PAMAN SUMIRE MENIKAH DADAKAN?
"Bahkan tidak ada kerutan sedikitpun, lebih baik dari kulit Ibuku. Nyonya Lula yang setiap hari perawatan," sambung Clarissa dalam hati. "Tenang saja, saat kamu sampai di umurku seperti ini maka nenek jamin kulitmu akan lebih baik dariku," kata Nenek Elizabeth. Clarissa hanya tersenyum. "Bagaimana mungkin? Mustahil sekali rasanya, Nenek sejak lahir sudah lahir dengan semua kemewahan dan perawatan dari lahir. Sedangkan aku? Aku hanya orang biasa saja," kata Clarissa merendah . "Kau memang polos sekali, Clarissa. Bahkan kau sedikitpun tidak menyadarinya, bahwa kau bukan dari keluarga biasa. Kau adalah keluarga bangsawan dan konglomerat ternama, Chau. Kau sama sekali bukan anak haram dari keluarga Jahnson, melainkan Nona dari keluarga Chau. Keluarga rahasia yang kekayaannya mampu memberi ratusan keluarga Jansen," monolog Nenek Elizabeth dalam hatinya sambil memandangi Clarissa dari cermin. "Tapi anggap sajaPERDEBATAN JUSTIN DAN PAMAN SUMIRE! KELUARGA KONGLOMERAT APAKAH SEPERTI INI? "Ayah aku akan segera menjadi seorang ayah juga, aku juga tidak akan memohon untuk bergabung dengan kantor pusat lagi. Tapi tolong carikan sebuah perusahaan kecil di bawah perusahaan Leonard untukku. Biarkan aku menjadi direktur, setidaknya aku memiliki uang untuk membiayai keluargaku sendiri," protes Sumire merengek. "Apakah benar aku akan memiliki Cucu lagi? Walaupun Justin paling mirip denganku tapi sifat Justin pada akhirnya tidak membuatku merasa kebahagiaan keluarga pada umumnya. Dia terlalu senang sendiri dan tak memperhatikan keluarga," batin Eyang Leonard. Namun di sisi lain dia tak mungkin memberikan perusahaan pada Sumire, karena dia sangat paham sekali bagaimana watak Sumire yang memang semaunya. Jika dia memberikan perusahaan padanya sama saja artinya dia bunuh diri. Karena bisa di pastikan dia akan hancur. "Apakah maksudmu kalian
TOLONG AKU : AKU SUDAH MEMBUNUH HEWAN KESAYANGAN ISTRI! "Tidak semua orang bisa memilikinya, itu adalah sembilan orang terkuat di negara ini. Bahkan empat diantaranya adalah orang yang cukup dipandang di dunia. Kau harus tahu itu," kata Justin. "Ah iya aku sudah tahu," kata Clarissa. Tiba-tiba sebuah ketukan dari jendela terdengar. Ketukan mungil, mereka semua langsung menoleh. Nampak tupai putih kecil sedang melongok ke arah jendela. "Eh aku lupa jika membawa si Bulat," ucap Clarissa. "Untung saja tidak pergi," katanya lagi, dia segera membuka jendela dan mengambil Bulat. "Kamu pergi bermain ke mana lagi sih? Bagaimana jika kamu hilang? Bagaimana kamu tahu kami akan pergi tadi? Hampir saja aku melupakanmu," omel Clarisa lagi melihat tupai putih miliknya sambil menggelengkan kepalanya. "Lihatlah Tuan Justin, Si Bulat kita ini sangat pintar sekali. Dia bisa pergi keluar bermain dan kembali sendiri, sepertinya ak
BLACK BLOOD MENGINCAR CLARISSA! "Kak Justin? Untuk apa dia melakukannya? Padahal dia sudah lama tidak menggunakan akun ini," batin Kevin. "Apa yang telah terjadi?" sambungnya sambil memantau Justin yang terlihat sedang mengetik pesan. [Tolong carikan hewan peliharaan seperti ini. Aku tidak sengaja membunuh Tupai kesayangan istriku. Sekarang aku sedang dihukum untuk tidur di luar kamar sampai bisa membawanya kembali. Aku akan online dalam beberapa jam dan menunggu kalian. Aku hanya menerima transaksi secara langsung] Justin segera mengirim crop foto antara Clarissa dan si Bulat, hanya menampakkan wajah si Bulat. Tak lama pun banyak pesan berbalas di group jaringan hitam. Bukan sembarang group, itu adalah group jaringan mafia dan pembunuh kelas satu. Bayaran mereka mahal dan kinerja mereka tak main-main. Bahkan beberapa diantara fake name yang saling berkomentar itu merupakan pembunuh berdarah dingin. Dan selama ini King Devil alias
KEDATANGAN CINDY! "Mereka yang dapat masuk ke jaringan hitam adalah pembunuh profesional dan efek investigasi yang sudah terlalu lama. Tidak sembarang orang yang ingin melenyapkan Clarissa. Untung saja aku sangat beruntung hari ini. Tapi siapa dia? Black Blood," ujar Justin lirih. Dia segera mengirim pesan pada Kevin dan Andrea lagi. [Terjadi sesuatu hal yang buruk. Tolong segera kirimkan pelindung bayangan untuk membuntuti Clarissa, kelak saatnya aku akan keluar] Justin mengirim pesan khusus pada Andrea. "Jika Clarissa akan pergi keluar pastikan dia harus mendapatkan persetujuanku dulu." Justin mulai mengambil langkah untuk melindungi Clarissa. "Seseorang ingin membunuh istriku. Apakah dia sudah tidak sabar untuk mati?" batin Justin. Sekarang dia mulai memperketat sistem untuk melindungi Clarissa. Beginilah resiko hidup di keluarga konglomerat yang berhubungan dengan mafia jaringan hitam dan pembunuhan. Semua sangat bisa terjadi,
CINDY DAN CLARISSA SATU RUANGAN? PERANG DUNIA DUA! "Dia kah yang bernama Clarissa? Bukankah ketika aku datang sebelumnya dia hanyalah asisten kecil dan sekarang dia telah di promosikan menjadi asisten khusus ruangan Justin? Mungkinkah dia adalah istri Justin yang disembunyikan dengan baik?" batin Cindy mendatangi Clarissa. "Halo asisten Clarissa!" sapa Cindy. Clarissa berdiri menyambut uluran tangan Cindy. "Namaku adalah Cindy," sambungnya. "Hay, namaku Clarissa. Senang bertemu dengnamu, Cindy," sahut Clarissa. "Aku di sini untuk melaporkan ini. Aku ingin meminta pekerjaan. Ini adalah surat pengantarnya, khusus di berikan oleh Kak Justin untukku," kata Cindy mengulurkan amplop surat. "Silakan duduk dulu," perintah Clarissa. Mereka pun duduk berhadapan. "Bolehkah aku membaca surat pengantarnya?" tanya Clarissa. "Seorang siswa teratas departemen keluarga di universitas bergengsi pula, rekomendasi Justin Le
KECELAKAAN! "Andrea? Bagaimana? Aku mengeraskan panggilan ini agar Nyonya Cindy juga mendengarkannya," ujar Clarissa. "Andrea jawablah! Ini aku Cindy," imbuh Cindy. "Iya Nona Cindy, aku mendengar suaramu tetapi aku tidak bisa memberikan keputusan sekarang. Lagi pula Tuan Justin sedang sibuk apalagi untuk kantor asisten semua sudah terisi penuh," kata Andrea. Tiba-tiba Cindy segera menyahut telepon dari tangan Clarissa. Membuatnya sedikit terkejut, dengan sigap Cindy mengambil alih telponnya. "Andrea, bukankah asisten Clarissa boleh membimbing murid magang? Kalau begitu aku menjadi murid magang asisten Clarissa saja. Terserah aku ditempatkan di bagian apa, atau kamu saja yang menerimaku. Aku seharusnya tidak akan membuatmu malu kan," sanggah Cindy memaksa. Clarissa melirik ke arah Cindy, dia merasa wanita ini sedikit berbahaya karena dengan lancang berani menarik telepon yang sedang dia gunakan. Terlihat tak menghargainya. Entah mengapa Clarissa tak suka dengan sikap Cindy ini
DIMANA NYONYA CLARISSA? "Te.. terima kasih! Terima kasih, aku tak tahu jika tadi ada truk. Aku terlalu banyak melamun," kata Clarissa masih shock dan ketakutan. Bahkan dia mengatakan itu dengan ada suara bergetar. "Tuan....." "Tuan Steven," kata Clarissa. "Bukankah kamu orang yang memberiku stempel terakhir kali?" tanya Clarissa memastikan. Lelaki itu pun menganggukkan kepalanya, dia berdiri dan berusaha membantu Clarissa agar bisa berdiri juga. "Benar, Nyonya. Kita bertemu lagi kan Nona kecil, ingatlah untuk berhati-hati saat berjalan kaki. Jangan sambil melamun," tegur Tuan Steven. "Maafkan aku, Tuan Steven. Untung saja kau sudah menyelamatkan hidupku," ujar Clarisa pun tersenyum saat lelaki itu mengelus kepalanya. Dia merasa seperti memiliki ikatan batin tersendiri dengan Tuan Steven. Clarrissa merasa diperlakukan seperti keponakan atau adik perempuannya. Dia senang karena selama ini tak memiliki kakak lelaki. "Iya, aku mengerti Tuan Steven. Tapi lihatlah lenganmu berdarah
AKU HARUS MELENYAPKANNYA! "Periksa CCTV dalam gedung semuanya!" perintah Justin. "Kak Justin," panggil Cindy menyapa, dia mendengar suara Justin dari ruangan sebelah. "Apakah kamu mencari asisten Clarissa? Tadi aku masih berbicara dengannya di depan kantor, apa dia hilang?" tanya Cindy. "Kau berbicara dengannya di mana? Katakan!" perintah Justin langsung panik. "Iya saat aku hendak pergi makan siang tadi tak sengaja aku bertemu dengan asisten Clarissa. Lalu..." ucap Cindy menggantung kalimatnya. "Lalu bagaimana ya aku mengatakannya padamu," gumam Cindy. "Kenapa! Cepat katakan padaku," tegas Justin. Sengaaja Cindy menggantungkan kalimatnya. Dia ingin membuatJustin penasaran. Dia melirik ke arah sebelah Justin, mereka nampak menjadi pusat perhatian. "Apakah kita sungguh membicarakannya di sini?" tanya Cindy melihat ke arah karyawan yang saling berkumpul. "Ayo bicara di dalam saja," kata Justin membuka ruangannya. Mereka pun masuk ke dalam. "Sekarang bicaralah," perintah J