Share

Bab 6

Beberapa minggu setelah mereka setuju untuk menjalani peran sebagai pasangan kontrak, Galendra dan Sera menghadiri sebuah pesta malam gala yang bergengsi di kota. Acara ini dihadiri oleh para elit bisnis dan tokoh masyarakat, menyediakan platform yang sempurna bagi mereka untuk memperkuat citra mereka sebagai pasangan yang solid.

Di atas tangga masuk, Galendra memberikan tangannya kepada Sera dengan penuh keanggunan, seperti pasangan yang benar-benar terbiasa dengan sorotan publik. Sera mengenakan gaun hitam yang elegan, sementara Galendra memakai setelan jas hitam yang memancarkan kepercayaan diri dan kekuasaan.

Mereka berdua berjalan masuk ke dalam ruang pesta yang gemerlap, di mana lampu-lampu gantung kristal memantulkan cahaya ke seluruh ruangan. Tamu-tamu lain memperhatikan mereka dengan rasa ingin tahu, sebagian besar penasaran tentang pasangan baru ini yang terlihat begitu cocok bersama.

Saat mereka berdiri di tengah-tengah ruangan, Galendra memegang gelas sampanye dengan elegan dan tersenyum pada Sera. "Kamu terlihat luar biasa malam ini, Sera."

Sera membalas senyumnya, meskipun dalam hati masih ada kekhawatiran dan ketidakpastian tentang peran yang mereka mainkan. "Terima kasih, Galendra. Kamu juga terlihat sangat berkelas."

Seorang tamu mendekati mereka, seorang pengusaha terkenal dari kota itu, dan mengulurkan tangan kepada Galendra. "Galendra, Sera, senang bertemu dengan kalian. Saya mendengar banyak tentang kolaborasi bisnis baru kalian. Sungguh menarik!"

Galendra menyambut dengan ramah, menggenggam tangan tamu tersebut dengan mantap. "Terima kasih, Pak Widodo. Kami senang bisa hadir malam ini."

Obrolan mereka terus berlanjut, dengan Galendra dan Sera terlibat dalam percakapan yang santai namun tajam tentang tren bisnis terbaru dan proyek-proyek mereka. Mereka berdua saling melengkapi dengan baik: Galendra menunjukkan kepemimpinan dan wawasannya dalam dunia bisnis, sementara Sera menambahkan nuansa kehangatan dan kecerdasan emosional dalam setiap interaksi.

Saat malam berlanjut, Sera merasa semakin nyaman berada di samping Galendra. Meskipun semuanya terasa seperti permainan, dia merasakan bahwa ada kekuatan di balik hubungan mereka yang mungkin lebih dari sekadar kontrak bisnis.

Ketika akhirnya mereka meninggalkan pesta, Sera dan Galendra kembali ke mobil Galendra yang mewah. Di dalam, mereka duduk dengan diam sejenak sebelum Galendra memulai pembicaraan.

"Sera, bagaimana perasaanmu setelah malam ini?" tanya Galendra dengan lembut.

Sera menatap ke luar jendela sejenak, mencoba merangkum semua pengalaman malam ini. "Ini semua masih terasa surreal bagiku, Galendra. Tapi aku percaya bahwa kita bisa melakukannya dengan baik bersama."

Galendra mengangguk, senyumnya hangat. "Aku juga percaya itu. Kita mulai dengan baik, dan aku yakin kita bisa mencapai tujuan kita dengan kerjasama ini."

Sera menoleh kembali ke arah Galendra, matanya penuh dengan tekad. "Kita akan melakukan ini bersama-sama."

Mereka berdua menatap satu sama lain, merasakan bahwa langkah mereka malam ini adalah awal dari sesuatu yang lebih besar dari sekadar permainan bisnis. Bagi Sera, ini adalah peluang untuk membalas dendam dan mendapatkan kembali kekuatannya. Bagi Galendra, ini adalah tentang membangun reputasi dan mencapai tujuan ambisiusnya.

Dengan hati yang berdegup kencang, mereka melanjutkan perjalanan mereka sebagai pasangan kontrak, tidak sadar akan rintangan dan cobaan yang akan menanti mereka di masa mendatang.

Malam itu, di restoran yang elegan dan tenang, suasana terasa tegang ketika Sera dan Galendra tiba bersama. Mereka duduk di meja yang terletak tidak jauh dari Arga, yang duduk dengan seorang wanita muda yang tampak sopan namun tegang di sebelahnya. Sera mengenakan gaun hitam yang elegan, sementara Galendra memakai setelan jas abu-abu gelap yang mencerminkan keanggunan dan kepercayaan diri.

Arga, yang terkejut melihat Sera bersama Galendra, mencoba untuk menyembunyikan rasa tidak nyamannya di balik senyuman yang kaku. "Sera, siapa orang ini?" tanyanya dengan suara yang mencoba untuk tetap tenang meskipun jelas terlihat ada ketegangan di matanya.

Sera, dengan sikap tenang dan mantap, menatap Arga dengan tatapan tajam. "Ini Galendra," jawabnya singkat namun jelas.

"Calon suamiku."

Arga menatap Galendra dengan pandangan yang sulit dipahami, mencoba untuk menutupi rasa kesal dan kecewa yang muncul. Dia merasa seakan-akan Sera sedang mencoba untuk menyakiti perasaannya dengan memperlihatkan kemesraan dengan Galendra di depannya. Namun, dia sadar bahwa perasaannya tidak bisa diungkapkan dengan terbuka di tempat umum ini.

Anissa, wanita di sampingnya, mencoba untuk meredakan ketegangan dengan tersenyum ramah kepada Sera dan Galendra. "Senang bertemu dengan kalian berdua," ucapnya dengan nada yang berusaha untuk tetap santai.

Galendra, dengan sikap yang tenang dan santai, menyambut sapaan Anissa dengan sopan. "Sama-sama, senang bertemu denganmu juga, Anissa."

Sera, sambil mengambil gelas anggurnya dengan anggun, merasa kepuasan dalam dirinya. Dia tahu bahwa kehadirannya dengan Galendra di sini tidak hanya menunjukkan kedekatan mereka, tetapi juga memberinya kesempatan untuk menunjukkan kepada Arga bahwa dia telah bangkit dan menemukan kebahagiaan yang baru.

Percakapan di meja terus berlanjut, walaupun suasana tetap terasa tegang di antara mereka. Galendra dengan bijaksana memimpin obrolan, mencoba untuk menjaga agar percakapan tetap ringan dan santai.

Ketika makan malam mendekati akhirnya, Arga menemukan momen untuk bertanya lagi pada Sera, meskipun dengan suara yang sedikit tegang.

"Galendra, apa yang membuatmu begitu spesial bagi Sera?"

Galendra, tanpa merasa terganggu dengan pertanyaan itu, menjawab dengan sopan dan tegas. "Sera wanita yang baik dan menyenangkan.Dia begitu spesial dan istimewa!"

Arga menelan ludah, merasa tidak puas dengan jawaban itu namun juga tidak bisa menunjukkan amarahnya secara langsung. Dia merasa bahwa Sera sedang berusaha untuk melukainya dengan menunjukkan hubungan dekatnya dengan Galendra di hadapannya.

Sera, sambil memperhatikan reaksi Arga dengan hati-hati, menyadari bahwa dia telah berhasil mempengaruhi perasaan mantan suaminya itu. Dalam dirinya, dia merasa sedikit lega, mengetahui bahwa dia tidak lagi terjebak dalam perasaan terpuruk yang pernah dia alami.

Ketika saatnya untuk berpisah di akhir malam, mereka saling bertukar senyum dan kata-kata perpisahan yang sopan. Sera berdiri dengan kepala tegak, merasa bangga dengan dirinya sendiri karena telah melewati pertemuan ini dengan tenang dan dengan kekuatan yang baru ditemukan.

Mereka berdua keluar dari restoran dengan langkah mantap, udara malam yang sejuk memberikan mereka rasa lega setelah pertemuan yang intens tersebut. Sera melirik ke arah Galendra, yang tersenyum padanya dengan penuh pengertian.

"Terima kasih, Galendra," ucap Sera dengan suara yang hangat.

"Kamu telah memberiku dukungan yang sangat besar."

Galendra tersenyum sambil mengangguk, "Kita melalui ini bersama-sama, Sera. Kita akan terus melangkah maju."

Dengan keyakinan dan harapan baru dalam hati mereka, Sera dan Galendra melanjutkan perjalanan mereka sebagai pasangan kontrak. Mereka sadar bahwa tantangan dan rintangan mungkin menanti di depan, tetapi mereka yakin bahwa dengan saling mendukung, mereka dapat menghadapinya dengan baik.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status