Mobil mewah Toyota Crown, berhenti tepat di depan lobi PT. Dirjaya corp. Kaki mulus yang mengenakan high heel merah mengkilap, turun dengan anggunnya. Gaun berwarna biru, dengan belahan dada cukup rendah menambah kesan glamor pada wanita berambut panjang itu.
Amber ingin sekali beristirahat tanpa ada gangguan dari siapapun, dari itu dia memilih pergi ke perusahaan milik mendiang orang tuanya, yang dikelola oleh orang yang sangat dia percayai. Namun, sebuah pesan video yang masuk ke ponsel miliknya membuat Amber gelisah dan marah. Bagaimana tidak, di dalam video tidak senonoh tersebut ada adegan dua orang yang teramat dia percayai
"Berani-beraninya mereka menghianatiku seperti ini!" ucapnya kesal dengan berteriak.
Amber beranjak dan berjalan dengan langkah tergesa-gesa menuju di mana mobilnya terparkir, dia tidak memperdulikan orang-orang yang menyapanya. Bahkan wakil CEO, yang memanggilnya dia abaikan. Amarah sudah menguasai wanita cantik dengan tampilan yang sangat mempesona.
Setengah jam perjalanan, Amber sudah berdiri di depan mansionnya. Menatap bangunan megah dengan gaya eropa, setiap sudut di topang oleh pilar-pilar yang kokoh dengan ukiran yang menawan. Dada Amber terasa bergemuruh, hingga terlihat naik turun. Giginya saling bergesekan, menimbulkan suara yang cukup membuat orang ngilu mendengarnya. Dengan kesal, Amber menutup pintu mobil yang membawanya sampai ke mansion ini dengan sangat kasar.
Brak!
Kaki jenjangnya menendang gerbang yang menjulang tinggi dan sangat kokoh, sedangkan buku-buku jarinya memutih dengan menampilkan urat kebiruan, karena Amber menahan amarah dengan mengepalkan tangannya.
"Nyo--nyonya!" Salah seorang penjaga tergagap melihat Amber yang ekspresi wajahnya cukup menakutkan.
Mata besar yang dimiliki oleh Amber, menambah kesan tidak bersahabat kala dirinya sedang marah. Begitu pula giginya yang bergemeretak, membuat para penjaga merinding.
"Kenapa diam? Buka!" hardik Amber dengan suara beratnya.
Dua penjaga itu terlihat sekali bingung dengan keadaan saat ini, satu sisi ada pesan Tuannya yang harus dilaksanakan, disatu sisi ada perintah dari Nyonya mereka, pemilik mansion ini.
"Di mana mereka sekarang?" tanya Amber dan penjaga itu hanya diam menunduk.
Kekesalan Amber makin memuncak, saat dua penjaga itu bungkam. Dengan penuh emosi, Amber berjalan masuk ke dalam. Bahkan kepala pelayan yang sangat dia hormati hanya dilewati olenya saat menyapa.
Saat sampai kaki Amber menjejak tangga, dia menole ke arah pelayan setianya. "Mereka memakai ruangan yang mana?" tanya Amber.
Amber mendengkus kesal, karena kembali mendapati orang yang bekerja dengannya hanya diam ketika dirinya bertanya. Apalagi pelayan senior yang sudah dianggap sebagai keluarga, ikut andil menyembunyikan semuanya.
"Di mana?" tanya Amber dengan menggertakkan giginya, dan salah satu pelayan menunjuk kamar pribadinya.
Dengan langkah anggun, Amber menaiki tangga menuju kamarnya yang saat ini digunakan oleh suami dan selingkuhannya. Namun, saat berada di depan kamarnya, mata Amber membulat sempurna. "Tidak ada rasa malu lagi!" lirih Amber, karena pintu kamar tidak tertutup rapat.
Bagaimanapun tegarnya Amber, dia tetap seorang wanita. Air matanya luruh saat melihat pemandangan terkutuk di depannya. Kedua manusia yang sedang mereguk nikmatnya permainan panas mereka, tidak menyadari kehadiran Amber yang sudah memasang wajah dingin dan menyeramkan. Suara desah yang saling bersahutan mampir di telinga Amber, semakin membuat hatinya wanita itu teriris pilu.
"Aaakh!" teriak wanita yang sedang meliuk indah di atas tubuh suami Amber.
Amber dengan keras dan kasar menarik rambut wanita yang jadi sahabatnya, hingga melepaskan penyatuan yang tengah dilakukan oleh suami dan selingkuhannya. Tentu saja, teriakan dan rasa terkejut, membuat suasana mencekam.
"Sakit lepaskan!" pekik wanita yang belum mengetahui siapa lawannya. "Akh! Sakit," teriaknya kemudian.
"Sa--sayang!" panggil lelaki, dengan wajah memerah.
Lelaki yang bergelar suami itu langsung menyambar celana kolornya yang dia buang sembarangan saat birahi sudah menguasai. Lalu mencoba mendekati Amber setelah memakai celana, tapi wanita yang tengah kalap dengan emosinya yang membludak langsung mengambil vas bunga dan memukul kepala selingkuhan suaminya. Lelaki itu hanya tertegun, menatap istrinya yang berubah seratus delapan puluh derajat.
"Si-siapa?" tanya wanita yang masih meringis, karena rambutnya belum juga dilepaskan.
"Aku ... aku adalah Amber Wijaya, yang memungutmu dari tempat sampah!" ujar Amber dengan menarik rambut wanita selingkuhan suaminya hingga kepalanya mendongak. "Apa kamu sudah lupa di mana asalmu Citra Adelia Kusuma!" lirih Amber dengan suara ditahan.
Citra yang melihat wajah Amber, langsung membulatkan matanya. Kali ini, perhitungannya salah, dia tidak mengetahui kepulangan Amber dan mata-mata bayarannya tidak ada yang melaporkan kedatangan wanita yang menjadikannya seorang model papan atas. Citra ingin memberontak dan melepaskan diri, akan tetapi posisinya saat ini tidak memungkinkan untuk melakukan itu.
Melihat suaminya mendekat dan terlihat mengkhawatirkan wanita selingkuhannya, Amber mengambil vas bunga dan membantinganya. Kemudian mengambil pecahannya untuk dia gunakan sebagai senjata, untuk melukai Citra.
"Sa--sayang, kamu bisa membunuhnya! Lepaskan!" pekik Charles yang takut dengan kelakuan istrinya, tapi tidak berani mendekat karena Amber menekan pecahan yang dia pegang ke leher Citra.
"Lepas, katamu?" Amber tertawa melihat kelakuan suaminya yang dengan teganya tidak merasa bersalah, atas apa yang diperbuat.
Merasa ada kesempatan, Citra mencoba menjauh. Namun, tangan Amber lebih cepat, kembali menarik rambut Citra hingga beberapa helai tercabut paksa.
"Lepaskan aku, Jalang. Sakit!" rintih wanita yang tidak punya malu. "Akh!" pekik wanita itu saat darah mengalir dari kepalanya. Matanya sudah berkunang-kunang, karena rasa sakit di kepalanya.
"Apa kamu bilang? Aku Jalang?" Senyum Smirk sangat nampak di sudut bibir Amber yang tangannya sudah berlumur darah.
Amber meraih pecahan vas bunga yang berukuran besar, kemudian mengayunkan tangannya ke arah dada Citra dan teriakan melengking terdengar menyayat. Wajah dan tubuh citra tidak luput dari goresan yang dibuat oleh Amber, wanita blasteran itu seperti sedang memahat karya seni di tubuh selingkuhan suaminya.
Charles tidak berani berbuat apa-apa, saat melihat kelakuan Amber. Baru kali ini dia melihat istrinya berubah menjadi bengis dan tidak terkontrol.
"Aaakh! Charles tolong aku!" pekik Citra, yang mencoba menjauh dari Amber.
Dengan sisa tenaga, Amber memberikan tendangan tepat di tulang rusuk Citra, membuat wanita itu kembali memekik kesakitan.
Amber tertawa dengan sangat puas melihat darah yang mengucur dari luka yang dia pahat di tubuh Citra, Amber kembali mengambil pecahan vas bunga yang baru dan meletakkannya di leher Citra, saat Charles mendekatinya.
"Jangan bergerak dan segera menjauh dari korban!" teriak seseorang dari belakang Amber.
Tawa yang tadinya menggema di seluruh ruangan, kini senyap seketika. Amber melihat ke belakang dan mendapati dua polisi sedang mengarahkan senjata ke tubuhnya.
"Hebat kamu, Mas! Demi melindungi selingkuhanmu ini, kamu memanggil polisi!" Amber menjatuhkan pecahan kaca yang ada di tangannya. "untuk saat ini, kalian terbebas." Amber membuang pandangannya ke arah jendela, menghindari tatapan memelas Charles.
"Bu--bukan aku sayang, bukan aku!" Charles mendekati Amber dan berusaha menjelaskan semuanya pada polisi, tapi keduanya mengabaikan Charles.
Tidak ada yang menyadari, seseorang sedang tersenyum bahagia melihat tangan Amber sedang diborgol, bagaikan penjahat besar.
"Percayalah padaku, sayang!" Charles melambaikan kedua tangannya. "Aku tidak mungkin melakukan hal ini, sayang," Charles menatap pilu istrinya."Citraa!" pekik Asisten Citra, dari jauh. "Kamu kenapa?" tanyanya khawatir, setelah berada di sisi Citra."Ze--zera," lirih Citra yang sudah tidak berdaya, karena kehilangan banyak darah.Zera langsung mengambil selimut untuk menutupi tubuh bosnya yang polos, hanya berbalut merahnya darah yang keluar dari luka-luka di tubuhnya."Aku terlalu bermurah hati padanya dan terlalu lama bermain-main, seharusnya aku langsung membunuhnya!" Seringaian, terlihat jelas di bibir sexy Amber.Mendengar ucapan itu, Zera berdecih dan meminta polisi segera membawa Amber. Dengan sedikit memaksa dan tubuhnya di dorong, Amber dibawa keluar dari kamar tempatnya mengeksekusi Citra."Jangan kasar, Pak! Istri saya tidak melakukan perlawanan apapun!" kesal Charles.Mendengar itu, Amber hanya mendengkus kesal, dan memberikan tatapan jijik pada suaminya sendiri. Bagaimana
Charles mengabaikan bisikan itu dan membersihkan diri, meninggalkan wanita yang menatapnya penuh damba. Charles berniat untuk menemani istrinya diperiksa oleh polisi. Setidaknya dia ingin memberikan keterangan yang akan meringankan hukuman istri tercintanya, dan berharap masalah ini tidak berlarut-larut. "Paman, urus rumah ini dengan baik dan jangan biarkan orang lain masuk tanpa ijin dariku!" pesan Charles pada pelayan senior. "Ingat pesanku, siapapun!" Charles kembali menekankan ucapannya.Pelayan senior itu hanya menunduk patuh dan langsung bergerak, setelah Charles meninggalkan mansionnya. Banyak pekerjaan yang perlu dibenahi di rumah ini setelah terjadi kekacauan yang disebabkan oleh Charles dan Amber.Charles yang sudah berada di kantor polisi tidak dapat menemui dan mendampingi Amber, dirinya benar-benar khawatir dan merasa bersalah. Tujuannya kini ke rumah sakit di mana Citra sedang mendapatkan perawatan atas luka-luka penganiayaan dari Amber.[Tuan anda di mana?]Carles mener
Baru saja masuk di dalam ruangan yang ditempatinya, Amber sudah menjadi pusat perhatian. Bahkan, seorang wanita yang mengklaim dirinya sebagai ketua ruangan tersebut memandang sinis ke arah Amber, yang bersikap santai."Kamu terlihat seperti orang kaya!" celetuk ketua ruangan itu. "Sekarang pesankan makanan yang enak-enak untukku dan juga orang-orang yang ada di sini!" perintah ketua kamar.Amber hanya melirik dan merebahkan dirinya di atas alas tikar yang sudah disediakan, memilih memejamkan mata dengan melipat kedua tangannya di dada. Melihat kelakuan Amber, ketua ruangan itu meradang. Dia berjalan mendekati Amber dan langsung menarik Amber hingga wanita itu berdiri. Tubuh Amber kalah besar dari wanita yang ada di depannya, hingga tidak mungkin dirinya bisa terlepas dengan mudah dari ketua ruangan itu."Aku yang berkuasa di sini! Jaga sikapmu, atau kamu ingin berakhir menderita di sini!" teriak ketua ruangan dengan suara beratnya.Amber menepis tangan ketua ruangan yang menarik kerah
"Kenapa kamu bisa bertindak bodoh seperti ini!" tegur lelaki gemulai itu dengan suara yang nge-bass.Amber yang tadinya ingin memejamkan mata, langsung menegakkan tubuhnya. Menatap tajam lelaki yang sudah membersamainya selama dia menjadi model, bahkan sebelum Amber menjadi terkenal seperti saat ini."Hei! Kamu mengabaikanku!" Ketus Davi."Sudahlah, aku ingin istirahat. Lebih baik kamu keluar dari sini dan mencari pekerjaan baru, karena aku akan sangat lama di sini!" Amber mengusir salah satu asisten yang sangat royal padanya. "Oya, sampaikan juga hal ini pada Olivia, agar segera mencari pekerjaan baru! Aku tidak ingin kalian menjadi miskin karena bertahan dengan pekerjaan yang entah kapan akan dimulai lagi." Amber berkata dengan sangat ketus.Lelaki gemulai yang ada di hadapan Amber hanya berdecih menahan kekesalannya, tidak menyangka, jika Amber akan mengalah dengan sangat mudahnya, atau dia hanya sedang kesal saja."Kamu bukanlah Amber yang aku kenal!" Suara Davi berubah menjadi teg
Sudah beberapa hari Amber berada di dalam sel bersama dengan tiga wanita yang tangguh menurutnya. Mereka berbagi kisah pada Amber, agar tidak ada jarak antara mereka, hanya saja Amber masih menutupi apa yang sedang menimpanya. Amber lebih suka menjadi pendengar yang baik untuk saat ini, dan menyiapkan semua rencana untuk kehidupannya ke depan."Kalian bertiga luar biasa, jika aku ada kesempatan keluar dari sini, maka aku akan membuat kehidupan kalian lebih baik lagi!" seru Amber dengan penuh semangat.Ketiga wanita di depan Amber tersenyum hangat, berbeda saat pertemuan pertama mereka yang terkesan acuh dan tidak peduli. KIni mereka saling rangkul dan saling mendukung satu dengan yang lainnya."Aku sepertinya tidak akan keluar dari sini dengan begitu mudahnya, hukuman mati sedang menantiku," ujar Ratih dan Ina hanya mengusap punggung wanita di sebelahnya.Mereka bertiga sudah bersama beberapa bulan terakhir, sebelum kedatangan Amber. Membagi suka duka bersama dan melewati pembulian dar
Sudah lebih dari sebulan, Amber berada di balik jeruji dan hampir setiap harinya Charles selalu datang berkunjung. Bukan hanya Amber saja yang jengah, tapi para sipir penjara pun bosan melihat wajah memelas Charles. Ya, dikarenakan Amber selalu menolak untuk menemui suaminya itu, dan Charles sangat kekeh ingin bertemu dengan istri tercintanya."Nona Amber, silahkan anda temui Tuan Charles!" pinta sipir penjara, saat amber sedang melakukan kegiatan yang sudah biasa dia jalankan di dalam sel. "Agar kami tidak ikutan pusing!" keluh sipir itu kemudian.Amber menghela napas panjang dan menghembuskannya dengan perlahan, agar rasa kesal dan bencinya dapat dia kontrol. Bagaimana pun, dirinya belum bisa terima dikhianati sekian lamanya. Namun, sepertinya suaminya itu tidak akan berhenti sebelum bertemu dengannya.'Dasar lelaki!' gerutunya.Mau tidak mau, Amber melangkahkan kakinya mengikuti sipir yang akan membawanya menemui Charles. Lelaki yang ingin sekali dia cekik, tapi sayangnya dirinya ma
Charles terpaksa pulang dengan tangan kosong lagi, geram dengan kelakuan istrinya yang terlalu mengedepankan egonya. Charles hanya merasa dirinya tidak sepenuhnya bersalah dalam hal ini, karena Amber terlalu sibuk menurutnya. Lelaki itu tidak tau, jika hati wanita sudah tersakiti, maka tidak akan ada kata maaf untuk kedua kalinya."Harusnya, kamu lebih mengerti mauku, Amber!" pekiknya dari dalam mobil.Meski kesal, Charles tidak tega dengan istrinya. Dia kemudian memesan makanan untuk istrinya dalam jumlah yang banyak. Bukan hanya makanan saja, tapi juga kebutuhan Amber lainnya. Tanpa perlu istrinya itu meminta padanya. Charles harus bisa mengambil hati istrinya lagi, dia tidak menginginkan perpisahan.[Hallo, Tuan. Nona Citra sudah sadar dari koma panjangnya, apakah tuan akan menjenguknya?]Baru saja mobil melaju, Charles mendapatkan telepon dari asistennya. Mengabarkan kondisi terkini Citra. Ada rasa bersalah juga dalam hatinya pada wanita yang menjadi pemuas hasratnya, tapi amarah l
Zera gelagapan mendengar suara sentakan dari Citra, dirinya kelepasan. Dengan cepat memasang wajah sendu dan mata berbinar, memandang sayu ke arah bosnya itu."Maksudku, aku tidak akan membiarkan mereka hidup tenang, karena sudah menyebabkan keadaan dirimu seperti ini!" Zera berkilah dan beruntungnya, Citra mempercayainya. "tentu saja aku tidak akan membiarkan mereka mengalahkanmu!""Membuatku jantungan saja!" keluh Citra, dengan memegang dadanya.Zera menampilkan deretan giginya yang putih meski tidak tersusun rapih, lalu duduk di samping Citra. Wanita muda itu kemudian menyarankan beberapa opsi untuk mempercepat rencana mereka membalas dendam pada Amber.Tiga opsi yang diajukan oleh Zera, hanya satu yang membuat Citra tertarik. Operasi plastik, ya, hanya operasi plastik yang bisa mengembalikan keadaan wajahnya yang cantik sempurna, untuk saat ini. Terlihat sangat antusias dan keyakinan wanita yang wajahnya diperban itu semakin bertambah, dirinya akan mengalahkan Amber di semua bidang
"Hei, kamu!" pekik Citra.Saat satu pelayan lewat di depannya, setelah pesta usai. Wajah pias pelayan itu sangat kentara, matanya tidak berani melihat ke ara Citra."I-iya, Nona Citra," lirih suaranya.Dahi Citra mengernyit, saat mendengar jawaban si pelayan, tapi itu tidak membuatnya senang. Citra butuh pelampiasan. karena acara yang sudah di susunnya berantakan dan pelayan malang inilah yang menjadi target pelampiasan amarahnya."Pijat bahuku sekarang, aku sangat lelah," perintah Citra dengan suara rendah, tidak seperti biasanya.Pelayan itu segera mendekat dan melaksanakan apa yang diminta oleh majikan barunya. Dia lupa panggilan untuk wanita yang ada di depannya, hanya karena hal sepele, pelayan yang baru bekerja satu tahun di kediaman Charles itu akan menanggung akibat dari kekesalan Citra yang terpendam."Kenapa di situasi seperti ini, Zera malah tidak datang!" Kesal Citra, mulutnya tidak berhenti mengomel."Kecilkan suaramu, kepalaku sedang pusing!" Charles yang masuk ke kamar l
Di rumah Charles sudah ramai dengan orang-orang yang mendekorasi setiap ruangan, Citra tanpa ijin dari yang punya rumah berani melakukannya. Dia dengan pongah berjalan masuk ke dalam rumah, seperti dulu saat Amber masih menjadi sahabatnya."Persiapan sudah hampir delapan puluh persen, Nona." Seorang staaf WO memberi penjelasan pada Citra, yang tengah memperhatikan dengan seksama setiap detail hiasan yang terpasang."Kenapa poto-poto itu tidak diturunkan?" tanya Citra dengan kesal."Hmmm, kami tidak diperbolehkan menyentuh poto-poto itu, Nona. Setidaknya, poto-poto itu samar, tertutupi oleh bunga-bunga segar ini," Staff WO memilih mencari aman, dia tahu sedang berhadapan dengan siapa.Pernyataan Staff Wo membuat Citra kesal, padahal dia sudah meminta dengan khusus untuk membersihkan semua dinding dari hiasan apapun, terlebih poto. Harapannya tidak sesuai dengan kenyataan, ingin dia protes, tapi dia harus menjaga imagenya saat ini."Baiklah," ujar Citra.Dia meninggalkan staff itu, dan m
Setelah pertemuannya dengan Citra, Charles mengunjungi Amber di penjara. tidak memakai namanya, karena dia yakin Amber akan menolak bertemu dengannya. Charles iungin Amber menerima anaknya, setidaknya tidak membuang dan menyingkirkan anak kandungnya. Charles tidak berpikir betapa sakit hati Amber saat mendengar kenyataan ini. Lelaki memang maunya menang sendiri.Cukup lama, Charles menunggu Amber menemuinya. Kata petugas jaga, Amber sedang mengikuti kegiatan dan wanita itu memilih mengikuti kegiatan dari pada harus bertemu Charles saat ini."Untuk apa kamu menemuiku lagi?" ketus Amber, "bukannya lebih baik langsung kita akhiri saja pernikahan aneh ini, agar tidak saling membuat kecewa?" Pertanyaan Amber membuat Charles terdiam.Lelaki itu mendekati Amber, memeluk istrinya penuh dengan luapan rasa rindu dan cinta yang tidak berubah. Entah siapa Amber sebenarnya, tapi hati Charles sudah terpaut dalam dengan wanita yang ada didekapannya. Tidak peduli, Amber menolak dirinya berkali-kali,
Dengan perasaan membuncah, Citra mendatangi Charles. Memeluk lelaki yang menitipkan benih di dalam rahimnya. Memang, awalnya Citra pun menolak memiliki anak, bukan karena tidak ingin, tapi ada kontrak yang tidak bisa dia langgar. Sekarang adalah kesempatan untuk benar-benar merebut Charles dari Amber dan mengalahkan pesaingnya itu dalam hal apapun."Ada apa kamu ke sini?" tanya Charles, lalu melepaskan diri dari dekapan Citra yang cukup erat."Aku memiliki hadiah yang sangat besar untukmu dan ini akan mengubah dunia kita," Citra berujar dengan semangat yang membara.Dia yakin, kali ini Carles benar-benar akan berpaling pada dirinya, bukan hanya berpaling dari ranjang hangatnya Amber saja."Berita terbaik untukku saat ini hanya kebebasan Amber saja!" ketus charles.Lelaki itu hanya mesra saat hasratnya sudah memuncak, setelahnya dia akan memandang hina pada setiap wanita yang memuaskannya, tidak terkecuali Citra."Benar!" ujar Citra dengan senyum lebar, sedangkan Carles mengernyit tidak
Baru beberapa langkah, Citra terhuyung. "Apa kamu tidak melihat tubuhku yang sebesar ini?" tanya orang yang bertabrakan dengan Citra."Aku tidak sengaja!" bentak Citra.Bukannya meminta maaf, Citra makin membuat suasana panas. Bagaimana tidak, bukannya meminta maaf, dia malah berkacak pinggang dan melotot. Tentu saja memancing orang yang bertabrakan dengannya emosi."Kau-!" baru saja akan bersuara, orang yang bertabrakan dengan Citra terdiam."Nona Citra?" sapa Adrian, yang mendengar suara Citra mengema.Citra menoleh, dan menurunkan tangannya yang berada di pinggang. Menghela napas panjang dan menahan kesal, karena dia ketauan datang dan tidak mungkin pergi begitu saja."Hai," sapa Citra.Wanita itu langsung masuk ke dalam ruangan Zera, meninggalkan orang yang bertabrakan dengannya. Membiarkan emosi orang itu menguap, tanpa bisa dilampiaskan."Sudah diperiksa?" tanya Citra."Tentu saja," Adrian yang menjawab. "Zera hamil anakku, dan aku ingin segera menikah dengannya dan menjadikan d
"Untuk apa?" tanya Citra dengan wajah penuh selidik, "bukannya jadwal operasi masih bulan depan, ya?" lanjutnya dengan ekspresi curiga."Aku takut, perutmu akan sakit setelah menghabiskan dua cup rujak," balas Zera.Zera menghela napas panjang, akankah dia mengatakan jika Citra sedang hamil anak dari Charles. Bukankah hal ini yang sejak lama mereka rencanakan, menjadikan Citra sebagai Nyonya Charles. Lalu, mengapa Zera sepertinya tidak menyukai hal itu. "Kamu kenapa?" tanya Citra, saat meliat wajah Zera yang memucat."Entahlah," Zera memilih duduk, karena dirinya merasa lelah."Seharusnya, kamu yang ke rumah sakit! Bukan aku!" ketus Citra dengan menyodorkan sebuah kartu. "Tanggal lahirku," ujra Citra dengan senyum.Dengan tangan gemetar, Zera mengambil kartu yang diberikan oleh Citra dan menanyakan untuk apa kartu yang dia pegang."Tentu saja untukmu! Pergilah dan sembuhkan dirimu. Masih banyak pekerjaan yang harus kamu selesaikan, yang paling pasti, membantuku menjadi Nyonya Charles!
Citra menggeliat, merasai tubuhnya yang remuk redam akibat ulah Charles. Tangannya meraih sesuatu, tapi yang diraih tidak ada. Wanita itu membuka matanya dan melihat ke arah samping, tidak ada Charles di sana. Dengan cepat, Citra memakai kimononya dan menghidupkan lampu kamar, sejenak dia tertegun, karena masih melihat Charles di kamar yang sama dengannya. Apa mungkin, Charles sudah mulai mencintainya, karena beberapa hari ini, mereka menghabiskan hari-hari bersama."Aku kira kamu pergi," ucap Citra manja, sembari memeluk Charles yang sedang memandang langit malam.Charles, melepas pelukan Citra, membalik tubuhnya dan menatap wanitanya. Menyelami mata yang mampu menghipnotisnya, setiap kali bercinta. Apakah di matanya itu ada kebohongan yang tersembunyi, ataukah memang benar ada cinta yang besar untuknya."Apa yang bisa kamu berikan untukku, sebagai tanda bahwa kamu benar-benar mencintaiku?" Charles mencoba menguji Citra, mencari kebenaran dari jawaban yang akan diberikan oleh wanita y
"Maaf, Tuan. Bukannya tadi kita dari sana, dan kemungkinan bertemu dengan Nona Amber sangat tipis!" ujar Adrian mengingatkan.Charles kembali mengumpat dan sekarang meminta asistennya mengantarkan dia ke rumah sakit, sebelumnya dia mendapat kabar jika Citra sudah diijinkan pulang. Charles yakin, Citra tahu sedikit tentang Amber yang tidak dia ketahui. Lelaki itu juga meminta Adrian mencari tahu ulang tentang istri dan keluarganya."Cari tahu yang benar dan teliti, jangan sampai terlewat!" pinta Charles dengan nada tegas dan Adrian hanya mengangguk.Selama perjalanan menuju rumah sakit, tidak ada lagi yang bersuara. Charles dengan pikirannya yang sedang menduga-duga, sedangkan Adrian fokus pada poselnya. Memerintahkan anak buahnya untuk mencari tahu tentang kehidupan Amber, sebelum menikah dengan bosnya."Ingat, aku butuh informasi itu secepatnya!" Charles bersuara."Saya mengerti, Tuan." Balas Adrian patuh.Kisah Adrian, sangat mirip dengan Citra. Hanya saja, Adrian dibuang keluargany
Setelah baku hantam, dua lelaki yang ada di hadapan Amber diam dan mengatur nafas mereka masing-masing. Bukan karena keinginan mereka menghentikan pertarungan, tapi karena paksaan dari para sipir, yang mendampingi."Sudah berkelahinya?" Rasanya, Amber ingin menampar kedua lelaki yang membuatnya pusing mendadak."Jika tidak karena dia duluan, aku tidak akan mau meladeninya!" ketus Charles.Jhon yang datang untuk memberikan laporan tentang usahanya mengambil alih saham milik Citra, terbakar cemburu. Disaat melihat Charles masih berupaya merayu, Amber dengan segala bujuk rayunya. Jhon marah, karena ulah Charles-lah, wanita yang dia cintai mendekam di balik jeruji besi. lelaki itu lebih memilih Amber berbahagia, meski bukan dengannya."Lelaki bajingan! Tidak sadar dengan apa yang sudah kamu perbuat dan menyebabkan wanita sebaik Amber berada di sini!" teriak Jhon, yang masih kesal.Amber menghela napas panjang dan melakukan peregangan otot, kemudian berdiri, meninggalkan dua lelaki yang sed