Sudah lebih dari sebulan, Amber berada di balik jeruji dan hampir setiap harinya Charles selalu datang berkunjung. Bukan hanya Amber saja yang jengah, tapi para sipir penjara pun bosan melihat wajah memelas Charles. Ya, dikarenakan Amber selalu menolak untuk menemui suaminya itu, dan Charles sangat kekeh ingin bertemu dengan istri tercintanya.
"Nona Amber, silahkan anda temui Tuan Charles!" pinta sipir penjara, saat amber sedang melakukan kegiatan yang sudah biasa dia jalankan di dalam sel. "Agar kami tidak ikutan pusing!" keluh sipir itu kemudian.
Amber menghela napas panjang dan menghembuskannya dengan perlahan, agar rasa kesal dan bencinya dapat dia kontrol. Bagaimana pun, dirinya belum bisa terima dikhianati sekian lamanya. Namun, sepertinya suaminya itu tidak akan berhenti sebelum bertemu dengannya.
'Dasar lelaki!' gerutunya.
Mau tidak mau, Amber melangkahkan kakinya mengikuti sipir yang akan membawanya menemui Charles. Lelaki yang ingin sekali dia cekik, tapi sayangnya dirinya malah masuk bui terlalu cepat. Semua karena emosinya yang meletup-letup dan sulit terkontrol, terlebih ada yang sudah menyusun rencana ini sedemikian rupa.
Di depan sana, seorang lelaki nampak sangat cemas. Sudah berbagai cara dia lakukan agar bisa bertemu dengan istri tercintanya, sayangnya istrinya itu terlalu sakit hati dengan apa yang dia lakukan. Siapa sih yang tidak kecewa dan marah, saat melihat suami sendiri sedang bercumbu dengan wanita lain?
"Aku harap kamu mau memaafkan segala khilafku! Aku hanya butuh pelampiasan saja," lirih lelaki itu.
Kakinya tidak bisa diam, dia terus melangkah ke depan lalu kembali lagi. Orang yang melihatnya, tentu saja merasa muak, tapi tidak bisa berbuat banyak untuk mengusir lelaki yang mempunyai kekuasaan yang cukup besar di kota itu.
"Ada apa menemuiku lagi?" tanya Amber sinis, dan dia langsung menghempaskan bokongnya pada kursi yang memang sudah disediakan.
"Aku merindukanmu, sayang," Charles mendekati Amber, dan merentangkan tangannya.
"Berani menyentuhku!" geram Amber, dengan mengepalkan dua tangannya. "Menjauhlah, atau aku buat kedua tanganmu patah!" seru Amber dengan tatapan tajamnya.
Charles seperti tidak mengenali istrinya yang lembut dan sangat manja, di depannya seperti wanita lain yang berwajah sama dengan Amber. Apakah sedahsyat itu rasa sakit yang dirasakan wanita itu, pikir Charles.
"Sayang, aku hanya sedang khilaf. Aku mohon, maafkan aku," lirih Charles yang sedikit menjauh.
Lelaki itu memilih duduk di hadapan Amber, agar leluasa memandang wajah yang selalu dia rindukan. Namun, Amber terlihat engan bersitatap dengan Charles, lebih memilih membuang pandangannya ke arah lain.
"Sudahlah, ada perlu apa datang kemari?" tanya Amber dengan nada sinis.
"Maafkan aku, dan cepatlah keluar dari sini. Kita perbaiki semuanya dan aku janji akan memberikan yang terbaik untukmu, serta melakukan apa saja yang kamu minta sebagai hukumanku," Charles berkata dengan wajah yang sangat memelas.
Lelaki itu tidak mau kehilangan Amber, hanya karena kesalahan yang seharusnya bisa dimaafkan. Toh, Charels hanya menyalurkan hasratnya saja, bukan menikahi wanita-wanita yang dekat dengannya. Cinta Charles hanya untuk istrinya seorang dan dia adalah Amber.
"Sudahlah, aku tidak akan mau keluar dari sini dalam waktu dekat. Jadi kamu bisa menikmati waktumu sebaik mungkin bersama selingkuhanmu yang entah ada berapa!" Amber mengepalkan tangannya dengan sangat erat, saat mengatakannya.
Charels berdiri, dirinya merasa tidak suka dengan apa yang diucapkan oleh istrinya, meskipun itu adalah kenyataan yang selama ini bisa dia tutupi dengan sangat baik.
Amber pun ikut berdiri dan menatap sendu ke arah suaminya, bagaimana pun mereka pernah mereguk manisnya rumah tangga dan Amber pernah menjadi ratu yang semua keinginanya selalu dipenuhi oleh Charles. Akan tetapi, penghianatan dan perselingkuhan yang dilakukan Charles melukai dirinya sebagai seorang istri dan juga wanita. Melihat dengan mata kepala sendiri, suaminya sedang bercumbu dengan wanita lain dan diperaduan milik mereka berdua. Mungkin, jika Amber memergoki mereka di hotel atau di mana pun selain di kamar pribadinya, dia tidak akan semarah dan sebenci ini pada suaminya.
"Saat ini, aku belum membutuhkan bantuan siapapun! Termasuk darimu dan juga Defi!" tegas Amber saat suaminya ingin mengatakan sesuatu. "Lebih baik pikirkan hubungan yang sudah kamu rusak ini, karena aku ingin mengakhirinya dengan cepat. Aku harap kamu pun demikian," Amber menarik napas dalam dan melangkah menjauh setelah berkata.
Charles gagu, tatapannya kosong. Perkataan Amber membuatnya tidak fokus. Hubungan yang rusak? Mengakhiri? Apa maksud istrinya?
"Tidak, Amber!" teriak Charles, terlihat sekali wajah frustasi lelaki itu. "Aku hanya khilaf, bukan mencintainya!" Charles terduduk lemas, cinta yang selalu berbunga di hatinya melayu begitu saja dengan kalimat-kalimat yang dilontarkan Amber.
Charles terpaksa pulang dengan tangan kosong lagi, geram dengan kelakuan istrinya yang terlalu mengedepankan egonya. Charles hanya merasa dirinya tidak sepenuhnya bersalah dalam hal ini, karena Amber terlalu sibuk menurutnya. Lelaki itu tidak tau, jika hati wanita sudah tersakiti, maka tidak akan ada kata maaf untuk kedua kalinya."Harusnya, kamu lebih mengerti mauku, Amber!" pekiknya dari dalam mobil.Meski kesal, Charles tidak tega dengan istrinya. Dia kemudian memesan makanan untuk istrinya dalam jumlah yang banyak. Bukan hanya makanan saja, tapi juga kebutuhan Amber lainnya. Tanpa perlu istrinya itu meminta padanya. Charles harus bisa mengambil hati istrinya lagi, dia tidak menginginkan perpisahan.[Hallo, Tuan. Nona Citra sudah sadar dari koma panjangnya, apakah tuan akan menjenguknya?]Baru saja mobil melaju, Charles mendapatkan telepon dari asistennya. Mengabarkan kondisi terkini Citra. Ada rasa bersalah juga dalam hatinya pada wanita yang menjadi pemuas hasratnya, tapi amarah l
Zera gelagapan mendengar suara sentakan dari Citra, dirinya kelepasan. Dengan cepat memasang wajah sendu dan mata berbinar, memandang sayu ke arah bosnya itu."Maksudku, aku tidak akan membiarkan mereka hidup tenang, karena sudah menyebabkan keadaan dirimu seperti ini!" Zera berkilah dan beruntungnya, Citra mempercayainya. "tentu saja aku tidak akan membiarkan mereka mengalahkanmu!""Membuatku jantungan saja!" keluh Citra, dengan memegang dadanya.Zera menampilkan deretan giginya yang putih meski tidak tersusun rapih, lalu duduk di samping Citra. Wanita muda itu kemudian menyarankan beberapa opsi untuk mempercepat rencana mereka membalas dendam pada Amber.Tiga opsi yang diajukan oleh Zera, hanya satu yang membuat Citra tertarik. Operasi plastik, ya, hanya operasi plastik yang bisa mengembalikan keadaan wajahnya yang cantik sempurna, untuk saat ini. Terlihat sangat antusias dan keyakinan wanita yang wajahnya diperban itu semakin bertambah, dirinya akan mengalahkan Amber di semua bidang
"Berhentilah merayuku, Citra!" Charles menepis tangan wanita yang selama ini dia kagumi, karena permainan ranjang wanita itu sungguh membuatnya selalu ketagihan."Bagaimana bisa tangan ini berhenti, jika kamu saja sudah memejamkan mata menikmati setiap sentuhanku!" ejek Citra dan Charles langsung mengumpat kesal.Lelaki itu memang mudah sekali terpancing hasratnya, hanya dengan sentuhan jari jemari Citra yang lihai. Berbeda dengan istrinya, Amber. Charles langsung menggelengkan kepalanya, mencoba mengusir hasrat yang datang tanpa diundang, dan hal itu membuat Citra tergelak."Jangan munafik, Sayang. Gairahmu pasti sudah ada dipuncaknya kan, tapi tunggu aku pulih sebentar lagi." Citra kembali memainkan jarinya di dada bidang Charles dan lelaki itu hanya bisa memejamkan matanya dengan sangat rapat, menahan gejolak yang tidak bisa dia kontrol. "Atau mau kubantu menuntaskannya sekarang?" tawar Citra kemudian."Shit! Kamu memang jalang sejati!" Umpat Charles, saat Citra memulai aksi dengan
Defi suda berada di ruang tunggu untuk menemui Amber, dia membawa berita buruk untuk wanita yang selalu dia lindung dari berbagai masalah. Dirinya merasa kesal, karena Amber tertimpa masalah lebih besar dari pada yang dia halangi selama ini."Hai, Cin!" sapa Defi ketika meliat Amber datang dan duduk di depannya."Bawa makanan?" tanya Amber, tidak sedikit pun wanita itu berubah pada lelaki gemulai yang ada di depannya."Pasti, dong. Aku juga membawa berita yang mengharuskan kamu menyusun rencana, jika tidak perusahaan yang dititipkan padamu akan hancur oleh ulah Citra! Kamu tidak merasa bersalah pada kedua orang tuamu di atas sana?" tanya Defi dengan melipat kedua tangannya setelah meletakan sekotak cake vanilla chocolate di hadapan Amber."Makanlah dulu, sebelum aku membuka semua laporan yang harus kamu ketahui dari orang-orang yang sudah kita susupkan ke dalam perusahaan almarhum ayahmu." Defi membuka kotak yang dia bawa dan memberikan satu slice kue pada Amber.Dengan semangat, Amber
Zera dan Citra menoleh secara bersamaan, melihat siapa yang berbicara. Zera membulatkan matanya, saat tahu sosok yang datang dan duduk dengan santai di kursi yang disediakan oleh rumah sakit."A-Adrian!" Zera tergagap.Citra menatap ke arah Zera dan Adrian secara bergantian, tatapan penuh rasa curiga pada dua orang yang berada satu ruangan dengannya."Kalian terlihat sangat dekat?" tanya Citra dengan menyipitkan matanya.Zera diam dan menunduk, sedangkan Adrian tersenyum manis. Mengangguk, membenarkan ucapan Citra yang berupa pertanyaan. Lelaki berkacamata itu, mendekati Zera. Mengambil satu tangan Zera dan menggengamnya."Aku sangat mencintainya dan dia terlalu mencintaimu sebagai nonanya."Adrian mengungkapkan apa yang selama ini disembunyikan oleh Zera dari Citra.Citra menatap Zera, matanya mengembun. Dalam hatinya dia berpikir, apakah Zera memang sangat setia padanya. Sehingga mengabaikan Adrian, asisten Charles yang sangat berdedikasi pada pekerjaannya.Zera berdiri dan menggaet t
Amber memikirkan apa yang harus dia perbuat, agar bisa mengambil dana yang sudah dicuri oleh Citra secara diam-diam. Sepanjang hari, wanita yang sedang membersihkan wajahnya, hanya mondar-mandir tidak jelas. "Apa aku harus meminta bantuannya?" gumamnya, dengan memanyunkan bibir sexynya.Bintang mendekat, memijat pundak idolanya yang sangat dia hormati. Kemudian duduk di samping Amber, karena wanita itu menolak pijatan lembut dari Bintang."Apa pijatanku tidak enak?" Bintang mengerucutkan bibirnya, dan menundukkan kepalanya."Bukan, aku sedang berpikir, dan pijatanmu bisa membuyarkan ide-ide yang akan datang padaku!" celetuk Amber.Bintang melihat Amber dengan tatapan tajam dan menyelidik, mana mungkin pijatannya bisa menghalangi ide yang datang. Lama-lama, Bintang merasa tidak mengenali idolanya itu. Makin hari-makin aneh saja kelakuannya."Sudahlah, kamu enggak bakalan tahu maksudku," Amber melirik Bintang dan kembali menatap hampa ke arah tembok."Kamu mau berbuat apa, Nona?" tanya
"Apa kami tidak boleh menjengukmu, Sayang?" tanya dari seorang lelaki yang memiliki senyum manis."Kalian masuk ke dalam kandang harimau!" ketus Amber.Bagaimana mungkin, penjahat berani menyambangi kantor polisi. Di mana mereka menjadi target DPO yang paling dicari, dan hadiah besar jika bertemu dengan mereka."Bukankah kita memang sangat suka bermain-main dengan bahaya?" tanya yang lainnya. "Seperti dulu!" imbuhnya dengan kekehan."Baiklah, saat ini aku tidak ingin berdebat. Otakku sedang oleng dengan masalahku sendiri, dan lebih baik kalian pergi dari sini!" Amber mengusir lima laki-laki tampan yang lengannya penuh dengan tatto.Dua orang berdecih kesal dan yang lainnya hanya diam, bersandar pada tembok yang ada di belakang mereka. Menatap satu wanita cantik di depan mereka yang terlihat sedang tidak baik-baik saja, sepertinya masalah cinta membuat kemampuan wanita itu sedikit berkurang."Apa cinta membuatmu bodoh?" "Diam kamu, Jhon!!" Amber kesal karena dirinya merasa terhina.Taw
Defi yang tahu kedatangan Jhon dan para rekannya menjadi gusar, dia meluncur ke penjara, tempat di mana Amber ditahan. Namun, baru saja sampai di depan kantor polisi, dia bertemu dengan kelima lelaki yang pernah bersiteru dengan Amber. Bukan persoalan persaingan atau perebutan bisnis, tapi masalah cinta ditolak, maka ancaman yang bertindak."Jangan ganggu dia!" Defi memberi ultimatum dengan tatapan tajam.Jhon mendekati Defi dan menepuk pundak lelaki yang memakai pakaian berwarna cerah penuh dengan gambar bunga, menatap kedua mata Defi yang terus memberikan tatapan permusuhan."Sedari awal, aku sudah mengira, jika kamu lelaki normal!" ucap Jhon, sembari memandangi tubuh Defi dari atas hingga ujung kakinya."Aku memang lelaki normal, hanya saja tubuhku dan kelakuan sedikit kemayu," balas Defi.Kelima lelaki yang ada di hadapan Defi tertawa terbahak-bahak, menertawakan kebohongan yang selama ini disembunyikan oleh Defi."Apa kamu menyukai Amber, sampai mengubah identitasmu?" tanya Jhon p
"Hei, kamu!" pekik Citra.Saat satu pelayan lewat di depannya, setelah pesta usai. Wajah pias pelayan itu sangat kentara, matanya tidak berani melihat ke ara Citra."I-iya, Nona Citra," lirih suaranya.Dahi Citra mengernyit, saat mendengar jawaban si pelayan, tapi itu tidak membuatnya senang. Citra butuh pelampiasan. karena acara yang sudah di susunnya berantakan dan pelayan malang inilah yang menjadi target pelampiasan amarahnya."Pijat bahuku sekarang, aku sangat lelah," perintah Citra dengan suara rendah, tidak seperti biasanya.Pelayan itu segera mendekat dan melaksanakan apa yang diminta oleh majikan barunya. Dia lupa panggilan untuk wanita yang ada di depannya, hanya karena hal sepele, pelayan yang baru bekerja satu tahun di kediaman Charles itu akan menanggung akibat dari kekesalan Citra yang terpendam."Kenapa di situasi seperti ini, Zera malah tidak datang!" Kesal Citra, mulutnya tidak berhenti mengomel."Kecilkan suaramu, kepalaku sedang pusing!" Charles yang masuk ke kamar l
Di rumah Charles sudah ramai dengan orang-orang yang mendekorasi setiap ruangan, Citra tanpa ijin dari yang punya rumah berani melakukannya. Dia dengan pongah berjalan masuk ke dalam rumah, seperti dulu saat Amber masih menjadi sahabatnya."Persiapan sudah hampir delapan puluh persen, Nona." Seorang staaf WO memberi penjelasan pada Citra, yang tengah memperhatikan dengan seksama setiap detail hiasan yang terpasang."Kenapa poto-poto itu tidak diturunkan?" tanya Citra dengan kesal."Hmmm, kami tidak diperbolehkan menyentuh poto-poto itu, Nona. Setidaknya, poto-poto itu samar, tertutupi oleh bunga-bunga segar ini," Staff WO memilih mencari aman, dia tahu sedang berhadapan dengan siapa.Pernyataan Staff Wo membuat Citra kesal, padahal dia sudah meminta dengan khusus untuk membersihkan semua dinding dari hiasan apapun, terlebih poto. Harapannya tidak sesuai dengan kenyataan, ingin dia protes, tapi dia harus menjaga imagenya saat ini."Baiklah," ujar Citra.Dia meninggalkan staff itu, dan m
Setelah pertemuannya dengan Citra, Charles mengunjungi Amber di penjara. tidak memakai namanya, karena dia yakin Amber akan menolak bertemu dengannya. Charles iungin Amber menerima anaknya, setidaknya tidak membuang dan menyingkirkan anak kandungnya. Charles tidak berpikir betapa sakit hati Amber saat mendengar kenyataan ini. Lelaki memang maunya menang sendiri.Cukup lama, Charles menunggu Amber menemuinya. Kata petugas jaga, Amber sedang mengikuti kegiatan dan wanita itu memilih mengikuti kegiatan dari pada harus bertemu Charles saat ini."Untuk apa kamu menemuiku lagi?" ketus Amber, "bukannya lebih baik langsung kita akhiri saja pernikahan aneh ini, agar tidak saling membuat kecewa?" Pertanyaan Amber membuat Charles terdiam.Lelaki itu mendekati Amber, memeluk istrinya penuh dengan luapan rasa rindu dan cinta yang tidak berubah. Entah siapa Amber sebenarnya, tapi hati Charles sudah terpaut dalam dengan wanita yang ada didekapannya. Tidak peduli, Amber menolak dirinya berkali-kali,
Dengan perasaan membuncah, Citra mendatangi Charles. Memeluk lelaki yang menitipkan benih di dalam rahimnya. Memang, awalnya Citra pun menolak memiliki anak, bukan karena tidak ingin, tapi ada kontrak yang tidak bisa dia langgar. Sekarang adalah kesempatan untuk benar-benar merebut Charles dari Amber dan mengalahkan pesaingnya itu dalam hal apapun."Ada apa kamu ke sini?" tanya Charles, lalu melepaskan diri dari dekapan Citra yang cukup erat."Aku memiliki hadiah yang sangat besar untukmu dan ini akan mengubah dunia kita," Citra berujar dengan semangat yang membara.Dia yakin, kali ini Carles benar-benar akan berpaling pada dirinya, bukan hanya berpaling dari ranjang hangatnya Amber saja."Berita terbaik untukku saat ini hanya kebebasan Amber saja!" ketus charles.Lelaki itu hanya mesra saat hasratnya sudah memuncak, setelahnya dia akan memandang hina pada setiap wanita yang memuaskannya, tidak terkecuali Citra."Benar!" ujar Citra dengan senyum lebar, sedangkan Carles mengernyit tidak
Baru beberapa langkah, Citra terhuyung. "Apa kamu tidak melihat tubuhku yang sebesar ini?" tanya orang yang bertabrakan dengan Citra."Aku tidak sengaja!" bentak Citra.Bukannya meminta maaf, Citra makin membuat suasana panas. Bagaimana tidak, bukannya meminta maaf, dia malah berkacak pinggang dan melotot. Tentu saja memancing orang yang bertabrakan dengannya emosi."Kau-!" baru saja akan bersuara, orang yang bertabrakan dengan Citra terdiam."Nona Citra?" sapa Adrian, yang mendengar suara Citra mengema.Citra menoleh, dan menurunkan tangannya yang berada di pinggang. Menghela napas panjang dan menahan kesal, karena dia ketauan datang dan tidak mungkin pergi begitu saja."Hai," sapa Citra.Wanita itu langsung masuk ke dalam ruangan Zera, meninggalkan orang yang bertabrakan dengannya. Membiarkan emosi orang itu menguap, tanpa bisa dilampiaskan."Sudah diperiksa?" tanya Citra."Tentu saja," Adrian yang menjawab. "Zera hamil anakku, dan aku ingin segera menikah dengannya dan menjadikan d
"Untuk apa?" tanya Citra dengan wajah penuh selidik, "bukannya jadwal operasi masih bulan depan, ya?" lanjutnya dengan ekspresi curiga."Aku takut, perutmu akan sakit setelah menghabiskan dua cup rujak," balas Zera.Zera menghela napas panjang, akankah dia mengatakan jika Citra sedang hamil anak dari Charles. Bukankah hal ini yang sejak lama mereka rencanakan, menjadikan Citra sebagai Nyonya Charles. Lalu, mengapa Zera sepertinya tidak menyukai hal itu. "Kamu kenapa?" tanya Citra, saat meliat wajah Zera yang memucat."Entahlah," Zera memilih duduk, karena dirinya merasa lelah."Seharusnya, kamu yang ke rumah sakit! Bukan aku!" ketus Citra dengan menyodorkan sebuah kartu. "Tanggal lahirku," ujra Citra dengan senyum.Dengan tangan gemetar, Zera mengambil kartu yang diberikan oleh Citra dan menanyakan untuk apa kartu yang dia pegang."Tentu saja untukmu! Pergilah dan sembuhkan dirimu. Masih banyak pekerjaan yang harus kamu selesaikan, yang paling pasti, membantuku menjadi Nyonya Charles!
Citra menggeliat, merasai tubuhnya yang remuk redam akibat ulah Charles. Tangannya meraih sesuatu, tapi yang diraih tidak ada. Wanita itu membuka matanya dan melihat ke arah samping, tidak ada Charles di sana. Dengan cepat, Citra memakai kimononya dan menghidupkan lampu kamar, sejenak dia tertegun, karena masih melihat Charles di kamar yang sama dengannya. Apa mungkin, Charles sudah mulai mencintainya, karena beberapa hari ini, mereka menghabiskan hari-hari bersama."Aku kira kamu pergi," ucap Citra manja, sembari memeluk Charles yang sedang memandang langit malam.Charles, melepas pelukan Citra, membalik tubuhnya dan menatap wanitanya. Menyelami mata yang mampu menghipnotisnya, setiap kali bercinta. Apakah di matanya itu ada kebohongan yang tersembunyi, ataukah memang benar ada cinta yang besar untuknya."Apa yang bisa kamu berikan untukku, sebagai tanda bahwa kamu benar-benar mencintaiku?" Charles mencoba menguji Citra, mencari kebenaran dari jawaban yang akan diberikan oleh wanita y
"Maaf, Tuan. Bukannya tadi kita dari sana, dan kemungkinan bertemu dengan Nona Amber sangat tipis!" ujar Adrian mengingatkan.Charles kembali mengumpat dan sekarang meminta asistennya mengantarkan dia ke rumah sakit, sebelumnya dia mendapat kabar jika Citra sudah diijinkan pulang. Charles yakin, Citra tahu sedikit tentang Amber yang tidak dia ketahui. Lelaki itu juga meminta Adrian mencari tahu ulang tentang istri dan keluarganya."Cari tahu yang benar dan teliti, jangan sampai terlewat!" pinta Charles dengan nada tegas dan Adrian hanya mengangguk.Selama perjalanan menuju rumah sakit, tidak ada lagi yang bersuara. Charles dengan pikirannya yang sedang menduga-duga, sedangkan Adrian fokus pada poselnya. Memerintahkan anak buahnya untuk mencari tahu tentang kehidupan Amber, sebelum menikah dengan bosnya."Ingat, aku butuh informasi itu secepatnya!" Charles bersuara."Saya mengerti, Tuan." Balas Adrian patuh.Kisah Adrian, sangat mirip dengan Citra. Hanya saja, Adrian dibuang keluargany
Setelah baku hantam, dua lelaki yang ada di hadapan Amber diam dan mengatur nafas mereka masing-masing. Bukan karena keinginan mereka menghentikan pertarungan, tapi karena paksaan dari para sipir, yang mendampingi."Sudah berkelahinya?" Rasanya, Amber ingin menampar kedua lelaki yang membuatnya pusing mendadak."Jika tidak karena dia duluan, aku tidak akan mau meladeninya!" ketus Charles.Jhon yang datang untuk memberikan laporan tentang usahanya mengambil alih saham milik Citra, terbakar cemburu. Disaat melihat Charles masih berupaya merayu, Amber dengan segala bujuk rayunya. Jhon marah, karena ulah Charles-lah, wanita yang dia cintai mendekam di balik jeruji besi. lelaki itu lebih memilih Amber berbahagia, meski bukan dengannya."Lelaki bajingan! Tidak sadar dengan apa yang sudah kamu perbuat dan menyebabkan wanita sebaik Amber berada di sini!" teriak Jhon, yang masih kesal.Amber menghela napas panjang dan melakukan peregangan otot, kemudian berdiri, meninggalkan dua lelaki yang sed