MELAMAR CLARISSA PADA KELUARGANYA!HP yang terletak di Nakas samping ranjang tempat Justin dan Clarissa menghabiskan malam indah itu. Hp Clarissa terus berbunyi tapi dia tidak bisa mengangkatnya, karenaa Justin memilih untuk tetap tidur sambil memeluk Clarissa."Tuan Justin HP nya terus berbunyi, angkat teleponnya. Barangkali penting," perintah Clarissa."Jangan ribut! Aku sangat lelah," kata Justin"Siapa suruh kamu begitu menggoda," ucapnya lagi. "Ihhh Tuan Justin, mengapa kamu begitu mesum," kata Clarissa."Ada-ada saja," gumam Clarissa sambil segera mengambil HP itu."Ahh ternyata Nenek," ucap Clarissa dapat segera mengangkatnya. "Halo Nenek," sapa Clarissa."Cucu menantuku, kami sudah berangkat. Bagaimana denganmu dan Justin?" tanya nenek Elizabeth.Clarissa terdiam, dia berpikir sejenak apa yang sebenarnya terjadi. Sepersekian detik diia baru ingat, hari ini adaha waktunya mereka melakukan kunjungan ke rumah Clarissa."Oh iya hari ini keluarga Tuan Justin akan pergi melamar
KARENA KAU ADALAH BERLIAN UNTUKKU!Mereka pun semua keluar gerbang lagi, sekarang tampak berceceran mobil sport keluaran terbaru dengan harga miliaran. Mereka langsung tambah melongo, karena mobil sport yang mereka lihat bukan di tumpangi oleh keluarga Leonard, tapi hanya para pelayan."Ini sudah terlalu berlebihan kan?" gumam tuan Jason kaget."Benar, jika dibandingkan dengan semua mahar yang di berikan oleh Devan ini sangat berbeda. Bahkan mobil yang di gunakan para palayan itu lebih banyak dan berarti di banding dengan cincin, aset milik property keluarga," jawab Nyonya Lula."Bahkan semua hantaran yang dibawa Devan masih tidak cukup untuk membeli sebuah ban milik mereka," imbuh Tuan Jason.Tiba-tiba semua ajudan berjejer bersiap untuk membuka pintu mobil paling mewah. Saat pintu dibuka nampak Justin keluar dari sana. Kemudian dia membuka pintu sebelah."Ayo Clarissa sudah sampai," ajak Justin.Carissa pun keluar, dia mengenakan baju dress berwarna biru keunguan dengan rambut di
SIAPA SEBENARNYA SILSILAH KELUARGAMU?"Jika keluarga Tuan Jason dan Tuan Bobby tidak puas dengan mas kawin ini, maka kita bisa mendiskusikannya lagi," tegas nenek Elizabeth. Tuan Bobby pun langsung tersenyum,"Tidak tidak, Nyonya Elizabeth. Jangan begitu, kami sekeluarga sangat puas. Bahkan puas sekali hanya saja sesaat aku merasa sudah terlalu banyak. Apakah ini tidak berlebihan, Nyonya dan Tuan?" tanya Tuan Bobby sambil merebut kertas kepemilikan saha itu dari tangan Tuan Jason."Ayah..." pekik Tuhan Jason, meratapi kertas perjanjian itu.Bukan tanpa alasan, dia berharap dialah yang menyimpan surat perjanjian itu. Meski tidak bisa mendapatkan uang dari kertas itu namun dia bisa memanfaatkannya. Dia bisa menggunakan surat perjanjian itu untuk mempermudah kelancaran bisnisnya."Kenapa kau ini lancang sekali? Kau bersikap tidak sopan! Seperti tidak tahu tata krama saja," tegur Eyang Bobby. Dia menyerahkan surat itu kepada Clarissa."Clarissa simpan ini baik-baik. Kau tahu? Bahwa surat
CINDY MEMILIH MENGAKHIRI DIRINYA SENDIRI?"Banyak hal sebenarnya yang masih aku bingungkan. Aku bingung Tuan Justin, manakah yang sebenarnya adik kandungmu? Ivan atau Kevin? Kenapa namanya harus di ubah? Mana yang sebenarnya keluargamu? Bagaimana dengan silsilah keluargamu sebenarnya?" tanya Clarissa."Sudahlah Kakek memiliki banyak pertimbangan sendiri, anak kita adalah pewaris satu-satunya itu sudah menjadi keputusannya yang tak bisa di ganggu gugat. Masalah ini sudah dipublikasi keluar, jadi dua orang itu harusnya menerima dan mungkin sudah akan membuat masalah kan," ucap Justin berusaha berkilah, dia tidak mengatakan kepada Clarissa.Semua ini adalah strategi bisnis dan taktik dari kakeknya. Kakeknya melakukan itu semua Bukan tanpa alasan, semua sudah dipertimbangkan secara matang. Clarissa terdiam, dia bahkan tak berani mendesak Justin. Dia langsung memeluk Clarissa, menidurkannya di ranjang."Daripada mengkhawatirkan hal ini, lebih baik kau harus hamil duluan. Bukankah ini suda
TOLONG ANAKKU DI SANDRA PENGUASA MAFIA! Keesokan paginya matahari bersinar sangat cerah, burung-burung di taman pribadi milik Justin sudah berkicau. Justin melihat pesan dari Andrea karena memang nada pesannya di buat khusus. [Nona Cindy bunuh diri] "Tuan Justin, apa pagi hari ini pekerjaan yang harus diurus?" tanya Clarissa terbangun saat Justin tiba-tba bangun dan beranjak dari tidurnya. Dia mengenakan kimono tidurnya, sepertinya ada yang penting sekali. "Bukan. Tenang saja, ini masalah pribadi," jawab Justin segera beranjak. "Masalah pribadi?" tanya Clarissa. "Aku memiliki seorang adik sekarang dan terjadi sesuatu padanya. Aku harus ke sana," jelas Justin. "Adik ya?" gumam Clarissa heran. "Ya tapi dia hanya adik angkat saja. Tenang saja hanya seorang adik, tidak lebih," ucap Justin. "Ah begitu ya," ucap Clarissa. Dia pun berjalan mendekati Justin di tepi ranjang. Memang wajah khawatir Justin tidak bisa di pungkirinya. Clarissa pun mencoba untuk maklum, karena tahu bany
BELAJAR DRAMA KELUARGA JUSTIN?Mungkin Cindy bisa melepas suaminya begitu saja dengan mudah saat sang Ayah membunuhnya dengan mudah. Karena sesama orang dewasa. Tapi tidak dengan anaknya, nalurinya sebagai seorang ibu sangat mengkhawatirkannya apalagi saat anaknya berada di tangan seorang penguasa jaringan hitam seperti itu. Dia takut anaknya dijadikan alat sebagai penerus generasi jaringan yang sangat berbahaya di dunia."Kakak Justin aku mohon, bisakah kamu menolongku kali ini saja. Selamatkan dia, dia masih anak kecil dan tak tahu apa-apa. Aku sangat menyesal sekali mengapa bisa terjerumus dalam jaringan hitam itu," ucap Cindy sambil bersujud diatas ranjang."Tolong aku, Kak Justin. Bahkan aku bisa melakukan apapun agar kau mau membantuku, aku rasa hanya kau yang ada di pihakku saat ini. Kau tahu sendiri kan? Aku tak punya keluarga lagi, setelah anakku kembali sungguh aku tidak ingin kembali ke tempat gelap itu lagi," sambungnya.Justin diam, dia masih mempertimbangkan semuanya.
AKU MENCERAIKAN ISTRIKU DEMI DIRIMU!"Hah murid? Apa maksudnya? apakah Nenek mendaftarkanku untuk beajar berackting? Tapi untuk apa? Mengapa mereka ingin aku bisa beracting? Dan bagaimana Tuan Hanung menerimaku begitu saja?" batin Clarissa."Kenapa? Apa kau tak senang?" tanya Sutradara Hanung melihat mimik wajah Clarissa yang berubah. Clarissa langsung menggelengkan kepalanya."Ti..tidak, Tuan Hanung. Justru sebalinya saya senang sekali," ujar Clarissa dengan mata berbinar."Bahkan saat kuliah dulu, aku tak pernah mendengar dia mau menerima murid selain siswanya. Bahkan hanya beberapa orang beruntung yang bisa bertemu dengannya langsung. Aku pun hanya mendengar namanya, melihatnya beberapa kali saat pentas. Ini sungguh seperti mimpi saja," batin Clarissa lagi.Nenek Elizabeth tersenyum senang. Sepertinya satu persatu rencananya sudah berhasil. Tak perlu merayu seperti kemungkinan terburuk yang dia pikirkan. Hala itu membuat Nenek Elizabeth langsung tersenyum puas, tinggal menjalankan
ANTARA DEVAN DENGAN DEVI ATAU RARA DENGAN KEVIN? ADA APA MEREKA SEBENARNYA?"Sayang jangan tinggalkan aku. Aku benar-benar mencintaimu, Sayang. Bahkan demi dirimu aku sudah bercerai dengan istriku," kata Lelaki itu.Clarissa mengamati mereka dari kaca spion, dengan jelas dia melihar Rara menepisnya. Clarissa kaget karena dia sangat mengetahui wanita itu, sejak kapan dia menjadi simpanans eorang lelaki tua. Clarissa mengerutkan keningnya."Bagaimana bisa dia selera begitu? Mengapa dia berubah menjadi seperti ini?" batin Clarissa."Aku kan sudah bilang padamu kita berpisah dengan damai. Kenapa kamu tidak mengerti? Siapa yang menyuruhmu menceraikan istrimu? Itu salahmu sendiri," kata Rara."Lagi pula aku juga sudah mengembalikan semua hadiah yang kamu berikan padaku. Tolong mengertilah, apa kamu bisa jangan terus mengejarku lagi?" tanya Rara."Tapi Rara, aku sudah melakukan semuanya demi dirimu. Kenapa kau tega memperlakukan itu padaku? Sungguh jahat!" ucap lelaki itu."Kau kan sudah m
TUAN STEVEN SAKIT!"Apakah Tuan tidak khawatir dia akan mendatangkan masalah bagi Clarisa lagi di kemudian hari? Lagi pula dia sekarang sama sekali belum melalui pelatihan khusus sebagai standart seoraang pengawal dan asisten," tolak William,"Tenang saja, dia tidak akan berani Tuan," kata Tuan Steven diam-diam membela Yuni. Dia juga takut Yuni akan di musnahkan oleh Tuan William apalagi mengingat dia adalah keluarga Long Lion. Yuni sudah mengabdi lama padanya, meskipun akhir-akhir ini dia sangat menjengkelkan namun membayangkan dia di bunuh membuatnya kasihan juga."Tuan mengenai informasi pembunuh kemarin sudah ditemukan," kata seorang pengawal menghampiri Tuan Wiliiam dan Steven.Dia segera membaca data diri pembunuh. Orang yang melukai Clarissa sudah di amankan juga."Gila! Bagaimana bisa Clarissa hanya bernilai satu triliun," ucap Tuan Steven."Tuan bolehkah masalah ini diserahkan padaku untuk aku tangani?" tanya Wiliam memintanya."Sekarang aku masih tidak bisa menyentuh Jus
SIAPA PELAKUNYA?"Tuan! Apakah Tuan baik-baik saja?" kan kata Yuni panik. "Bawa kami kembali ke rumahku," perintah Tuan Steven. Tapi tiba-tiba kaki Tuan Steven sakit sekali, dia bahkan berjalan dengan terpincang-pincang."Arggh," erang Tuan Steven perlahan."Penyakit Tuan mulai lagi. Aku juga ikut," ucap Yuni. Tuan Steven digandeng dengan pengawalnya sedangkan Yuni langsung dihadang oleh dua orang pengawal William. Tangannya langsung d gennggam."Apa yang kalian lakukan?" tanya Yuni panik."Diam dan jangan berisik. Kami akan mengamankanmu, kamulah yang mencari tempat ini. Jadi kamu harus bertanggung jawab," kata para pengawal. "Le...lepaskan! Aku tak salah, lepaskan aku," teriak Yuni, namun tak ada satu pun orang yang memperdulikannya.Di sisi lain, William menggendong Clarissa. Dia benar-benra khawatir dengan wanita itu, apalagi raut mimik muka Clarissa yang pucat pasi. Dia menoleh ke arah belakang, nampak Tuan Steven sedang berusaha menyusulnya. Dia nampak kesakitan berjalan deng
PEMBUNUHAN CLARISSA"Kalian naiklah ke perahu satunya," perintah Yuni dengan tegas. Kali ini Tuan Steven mengalah."Ayo naik," kata William, dia pun menggandeng lengan Clarissa dan menariknya setengah paksa.Clarissa menjadi kaget dengan sikap William yang memaksa dan kasar. Namun Clarissa tak mau juga merusak keadaan, dia tahu sudah sejak tadi tak enak suasananya."Sudahlah sebaiknya aku sedikit menjauh darinya saja," batin Carissa dalam hati. 'Duarrrr' Duarrrrrr' tiba-tiba kembang api dinyalakan. "Ternyata ada kembang api. Indah sekali," ucap Clarissa."Akan lebih baik Kalau ada Tuan Justin di sisiku saat ini. Pasti akan sempurna keindahan ini," batin Clarissa. Dia tiba-tiba menengok ke kiri dan kanan. "Entah aku merasakan perasaan apa ini, mengapa tiba-tiba perahu bergoyang? Ada apa ini?" pekik Clarissa kaget, belum sampai dia mencerna apa yang terjadi dengannya kini tiba-tiba Clarissa merasa dingin di tubuhnya, dia mulai kesusahan bernafas. "LIhat! Lihat! Ada orang jatuh ke da
CINTA YUNI BERTEPUK SEBELAH TANGAN!"AWAS KAU CLARISSA!" gumam Yuni sambil mengepalkan tangannya."Oh ya, aku juga mempersiapkan sesuatu untukmu, Tuan Steven," kata William."Benarkah? Kenapa kalian repot-repot mempersiapkan ini semua? Padahal aku yang hendak menjamu kalian. Aku merasa tersanjung," sahut Tuan Steven."Kalau begitu entah hadiah apa yang telah dibawa oleh murid William untuk Tuan Steven ini. Pasti barang yang mewah," imbuh Yuni."Bukan, ini tentu bukanlah barang yang mahal. Aku hanya memberikan hadiah kecil untukmu, Tuan," sahut Tuan William mengulurkan kotak kado yang di berikan oleh pelayannya. Entah suatu kebetulan atau tidak, namun kotak kado itu begitu mirip dengan kotak yang di bawa oleh Clarissa."Wahhh kalian memang berjodoh sekali. Lihatlah, bahkan kotak yang kalian pilih juga sama. Tuan bukalah dan lihat, seharusnya ini bisa di buka juga kan?" Ujar Yuni antusias sekali.Tuan Steven pun langsung membukanya. Dia kaget juga dengan b
AWAS KAU CLARISSA!"Jangan bergerak!" ucap William tiba-tiba."A..apa yang sedang dia lakukan?" tanya Clarissa menatap ke arah William kaget dan bingung.Kemudian William semakin mendekatkan wajahnya ke arah Clarissa. Suara desahannya pun sampai terdengar di telinga Clarissa, tiba-tiba tangannya mengambil sesuatu di belakang rambut Clarissa. Sebuah daun, ternyata ada sehelai daun yang menyempil di rambutnya."Terima kasih Kakak William. Aku sangat berterima kasih atas kebaikanmu hari ini, tetapi..." kata Aruna menggantung kalimatnya."Tetapi kenapa?" sahut William."Semua ini rasanya tidak benar, Kak. Rasanya ini terlalu berlebihan sekali," jawab Clarissa."Kenapa memangnya?" "Kak, aku sudah menikah dan lebih lagi sekarang aku akan menjadi ibu dari anak ini. Kamu tidak perlu membuang-buang waktu dengan ku," jelas Clarissa."Kenapa? Apa maksudmu aku buang-buang waktu? Aku tidak merasa aku sedang membuang-buang waktuku," sanggah William."Kali ini aku keluar hanya untuk mencarimu," uj
JANGAN BERGERAK!"Dengan begini dia seharusnya sudah tidak ada waktu untuk mengganggu ku lagi kan?" batin Clarisa sambil menenteng belanjaannya. Tanpa dia sadari dari jauh William memperhatikannya."Ternyata dia pintar juga ya," gumamnya."Tuan muda," panggil seorang pengawal. "Telepon dari tuan besar," bisik seorang pengawalnya. William menoleh dia mengambil hp-nya. "Halo, Ya ayah. Ada apa?" tanya William."William, aku dengar kamu telah pergi ke Universitas negara sebelah dan menemukan keturunan daerah Blood gold, hanya saja terjadi sesuatu yang tidak terduga. Apa benar?" tanya Tuan besar, Ayah William."Apakah Ayah maksud adalah masalah Clarissa hamil?" sahut William."Benar, dia sedang hamil kan? Kalau benar, maka diaa benar-benar tidak bisa menjadi Nyonya dari keluarga Long Lion kita. Tapi untungnya tidak ada seorangpun di tempat keluarga besar Chau yang mengetahui identitasnya kecuali Tuan Steven dan Yuki. Aku tidak bisa menentang kalian bersama, tapi aku harap kamu bisa menga
TAMPARAN NARA!"Atau karena pria itu? Kalau dia tidak kembali tentu dia tak punya pilihan lain kan? Apakah aku harus memusnahkannya juga?" batin William. Clarissa sebelum pulang ke apartemen memutuskan untuk berbelanja di tol serba terdekat. Meskipun hanya berbelanja beberapa camilan yang dia sukai namun dia cukup merasa senang, menurutnya berbelanja adalah kegiatan yang paling menyenangkan."Pakai kartu punyaku," ucap seorang wanita di belakang Aruna mengulurkan kartu pada kasir."Kak Nara, kenapa kamu datang kemari sekarang?" tanya Clarissa terkejut melihat Nara di sampingnya."Bukankah kau baru mengirim pesan singkat padaku mengatakan ada tiket khusus acara seni yang di adakan oleh suamik, Devan. Kenapa? Tidak apa-apa kan aku datang lebih cepat. Apa aku tidak boleh datang untuk melihatmu? Bagaimana bisa kau berada di sini?" Cerca Nara dengan berbagai pertanyaa."Kau bukan datang untuk mencari masalah kan, Kak?" sindir Clarissa.Nara diam, dia menunggu Clarissa menjawab semua per
APAKAH AKU HARUS MEMUSNAHKANNYA JUGA?"Tapi Ibu ingin mengingatkanmu beberapa kalimat, kita berada di dalam keluarga yang kaya raya. Jaga kehormatanmu, percayalah semua rumah tangga konglomerat itu kurang lebih sama. Dimanapun tempatnya semua pria sedikit suka bermain dengan wanita. Asal kamu adalah istri sah maka buka satu mata dan tutup satu mata satunya. Itu sudah cukup," pesan Nyonya Lula."Apa maksudmu, Ma?" Tanya Nara tak mengerti dengan nasehat Ibunya yang terasa aneh dan janggal itu. Nyonya Lula mengelus tangan Nara perlahan, ini kali pertama dalam hidupnya mungkin akan mengatakan perkataan dewasa dengan sang putri. Selama ini dia selalu menyembunyikan perasaannya dan bersikap baik-baik saja dengan semua perlakuan suaminya."Nara, kau harus ingat bahwa sekarang kodratmu sudah berubah menjadi istri. Jadi mulai sekarang kau tak boleh terlalu serakah untuk memainkan permainan," ucap Nyonya Lula, Nara pun hanya menghela nafas panjang. Dia pun mengangguk pasrah tak bisa berbuat b
HUBUNGAN SUAMI ISTRI YANG MERENGGANG?"Hanya jika kalian pergi Tuan Steven baru bersedia untuk pergi. Lebih tepatnya aku mengatakan seperti itu agar Tuan Steven mau ke sana. Namun aku tak bisa mengatakannya di hadapan kalian," batin Yuni.Clarissa memandangi tiket itu, dia sudah memilikinya dari Devan. Itu artinya dia memiliki dua tiket masuk, sebenarnya Clarissa malas sekali datang ke acara seperti ini. Tapi karena Yuni mengatakan bahwa Tuan Steven datang, sebagai murid maka ia harus datang juga untuk menghormatinya."Datanglah! Meski kalian belum tentu akan menjadi aktor atau penyanyi di masa depan ada baiknya untuk pergi memahami kemampuan senior kalian kan," sambung Yuni."Clarissa, kamu pasti akan pergi kan? Toh ini hanya sebuah pesta penyambutan saja, bukan film yang mengerikan. Tidak akan menakuti anak dalam kandunganmu kan?" Lanjut Yuni."Iya aku akan pergi," ujar Clarissa menganggukkan kepalanya."Kenapa dia begitu ingin aku berpartisipasi dalam acara seperti ini? Tak hanya