AKU HARUS MELENYAPKANNYA! "Periksa CCTV dalam gedung semuanya!" perintah Justin. "Kak Justin," panggil Cindy menyapa, dia mendengar suara Justin dari ruangan sebelah. "Apakah kamu mencari asisten Clarissa? Tadi aku masih berbicara dengannya di depan kantor, apa dia hilang?" tanya Cindy. "Kau berbicara dengannya di mana? Katakan!" perintah Justin langsung panik. "Iya saat aku hendak pergi makan siang tadi tak sengaja aku bertemu dengan asisten Clarissa. Lalu..." ucap Cindy menggantung kalimatnya. "Lalu bagaimana ya aku mengatakannya padamu," gumam Cindy. "Kenapa! Cepat katakan padaku," tegas Justin. Sengaaja Cindy menggantungkan kalimatnya. Dia ingin membuatJustin penasaran. Dia melirik ke arah sebelah Justin, mereka nampak menjadi pusat perhatian. "Apakah kita sungguh membicarakannya di sini?" tanya Cindy melihat ke arah karyawan yang saling berkumpul. "Ayo bicara di dalam saja," kata Justin membuka ruangannya. Mereka pun masuk ke dalam. "Sekarang bicaralah," perintah J
DIMANA TUAN JUSTIN? "Kenapa ini? Mengapa dia berubah? Inikah Justin yang aku kenal? Apakah Clarissa begitu penting baginya sampai dia berlaku seperti ini? Aku sudah berusaha mencoba membuatnya marah tetapi kenapa dia tak bisa marah pada Clarissa! Sialan!" umpat Cindy dalam hati. "Aku harus segera melenyapkannya," batin Cindy dalam hati. Cindy pun melihat kepergian Justin begitu saja. Cindy baru menyadari satu hal, dia memang tak berarti lagi bagi Justin. Keberadaannya tak pernah dianggap sama sekali. Hal itu jelas membuatnya sakit hati. "Apa yang membuatnya berbeda dari ku? Apa istimewanya? Kenapa kau memilih gadis itu, Justin? Apa kamu tahu semakin Kamu berpikir dia cantik, baik, dan seolah mencintainya maka semakin aku akan menghancurkannya," batin Cindy tersenyum jahat. Di sisi lain Clarissa baru sadar dari pingsannya. Dia mengerjapkan matnya, ruangan nampak asing. Perlahan Clarissa bangun, dia berada di sebuah ruangan mewah yang tak pernah dikenalinya. "Ini di mana?"
KONVOI KELUARGA JUSTIN! "Apakah kamu ingin menelpon seseorang, maka kau bisa menelpon. Aku memiliki papan kedap suara di sini," katanya. "Tidak tidak perlu, Tuan," sahut Clarissa. Clarisa menghela nafas panjang. Hari ini sudah hampir gelap dan Justin sama sekali tak merespon semua panggilannya. Bahkan tidak ada pergerakan sama sekali, membuat Clarissa sekarang tambah cemas sekali. "Aku tidak ingin menelpon dia lebih dulu, tapi kenapa semua pesanku tak d balas. Ini membuatku merasa kesal tiba-tiba," omel Clarissa dalam hati. Mereka sudah sampai di sebuah resto yang merupakan rekomendasi Steven. Terlihat di sana pengamanan sangat di jaga ketat. Bahkan di halaman restoran pun berjejer semua pengawal Steven. Membuat pengunjung lain langsung merinding tak berani masuk ke dalam. Steven sengaja mengajak Clarissa makan di sebuah restoran keluarganya. "Tuan Steven," panggil Clarissa. "Ya," sahutnya. "Apakah saat keluar juga harus membawa begitu banyak orang? Apakah kau harus di jaga
APA YANG TERJADI SEBENARNYA? "Tuan Steven," panggil seoran ajudan Steven ketika lelaki itu mulai memotong steak daging miliknya. Tanpa banyak bicara lagi pelayan itu menyodorkan tablet miliknya. "Coba lihat ini," kata Steven menyodorkan tablet itu pada Clarissa. "Apa ini?" pekik Clarissa kaget sambil menutup mulutnya. Dia melihat deretan mobil mewah milik Justin Leonard melakukan parade di kota ini. Clarissa sangat hapal sekali bahwa itu adalah barisan mobil yang ada di garasi rumahnya. Hal itu membuat Clarissa kaget. "Apa yang mau dia lakukan?" batin Clarisa . "Armada mobil mewah ini semua pergi ke kota ini. Rupanya dia ini sedang mencarimu, dia takut kalau memeriksa lokasiku secara langsung akan membuatku tidak nyaman. Jadi dia memberitahuku seperti ini. Bukti bahwa dia sedang mencarimu. Aku cukup menghargai suamimu tapi mungkin sekarang seluruh kota tahu kalau istri Presiden Leonard sedang melarikan diri dari rumah," jelas Steven. "Ah begitukah, Tuan Steven. Rasanya aneh s
PENGKHIANAT DI SEKITAR JUSTIN! "Bukankah dia berkeliling kota dengan mobil-mobilnya tadi? Padahal mobilnya belum kembali ke garasi. Bagaimana dia bisa muncul di rumah ini dan suara yang tadi itu? Terlalu lembut untuk seorang Tuan Justin. Bukankah suara Tuan Justin selalu galak dan mengintimidasi, lembutnya sungguh menakutkan dan membuatku berpikir yang tidak-tidak," batin Clarissa. "Kenapa?" tanya Justin. "Apa?" "Kenapa kau menatapku seperti itu?" tanya Justin. "Kenapa kau berbicara lembut sekali? Itu membuatku takut," sahut Clarissa. "Kau tidak membolehkan ku berkata lembut? Apakah selama ini aku tidak cukup lembut?" tanya Justin. Clarissa menganggukkan kepalanya. "Kemarilah," perintahnya. "Wahhh, benar-benar Tuan Justin sedang tersenyum. Apakah orang ini benar-benar Tuan Justin? Aku merinding sekali melihatnya," batin Clarissa pun langsung maju. Dia langsung mencubit pipinya, memastikan bah
ADA BIBIT PELAKOR DI SINI RUPANYA! "Ada penghianat di sekitarku," ujar Justin. "Ap maksudnya, Tuan Justin? Aku memang harus disalahkan atas kejadian hari ini, tapi aku tak berkhianat," kata Clarissa ketakutan. "Diam, biarkan Andrea menyelidikinya. Sekarang kamu masih belum menjadi jelaskan kenapa kamu keluar dari kantor? Bukankah makanan di kantor juga enak? Bahkan kau hanya tinggal menelpon tak perlu menyebrang ke resto," tanya Justin. "Ck! Mengingat alasannya membuatku sebal saja. Bukankah ini karena kamu, Tuan Justin," tuduh Clarissa. Ucapan itu jelas membuat Justin kaget. Bukan tanpa alasan mengapa sekarang dirinya yang di salahkan. Padahal jelas-jelas di sini Clarissa yang salah. Justin pun menghela nafas panjang menghadapi wanita, sepertinya dia akan selalu terlihat salah. "Aku?" tanya Justin. "Ya! Karena adikmu itu. Membuatku sebal saja, aku sengaja keluar mencari u
RESTO VS WARUNG KAKI LIMA! "Apalagi dia ada suaminya tidak begitu peka terhadap hal seperti ini," monolognya lagi. "Aku mendadak teringat ada sesuatu yang harus aku lakukan. Kalian duduklah sebentar, aku akan naik dulu," pamit Clarissa berjalan ke tangga atas. Dia memang sengaja meninggalkan Justin dan Cindy. Dia ingin membuktikan ke Cindy bahwa dia lah Nyonya di rumah ini. Dia ingin berdandan, menemui dengan piyama tidur seperti ini tidaklah elegan sama sekali. Cindy tersenyum penuh kemenangan, dia berpikir mungkin Clarissa sadar diri. "Kak Justin," panggil Cindy. "Apakah kakak ipar memiliki kesalahpahaman terhadapku? LIhatlah, aku berpikir begitu karena saat melihatku dia langsung naik ke atas," sambungnya. Justin tersenyum. "Kamu terlalu berpikir buruk dengan Clarissa. Asal kau tahu saja, istriku bukanlah orang seperti itu. Dia sangat murah hati, baik, dan tak pernah memiliki pemikiran buruk pada orang lain," jelas Just
BUBUK BERACUN DARI ULAR BERBISA? "Tapi Tuan Justin, aku sudah bosan sekali dengan makanan prancis," bisik Clarissa. "Baiklah kalau begitu. Kita akan makan di warung steak yang kau inginkan," jawab Justin. "Benarkah, Tuan Justin? Apa kau tak apa-apa?" sahut Clarissa dengan mata berbinar penuh kemenangan. "Apalagi tempat itu bukanlah resto terkenal, namun jangan khawatir di sana sangat bersih sekali. Makannanya juga tak kalah enak dengan resto kok," sambungnya. "Tidak. Aku juga belum pernah makan di warung makan. Jadi aku putuskan untuk pergi mencobanya hari ini," ujar Justin. Ucapan Justin ini membuat Cindy sangat kaget. Dia tak percaya bahwa seorag Justin Leonard mau makan di tempat kotor seperti itu. Bahkan sekelas Cindy pun belum pernah makan di sana. Namun demi seorang wanita dia rela melakukannya, secinta apa lelaki itu dengan Clarisssa yang di mata Cindy tak memiliki kelebihan apapun. "Tapi Kak Justin, bukan
TUAN STEVEN SAKIT!"Apakah Tuan tidak khawatir dia akan mendatangkan masalah bagi Clarisa lagi di kemudian hari? Lagi pula dia sekarang sama sekali belum melalui pelatihan khusus sebagai standart seoraang pengawal dan asisten," tolak William,"Tenang saja, dia tidak akan berani Tuan," kata Tuan Steven diam-diam membela Yuni. Dia juga takut Yuni akan di musnahkan oleh Tuan William apalagi mengingat dia adalah keluarga Long Lion. Yuni sudah mengabdi lama padanya, meskipun akhir-akhir ini dia sangat menjengkelkan namun membayangkan dia di bunuh membuatnya kasihan juga."Tuan mengenai informasi pembunuh kemarin sudah ditemukan," kata seorang pengawal menghampiri Tuan Wiliiam dan Steven.Dia segera membaca data diri pembunuh. Orang yang melukai Clarissa sudah di amankan juga."Gila! Bagaimana bisa Clarissa hanya bernilai satu triliun," ucap Tuan Steven."Tuan bolehkah masalah ini diserahkan padaku untuk aku tangani?" tanya Wiliam memintanya."Sekarang aku masih tidak bisa menyentuh Jus
SIAPA PELAKUNYA?"Tuan! Apakah Tuan baik-baik saja?" kan kata Yuni panik. "Bawa kami kembali ke rumahku," perintah Tuan Steven. Tapi tiba-tiba kaki Tuan Steven sakit sekali, dia bahkan berjalan dengan terpincang-pincang."Arggh," erang Tuan Steven perlahan."Penyakit Tuan mulai lagi. Aku juga ikut," ucap Yuni. Tuan Steven digandeng dengan pengawalnya sedangkan Yuni langsung dihadang oleh dua orang pengawal William. Tangannya langsung d gennggam."Apa yang kalian lakukan?" tanya Yuni panik."Diam dan jangan berisik. Kami akan mengamankanmu, kamulah yang mencari tempat ini. Jadi kamu harus bertanggung jawab," kata para pengawal. "Le...lepaskan! Aku tak salah, lepaskan aku," teriak Yuni, namun tak ada satu pun orang yang memperdulikannya.Di sisi lain, William menggendong Clarissa. Dia benar-benra khawatir dengan wanita itu, apalagi raut mimik muka Clarissa yang pucat pasi. Dia menoleh ke arah belakang, nampak Tuan Steven sedang berusaha menyusulnya. Dia nampak kesakitan berjalan deng
PEMBUNUHAN CLARISSA"Kalian naiklah ke perahu satunya," perintah Yuni dengan tegas. Kali ini Tuan Steven mengalah."Ayo naik," kata William, dia pun menggandeng lengan Clarissa dan menariknya setengah paksa.Clarissa menjadi kaget dengan sikap William yang memaksa dan kasar. Namun Clarissa tak mau juga merusak keadaan, dia tahu sudah sejak tadi tak enak suasananya."Sudahlah sebaiknya aku sedikit menjauh darinya saja," batin Carissa dalam hati. 'Duarrrr' Duarrrrrr' tiba-tiba kembang api dinyalakan. "Ternyata ada kembang api. Indah sekali," ucap Clarissa."Akan lebih baik Kalau ada Tuan Justin di sisiku saat ini. Pasti akan sempurna keindahan ini," batin Clarissa. Dia tiba-tiba menengok ke kiri dan kanan. "Entah aku merasakan perasaan apa ini, mengapa tiba-tiba perahu bergoyang? Ada apa ini?" pekik Clarissa kaget, belum sampai dia mencerna apa yang terjadi dengannya kini tiba-tiba Clarissa merasa dingin di tubuhnya, dia mulai kesusahan bernafas. "LIhat! Lihat! Ada orang jatuh ke da
CINTA YUNI BERTEPUK SEBELAH TANGAN!"AWAS KAU CLARISSA!" gumam Yuni sambil mengepalkan tangannya."Oh ya, aku juga mempersiapkan sesuatu untukmu, Tuan Steven," kata William."Benarkah? Kenapa kalian repot-repot mempersiapkan ini semua? Padahal aku yang hendak menjamu kalian. Aku merasa tersanjung," sahut Tuan Steven."Kalau begitu entah hadiah apa yang telah dibawa oleh murid William untuk Tuan Steven ini. Pasti barang yang mewah," imbuh Yuni."Bukan, ini tentu bukanlah barang yang mahal. Aku hanya memberikan hadiah kecil untukmu, Tuan," sahut Tuan William mengulurkan kotak kado yang di berikan oleh pelayannya. Entah suatu kebetulan atau tidak, namun kotak kado itu begitu mirip dengan kotak yang di bawa oleh Clarissa."Wahhh kalian memang berjodoh sekali. Lihatlah, bahkan kotak yang kalian pilih juga sama. Tuan bukalah dan lihat, seharusnya ini bisa di buka juga kan?" Ujar Yuni antusias sekali.Tuan Steven pun langsung membukanya. Dia kaget juga dengan b
AWAS KAU CLARISSA!"Jangan bergerak!" ucap William tiba-tiba."A..apa yang sedang dia lakukan?" tanya Clarissa menatap ke arah William kaget dan bingung.Kemudian William semakin mendekatkan wajahnya ke arah Clarissa. Suara desahannya pun sampai terdengar di telinga Clarissa, tiba-tiba tangannya mengambil sesuatu di belakang rambut Clarissa. Sebuah daun, ternyata ada sehelai daun yang menyempil di rambutnya."Terima kasih Kakak William. Aku sangat berterima kasih atas kebaikanmu hari ini, tetapi..." kata Aruna menggantung kalimatnya."Tetapi kenapa?" sahut William."Semua ini rasanya tidak benar, Kak. Rasanya ini terlalu berlebihan sekali," jawab Clarissa."Kenapa memangnya?" "Kak, aku sudah menikah dan lebih lagi sekarang aku akan menjadi ibu dari anak ini. Kamu tidak perlu membuang-buang waktu dengan ku," jelas Clarissa."Kenapa? Apa maksudmu aku buang-buang waktu? Aku tidak merasa aku sedang membuang-buang waktuku," sanggah William."Kali ini aku keluar hanya untuk mencarimu," uj
JANGAN BERGERAK!"Dengan begini dia seharusnya sudah tidak ada waktu untuk mengganggu ku lagi kan?" batin Clarisa sambil menenteng belanjaannya. Tanpa dia sadari dari jauh William memperhatikannya."Ternyata dia pintar juga ya," gumamnya."Tuan muda," panggil seorang pengawal. "Telepon dari tuan besar," bisik seorang pengawalnya. William menoleh dia mengambil hp-nya. "Halo, Ya ayah. Ada apa?" tanya William."William, aku dengar kamu telah pergi ke Universitas negara sebelah dan menemukan keturunan daerah Blood gold, hanya saja terjadi sesuatu yang tidak terduga. Apa benar?" tanya Tuan besar, Ayah William."Apakah Ayah maksud adalah masalah Clarissa hamil?" sahut William."Benar, dia sedang hamil kan? Kalau benar, maka diaa benar-benar tidak bisa menjadi Nyonya dari keluarga Long Lion kita. Tapi untungnya tidak ada seorangpun di tempat keluarga besar Chau yang mengetahui identitasnya kecuali Tuan Steven dan Yuki. Aku tidak bisa menentang kalian bersama, tapi aku harap kamu bisa menga
TAMPARAN NARA!"Atau karena pria itu? Kalau dia tidak kembali tentu dia tak punya pilihan lain kan? Apakah aku harus memusnahkannya juga?" batin William. Clarissa sebelum pulang ke apartemen memutuskan untuk berbelanja di tol serba terdekat. Meskipun hanya berbelanja beberapa camilan yang dia sukai namun dia cukup merasa senang, menurutnya berbelanja adalah kegiatan yang paling menyenangkan."Pakai kartu punyaku," ucap seorang wanita di belakang Aruna mengulurkan kartu pada kasir."Kak Nara, kenapa kamu datang kemari sekarang?" tanya Clarissa terkejut melihat Nara di sampingnya."Bukankah kau baru mengirim pesan singkat padaku mengatakan ada tiket khusus acara seni yang di adakan oleh suamik, Devan. Kenapa? Tidak apa-apa kan aku datang lebih cepat. Apa aku tidak boleh datang untuk melihatmu? Bagaimana bisa kau berada di sini?" Cerca Nara dengan berbagai pertanyaa."Kau bukan datang untuk mencari masalah kan, Kak?" sindir Clarissa.Nara diam, dia menunggu Clarissa menjawab semua per
APAKAH AKU HARUS MEMUSNAHKANNYA JUGA?"Tapi Ibu ingin mengingatkanmu beberapa kalimat, kita berada di dalam keluarga yang kaya raya. Jaga kehormatanmu, percayalah semua rumah tangga konglomerat itu kurang lebih sama. Dimanapun tempatnya semua pria sedikit suka bermain dengan wanita. Asal kamu adalah istri sah maka buka satu mata dan tutup satu mata satunya. Itu sudah cukup," pesan Nyonya Lula."Apa maksudmu, Ma?" Tanya Nara tak mengerti dengan nasehat Ibunya yang terasa aneh dan janggal itu. Nyonya Lula mengelus tangan Nara perlahan, ini kali pertama dalam hidupnya mungkin akan mengatakan perkataan dewasa dengan sang putri. Selama ini dia selalu menyembunyikan perasaannya dan bersikap baik-baik saja dengan semua perlakuan suaminya."Nara, kau harus ingat bahwa sekarang kodratmu sudah berubah menjadi istri. Jadi mulai sekarang kau tak boleh terlalu serakah untuk memainkan permainan," ucap Nyonya Lula, Nara pun hanya menghela nafas panjang. Dia pun mengangguk pasrah tak bisa berbuat b
HUBUNGAN SUAMI ISTRI YANG MERENGGANG?"Hanya jika kalian pergi Tuan Steven baru bersedia untuk pergi. Lebih tepatnya aku mengatakan seperti itu agar Tuan Steven mau ke sana. Namun aku tak bisa mengatakannya di hadapan kalian," batin Yuni.Clarissa memandangi tiket itu, dia sudah memilikinya dari Devan. Itu artinya dia memiliki dua tiket masuk, sebenarnya Clarissa malas sekali datang ke acara seperti ini. Tapi karena Yuni mengatakan bahwa Tuan Steven datang, sebagai murid maka ia harus datang juga untuk menghormatinya."Datanglah! Meski kalian belum tentu akan menjadi aktor atau penyanyi di masa depan ada baiknya untuk pergi memahami kemampuan senior kalian kan," sambung Yuni."Clarissa, kamu pasti akan pergi kan? Toh ini hanya sebuah pesta penyambutan saja, bukan film yang mengerikan. Tidak akan menakuti anak dalam kandunganmu kan?" Lanjut Yuni."Iya aku akan pergi," ujar Clarissa menganggukkan kepalanya."Kenapa dia begitu ingin aku berpartisipasi dalam acara seperti ini? Tak hanya