PENGKHIANAT DI SEKITAR JUSTIN!
"Bukankah dia berkeliling kota dengan mobil-mobilnya tadi? Padahal mobilnya belum kembali ke garasi. Bagaimana dia bisa muncul di rumah ini dan suara yang tadi itu? Terlalu lembut untuk seorang Tuan Justin. Bukankah suara Tuan Justin selalu galak dan mengintimidasi, lembutnya sungguh menakutkan dan membuatku berpikir yang tidak-tidak," batin Clarissa. "Kenapa?" tanya Justin. "Apa?" "Kenapa kau menatapku seperti itu?" tanya Justin. "Kenapa kau berbicara lembut sekali? Itu membuatku takut," sahut Clarissa. "Kau tidak membolehkan ku berkata lembut? Apakah selama ini aku tidak cukup lembut?" tanya Justin. Clarissa menganggukkan kepalanya. "Kemarilah," perintahnya. "Wahhh, benar-benar Tuan Justin sedang tersenyum. Apakah orang ini benar-benar Tuan Justin? Aku merinding sekali melihatnya," batin Clarissa pun langsung maju. Dia langsung mencubit pipinya, memastikan bahADA BIBIT PELAKOR DI SINI RUPANYA! "Ada penghianat di sekitarku," ujar Justin. "Ap maksudnya, Tuan Justin? Aku memang harus disalahkan atas kejadian hari ini, tapi aku tak berkhianat," kata Clarissa ketakutan. "Diam, biarkan Andrea menyelidikinya. Sekarang kamu masih belum menjadi jelaskan kenapa kamu keluar dari kantor? Bukankah makanan di kantor juga enak? Bahkan kau hanya tinggal menelpon tak perlu menyebrang ke resto," tanya Justin. "Ck! Mengingat alasannya membuatku sebal saja. Bukankah ini karena kamu, Tuan Justin," tuduh Clarissa. Ucapan itu jelas membuat Justin kaget. Bukan tanpa alasan mengapa sekarang dirinya yang di salahkan. Padahal jelas-jelas di sini Clarissa yang salah. Justin pun menghela nafas panjang menghadapi wanita, sepertinya dia akan selalu terlihat salah. "Aku?" tanya Justin. "Ya! Karena adikmu itu. Membuatku sebal saja, aku sengaja keluar mencari u
RESTO VS WARUNG KAKI LIMA! "Apalagi dia ada suaminya tidak begitu peka terhadap hal seperti ini," monolognya lagi. "Aku mendadak teringat ada sesuatu yang harus aku lakukan. Kalian duduklah sebentar, aku akan naik dulu," pamit Clarissa berjalan ke tangga atas. Dia memang sengaja meninggalkan Justin dan Cindy. Dia ingin membuktikan ke Cindy bahwa dia lah Nyonya di rumah ini. Dia ingin berdandan, menemui dengan piyama tidur seperti ini tidaklah elegan sama sekali. Cindy tersenyum penuh kemenangan, dia berpikir mungkin Clarissa sadar diri. "Kak Justin," panggil Cindy. "Apakah kakak ipar memiliki kesalahpahaman terhadapku? LIhatlah, aku berpikir begitu karena saat melihatku dia langsung naik ke atas," sambungnya. Justin tersenyum. "Kamu terlalu berpikir buruk dengan Clarissa. Asal kau tahu saja, istriku bukanlah orang seperti itu. Dia sangat murah hati, baik, dan tak pernah memiliki pemikiran buruk pada orang lain," jelas Just
BUBUK BERACUN DARI ULAR BERBISA? "Tapi Tuan Justin, aku sudah bosan sekali dengan makanan prancis," bisik Clarissa. "Baiklah kalau begitu. Kita akan makan di warung steak yang kau inginkan," jawab Justin. "Benarkah, Tuan Justin? Apa kau tak apa-apa?" sahut Clarissa dengan mata berbinar penuh kemenangan. "Apalagi tempat itu bukanlah resto terkenal, namun jangan khawatir di sana sangat bersih sekali. Makannanya juga tak kalah enak dengan resto kok," sambungnya. "Tidak. Aku juga belum pernah makan di warung makan. Jadi aku putuskan untuk pergi mencobanya hari ini," ujar Justin. Ucapan Justin ini membuat Cindy sangat kaget. Dia tak percaya bahwa seorag Justin Leonard mau makan di tempat kotor seperti itu. Bahkan sekelas Cindy pun belum pernah makan di sana. Namun demi seorang wanita dia rela melakukannya, secinta apa lelaki itu dengan Clarisssa yang di mata Cindy tak memiliki kelebihan apapun. "Tapi Kak Justin, bukan
GIOK DAN CINDY? ULAR BERBISA! "Hari ini aku mengatakan ini Justin adalah milikku, Clarissa. Kalau kamu tahu diri sebaiknya pergi jauh darinya!" bisik Cindy sambil meneteskan air matanya. Clarissa agak kaget melihat perubahan sikap Cindy. Dia bisa menggebu-gebu memaki, marah, dan lepas kontrol namun sepersekian detik nya dia bisa langsung berubah menangis. Perubahan sikap yang membuat Clarissa merinding ketakutan seketika. "Bagaimana bisa berubah secepat itu? Apakah wanita ini sedang sakit jiwa kah? Apakah dia bipolar? Atau ini hanya taktik dan strateginya saja," batin Clarissa. Cindy berusaha memegang tangan Clarissa, namun dengan cepat dia langsung menepisnya. Cindy menatap Clarissa dengan tatapan mata berkaca-kaca. "Asisten khusus Clarissa, aku benar-benar tidak bermaksud merebut Justin darimu. Tapi mengertilah? Mengapa harus kau yang menjadi istrinya? Dia mengenalku lebih dulu, dia selalu ada untukku.
PISAU DI DALAM TAS CINDY? APAKAH INI BUNUH DIRI? "Tuan Justin...." panggil Clarisa. "Apakah kau tidak apa-apa? Apa dia melukaimu?" tanya Justin. Pertanyaan Justin itu membuat Clarissa tersenyum senang, setidaknya memang sekarang suaminya ada di pihaknya. Ketakutannya tadi hanya mimpi buruk saja, ternyata Justin mengerti akan dirinya. "Tidak kok, Tuan Justin. Terima kasih ya, kau sudah mempercayaiku," kata Clarisa. "Terima kasih, Tuan. Ternyata dia masih berada di sisiku, dia masih percaya padaku," ucap Clarissa pun langsung memeluknya. "Cindy, kamu sudah kalah. Tanpa suara, banyak drama dia tetap ada di pihakku. Kenapa kau masih meremehkan? Apa kau tak bisa melihat sisi kejamku untuk mempertahankan apa yang aku punya? Apakah dia benar-benar menganggapku sebagai hello Kitty? Padahal aku bisa berubah menjadi serigala untuk mempertahankan pernikahanku," batin Clarissa. "Clarissa, sebenarnya ada apa?" tanya Justin.
ANDREA! APA HUBUNGAN MEREKA SEBENARNYA? "Ini adalah pisau di dalam tasnya," kata Justin lirih. Hal itu sudah membuat Justin curiga. Dia pun mau masuk ke dalam ruangan rawat inap Cindy, dengan mata kepalanya sendiri dia bisa melihat wanita itu terkapar seakan-akan lemah tak berdaya. Justin pun sebenarnya kecewa dengannya. Padahal mereka sudah mengenal hampir dua puluh tahun tapi ternyata dia berubah. Justin melihat Cindy, kemudian dia menggelengkan kepalanya. Tak mengira wanita bisa berbuat kejam seperti ini, apalagi Cindy notabene juga jaringan hitam. Dia menguasai berbagai hal dan cara untuk membunuh orang atau melenyapkannya tanpa jejak. Membuat Justin tambah mengkhawatirkan keadaan Clarissa. Saat asik mengamatinya, tanpa sengaja mata Justin melihat gelang yang di pakai Cindy. "Gelang itu," batin Justin dalam hati, Bukan gelang giok, namun Cindy mengenakan gelang emas berbetuk tabung. Justin sangat ta
RACUN KARENA DUA WANITA SALING CEMBURU? "Kalau memang sangat penting bukankah seharusnya dijaga dengan baik? Kenapa Tuan Justin malam memberikan barang sepenting itu pada wanita lain? Apakah Cindy benar-benar sangat berarti untuk Tuan Justin, Andrea?" selidik Clarissa sambil mengamati wajha Andrea. Dia tak tahu apakah Andrea akan mengatakan hal yang sebenernya atau tidak. Dia juga takut bahwa Andrea akan menyembunyikan yang sebenarnya karena dia adalah asisten Tuan Justin. "Aku tidak begitu tahu mengenai hal itu, Nyonya," ucap Andrea, "Benarkah?" tanya Clarissa. Andrea menganggukkan kepalanya. "Ketika aku ikut dengan bos, dia dan Nona Cindy sudah saling mengenal selama bertahun-tahun, Nona Clarissa. Jadi aku tidak mengenal hubungan mereka sebelumnya," jelas Andrea. Clarissa menghela nafas panjang dan menganggukkan kepalanya. Alasan Andrea memang sangta logis. Namun dia masih penasaran sa
BANGSATTT KAU! "Dia keracunan. Namun untuk lebih jelasnya aku harus menggunakan peralatanku dulu baru bisa menganalisis apa yang terjadi padanya," kata Kevin. "Kita bawa dia ke rumah sakit sekarang! Ambil mobilmu!" perintahnya lagi, Sambil menunggu mobil di siapkan, Kevin segera mengambil sampel darah Clarissa. Dia segera mengeluarkan boks obatnya. Mobil melaju ke rumah sakit. Di sana Justin sudah menunggu dengan penuh kekhawatiran, Kevin sudah menunggunya. Clarissa langsung di bawa ke unit kamar eksclusif, Justin melihat Clarissa lemah dan mengeluarkan darah dari hidung sampai mulutnya. "Perisa semua peralatan yang digunakan oleh Nona hari ini!" perintah Justin. "Hasil dari gelangnya sudah keluar, Tuan," sahut Andrea menyerahkan hasil yang baru saja diantar oleh seorang perawat. Justin tak begitu mengerti, dia langsung menyerahkan pada Kevin. "Apakah kamu tahu apa itu?" tanya Justin. "Bukankah ini racun pembunuh