KISAH KELAM MASA LALU KARENA HARTA DAN KEKUASAAN!
"Justin, pertimbangkanlah lagi. Benar apa yang di katakan oleh istrimu, tak banyak aku bisa membantu orang. Istrimu masuk dalam kategori orang istimewa," ujar Tuan Hanung."Baiklah, Tuan. Kami permisi dulu ya," pamit Justin. Tuan Hanung menganggukkan kepalanya. Mereka berjalan ke luar, saat Clarissa dan Justin keluar ruangan sepasang mata yang menyimak obrolan mereka dari luar ruangan mencoba mengetuk pintu ruangan Tuan Hanung."Tuan Hanung, permisi! Apakah kamu di tempat?" tanya Devi mencoba masuk."Jangan ketuk pintu jika tidak ada urusan! Aku sangat sibuk," sahut tuan Hanung dari dalam. Devi pun menggelar nafas panjang, dia mengepalkan tangannya. Jelas-jelas tadi Tuan Hanung bersedia membiarkan Clarissa masuk tapi malah menolaknya."Atas dasar apa dia berlaku seperti itu padaku?" batin Devi sambil menatap ke arah ruangan Tuan Hanung dengan tatapan murka. Sedangkan di sisi lain, malam ini ClarissPAMAN SUMIRE MENIKAH DADAKAN? "Bahkan tidak ada kerutan sedikitpun, lebih baik dari kulit Ibuku. Nyonya Lula yang setiap hari perawatan," sambung Clarissa dalam hati. "Tenang saja, saat kamu sampai di umurku seperti ini maka nenek jamin kulitmu akan lebih baik dariku," kata Nenek Elizabeth. Clarissa hanya tersenyum. "Bagaimana mungkin? Mustahil sekali rasanya, Nenek sejak lahir sudah lahir dengan semua kemewahan dan perawatan dari lahir. Sedangkan aku? Aku hanya orang biasa saja," kata Clarissa merendah . "Kau memang polos sekali, Clarissa. Bahkan kau sedikitpun tidak menyadarinya, bahwa kau bukan dari keluarga biasa. Kau adalah keluarga bangsawan dan konglomerat ternama, Chau. Kau sama sekali bukan anak haram dari keluarga Jahnson, melainkan Nona dari keluarga Chau. Keluarga rahasia yang kekayaannya mampu memberi ratusan keluarga Jansen," monolog Nenek Elizabeth dalam hatinya sambil memandangi Clarissa dari cermin. "Tapi anggap saja
PERDEBATAN JUSTIN DAN PAMAN SUMIRE! KELUARGA KONGLOMERAT APAKAH SEPERTI INI? "Ayah aku akan segera menjadi seorang ayah juga, aku juga tidak akan memohon untuk bergabung dengan kantor pusat lagi. Tapi tolong carikan sebuah perusahaan kecil di bawah perusahaan Leonard untukku. Biarkan aku menjadi direktur, setidaknya aku memiliki uang untuk membiayai keluargaku sendiri," protes Sumire merengek. "Apakah benar aku akan memiliki Cucu lagi? Walaupun Justin paling mirip denganku tapi sifat Justin pada akhirnya tidak membuatku merasa kebahagiaan keluarga pada umumnya. Dia terlalu senang sendiri dan tak memperhatikan keluarga," batin Eyang Leonard. Namun di sisi lain dia tak mungkin memberikan perusahaan pada Sumire, karena dia sangat paham sekali bagaimana watak Sumire yang memang semaunya. Jika dia memberikan perusahaan padanya sama saja artinya dia bunuh diri. Karena bisa di pastikan dia akan hancur. "Apakah maksudmu kalian
TOLONG AKU : AKU SUDAH MEMBUNUH HEWAN KESAYANGAN ISTRI! "Tidak semua orang bisa memilikinya, itu adalah sembilan orang terkuat di negara ini. Bahkan empat diantaranya adalah orang yang cukup dipandang di dunia. Kau harus tahu itu," kata Justin. "Ah iya aku sudah tahu," kata Clarissa. Tiba-tiba sebuah ketukan dari jendela terdengar. Ketukan mungil, mereka semua langsung menoleh. Nampak tupai putih kecil sedang melongok ke arah jendela. "Eh aku lupa jika membawa si Bulat," ucap Clarissa. "Untung saja tidak pergi," katanya lagi, dia segera membuka jendela dan mengambil Bulat. "Kamu pergi bermain ke mana lagi sih? Bagaimana jika kamu hilang? Bagaimana kamu tahu kami akan pergi tadi? Hampir saja aku melupakanmu," omel Clarisa lagi melihat tupai putih miliknya sambil menggelengkan kepalanya. "Lihatlah Tuan Justin, Si Bulat kita ini sangat pintar sekali. Dia bisa pergi keluar bermain dan kembali sendiri, sepertinya ak
BLACK BLOOD MENGINCAR CLARISSA! "Kak Justin? Untuk apa dia melakukannya? Padahal dia sudah lama tidak menggunakan akun ini," batin Kevin. "Apa yang telah terjadi?" sambungnya sambil memantau Justin yang terlihat sedang mengetik pesan. [Tolong carikan hewan peliharaan seperti ini. Aku tidak sengaja membunuh Tupai kesayangan istriku. Sekarang aku sedang dihukum untuk tidur di luar kamar sampai bisa membawanya kembali. Aku akan online dalam beberapa jam dan menunggu kalian. Aku hanya menerima transaksi secara langsung] Justin segera mengirim crop foto antara Clarissa dan si Bulat, hanya menampakkan wajah si Bulat. Tak lama pun banyak pesan berbalas di group jaringan hitam. Bukan sembarang group, itu adalah group jaringan mafia dan pembunuh kelas satu. Bayaran mereka mahal dan kinerja mereka tak main-main. Bahkan beberapa diantara fake name yang saling berkomentar itu merupakan pembunuh berdarah dingin. Dan selama ini King Devil alias
KEDATANGAN CINDY! "Mereka yang dapat masuk ke jaringan hitam adalah pembunuh profesional dan efek investigasi yang sudah terlalu lama. Tidak sembarang orang yang ingin melenyapkan Clarissa. Untung saja aku sangat beruntung hari ini. Tapi siapa dia? Black Blood," ujar Justin lirih. Dia segera mengirim pesan pada Kevin dan Andrea lagi. [Terjadi sesuatu hal yang buruk. Tolong segera kirimkan pelindung bayangan untuk membuntuti Clarissa, kelak saatnya aku akan keluar] Justin mengirim pesan khusus pada Andrea. "Jika Clarissa akan pergi keluar pastikan dia harus mendapatkan persetujuanku dulu." Justin mulai mengambil langkah untuk melindungi Clarissa. "Seseorang ingin membunuh istriku. Apakah dia sudah tidak sabar untuk mati?" batin Justin. Sekarang dia mulai memperketat sistem untuk melindungi Clarissa. Beginilah resiko hidup di keluarga konglomerat yang berhubungan dengan mafia jaringan hitam dan pembunuhan. Semua sangat bisa terjadi,
CINDY DAN CLARISSA SATU RUANGAN? PERANG DUNIA DUA! "Dia kah yang bernama Clarissa? Bukankah ketika aku datang sebelumnya dia hanyalah asisten kecil dan sekarang dia telah di promosikan menjadi asisten khusus ruangan Justin? Mungkinkah dia adalah istri Justin yang disembunyikan dengan baik?" batin Cindy mendatangi Clarissa. "Halo asisten Clarissa!" sapa Cindy. Clarissa berdiri menyambut uluran tangan Cindy. "Namaku adalah Cindy," sambungnya. "Hay, namaku Clarissa. Senang bertemu dengnamu, Cindy," sahut Clarissa. "Aku di sini untuk melaporkan ini. Aku ingin meminta pekerjaan. Ini adalah surat pengantarnya, khusus di berikan oleh Kak Justin untukku," kata Cindy mengulurkan amplop surat. "Silakan duduk dulu," perintah Clarissa. Mereka pun duduk berhadapan. "Bolehkah aku membaca surat pengantarnya?" tanya Clarissa. "Seorang siswa teratas departemen keluarga di universitas bergengsi pula, rekomendasi Justin Le
KECELAKAAN! "Andrea? Bagaimana? Aku mengeraskan panggilan ini agar Nyonya Cindy juga mendengarkannya," ujar Clarissa. "Andrea jawablah! Ini aku Cindy," imbuh Cindy. "Iya Nona Cindy, aku mendengar suaramu tetapi aku tidak bisa memberikan keputusan sekarang. Lagi pula Tuan Justin sedang sibuk apalagi untuk kantor asisten semua sudah terisi penuh," kata Andrea. Tiba-tiba Cindy segera menyahut telepon dari tangan Clarissa. Membuatnya sedikit terkejut, dengan sigap Cindy mengambil alih telponnya. "Andrea, bukankah asisten Clarissa boleh membimbing murid magang? Kalau begitu aku menjadi murid magang asisten Clarissa saja. Terserah aku ditempatkan di bagian apa, atau kamu saja yang menerimaku. Aku seharusnya tidak akan membuatmu malu kan," sanggah Cindy memaksa. Clarissa melirik ke arah Cindy, dia merasa wanita ini sedikit berbahaya karena dengan lancang berani menarik telepon yang sedang dia gunakan. Terlihat tak menghargainya. Entah mengapa Clarissa tak suka dengan sikap Cindy ini
DIMANA NYONYA CLARISSA? "Te.. terima kasih! Terima kasih, aku tak tahu jika tadi ada truk. Aku terlalu banyak melamun," kata Clarissa masih shock dan ketakutan. Bahkan dia mengatakan itu dengan ada suara bergetar. "Tuan....." "Tuan Steven," kata Clarissa. "Bukankah kamu orang yang memberiku stempel terakhir kali?" tanya Clarissa memastikan. Lelaki itu pun menganggukkan kepalanya, dia berdiri dan berusaha membantu Clarissa agar bisa berdiri juga. "Benar, Nyonya. Kita bertemu lagi kan Nona kecil, ingatlah untuk berhati-hati saat berjalan kaki. Jangan sambil melamun," tegur Tuan Steven. "Maafkan aku, Tuan Steven. Untung saja kau sudah menyelamatkan hidupku," ujar Clarisa pun tersenyum saat lelaki itu mengelus kepalanya. Dia merasa seperti memiliki ikatan batin tersendiri dengan Tuan Steven. Clarrissa merasa diperlakukan seperti keponakan atau adik perempuannya. Dia senang karena selama ini tak memiliki kakak lelaki. "Iya, aku mengerti Tuan Steven. Tapi lihatlah lenganmu berdarah
TUAN STEVEN SAKIT!"Apakah Tuan tidak khawatir dia akan mendatangkan masalah bagi Clarisa lagi di kemudian hari? Lagi pula dia sekarang sama sekali belum melalui pelatihan khusus sebagai standart seoraang pengawal dan asisten," tolak William,"Tenang saja, dia tidak akan berani Tuan," kata Tuan Steven diam-diam membela Yuni. Dia juga takut Yuni akan di musnahkan oleh Tuan William apalagi mengingat dia adalah keluarga Long Lion. Yuni sudah mengabdi lama padanya, meskipun akhir-akhir ini dia sangat menjengkelkan namun membayangkan dia di bunuh membuatnya kasihan juga."Tuan mengenai informasi pembunuh kemarin sudah ditemukan," kata seorang pengawal menghampiri Tuan Wiliiam dan Steven.Dia segera membaca data diri pembunuh. Orang yang melukai Clarissa sudah di amankan juga."Gila! Bagaimana bisa Clarissa hanya bernilai satu triliun," ucap Tuan Steven."Tuan bolehkah masalah ini diserahkan padaku untuk aku tangani?" tanya Wiliam memintanya."Sekarang aku masih tidak bisa menyentuh Jus
SIAPA PELAKUNYA?"Tuan! Apakah Tuan baik-baik saja?" kan kata Yuni panik. "Bawa kami kembali ke rumahku," perintah Tuan Steven. Tapi tiba-tiba kaki Tuan Steven sakit sekali, dia bahkan berjalan dengan terpincang-pincang."Arggh," erang Tuan Steven perlahan."Penyakit Tuan mulai lagi. Aku juga ikut," ucap Yuni. Tuan Steven digandeng dengan pengawalnya sedangkan Yuni langsung dihadang oleh dua orang pengawal William. Tangannya langsung d gennggam."Apa yang kalian lakukan?" tanya Yuni panik."Diam dan jangan berisik. Kami akan mengamankanmu, kamulah yang mencari tempat ini. Jadi kamu harus bertanggung jawab," kata para pengawal. "Le...lepaskan! Aku tak salah, lepaskan aku," teriak Yuni, namun tak ada satu pun orang yang memperdulikannya.Di sisi lain, William menggendong Clarissa. Dia benar-benra khawatir dengan wanita itu, apalagi raut mimik muka Clarissa yang pucat pasi. Dia menoleh ke arah belakang, nampak Tuan Steven sedang berusaha menyusulnya. Dia nampak kesakitan berjalan deng
PEMBUNUHAN CLARISSA"Kalian naiklah ke perahu satunya," perintah Yuni dengan tegas. Kali ini Tuan Steven mengalah."Ayo naik," kata William, dia pun menggandeng lengan Clarissa dan menariknya setengah paksa.Clarissa menjadi kaget dengan sikap William yang memaksa dan kasar. Namun Clarissa tak mau juga merusak keadaan, dia tahu sudah sejak tadi tak enak suasananya."Sudahlah sebaiknya aku sedikit menjauh darinya saja," batin Carissa dalam hati. 'Duarrrr' Duarrrrrr' tiba-tiba kembang api dinyalakan. "Ternyata ada kembang api. Indah sekali," ucap Clarissa."Akan lebih baik Kalau ada Tuan Justin di sisiku saat ini. Pasti akan sempurna keindahan ini," batin Clarissa. Dia tiba-tiba menengok ke kiri dan kanan. "Entah aku merasakan perasaan apa ini, mengapa tiba-tiba perahu bergoyang? Ada apa ini?" pekik Clarissa kaget, belum sampai dia mencerna apa yang terjadi dengannya kini tiba-tiba Clarissa merasa dingin di tubuhnya, dia mulai kesusahan bernafas. "LIhat! Lihat! Ada orang jatuh ke da
CINTA YUNI BERTEPUK SEBELAH TANGAN!"AWAS KAU CLARISSA!" gumam Yuni sambil mengepalkan tangannya."Oh ya, aku juga mempersiapkan sesuatu untukmu, Tuan Steven," kata William."Benarkah? Kenapa kalian repot-repot mempersiapkan ini semua? Padahal aku yang hendak menjamu kalian. Aku merasa tersanjung," sahut Tuan Steven."Kalau begitu entah hadiah apa yang telah dibawa oleh murid William untuk Tuan Steven ini. Pasti barang yang mewah," imbuh Yuni."Bukan, ini tentu bukanlah barang yang mahal. Aku hanya memberikan hadiah kecil untukmu, Tuan," sahut Tuan William mengulurkan kotak kado yang di berikan oleh pelayannya. Entah suatu kebetulan atau tidak, namun kotak kado itu begitu mirip dengan kotak yang di bawa oleh Clarissa."Wahhh kalian memang berjodoh sekali. Lihatlah, bahkan kotak yang kalian pilih juga sama. Tuan bukalah dan lihat, seharusnya ini bisa di buka juga kan?" Ujar Yuni antusias sekali.Tuan Steven pun langsung membukanya. Dia kaget juga dengan b
AWAS KAU CLARISSA!"Jangan bergerak!" ucap William tiba-tiba."A..apa yang sedang dia lakukan?" tanya Clarissa menatap ke arah William kaget dan bingung.Kemudian William semakin mendekatkan wajahnya ke arah Clarissa. Suara desahannya pun sampai terdengar di telinga Clarissa, tiba-tiba tangannya mengambil sesuatu di belakang rambut Clarissa. Sebuah daun, ternyata ada sehelai daun yang menyempil di rambutnya."Terima kasih Kakak William. Aku sangat berterima kasih atas kebaikanmu hari ini, tetapi..." kata Aruna menggantung kalimatnya."Tetapi kenapa?" sahut William."Semua ini rasanya tidak benar, Kak. Rasanya ini terlalu berlebihan sekali," jawab Clarissa."Kenapa memangnya?" "Kak, aku sudah menikah dan lebih lagi sekarang aku akan menjadi ibu dari anak ini. Kamu tidak perlu membuang-buang waktu dengan ku," jelas Clarissa."Kenapa? Apa maksudmu aku buang-buang waktu? Aku tidak merasa aku sedang membuang-buang waktuku," sanggah William."Kali ini aku keluar hanya untuk mencarimu," uj
JANGAN BERGERAK!"Dengan begini dia seharusnya sudah tidak ada waktu untuk mengganggu ku lagi kan?" batin Clarisa sambil menenteng belanjaannya. Tanpa dia sadari dari jauh William memperhatikannya."Ternyata dia pintar juga ya," gumamnya."Tuan muda," panggil seorang pengawal. "Telepon dari tuan besar," bisik seorang pengawalnya. William menoleh dia mengambil hp-nya. "Halo, Ya ayah. Ada apa?" tanya William."William, aku dengar kamu telah pergi ke Universitas negara sebelah dan menemukan keturunan daerah Blood gold, hanya saja terjadi sesuatu yang tidak terduga. Apa benar?" tanya Tuan besar, Ayah William."Apakah Ayah maksud adalah masalah Clarissa hamil?" sahut William."Benar, dia sedang hamil kan? Kalau benar, maka diaa benar-benar tidak bisa menjadi Nyonya dari keluarga Long Lion kita. Tapi untungnya tidak ada seorangpun di tempat keluarga besar Chau yang mengetahui identitasnya kecuali Tuan Steven dan Yuki. Aku tidak bisa menentang kalian bersama, tapi aku harap kamu bisa menga
TAMPARAN NARA!"Atau karena pria itu? Kalau dia tidak kembali tentu dia tak punya pilihan lain kan? Apakah aku harus memusnahkannya juga?" batin William. Clarissa sebelum pulang ke apartemen memutuskan untuk berbelanja di tol serba terdekat. Meskipun hanya berbelanja beberapa camilan yang dia sukai namun dia cukup merasa senang, menurutnya berbelanja adalah kegiatan yang paling menyenangkan."Pakai kartu punyaku," ucap seorang wanita di belakang Aruna mengulurkan kartu pada kasir."Kak Nara, kenapa kamu datang kemari sekarang?" tanya Clarissa terkejut melihat Nara di sampingnya."Bukankah kau baru mengirim pesan singkat padaku mengatakan ada tiket khusus acara seni yang di adakan oleh suamik, Devan. Kenapa? Tidak apa-apa kan aku datang lebih cepat. Apa aku tidak boleh datang untuk melihatmu? Bagaimana bisa kau berada di sini?" Cerca Nara dengan berbagai pertanyaa."Kau bukan datang untuk mencari masalah kan, Kak?" sindir Clarissa.Nara diam, dia menunggu Clarissa menjawab semua per
APAKAH AKU HARUS MEMUSNAHKANNYA JUGA?"Tapi Ibu ingin mengingatkanmu beberapa kalimat, kita berada di dalam keluarga yang kaya raya. Jaga kehormatanmu, percayalah semua rumah tangga konglomerat itu kurang lebih sama. Dimanapun tempatnya semua pria sedikit suka bermain dengan wanita. Asal kamu adalah istri sah maka buka satu mata dan tutup satu mata satunya. Itu sudah cukup," pesan Nyonya Lula."Apa maksudmu, Ma?" Tanya Nara tak mengerti dengan nasehat Ibunya yang terasa aneh dan janggal itu. Nyonya Lula mengelus tangan Nara perlahan, ini kali pertama dalam hidupnya mungkin akan mengatakan perkataan dewasa dengan sang putri. Selama ini dia selalu menyembunyikan perasaannya dan bersikap baik-baik saja dengan semua perlakuan suaminya."Nara, kau harus ingat bahwa sekarang kodratmu sudah berubah menjadi istri. Jadi mulai sekarang kau tak boleh terlalu serakah untuk memainkan permainan," ucap Nyonya Lula, Nara pun hanya menghela nafas panjang. Dia pun mengangguk pasrah tak bisa berbuat b
HUBUNGAN SUAMI ISTRI YANG MERENGGANG?"Hanya jika kalian pergi Tuan Steven baru bersedia untuk pergi. Lebih tepatnya aku mengatakan seperti itu agar Tuan Steven mau ke sana. Namun aku tak bisa mengatakannya di hadapan kalian," batin Yuni.Clarissa memandangi tiket itu, dia sudah memilikinya dari Devan. Itu artinya dia memiliki dua tiket masuk, sebenarnya Clarissa malas sekali datang ke acara seperti ini. Tapi karena Yuni mengatakan bahwa Tuan Steven datang, sebagai murid maka ia harus datang juga untuk menghormatinya."Datanglah! Meski kalian belum tentu akan menjadi aktor atau penyanyi di masa depan ada baiknya untuk pergi memahami kemampuan senior kalian kan," sambung Yuni."Clarissa, kamu pasti akan pergi kan? Toh ini hanya sebuah pesta penyambutan saja, bukan film yang mengerikan. Tidak akan menakuti anak dalam kandunganmu kan?" Lanjut Yuni."Iya aku akan pergi," ujar Clarissa menganggukkan kepalanya."Kenapa dia begitu ingin aku berpartisipasi dalam acara seperti ini? Tak hanya