Sudah lebih dari sebulan, Amber berada di balik jeruji dan hampir setiap harinya Charles selalu datang berkunjung. Bukan hanya Amber saja yang jengah, tapi para sipir penjara pun bosan melihat wajah memelas Charles. Ya, dikarenakan Amber selalu menolak untuk menemui suaminya itu, dan Charles sangat kekeh ingin bertemu dengan istri tercintanya.
"Nona Amber, silahkan anda temui Tuan Charles!" pinta sipir penjara, saat amber sedang melakukan kegiatan yang sudah biasa dia jalankan di dalam sel. "Agar kami tidak ikutan pusing!" keluh sipir itu kemudian.
Amber menghela napas panjang dan menghembuskannya dengan perlahan, agar rasa kesal dan bencinya dapat dia kontrol. Bagaimana pun, dirinya belum bisa terima dikhianati sekian lamanya. Namun, sepertinya suaminya itu tidak akan berhenti sebelum bertemu dengannya.
'Dasar lelaki!' gerutunya.
Mau tidak mau, Amber melangkahkan kakinya mengikuti sipir yang akan membawanya menemui Charles. Lelaki yang ingin sekali dia cekik, tapi sayangnya dirinya malah masuk bui terlalu cepat. Semua karena emosinya yang meletup-letup dan sulit terkontrol, terlebih ada yang sudah menyusun rencana ini sedemikian rupa.
Di depan sana, seorang lelaki nampak sangat cemas. Sudah berbagai cara dia lakukan agar bisa bertemu dengan istri tercintanya, sayangnya istrinya itu terlalu sakit hati dengan apa yang dia lakukan. Siapa sih yang tidak kecewa dan marah, saat melihat suami sendiri sedang bercumbu dengan wanita lain?
"Aku harap kamu mau memaafkan segala khilafku! Aku hanya butuh pelampiasan saja," lirih lelaki itu.
Kakinya tidak bisa diam, dia terus melangkah ke depan lalu kembali lagi. Orang yang melihatnya, tentu saja merasa muak, tapi tidak bisa berbuat banyak untuk mengusir lelaki yang mempunyai kekuasaan yang cukup besar di kota itu.
"Ada apa menemuiku lagi?" tanya Amber sinis, dan dia langsung menghempaskan bokongnya pada kursi yang memang sudah disediakan.
"Aku merindukanmu, sayang," Charles mendekati Amber, dan merentangkan tangannya.
"Berani menyentuhku!" geram Amber, dengan mengepalkan dua tangannya. "Menjauhlah, atau aku buat kedua tanganmu patah!" seru Amber dengan tatapan tajamnya.
Charles seperti tidak mengenali istrinya yang lembut dan sangat manja, di depannya seperti wanita lain yang berwajah sama dengan Amber. Apakah sedahsyat itu rasa sakit yang dirasakan wanita itu, pikir Charles.
"Sayang, aku hanya sedang khilaf. Aku mohon, maafkan aku," lirih Charles yang sedikit menjauh.
Lelaki itu memilih duduk di hadapan Amber, agar leluasa memandang wajah yang selalu dia rindukan. Namun, Amber terlihat engan bersitatap dengan Charles, lebih memilih membuang pandangannya ke arah lain.
"Sudahlah, ada perlu apa datang kemari?" tanya Amber dengan nada sinis.
"Maafkan aku, dan cepatlah keluar dari sini. Kita perbaiki semuanya dan aku janji akan memberikan yang terbaik untukmu, serta melakukan apa saja yang kamu minta sebagai hukumanku," Charles berkata dengan wajah yang sangat memelas.
Lelaki itu tidak mau kehilangan Amber, hanya karena kesalahan yang seharusnya bisa dimaafkan. Toh, Charels hanya menyalurkan hasratnya saja, bukan menikahi wanita-wanita yang dekat dengannya. Cinta Charles hanya untuk istrinya seorang dan dia adalah Amber.
"Sudahlah, aku tidak akan mau keluar dari sini dalam waktu dekat. Jadi kamu bisa menikmati waktumu sebaik mungkin bersama selingkuhanmu yang entah ada berapa!" Amber mengepalkan tangannya dengan sangat erat, saat mengatakannya.
Charels berdiri, dirinya merasa tidak suka dengan apa yang diucapkan oleh istrinya, meskipun itu adalah kenyataan yang selama ini bisa dia tutupi dengan sangat baik.
Amber pun ikut berdiri dan menatap sendu ke arah suaminya, bagaimana pun mereka pernah mereguk manisnya rumah tangga dan Amber pernah menjadi ratu yang semua keinginanya selalu dipenuhi oleh Charles. Akan tetapi, penghianatan dan perselingkuhan yang dilakukan Charles melukai dirinya sebagai seorang istri dan juga wanita. Melihat dengan mata kepala sendiri, suaminya sedang bercumbu dengan wanita lain dan diperaduan milik mereka berdua. Mungkin, jika Amber memergoki mereka di hotel atau di mana pun selain di kamar pribadinya, dia tidak akan semarah dan sebenci ini pada suaminya.
"Saat ini, aku belum membutuhkan bantuan siapapun! Termasuk darimu dan juga Defi!" tegas Amber saat suaminya ingin mengatakan sesuatu. "Lebih baik pikirkan hubungan yang sudah kamu rusak ini, karena aku ingin mengakhirinya dengan cepat. Aku harap kamu pun demikian," Amber menarik napas dalam dan melangkah menjauh setelah berkata.
Charles gagu, tatapannya kosong. Perkataan Amber membuatnya tidak fokus. Hubungan yang rusak? Mengakhiri? Apa maksud istrinya?
"Tidak, Amber!" teriak Charles, terlihat sekali wajah frustasi lelaki itu. "Aku hanya khilaf, bukan mencintainya!" Charles terduduk lemas, cinta yang selalu berbunga di hatinya melayu begitu saja dengan kalimat-kalimat yang dilontarkan Amber.
Charles terpaksa pulang dengan tangan kosong lagi, geram dengan kelakuan istrinya yang terlalu mengedepankan egonya. Charles hanya merasa dirinya tidak sepenuhnya bersalah dalam hal ini, karena Amber terlalu sibuk menurutnya. Lelaki itu tidak tau, jika hati wanita sudah tersakiti, maka tidak akan ada kata maaf untuk kedua kalinya."Harusnya, kamu lebih mengerti mauku, Amber!" pekiknya dari dalam mobil.Meski kesal, Charles tidak tega dengan istrinya. Dia kemudian memesan makanan untuk istrinya dalam jumlah yang banyak. Bukan hanya makanan saja, tapi juga kebutuhan Amber lainnya. Tanpa perlu istrinya itu meminta padanya. Charles harus bisa mengambil hati istrinya lagi, dia tidak menginginkan perpisahan.[Hallo, Tuan. Nona Citra sudah sadar dari koma panjangnya, apakah tuan akan menjenguknya?]Baru saja mobil melaju, Charles mendapatkan telepon dari asistennya. Mengabarkan kondisi terkini Citra. Ada rasa bersalah juga dalam hatinya pada wanita yang menjadi pemuas hasratnya, tapi amarah l
Zera gelagapan mendengar suara sentakan dari Citra, dirinya kelepasan. Dengan cepat memasang wajah sendu dan mata berbinar, memandang sayu ke arah bosnya itu."Maksudku, aku tidak akan membiarkan mereka hidup tenang, karena sudah menyebabkan keadaan dirimu seperti ini!" Zera berkilah dan beruntungnya, Citra mempercayainya. "tentu saja aku tidak akan membiarkan mereka mengalahkanmu!""Membuatku jantungan saja!" keluh Citra, dengan memegang dadanya.Zera menampilkan deretan giginya yang putih meski tidak tersusun rapih, lalu duduk di samping Citra. Wanita muda itu kemudian menyarankan beberapa opsi untuk mempercepat rencana mereka membalas dendam pada Amber.Tiga opsi yang diajukan oleh Zera, hanya satu yang membuat Citra tertarik. Operasi plastik, ya, hanya operasi plastik yang bisa mengembalikan keadaan wajahnya yang cantik sempurna, untuk saat ini. Terlihat sangat antusias dan keyakinan wanita yang wajahnya diperban itu semakin bertambah, dirinya akan mengalahkan Amber di semua bidang
"Berhentilah merayuku, Citra!" Charles menepis tangan wanita yang selama ini dia kagumi, karena permainan ranjang wanita itu sungguh membuatnya selalu ketagihan."Bagaimana bisa tangan ini berhenti, jika kamu saja sudah memejamkan mata menikmati setiap sentuhanku!" ejek Citra dan Charles langsung mengumpat kesal.Lelaki itu memang mudah sekali terpancing hasratnya, hanya dengan sentuhan jari jemari Citra yang lihai. Berbeda dengan istrinya, Amber. Charles langsung menggelengkan kepalanya, mencoba mengusir hasrat yang datang tanpa diundang, dan hal itu membuat Citra tergelak."Jangan munafik, Sayang. Gairahmu pasti sudah ada dipuncaknya kan, tapi tunggu aku pulih sebentar lagi." Citra kembali memainkan jarinya di dada bidang Charles dan lelaki itu hanya bisa memejamkan matanya dengan sangat rapat, menahan gejolak yang tidak bisa dia kontrol. "Atau mau kubantu menuntaskannya sekarang?" tawar Citra kemudian."Shit! Kamu memang jalang sejati!" Umpat Charles, saat Citra memulai aksi dengan
Defi suda berada di ruang tunggu untuk menemui Amber, dia membawa berita buruk untuk wanita yang selalu dia lindung dari berbagai masalah. Dirinya merasa kesal, karena Amber tertimpa masalah lebih besar dari pada yang dia halangi selama ini."Hai, Cin!" sapa Defi ketika meliat Amber datang dan duduk di depannya."Bawa makanan?" tanya Amber, tidak sedikit pun wanita itu berubah pada lelaki gemulai yang ada di depannya."Pasti, dong. Aku juga membawa berita yang mengharuskan kamu menyusun rencana, jika tidak perusahaan yang dititipkan padamu akan hancur oleh ulah Citra! Kamu tidak merasa bersalah pada kedua orang tuamu di atas sana?" tanya Defi dengan melipat kedua tangannya setelah meletakan sekotak cake vanilla chocolate di hadapan Amber."Makanlah dulu, sebelum aku membuka semua laporan yang harus kamu ketahui dari orang-orang yang sudah kita susupkan ke dalam perusahaan almarhum ayahmu." Defi membuka kotak yang dia bawa dan memberikan satu slice kue pada Amber.Dengan semangat, Amber
Zera dan Citra menoleh secara bersamaan, melihat siapa yang berbicara. Zera membulatkan matanya, saat tahu sosok yang datang dan duduk dengan santai di kursi yang disediakan oleh rumah sakit."A-Adrian!" Zera tergagap.Citra menatap ke arah Zera dan Adrian secara bergantian, tatapan penuh rasa curiga pada dua orang yang berada satu ruangan dengannya."Kalian terlihat sangat dekat?" tanya Citra dengan menyipitkan matanya.Zera diam dan menunduk, sedangkan Adrian tersenyum manis. Mengangguk, membenarkan ucapan Citra yang berupa pertanyaan. Lelaki berkacamata itu, mendekati Zera. Mengambil satu tangan Zera dan menggengamnya."Aku sangat mencintainya dan dia terlalu mencintaimu sebagai nonanya."Adrian mengungkapkan apa yang selama ini disembunyikan oleh Zera dari Citra.Citra menatap Zera, matanya mengembun. Dalam hatinya dia berpikir, apakah Zera memang sangat setia padanya. Sehingga mengabaikan Adrian, asisten Charles yang sangat berdedikasi pada pekerjaannya.Zera berdiri dan menggaet t
Amber memikirkan apa yang harus dia perbuat, agar bisa mengambil dana yang sudah dicuri oleh Citra secara diam-diam. Sepanjang hari, wanita yang sedang membersihkan wajahnya, hanya mondar-mandir tidak jelas. "Apa aku harus meminta bantuannya?" gumamnya, dengan memanyunkan bibir sexynya.Bintang mendekat, memijat pundak idolanya yang sangat dia hormati. Kemudian duduk di samping Amber, karena wanita itu menolak pijatan lembut dari Bintang."Apa pijatanku tidak enak?" Bintang mengerucutkan bibirnya, dan menundukkan kepalanya."Bukan, aku sedang berpikir, dan pijatanmu bisa membuyarkan ide-ide yang akan datang padaku!" celetuk Amber.Bintang melihat Amber dengan tatapan tajam dan menyelidik, mana mungkin pijatannya bisa menghalangi ide yang datang. Lama-lama, Bintang merasa tidak mengenali idolanya itu. Makin hari-makin aneh saja kelakuannya."Sudahlah, kamu enggak bakalan tahu maksudku," Amber melirik Bintang dan kembali menatap hampa ke arah tembok."Kamu mau berbuat apa, Nona?" tanya
"Apa kami tidak boleh menjengukmu, Sayang?" tanya dari seorang lelaki yang memiliki senyum manis."Kalian masuk ke dalam kandang harimau!" ketus Amber.Bagaimana mungkin, penjahat berani menyambangi kantor polisi. Di mana mereka menjadi target DPO yang paling dicari, dan hadiah besar jika bertemu dengan mereka."Bukankah kita memang sangat suka bermain-main dengan bahaya?" tanya yang lainnya. "Seperti dulu!" imbuhnya dengan kekehan."Baiklah, saat ini aku tidak ingin berdebat. Otakku sedang oleng dengan masalahku sendiri, dan lebih baik kalian pergi dari sini!" Amber mengusir lima laki-laki tampan yang lengannya penuh dengan tatto.Dua orang berdecih kesal dan yang lainnya hanya diam, bersandar pada tembok yang ada di belakang mereka. Menatap satu wanita cantik di depan mereka yang terlihat sedang tidak baik-baik saja, sepertinya masalah cinta membuat kemampuan wanita itu sedikit berkurang."Apa cinta membuatmu bodoh?" "Diam kamu, Jhon!!" Amber kesal karena dirinya merasa terhina.Taw
Defi yang tahu kedatangan Jhon dan para rekannya menjadi gusar, dia meluncur ke penjara, tempat di mana Amber ditahan. Namun, baru saja sampai di depan kantor polisi, dia bertemu dengan kelima lelaki yang pernah bersiteru dengan Amber. Bukan persoalan persaingan atau perebutan bisnis, tapi masalah cinta ditolak, maka ancaman yang bertindak."Jangan ganggu dia!" Defi memberi ultimatum dengan tatapan tajam.Jhon mendekati Defi dan menepuk pundak lelaki yang memakai pakaian berwarna cerah penuh dengan gambar bunga, menatap kedua mata Defi yang terus memberikan tatapan permusuhan."Sedari awal, aku sudah mengira, jika kamu lelaki normal!" ucap Jhon, sembari memandangi tubuh Defi dari atas hingga ujung kakinya."Aku memang lelaki normal, hanya saja tubuhku dan kelakuan sedikit kemayu," balas Defi.Kelima lelaki yang ada di hadapan Defi tertawa terbahak-bahak, menertawakan kebohongan yang selama ini disembunyikan oleh Defi."Apa kamu menyukai Amber, sampai mengubah identitasmu?" tanya Jhon p