BELAJAR DRAMA KELUARGA JUSTIN?Mungkin Cindy bisa melepas suaminya begitu saja dengan mudah saat sang Ayah membunuhnya dengan mudah. Karena sesama orang dewasa. Tapi tidak dengan anaknya, nalurinya sebagai seorang ibu sangat mengkhawatirkannya apalagi saat anaknya berada di tangan seorang penguasa jaringan hitam seperti itu. Dia takut anaknya dijadikan alat sebagai penerus generasi jaringan yang sangat berbahaya di dunia."Kakak Justin aku mohon, bisakah kamu menolongku kali ini saja. Selamatkan dia, dia masih anak kecil dan tak tahu apa-apa. Aku sangat menyesal sekali mengapa bisa terjerumus dalam jaringan hitam itu," ucap Cindy sambil bersujud diatas ranjang."Tolong aku, Kak Justin. Bahkan aku bisa melakukan apapun agar kau mau membantuku, aku rasa hanya kau yang ada di pihakku saat ini. Kau tahu sendiri kan? Aku tak punya keluarga lagi, setelah anakku kembali sungguh aku tidak ingin kembali ke tempat gelap itu lagi," sambungnya.Justin diam, dia masih mempertimbangkan semuanya.
AKU MENCERAIKAN ISTRIKU DEMI DIRIMU!"Hah murid? Apa maksudnya? apakah Nenek mendaftarkanku untuk beajar berackting? Tapi untuk apa? Mengapa mereka ingin aku bisa beracting? Dan bagaimana Tuan Hanung menerimaku begitu saja?" batin Clarissa."Kenapa? Apa kau tak senang?" tanya Sutradara Hanung melihat mimik wajah Clarissa yang berubah. Clarissa langsung menggelengkan kepalanya."Ti..tidak, Tuan Hanung. Justru sebalinya saya senang sekali," ujar Clarissa dengan mata berbinar."Bahkan saat kuliah dulu, aku tak pernah mendengar dia mau menerima murid selain siswanya. Bahkan hanya beberapa orang beruntung yang bisa bertemu dengannya langsung. Aku pun hanya mendengar namanya, melihatnya beberapa kali saat pentas. Ini sungguh seperti mimpi saja," batin Clarissa lagi.Nenek Elizabeth tersenyum senang. Sepertinya satu persatu rencananya sudah berhasil. Tak perlu merayu seperti kemungkinan terburuk yang dia pikirkan. Hala itu membuat Nenek Elizabeth langsung tersenyum puas, tinggal menjalankan
ANTARA DEVAN DENGAN DEVI ATAU RARA DENGAN KEVIN? ADA APA MEREKA SEBENARNYA?"Sayang jangan tinggalkan aku. Aku benar-benar mencintaimu, Sayang. Bahkan demi dirimu aku sudah bercerai dengan istriku," kata Lelaki itu.Clarissa mengamati mereka dari kaca spion, dengan jelas dia melihar Rara menepisnya. Clarissa kaget karena dia sangat mengetahui wanita itu, sejak kapan dia menjadi simpanans eorang lelaki tua. Clarissa mengerutkan keningnya."Bagaimana bisa dia selera begitu? Mengapa dia berubah menjadi seperti ini?" batin Clarissa."Aku kan sudah bilang padamu kita berpisah dengan damai. Kenapa kamu tidak mengerti? Siapa yang menyuruhmu menceraikan istrimu? Itu salahmu sendiri," kata Rara."Lagi pula aku juga sudah mengembalikan semua hadiah yang kamu berikan padaku. Tolong mengertilah, apa kamu bisa jangan terus mengejarku lagi?" tanya Rara."Tapi Rara, aku sudah melakukan semuanya demi dirimu. Kenapa kau tega memperlakukan itu padaku? Sungguh jahat!" ucap lelaki itu."Kau kan sudah m
TUNGGU AKU! AKU KAKAKMU!"Tapi aku harus ke luar negeri untuk membantu Cindy menemukan anaknya. Jika aku pergi ke luar negeri, bagaimana aku bisa tenang membiarkan dia seorang diri di rumah?" batin Jstin sambil terus memandang istri cantiknya.Dia menghela nafas panjang, keputusan yang berat memang. Di sisi lain dia tak tega membiarkan anak Cindy berad di tangan Ayah Angkat, Mafia ketua jaringan hitam terlalu lama. Apalagi dia memiliki hutang budi pada Cindy yang menyelamatkan nyawanya. Meninggalkan Clarissa bukanlah pilihan mudah meskipun dia sudah menitipkan pada Andrea dan Kevin sekali pun, data tentang Carissa sudah bocor."Tuan Justin, kenapa?" tanya Clarissa melihat Justin melamun. Justin tersentak kaget."Ah tidak. Binatang kecil ini Dari mana datangnya? Kau membawanya?" tanya Justin. Clarissa menganggukkan kepalanya."Cantik sekali kan, Tuan. Namanya si bulat, lihatlah matanya bulat sekali," jawab Clarissa tersenyum."Kenapa bisa kau membawa tupai begini? Apa hari ini terjadi
WAJAHNYA SANGAT MIRIP, NAMUN WATAKNYA BERBEDA!"Kakak! kak, Kak! Tunggu, tunggu aku!" teriak seorang lelaki yang semenjaak tadi mengamatinya. Dia berlari mengejar Clarissa. Wanita itu menoleh. "Bertahun-tahun aku mencarimu, Kak. Akhirnya aku sudah menemukanmu. Aku merasa doaku selama ini terjawab. Aku sangat tahu kau masih hidup, aku tidak akan mencampakkanmu," ujar lelaki itu.Clarissa langsung bingung dengan perkataan lelaki itu. Dia mencoba mengenalinya, nihil dia tak ingat sama sekali siapa lelaki ini. Namun sepertinya ada salah paham diantara mereka."Tuan kamu salah mengenali orang kan?" tanya Clarissa dengan sopan."Kamu tidak ingat dengan aku lagi? Aku adalah kakakmu," kata lelaki itu. Clarissa mencoba mengingatnya lagi. Lelaki itu berpenampilan terhormat bukan seperti seorang penipu, namun sayang sekali dia benar-benar tak mengenalnya. Lelaki ini nampak lebih tua beberapa tahun darinya, umurnya mungkin sekitar empat puluh tahunan.Di sisi lain, sekarang Justin sedang ber
MARGA CHAU! SIAPA DIA SEBENAARNYA? "Sifatmu memang berbeda dengan Kakakku, tapi wajahmu sangat mirip dengannya," gumam lelaki itu. Clarissa menghindari lelaki yang memanggilnya kakak itu. Clarissa merasa kasihan, mungkin lelaki itu tak bohong. Dia memang merasa dirinya mungkin mirip dengan seseorang yang sangat di kenalnya. "Tuan, aku tahu ini mungkin berat bagimu, tapi percayalah dimanapun Kakakmu pasti dia akan kembali. Memang saat itu kalian tidak bisa terus sama-sama, mungkin Kakakmu juga sedang ingin pergi keluar saja sampai suatu saat semua tenang dan akan kembali. Tapi yang jelas kau salah orang, Tuan. Aku tidak tahu dimana kakakmu," jelas Clarissa dengan penuh kelembutan. "Aku percaya dengan adanya wajah kembar yang mungkin menyamai kita di dunia ini. Aku senang ada adik lelaki yang menyayangi kakak perempuannya. Aku sangat salut kepada keluarga yang saling peduli satu sama lainnya. Percayalah dia pasti bisa merasakannya, tidak peduli
MURID ISTIMEWA!"Oh iya, bukankah kamu ada urusan Tuan Justin? Kenapa kau bisa datang kemari?" tanya Clarissa."Semua urusanku sudah selesai, lalu datang kemari melihatmu. Aku cukup khawatir karena kau kadang berlaku konyol sekali. Apa kau sudah selesai mendaftar?" tanya Justin."Belum, kamu temani aku pergi ya, Sayangku," ucap Clarissa dengan mata berbinar-binar langsung menggandeng tangan Justin.Hal itu langsung membuat Justin salah tingkah. Tapi dia berusaha untuk tetap cool dan dingin. Dia melirik Clarissa yang bergelendot manja padanya. Dia suka wanita yang kadang bersikap manja seperti ini."Kenapa ini? Mengapa dia mendadak manja padaku? Ada apa ini?" batin Justin namun dia juga senang Clarissa bersikap seperti itu,"Aku sudah sampai di sini, tentu saja aku akan menemanimu. Ayok ke sana," ajak Justin sambil nowel hidung clarissa. Mereka pun berjalan menuju ke arah pendaftaran kampus itu. Clarissa mencari letak ruangan Tuan Hanung. Tapi dia tiba-
KISAH KELAM MASA LALU KARENA HARTA DAN KEKUASAAN!"Justin, pertimbangkanlah lagi. Benar apa yang di katakan oleh istrimu, tak banyak aku bisa membantu orang. Istrimu masuk dalam kategori orang istimewa," ujar Tuan Hanung."Baiklah, Tuan. Kami permisi dulu ya," pamit Justin.Tuan Hanung menganggukkan kepalanya. Mereka berjalan ke luar, saat Clarissa dan Justin keluar ruangan sepasang mata yang menyimak obrolan mereka dari luar ruangan mencoba mengetuk pintu ruangan Tuan Hanung."Tuan Hanung, permisi! Apakah kamu di tempat?" tanya Devi mencoba masuk."Jangan ketuk pintu jika tidak ada urusan! Aku sangat sibuk," sahut tuan Hanung dari dalam. Devi pun menggelar nafas panjang, dia mengepalkan tangannya. Jelas-jelas tadi Tuan Hanung bersedia membiarkan Clarissa masuk tapi malah menolaknya."Atas dasar apa dia berlaku seperti itu padaku?" batin Devi sambil menatap ke arah ruangan Tuan Hanung dengan tatapan murka.Sedangkan di sisi lain, malam ini Clariss
RARA SEKARANG BERSAMA IVANDRA? RENCANA GILA APALAGI KALI INI!"Benar mungkin seperti yang Nyonya Clarissa duga. Ini adalah salinan surat kuasa sahamnya Tuan Justin. Tuan memang memiliki dan memegang 50% saham dan aku memiliki satu persen. Itu artinya jika kita berdua bekerja sama maka 51% dari saham perusahaan Leonard adalah milik kita. Jadi nasib perusahaan Leonard tidak akan bisa diubah oleh siapapun sesuka hatinya," ujar Andrea.Bagi seorang pengawal setia dan sahabat Justin Andrea memang tak segan-segan menolong apa yang bisa dia perbuat saat ini apalagi untuk keberlangsungan perusahaan yang sudah dia besarkan bersama Justin bersama-sama. Dia tak rela perusahaan Leonard hancur bagi situ saja karena keserakahan Tuan Leonard untuk mengeruk keuntungan yang begitu besar dan menjadikan sumire sebagai alatnya. Dia tak mau Tuan Justin akan terkena imbasnya apalagi saat ini Tuan Justin menghilang."Saat ini aku sebagai istri Tuan Justin akan mempertahankan harga dirinya saat sang suami t
SIAPAKAH PRESIDEN UTAMA YANG AKAN DITUNJUK?"Aku menyelamatkanmu dari genggaman Tuan Justin bukan karena melihatmu yang mencari mati! Sia-sia juga kalau aku membunuhmu sekarang. Kalau bukan karena masih ada hal lain yang harus kamu lakukan, apa kamu kira kamu masih bisa hidup sampai sekarang! Hah!" Bentak Ivandra. 'Plakkk' satu tamparan menghantam wajah Rara lagi. Ivandra tersenyum senang. "Permainan ini benar-benar semakin menyenangkan. Aku selalu berpikir di dunia ini bahwa hanya ada Kak Justin yang akan menjadi lawan sepadanku, tidak aku sangka di kota kecil ini masih ada orang yang bisa menyapu sebagian orang dari jaringan hitam. Wanita pula," batin Ivandra."Apakah orang ini juga maju demi wanita yang bernama Clarissa. Clarissa, kamu benar-benar adalah hantu pembawa sial bagi jaringan hitam. Karenamu jaringan hitam seakan berlomba untuk mendapatkan uang," ujar Ivandra.Sedangkan di sisi lain Andrea menghampiri Clarisa.
RARA DAN IVANDRA!"Apa? William? Mengapa dia? Apakah itu artinya semalam aku bukan mimpi?" Batin Clarissa mencoba mengingat kembali mimpinya semalam. Clarissa mencoba mengingat lagi apa yang terjadi diantara mimpi dan nyatanya. Dia masih ambigu saat pagi hari saat berada di batas alam mimpi dan nyata, ada sosok William di sana. William terus menggenggam tangannya.[Siapa yang menjagaku selain Tuan Steven? Apakah Tuan William juga menemaniku?][Ya, Nyonya. Beberapa malam setelah kau koma dia selalu menjagamu juga. Bahkan dia terus menggenggam tanganmu, tak membiarkan kau sendiri. Apakah kau mulai mengingatnya?]"Kenapa berbeda, justru aku kemarin merasa bermimpi bahwa Tuan Justin lah yang di sisiku. Bahkan aku masih merasakan genggaman tangannya, ternyata aku sudah menggenggam tangan orang yang salah. Apakah artinya lelaki yang ku lihat pagi hari itu Tuan William? Kalau begitu aku harus bagaimana untuk menghadapi Tuan William," kata Clarissa dalam hati.*****"Clarissa," panggil Tuan
TUAN STEVEN KEADAANNYA TAK BAIK, NYONYA!"Tuan kalau kamu seperti ini, setelah Nona Clarissa bangun dia akan menyalahkan dirinya sendiri atas penyakitmu. Oh iya ada surat lain yang dikirim dari kampung halaman mengatakan kalau si gadis dari keluarga Ling Ling, sudah keluar untuk uji coba," kata pengawal."Si cantik Ling-Ling? Gadis itu?" tanya Tuan Steven."Ya, benar. Dia gadis yang ingin Tuan menjadi guru pembimbing saat masih pendaftaran. Namun tak jadi karena Nyonya Clarissa yang akhirnya diterima oleh Tuan Hanung," jelas pengawal."Apakah dia sudah menjadi murid magang?" tanya Tuan Steven."Sudah tapi karena waktu belajarnya tidak cukup jadi dia tidak mendaftar di sekolah. Ternyata dia adalah murid dari Kak Yuki. Semua informasi ini valid, Tuan," terang pengawal."Kalau dia datang maka dia akan diterima dengan baik. Katakan pada asistenku yang baru nanti. semua ini masih berhubungan tetapi aku masih tidak bisa menemukan keberadaan di mana Yuki. Kemana kah dia? Kenapa dia menghinda
TUAN STEVEN SAKIT!"Apakah Tuan tidak khawatir dia akan mendatangkan masalah bagi Clarisa lagi di kemudian hari? Lagi pula dia sekarang sama sekali belum melalui pelatihan khusus sebagai standart seoraang pengawal dan asisten," tolak William,"Tenang saja, dia tidak akan berani Tuan," kata Tuan Steven diam-diam membela Yuni. Dia juga takut Yuni akan di musnahkan oleh Tuan William apalagi mengingat dia adalah keluarga Long Lion. Yuni sudah mengabdi lama padanya, meskipun akhir-akhir ini dia sangat menjengkelkan namun membayangkan dia di bunuh membuatnya kasihan juga."Tuan mengenai informasi pembunuh kemarin sudah ditemukan," kata seorang pengawal menghampiri Tuan Wiliiam dan Steven.Dia segera membaca data diri pembunuh. Orang yang melukai Clarissa sudah di amankan juga."Gila! Bagaimana bisa Clarissa hanya bernilai satu triliun," ucap Tuan Steven."Tuan bolehkah masalah ini diserahkan padaku untuk aku tangani?" tanya Wiliam memintanya."Sekarang aku masih tidak bisa menyentuh Jus
SIAPA PELAKUNYA?"Tuan! Apakah Tuan baik-baik saja?" kan kata Yuni panik. "Bawa kami kembali ke rumahku," perintah Tuan Steven. Tapi tiba-tiba kaki Tuan Steven sakit sekali, dia bahkan berjalan dengan terpincang-pincang."Arggh," erang Tuan Steven perlahan."Penyakit Tuan mulai lagi. Aku juga ikut," ucap Yuni. Tuan Steven digandeng dengan pengawalnya sedangkan Yuni langsung dihadang oleh dua orang pengawal William. Tangannya langsung d gennggam."Apa yang kalian lakukan?" tanya Yuni panik."Diam dan jangan berisik. Kami akan mengamankanmu, kamulah yang mencari tempat ini. Jadi kamu harus bertanggung jawab," kata para pengawal. "Le...lepaskan! Aku tak salah, lepaskan aku," teriak Yuni, namun tak ada satu pun orang yang memperdulikannya.Di sisi lain, William menggendong Clarissa. Dia benar-benra khawatir dengan wanita itu, apalagi raut mimik muka Clarissa yang pucat pasi. Dia menoleh ke arah belakang, nampak Tuan Steven sedang berusaha menyusulnya. Dia nampak kesakitan berjalan deng
PEMBUNUHAN CLARISSA"Kalian naiklah ke perahu satunya," perintah Yuni dengan tegas. Kali ini Tuan Steven mengalah."Ayo naik," kata William, dia pun menggandeng lengan Clarissa dan menariknya setengah paksa.Clarissa menjadi kaget dengan sikap William yang memaksa dan kasar. Namun Clarissa tak mau juga merusak keadaan, dia tahu sudah sejak tadi tak enak suasananya."Sudahlah sebaiknya aku sedikit menjauh darinya saja," batin Carissa dalam hati. 'Duarrrr' Duarrrrrr' tiba-tiba kembang api dinyalakan. "Ternyata ada kembang api. Indah sekali," ucap Clarissa."Akan lebih baik Kalau ada Tuan Justin di sisiku saat ini. Pasti akan sempurna keindahan ini," batin Clarissa. Dia tiba-tiba menengok ke kiri dan kanan. "Entah aku merasakan perasaan apa ini, mengapa tiba-tiba perahu bergoyang? Ada apa ini?" pekik Clarissa kaget, belum sampai dia mencerna apa yang terjadi dengannya kini tiba-tiba Clarissa merasa dingin di tubuhnya, dia mulai kesusahan bernafas. "LIhat! Lihat! Ada orang jatuh ke da
CINTA YUNI BERTEPUK SEBELAH TANGAN!"AWAS KAU CLARISSA!" gumam Yuni sambil mengepalkan tangannya."Oh ya, aku juga mempersiapkan sesuatu untukmu, Tuan Steven," kata William."Benarkah? Kenapa kalian repot-repot mempersiapkan ini semua? Padahal aku yang hendak menjamu kalian. Aku merasa tersanjung," sahut Tuan Steven."Kalau begitu entah hadiah apa yang telah dibawa oleh murid William untuk Tuan Steven ini. Pasti barang yang mewah," imbuh Yuni."Bukan, ini tentu bukanlah barang yang mahal. Aku hanya memberikan hadiah kecil untukmu, Tuan," sahut Tuan William mengulurkan kotak kado yang di berikan oleh pelayannya. Entah suatu kebetulan atau tidak, namun kotak kado itu begitu mirip dengan kotak yang di bawa oleh Clarissa."Wahhh kalian memang berjodoh sekali. Lihatlah, bahkan kotak yang kalian pilih juga sama. Tuan bukalah dan lihat, seharusnya ini bisa di buka juga kan?" Ujar Yuni antusias sekali.Tuan Steven pun langsung membukanya. Dia kaget juga dengan b
AWAS KAU CLARISSA!"Jangan bergerak!" ucap William tiba-tiba."A..apa yang sedang dia lakukan?" tanya Clarissa menatap ke arah William kaget dan bingung.Kemudian William semakin mendekatkan wajahnya ke arah Clarissa. Suara desahannya pun sampai terdengar di telinga Clarissa, tiba-tiba tangannya mengambil sesuatu di belakang rambut Clarissa. Sebuah daun, ternyata ada sehelai daun yang menyempil di rambutnya."Terima kasih Kakak William. Aku sangat berterima kasih atas kebaikanmu hari ini, tetapi..." kata Aruna menggantung kalimatnya."Tetapi kenapa?" sahut William."Semua ini rasanya tidak benar, Kak. Rasanya ini terlalu berlebihan sekali," jawab Clarissa."Kenapa memangnya?" "Kak, aku sudah menikah dan lebih lagi sekarang aku akan menjadi ibu dari anak ini. Kamu tidak perlu membuang-buang waktu dengan ku," jelas Clarissa."Kenapa? Apa maksudmu aku buang-buang waktu? Aku tidak merasa aku sedang membuang-buang waktuku," sanggah William."Kali ini aku keluar hanya untuk mencarimu," uj