DIMANA TUAN JUSTIN? "Kenapa ini? Mengapa dia berubah? Inikah Justin yang aku kenal? Apakah Clarissa begitu penting baginya sampai dia berlaku seperti ini? Aku sudah berusaha mencoba membuatnya marah tetapi kenapa dia tak bisa marah pada Clarissa! Sialan!" umpat Cindy dalam hati. "Aku harus segera melenyapkannya," batin Cindy dalam hati. Cindy pun melihat kepergian Justin begitu saja. Cindy baru menyadari satu hal, dia memang tak berarti lagi bagi Justin. Keberadaannya tak pernah dianggap sama sekali. Hal itu jelas membuatnya sakit hati. "Apa yang membuatnya berbeda dari ku? Apa istimewanya? Kenapa kau memilih gadis itu, Justin? Apa kamu tahu semakin Kamu berpikir dia cantik, baik, dan seolah mencintainya maka semakin aku akan menghancurkannya," batin Cindy tersenyum jahat. Di sisi lain Clarissa baru sadar dari pingsannya. Dia mengerjapkan matnya, ruangan nampak asing. Perlahan Clarissa bangun, dia berada di sebuah ruangan mewah yang tak pernah dikenalinya. "Ini di mana?"
KONVOI KELUARGA JUSTIN! "Apakah kamu ingin menelpon seseorang, maka kau bisa menelpon. Aku memiliki papan kedap suara di sini," katanya. "Tidak tidak perlu, Tuan," sahut Clarissa. Clarisa menghela nafas panjang. Hari ini sudah hampir gelap dan Justin sama sekali tak merespon semua panggilannya. Bahkan tidak ada pergerakan sama sekali, membuat Clarissa sekarang tambah cemas sekali. "Aku tidak ingin menelpon dia lebih dulu, tapi kenapa semua pesanku tak d balas. Ini membuatku merasa kesal tiba-tiba," omel Clarissa dalam hati. Mereka sudah sampai di sebuah resto yang merupakan rekomendasi Steven. Terlihat di sana pengamanan sangat di jaga ketat. Bahkan di halaman restoran pun berjejer semua pengawal Steven. Membuat pengunjung lain langsung merinding tak berani masuk ke dalam. Steven sengaja mengajak Clarissa makan di sebuah restoran keluarganya. "Tuan Steven," panggil Clarissa. "Ya," sahutnya. "Apakah saat keluar juga harus membawa begitu banyak orang? Apakah kau harus di jaga
APA YANG TERJADI SEBENARNYA? "Tuan Steven," panggil seoran ajudan Steven ketika lelaki itu mulai memotong steak daging miliknya. Tanpa banyak bicara lagi pelayan itu menyodorkan tablet miliknya. "Coba lihat ini," kata Steven menyodorkan tablet itu pada Clarissa. "Apa ini?" pekik Clarissa kaget sambil menutup mulutnya. Dia melihat deretan mobil mewah milik Justin Leonard melakukan parade di kota ini. Clarissa sangat hapal sekali bahwa itu adalah barisan mobil yang ada di garasi rumahnya. Hal itu membuat Clarissa kaget. "Apa yang mau dia lakukan?" batin Clarisa . "Armada mobil mewah ini semua pergi ke kota ini. Rupanya dia ini sedang mencarimu, dia takut kalau memeriksa lokasiku secara langsung akan membuatku tidak nyaman. Jadi dia memberitahuku seperti ini. Bukti bahwa dia sedang mencarimu. Aku cukup menghargai suamimu tapi mungkin sekarang seluruh kota tahu kalau istri Presiden Leonard sedang melarikan diri dari rumah," jelas Steven. "Ah begitukah, Tuan Steven. Rasanya aneh s
PENGKHIANAT DI SEKITAR JUSTIN! "Bukankah dia berkeliling kota dengan mobil-mobilnya tadi? Padahal mobilnya belum kembali ke garasi. Bagaimana dia bisa muncul di rumah ini dan suara yang tadi itu? Terlalu lembut untuk seorang Tuan Justin. Bukankah suara Tuan Justin selalu galak dan mengintimidasi, lembutnya sungguh menakutkan dan membuatku berpikir yang tidak-tidak," batin Clarissa. "Kenapa?" tanya Justin. "Apa?" "Kenapa kau menatapku seperti itu?" tanya Justin. "Kenapa kau berbicara lembut sekali? Itu membuatku takut," sahut Clarissa. "Kau tidak membolehkan ku berkata lembut? Apakah selama ini aku tidak cukup lembut?" tanya Justin. Clarissa menganggukkan kepalanya. "Kemarilah," perintahnya. "Wahhh, benar-benar Tuan Justin sedang tersenyum. Apakah orang ini benar-benar Tuan Justin? Aku merinding sekali melihatnya," batin Clarissa pun langsung maju. Dia langsung mencubit pipinya, memastikan bah
ADA BIBIT PELAKOR DI SINI RUPANYA! "Ada penghianat di sekitarku," ujar Justin. "Ap maksudnya, Tuan Justin? Aku memang harus disalahkan atas kejadian hari ini, tapi aku tak berkhianat," kata Clarissa ketakutan. "Diam, biarkan Andrea menyelidikinya. Sekarang kamu masih belum menjadi jelaskan kenapa kamu keluar dari kantor? Bukankah makanan di kantor juga enak? Bahkan kau hanya tinggal menelpon tak perlu menyebrang ke resto," tanya Justin. "Ck! Mengingat alasannya membuatku sebal saja. Bukankah ini karena kamu, Tuan Justin," tuduh Clarissa. Ucapan itu jelas membuat Justin kaget. Bukan tanpa alasan mengapa sekarang dirinya yang di salahkan. Padahal jelas-jelas di sini Clarissa yang salah. Justin pun menghela nafas panjang menghadapi wanita, sepertinya dia akan selalu terlihat salah. "Aku?" tanya Justin. "Ya! Karena adikmu itu. Membuatku sebal saja, aku sengaja keluar mencari u
RESTO VS WARUNG KAKI LIMA! "Apalagi dia ada suaminya tidak begitu peka terhadap hal seperti ini," monolognya lagi. "Aku mendadak teringat ada sesuatu yang harus aku lakukan. Kalian duduklah sebentar, aku akan naik dulu," pamit Clarissa berjalan ke tangga atas. Dia memang sengaja meninggalkan Justin dan Cindy. Dia ingin membuktikan ke Cindy bahwa dia lah Nyonya di rumah ini. Dia ingin berdandan, menemui dengan piyama tidur seperti ini tidaklah elegan sama sekali. Cindy tersenyum penuh kemenangan, dia berpikir mungkin Clarissa sadar diri. "Kak Justin," panggil Cindy. "Apakah kakak ipar memiliki kesalahpahaman terhadapku? LIhatlah, aku berpikir begitu karena saat melihatku dia langsung naik ke atas," sambungnya. Justin tersenyum. "Kamu terlalu berpikir buruk dengan Clarissa. Asal kau tahu saja, istriku bukanlah orang seperti itu. Dia sangat murah hati, baik, dan tak pernah memiliki pemikiran buruk pada orang lain," jelas Just
BUBUK BERACUN DARI ULAR BERBISA? "Tapi Tuan Justin, aku sudah bosan sekali dengan makanan prancis," bisik Clarissa. "Baiklah kalau begitu. Kita akan makan di warung steak yang kau inginkan," jawab Justin. "Benarkah, Tuan Justin? Apa kau tak apa-apa?" sahut Clarissa dengan mata berbinar penuh kemenangan. "Apalagi tempat itu bukanlah resto terkenal, namun jangan khawatir di sana sangat bersih sekali. Makannanya juga tak kalah enak dengan resto kok," sambungnya. "Tidak. Aku juga belum pernah makan di warung makan. Jadi aku putuskan untuk pergi mencobanya hari ini," ujar Justin. Ucapan Justin ini membuat Cindy sangat kaget. Dia tak percaya bahwa seorag Justin Leonard mau makan di tempat kotor seperti itu. Bahkan sekelas Cindy pun belum pernah makan di sana. Namun demi seorang wanita dia rela melakukannya, secinta apa lelaki itu dengan Clarisssa yang di mata Cindy tak memiliki kelebihan apapun. "Tapi Kak Justin, bukan
GIOK DAN CINDY? ULAR BERBISA! "Hari ini aku mengatakan ini Justin adalah milikku, Clarissa. Kalau kamu tahu diri sebaiknya pergi jauh darinya!" bisik Cindy sambil meneteskan air matanya. Clarissa agak kaget melihat perubahan sikap Cindy. Dia bisa menggebu-gebu memaki, marah, dan lepas kontrol namun sepersekian detik nya dia bisa langsung berubah menangis. Perubahan sikap yang membuat Clarissa merinding ketakutan seketika. "Bagaimana bisa berubah secepat itu? Apakah wanita ini sedang sakit jiwa kah? Apakah dia bipolar? Atau ini hanya taktik dan strateginya saja," batin Clarissa. Cindy berusaha memegang tangan Clarissa, namun dengan cepat dia langsung menepisnya. Cindy menatap Clarissa dengan tatapan mata berkaca-kaca. "Asisten khusus Clarissa, aku benar-benar tidak bermaksud merebut Justin darimu. Tapi mengertilah? Mengapa harus kau yang menjadi istrinya? Dia mengenalku lebih dulu, dia selalu ada untukku.