"Percayalah padaku, sayang!" Charles melambaikan kedua tangannya. "Aku tidak mungkin melakukan hal ini, sayang," Charles menatap pilu istrinya.
"Citraa!" pekik Asisten Citra, dari jauh. "Kamu kenapa?" tanyanya khawatir, setelah berada di sisi Citra.
"Ze--zera," lirih Citra yang sudah tidak berdaya, karena kehilangan banyak darah.
Zera langsung mengambil selimut untuk menutupi tubuh bosnya yang polos, hanya berbalut merahnya darah yang keluar dari luka-luka di tubuhnya.
"Aku terlalu bermurah hati padanya dan terlalu lama bermain-main, seharusnya aku langsung membunuhnya!" Seringaian, terlihat jelas di bibir sexy Amber.
Mendengar ucapan itu, Zera berdecih dan meminta polisi segera membawa Amber. Dengan sedikit memaksa dan tubuhnya di dorong, Amber dibawa keluar dari kamar tempatnya mengeksekusi Citra.
"Jangan kasar, Pak! Istri saya tidak melakukan perlawanan apapun!" kesal Charles.
Mendengar itu, Amber hanya mendengkus kesal, dan memberikan tatapan jijik pada suaminya sendiri. Bagaimana bisa, suaminya itu berubah sikap setelah dirinya melihat penghianatan terbesar dalam rumah tangga mereka, dan Cahrles menyadari itu, dia merasa sangat bersalah pada sang istri.
Amber kembali melangkah, dan menuruni anak tangga diiringi dengan tawa bahagianya. Amber hanya senang, bisa melampiaskan amarahnya dengan cara menyiksa Citra, wanita yang dia pungut di jalanan. Namun, mata Amber seperti mencari sesuatu, dan hanya Zera yang mengetahui itu.
"Perempuan gila! Sepertinya dia pantas dimasukan ke dalam rumah sakit jiwa!" Zera memaki Amber. "Membusuk saja kamu di penjara!" tambahnya membuat Amber melihat ke arahnya.
Mulut Zera langsung tertutup rapat, saat melihat Amber menatapnya penuh intimidasi tanpa menghentikan langkahnya. Zera tidak menyangka, jika Amber masih bisa menampilkan wajah pongahnya. Akan tetapi, sudut bibir Zera terangkat, menampilkan senyuman sinis. Zera yakin, Amber akan depresi dengan kejadian yang akan menimpanya berkali-kali lipat di dalam penjara, karena dia pernah merasakan dinginnya lantai ruang tahanan.
'Ada kejutan di depan sedang menantimu,' lirih Zera.
Sorot kamera, tertuju pada Amber yang keluar dari dalam rumah dengan tangan terborgol. Begitu cepat polisi dan wartawan datang, membuat Amber berpikir, jika di dekatnya banyak penghianat yang berkeliaran.
Charles mengekor di belakang Amber dengan terus memberikan dukungan pada istrinya, lelaki itu sangat terpukul melihat keadaan istrinya yang diperlakukan seperti seorang penjahat, sekelas koruptor saja diperlakukan dengan sangat baik.
"Pak, lepaskan istri saya, dia tidak melakukan kejahatan. Semua hanya salah paham!" Charles mencoba bernegosiasi.
"Tolong jangan menyulitkan tugas kami!" pinta polisi dengan mencoba menghalau Charles. "Jika dia tidak bersalah, maka kami akan membebaskannya dengan terhormat!" balas pimpinan para polisi.
"Sayang, kamu tenang saja. Aku akan membantumu, semua pengacara hebat akan aku kerahkan untuk membuatmu bebas!" Charles mengenggam tangan Amber saat istrinya diminta masuk ke dalam mobil polisi, tapi langsung ditepis oleh istrinya.
Para wartawan dari berberapa media merangsek maju, untuk mendapatkan informasi yang mereka butuhkan. Berbagai pertanyaan dilontarkan tapi tidak satu pun yang dijawab oleh Amber. Ekspresi wajah Amber berubah dingin dan terlihat sangat angkuh. Dia mengangkat dagunya dan langsung masuk ke dalam mobil. Membuat para wartawan bersorak kesal, kemudian beralih pada Charles yang terlihat sangat terpukul.
"Maaf, saya permisi!" ujar Charles dengan rasa kesal yang membuncah.
Baru beberapa langkah, Charles terpaku. Menatap sengit wanita yang tadi memberinya kepuasan batin., sedang ditandu. Namun, karena perempuan itulah rumah tangganya hancur dan kemungkinan Amber akan di penjara sangat besar karena para polisi melihat langsung Amber menyiksa Citra.
Para wartawan mengarahkan kameranya ke Citra yang sudah tidak berdaya dengan wajah yang rusak parah. Bahkan untuk membuka mata saja, Citra tidak bisa. Dari lubang hidung dan pelipisnya masih mengalir darah segar akibat perbuatan Amber. Dengan sigap Zera membuka pintu mobil dan membantu Citra masuk ke dalamnya, kendaraan mewah itu pun melesat pergi menuju ke rumah sakit.
Wartawan kini kembali beralih ke Charles yang sedang tertegun, memandangi mobil milik Citra menjauh. Lelaki itu sedang mengutuk dirinya sendiri yang tidak bisa menahan hasratnya, mengakibatkan rumah tangganya di ujung tanduk.
"Pak Charles, apakah istri anda terlalu iri dengan Citra yang mulai menyainginya dalam dunia bisnis dan permodelan?" tanya wartaan wanita.
"Apakah karena persaingan mendapatkan gelar nomor satu sebagai model papan atas, sehingga Nyonya Amber dengan tega melakukan hal ini pada sahabatnya?" timpal wartawan lainnya.
"Apakah ada cinta segitiga diantara kalian?" Satu pertanyaan ini, membuat langkah Charles seperti terpaku.
Charles hanya menoleh dan kembali melanjutkan langkahnya memasuki mansion yang terlihat menyeramkan baginya, sepi dan mencekam. Para pelayan langsung menghalangi wartawan yang terus maju, mendekati Charles.
"Tu-tuan, maaf saya datang terlambat. Tadi ada mitting tidak terduga," ujar sang Asisten dengan napas ngos-ngosan.
Charles tidak memperdulikan asistennya, dia terus melangkah menuju kamar peraduannya dengan Amber. Setan apa yang membuatnya membiarkan wanita lain masuk dan tidur bersamanya di ranjang pilihan istri tercintanya, dia hanya bisa menatap nanar ruangan berukuran tujuh kali delapan itu. Barang-barang berserakan, juga banyak bekas darah yang mulai mengering.
"Minta pelayan untuk membersihkan semuanya dan jauhkan benda berbahaya dari kamar ini," perintah Charles pada asistennya yang sejak tadi mengekorinya.
Rasa bersalah memuncak dalam hati Charles, dia tidak bisa membayangkan bagaimana keadaan Amber di dalam ruangan yang sempit dan pengap. Charles memandangi poto Amber berbingkai emas yang terpasang apik di atas ranjang. Senyum menawan milik Amber yang selalu membuat hati dan cinta Charles berbunga, kini terlihat bagaikan amarah yang sangat menakutkan bagi Charles.
"Aku akan membebaskanmu secepatnya, tunggu aku sayang!" ocehnya dengan menatap sayu poto istrinya.
"Tuan, ada lagi yang harus saya kerjakan?" tanya asisten Charles lirih, karena ada masalah di perusahaan yang membutuhkan konsentrasi.
"Hubungi semua pengacara hebat di negara ini untuk membantuku membebaskan Amber!" tegas Charles.
"Baik, Tuan. Saya akan mencoba yang terbaik untuk Nyonya," jawab sang asisten, lalu dirinya berlalu dari sisi Charles.
Bukan ingin membiarkan tuannya berduka sendirian, tapi saat ini perusahaan Charles sedang goyah karena kejadian yang dialami tuannya sudah tersebar luas dengan sangat cepat. Banyak para investor yang menarik saham mereka secara mendadak, sebagai asisten dirinya harus menjadi garda terdepan.
[Kalian di mana, Amber sedang mendapatkan masalah serius!]
Charles yang jarang sekali menghubungi asisten istrinya, kini terdengar sangat marah saat teleponnya terhubung. Tidak biasanya kedua asisten Amber membiarkan Amber berkeliaran sendirian. Pastinya, salah satu dari mereka akan menemaninya. Jika seperti itu, tidak akan pernah terjadi kejadian saat ini.
[Kalian bisa kerja enggak sih!]
Charles terus memarahi orang yang ada di ujung teleponnya, lelaki itu melampiaskan semuanya pada asisten istrinya yang dia nilai makin hari makin tidak profesional.
"Brengsek! Berani sekali mereka memutus panggilanku." maki Charles, menatap ponselnya. "Akh! Brengsek ... brengsek!" pekiknya dengan menghancurkan kaca rias yang ada di depannya.
Lelaki itu terus memaki dan mengumpat, menyesal sejenak dengan apa yang dia lakukan pada istri yang paling dia cintai.
"Bagaimana caranya aku bisa mengeluarkan Amber?" Charles duduk di sofa sembari memikirkan semua kemungkinan yang terjadi.
Saat suasana hening, pintu kamar yang tadinya tertutup. Terbuka dengan kasar, dan membuat Charles menoleh ke arah datangnya suara.
"Tuan Charles, saya pastikan Amber akan membusuk di penjara!" ujar seseorang yang suaranya sangat familiar di telinga Charles.
Charles mengabaikan bisikan itu dan membersihkan diri, meninggalkan wanita yang menatapnya penuh damba. Charles berniat untuk menemani istrinya diperiksa oleh polisi. Setidaknya dia ingin memberikan keterangan yang akan meringankan hukuman istri tercintanya, dan berharap masalah ini tidak berlarut-larut. "Paman, urus rumah ini dengan baik dan jangan biarkan orang lain masuk tanpa ijin dariku!" pesan Charles pada pelayan senior. "Ingat pesanku, siapapun!" Charles kembali menekankan ucapannya.Pelayan senior itu hanya menunduk patuh dan langsung bergerak, setelah Charles meninggalkan mansionnya. Banyak pekerjaan yang perlu dibenahi di rumah ini setelah terjadi kekacauan yang disebabkan oleh Charles dan Amber.Charles yang sudah berada di kantor polisi tidak dapat menemui dan mendampingi Amber, dirinya benar-benar khawatir dan merasa bersalah. Tujuannya kini ke rumah sakit di mana Citra sedang mendapatkan perawatan atas luka-luka penganiayaan dari Amber.[Tuan anda di mana?]Carles mener
Baru saja masuk di dalam ruangan yang ditempatinya, Amber sudah menjadi pusat perhatian. Bahkan, seorang wanita yang mengklaim dirinya sebagai ketua ruangan tersebut memandang sinis ke arah Amber, yang bersikap santai."Kamu terlihat seperti orang kaya!" celetuk ketua ruangan itu. "Sekarang pesankan makanan yang enak-enak untukku dan juga orang-orang yang ada di sini!" perintah ketua kamar.Amber hanya melirik dan merebahkan dirinya di atas alas tikar yang sudah disediakan, memilih memejamkan mata dengan melipat kedua tangannya di dada. Melihat kelakuan Amber, ketua ruangan itu meradang. Dia berjalan mendekati Amber dan langsung menarik Amber hingga wanita itu berdiri. Tubuh Amber kalah besar dari wanita yang ada di depannya, hingga tidak mungkin dirinya bisa terlepas dengan mudah dari ketua ruangan itu."Aku yang berkuasa di sini! Jaga sikapmu, atau kamu ingin berakhir menderita di sini!" teriak ketua ruangan dengan suara beratnya.Amber menepis tangan ketua ruangan yang menarik kerah
"Kenapa kamu bisa bertindak bodoh seperti ini!" tegur lelaki gemulai itu dengan suara yang nge-bass.Amber yang tadinya ingin memejamkan mata, langsung menegakkan tubuhnya. Menatap tajam lelaki yang sudah membersamainya selama dia menjadi model, bahkan sebelum Amber menjadi terkenal seperti saat ini."Hei! Kamu mengabaikanku!" Ketus Davi."Sudahlah, aku ingin istirahat. Lebih baik kamu keluar dari sini dan mencari pekerjaan baru, karena aku akan sangat lama di sini!" Amber mengusir salah satu asisten yang sangat royal padanya. "Oya, sampaikan juga hal ini pada Olivia, agar segera mencari pekerjaan baru! Aku tidak ingin kalian menjadi miskin karena bertahan dengan pekerjaan yang entah kapan akan dimulai lagi." Amber berkata dengan sangat ketus.Lelaki gemulai yang ada di hadapan Amber hanya berdecih menahan kekesalannya, tidak menyangka, jika Amber akan mengalah dengan sangat mudahnya, atau dia hanya sedang kesal saja."Kamu bukanlah Amber yang aku kenal!" Suara Davi berubah menjadi teg
Sudah beberapa hari Amber berada di dalam sel bersama dengan tiga wanita yang tangguh menurutnya. Mereka berbagi kisah pada Amber, agar tidak ada jarak antara mereka, hanya saja Amber masih menutupi apa yang sedang menimpanya. Amber lebih suka menjadi pendengar yang baik untuk saat ini, dan menyiapkan semua rencana untuk kehidupannya ke depan."Kalian bertiga luar biasa, jika aku ada kesempatan keluar dari sini, maka aku akan membuat kehidupan kalian lebih baik lagi!" seru Amber dengan penuh semangat.Ketiga wanita di depan Amber tersenyum hangat, berbeda saat pertemuan pertama mereka yang terkesan acuh dan tidak peduli. KIni mereka saling rangkul dan saling mendukung satu dengan yang lainnya."Aku sepertinya tidak akan keluar dari sini dengan begitu mudahnya, hukuman mati sedang menantiku," ujar Ratih dan Ina hanya mengusap punggung wanita di sebelahnya.Mereka bertiga sudah bersama beberapa bulan terakhir, sebelum kedatangan Amber. Membagi suka duka bersama dan melewati pembulian dar
Sudah lebih dari sebulan, Amber berada di balik jeruji dan hampir setiap harinya Charles selalu datang berkunjung. Bukan hanya Amber saja yang jengah, tapi para sipir penjara pun bosan melihat wajah memelas Charles. Ya, dikarenakan Amber selalu menolak untuk menemui suaminya itu, dan Charles sangat kekeh ingin bertemu dengan istri tercintanya."Nona Amber, silahkan anda temui Tuan Charles!" pinta sipir penjara, saat amber sedang melakukan kegiatan yang sudah biasa dia jalankan di dalam sel. "Agar kami tidak ikutan pusing!" keluh sipir itu kemudian.Amber menghela napas panjang dan menghembuskannya dengan perlahan, agar rasa kesal dan bencinya dapat dia kontrol. Bagaimana pun, dirinya belum bisa terima dikhianati sekian lamanya. Namun, sepertinya suaminya itu tidak akan berhenti sebelum bertemu dengannya.'Dasar lelaki!' gerutunya.Mau tidak mau, Amber melangkahkan kakinya mengikuti sipir yang akan membawanya menemui Charles. Lelaki yang ingin sekali dia cekik, tapi sayangnya dirinya ma
Charles terpaksa pulang dengan tangan kosong lagi, geram dengan kelakuan istrinya yang terlalu mengedepankan egonya. Charles hanya merasa dirinya tidak sepenuhnya bersalah dalam hal ini, karena Amber terlalu sibuk menurutnya. Lelaki itu tidak tau, jika hati wanita sudah tersakiti, maka tidak akan ada kata maaf untuk kedua kalinya."Harusnya, kamu lebih mengerti mauku, Amber!" pekiknya dari dalam mobil.Meski kesal, Charles tidak tega dengan istrinya. Dia kemudian memesan makanan untuk istrinya dalam jumlah yang banyak. Bukan hanya makanan saja, tapi juga kebutuhan Amber lainnya. Tanpa perlu istrinya itu meminta padanya. Charles harus bisa mengambil hati istrinya lagi, dia tidak menginginkan perpisahan.[Hallo, Tuan. Nona Citra sudah sadar dari koma panjangnya, apakah tuan akan menjenguknya?]Baru saja mobil melaju, Charles mendapatkan telepon dari asistennya. Mengabarkan kondisi terkini Citra. Ada rasa bersalah juga dalam hatinya pada wanita yang menjadi pemuas hasratnya, tapi amarah l
Zera gelagapan mendengar suara sentakan dari Citra, dirinya kelepasan. Dengan cepat memasang wajah sendu dan mata berbinar, memandang sayu ke arah bosnya itu."Maksudku, aku tidak akan membiarkan mereka hidup tenang, karena sudah menyebabkan keadaan dirimu seperti ini!" Zera berkilah dan beruntungnya, Citra mempercayainya. "tentu saja aku tidak akan membiarkan mereka mengalahkanmu!""Membuatku jantungan saja!" keluh Citra, dengan memegang dadanya.Zera menampilkan deretan giginya yang putih meski tidak tersusun rapih, lalu duduk di samping Citra. Wanita muda itu kemudian menyarankan beberapa opsi untuk mempercepat rencana mereka membalas dendam pada Amber.Tiga opsi yang diajukan oleh Zera, hanya satu yang membuat Citra tertarik. Operasi plastik, ya, hanya operasi plastik yang bisa mengembalikan keadaan wajahnya yang cantik sempurna, untuk saat ini. Terlihat sangat antusias dan keyakinan wanita yang wajahnya diperban itu semakin bertambah, dirinya akan mengalahkan Amber di semua bidang
"Berhentilah merayuku, Citra!" Charles menepis tangan wanita yang selama ini dia kagumi, karena permainan ranjang wanita itu sungguh membuatnya selalu ketagihan."Bagaimana bisa tangan ini berhenti, jika kamu saja sudah memejamkan mata menikmati setiap sentuhanku!" ejek Citra dan Charles langsung mengumpat kesal.Lelaki itu memang mudah sekali terpancing hasratnya, hanya dengan sentuhan jari jemari Citra yang lihai. Berbeda dengan istrinya, Amber. Charles langsung menggelengkan kepalanya, mencoba mengusir hasrat yang datang tanpa diundang, dan hal itu membuat Citra tergelak."Jangan munafik, Sayang. Gairahmu pasti sudah ada dipuncaknya kan, tapi tunggu aku pulih sebentar lagi." Citra kembali memainkan jarinya di dada bidang Charles dan lelaki itu hanya bisa memejamkan matanya dengan sangat rapat, menahan gejolak yang tidak bisa dia kontrol. "Atau mau kubantu menuntaskannya sekarang?" tawar Citra kemudian."Shit! Kamu memang jalang sejati!" Umpat Charles, saat Citra memulai aksi dengan