangan tamu?"Mama masaknya banyak banget, ada yang mau datang?" Tanya Raka.Sembari menggoreng ikan, Savira menggelengkan kepalanya, menjawab pertanyaan Raka. Dia hanya ingin melampiaskan semuanya pada makanan."Terus, kenapa masaknya banyak banget?""Mama cuma mau makan banyak, kok."Raka mengangkat kedua bahunya, tak ingin lagi b
Anak itu? Axel menjambak rambutnya. Pria itu takut memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang bisa saja membuatnya menyesal, dia takut mengetahui sebuah kenyataan. Pandangan mata Axel mengikuti Savira dan Raka yang terus berjalan, tatapan matanya sendu melihat Savira. Sial. Pria itu mendongak, menghalau cairan bening yang ada di matanya agar tidak menetes. Tapi, tidak-tidak, dia tidak boleh menyimpulkan begitu saja, Axel harus memastikan. Ya, dia harus memastikan. Dia harus memastikan siapa ayah kandung Raka? Karena saat dia pertama kali bertemu dengan Raka, Axel merasa kalau Raka sangat mirip dengannya saat dia masih kecil dulu. "Ron, berhenti!" Perintah Axel membuat Ron tidak mengerti dengan bosnya. Dia tidak mungkin berhenti di lampu merah, yang ada nanti dia malah mendapatkan omela
Axel terkekeh sinis mendengar penuturan Savira yang katanya selama mengandung Raka, wanita itu membencinya. "Itu hanya mitos, Savira," ucap Axel yang kembali sukses membuat Savira diam. "Dia mirip denganku karena dia adalah anakku, bukan begitu?" Imbuh Axel membuat Savira menatap pria itu tajam. Savira teringat dengan kejadian delapan tahun yang lalu, saat Axel menceraikannya karena tidak percaya dia yang hamil di saat mereka baru saja menikah dua minggu. Saat dia dituduh selingkuh dan dikatai sebagai wanita murahan oleh Axel. Wanita itu juga ingat saat-saat dia baru saja bercerai, mengandung tanpa suami, memeriksa kandungan seorang diri, melahirkan tanpa ada satu pun yang menemaninya, bahkan sampai dia dan Raka dulu pernah kelaparan karena tak makan.
Abang Dosen udah updateAyok mampir! Gak kalah seru dari Balikan Dengan Mantan.Pokoknya kalian wajib baca, kita baper-baperan di sana, menghalu bareng-bareng.heheheAku tunggu vote dan komentar kalian.Jangan sampai ketinggalan. Bakal update setiap hari.bye bye***Abang Dosen udah updateAyok mampir! Gak kalah seru dari Balikan Dengan Mantan.Pokoknya kalian wajib baca, kita baper-baperan di sana, menghalu bareng-bareng.heheheAku tunggu vote dan komentar kalian.Jangan sampai ketinggalan. Bakal update setiap hari.bye bye***Abang Dosen udah updateAyok mampir! Gak kalah seru dari Balikan Dengan Mantan.Pokoknya kalian wajib baca, kita baper-baperan di sana, menghalu bareng-bareng.heheheAku tunggu vote dan komentar kalian.Jangan sampai ketinggalan. Bakal update setiap hari.bye bye
Savira menarik rambut Axel, membuat si empunya rambut mengaduh kesakitan. Walau begitu, dia sama sekali tak bisa menyuruh Savira melepaskan tarikan Savira. Saat ini, istrinya tengah berjuang melahirkan anak kedua mereka. Axel jadi membayangkan perjuangan Savira melahirkan Raka.Air mata menetes dari mata Axel, dia sedih melihat Savira, lebih sedih lagi kala bayangan tentang Savira yang melahirkan Raka, terus berputar di benaknya."Axel, sakit," adu Savira membuat Axel mengangguk, pria itu tahu rasanya pasti sakit, terbukti dengan Savira menangis."Iya, Sayang, kamu harus kuat. Aku bakal tetap di samping kamu."Savira kembali mengejan, mengikuti perintah dokter. Sekita beberapa menit dia mengejan lama, tangis bayi terdengar, Axel bernapas dengan lega karena Savira sudah tak merasakan sakit lagi. Bayi laki-laki telah lahir, adik Raka telah lahir tepat pukul satu dini hari. Bayi yang sehat tanpa ada cacat satu pun."Alhamdulillah," ucap pria itu tak henti-henti
Assalamualaikumhalooo semua....Apa kabar?Gimana puasanya? Lancar?Huhu karena sibuk meneliti dan mulai nyusun skripsi aku jadi lupa buat extra part cerita ini. Bahkan sempat janji mau update cerita baru.Tapi tenang, aku bakal baut extra part Balikan Dengan Mantan. Kalian bakal ketemu dengan Raka dan adik Raka nantinya. :DSebelum itu, mulai tanggal 29 April nanti (uhuy) aku bakal update cerita baru dengan judul Abang Dosen.Q : Kak, ceritanya RomCom gak?A : Iya, Romance-komedi, jadi ditunggu yahQ : Setiap hari apa updatenya?A : Setiap hari. Aku bakal update setiap hari sekitar jam 10 malamOk, mulai hari ini aku bakal update prolognya, jadi sambil nungguin tanggal 29 April, kalian bisa masukin ceritanya ke perpustakaan dulu.Nantikan extra part Balikan Dengan Mantan tanggal 28 AprilBye bye
Savira mengecup punggung tangan Axel sementara Axel mengecup keningnya lama. Prosesi ijab kabul telah selesai beberapa menit yang lalu dan saat ini keduanya kini telah resmi menjadi sepasang suami istri.Axel tersenyum melihat Savira yang begitu cantik menggunakan make up. Kemudian keduanya diarahkan penghulu untuk memasangkan cincin di jari manis, setelahnya mereka diarahkan untuk menandatangani buku nikah."Kami cantik," bisik Axel membuat Savira yang ada di sampingnya mencubit kecil pahanya. Bersyukur tak ada yang melihat."Gak sabar buat nanti malam," bisik Axel lagi."Kamu kalau ngomong terus nanti malam aku tidur sama Raka aja," kata Savira mengomel suaminya itu.Ah, suami? Savira terkikik geli kala mengingat kalau dia dan Axel kini resmi menjadi sepasang suami istri, apalagi mengingat bagaimana banyaknya rintangan yang mereka lewati dulu.Savira benar-
Savira mendengus kesal lantaran Axel yang sudah tak mengizinkannya bekerja dan yang lebih membuatnya kesal adalah, tiba-tiba saja ada sekitar sepuluh wanita berpakaian kemeja putih berjas hitam dengan rok span di atas lutut membawanya ke kamar.Wanita itu juga kini telah tinggal di rumah orang tua Axel atas permintaan Jeslyn dan Daniel, sementara Axel disuruh menginap di apartemennya oleh Jeslyn, katanya takut Axel berbuat macam-macam pada Savira.Dari pagi sampai sore ini, Savira tak henti-hentinya mendapatkan perawatan badan dan wajah dari sepuluh orang itu. Pertama, dia yang dibantu mandi, walau malu dia juga tetap mau karena merek memijat-mijat punggungnya bahkan memakaikannya sabun yang sangat wangi, Savira sama sekali belum pernah mencium aroma sabun itu. Kedua, rambutnya di keramas, diberikan masker rambut, kemudian diberi vitamin rambut hingga wangi dan lembut. Ketiga, kukunya pun mereka rapikan bahkan diberikan kuteks bening. Keempa
Savira benar-benar tak menyangka kalau Axel membawanya bertemu dengan wanita bernama Vina yang bagi Savira itu adalah rivalnya. Sekalipun cuma sekali melihat Vina saat itu bersama Axel, Savira masih sangat mengingat dengan jelas wajah wanita itu.Kekasih Axel itu mendelik tajam ke arah sang kekasih yang tak merasakan bersalah bahkan langsung bersalaman dengan Vina juga cipika-cipiki tanpa memedulikannya.Tangannya yang sejak tadi digenggam Axel pun dia lepaskan secara kasar. Apa-apaan Axel ini? Apa Axel hanya main-main memintanya untuk bersama-sama?"Apa kabar, Xel?"Axel tertawa kecil lalu menjawab pertanyaan Vina. "Baik, malah baik banget, Vin."Vina tersenyum, kemudian atensinya beralih pada wanita di sebelah Axel, yang tak lain tak bukan adalah Savira. Kemudian Vina menatap Axel sejenak, meminta untuk dikenalkan pada Savira."Oh, iya, kenalin, ini Savira
Setelah membujuk nenek Savira yang menolak mereka, akhirnya keduanya benarh diizinkan masuk ke dalam rumah dan kebetulan sekali, malam ini rumah nenek Savira tengah ramai. Semua keluarga berkumpul di rumah nenek Savira.Saat mereka sudah masuk rumah, semua mata tertuju pada Axel dan Savira, ada yang memandang Savira sinis dan ada pula yang memandang Savira tak suka. Atensi mereka beralih pada Axel yang ada di samping Savira, tengah menggenggam tangan Savira erat.Tapi, lain halnya dengan Rendra yang menatap mereka tajam. Rendra tahu apa tujuan Savira dan Axel datang ke rumah neneknya. Pastinya Axel dan Savira ingin meminta restu dengan neneknya."Duduk," perintah nenek Savira—Lisa.Savira awalnya ragu, tapi tetap mendudukkan dirinya di samping Axel yang sudah lebih dulu duduk. Rendra yang melihat itu mendekat, bahkan kini duduk di sofa hingga berhadapan dengan Axel dan Savira.
Axel : SayangSavira tersenyum senang membaca pesan dari Axel. Wanita itu menggigit bibir bawahnya menahan kegemasan pada pesan dari Axel. Hanya satu kata itu saja mampu membuat Savira melayang.Astaga, Axel benar-benar membuat Savira gila. Savira menenggelamkan wajahnya di bantal, kemudian berteriak. Hanya itu satu-satunya cara untuk melampiaskan kegemasannya pada Axel, kalau dia berteriak secara langsung tanpa meredam suaranya dengan bantal, bisa-bisa Raka akan datang ke kamarnya."Ya Allah, aku harus balas apa?"Savira kebingungan ingin membalas pesan Axel.Iya, Sayang.Savira pun mengetik dua kata itu, kemudian dihapus.Iya.Ah, rasanya membalas hanya dengan satu kata saja terlalu monoton untuk orang yang tengah menjalani kasih. Savira menghapus lagi pesannya itu.Kenapa, Axel?
"Kamu sama Axel udah balikan?"Pertanyaan Jeslyn dijawab dengan anggukan kepala dari Savira. Wanita itu malu mengakui kalau dia kembali bersama Axel, entah kenapa, tapi rasanya benar-benar malu. Apa mungkin karena Jeslyn yang sering menjodoh-jodohkan mereka?Orang tua Axel, Raka, juga Bi Ulan sudah pulang dari berliburnya, mereka baru tiba semalam. Dan Axel langsung menceritakan pada orang tuanya kalau dia telah kembali bersama Savira. Jeslyn yang memang tak percaya dengan anaknya memilih bertanya dengan Savira dan ketika pagi tiba, dia langsung menelepon Savira, menyuruh Savira ke rumah padahal Savira harus bekerja."Seriusan?"Lagi, Savira mengangguk."Mama kok gak percaya, yah? Atau ini hanya akal-akalan kamu sama Axel aja?"Astaga, Jeslyn malah ragu mereka. Kemarin-kemarin Jeslyn ragu dengan perasaan Axel dan Savira yang sudah saling melupakan, tapi sekarang ketika anaknya dan Savira sudah balikan, dia malah ragu."Udah, Ma. Aku s