GIOK DAN CINDY? ULAR BERBISA!
"Hari ini aku mengatakan ini Justin adalah milikku, Clarissa. Kalau kamu tahu diri sebaiknya pergi jauh darinya!" bisik Cindy sambil meneteskan air matanya. Clarissa agak kaget melihat perubahan sikap Cindy. Dia bisa menggebu-gebu memaki, marah, dan lepas kontrol namun sepersekian detik nya dia bisa langsung berubah menangis. Perubahan sikap yang membuat Clarissa merinding ketakutan seketika. "Bagaimana bisa berubah secepat itu? Apakah wanita ini sedang sakit jiwa kah? Apakah dia bipolar? Atau ini hanya taktik dan strateginya saja," batin Clarissa. Cindy berusaha memegang tangan Clarissa, namun dengan cepat dia langsung menepisnya. Cindy menatap Clarissa dengan tatapan mata berkaca-kaca. "Asisten khusus Clarissa, aku benar-benar tidak bermaksud merebut Justin darimu. Tapi mengertilah? Mengapa harus kau yang menjadi istrinya? Dia mengenalku lebih dulu, dia selalu ada untukku.PISAU DI DALAM TAS CINDY? APAKAH INI BUNUH DIRI? "Tuan Justin...." panggil Clarisa. "Apakah kau tidak apa-apa? Apa dia melukaimu?" tanya Justin. Pertanyaan Justin itu membuat Clarissa tersenyum senang, setidaknya memang sekarang suaminya ada di pihaknya. Ketakutannya tadi hanya mimpi buruk saja, ternyata Justin mengerti akan dirinya. "Tidak kok, Tuan Justin. Terima kasih ya, kau sudah mempercayaiku," kata Clarisa. "Terima kasih, Tuan. Ternyata dia masih berada di sisiku, dia masih percaya padaku," ucap Clarissa pun langsung memeluknya. "Cindy, kamu sudah kalah. Tanpa suara, banyak drama dia tetap ada di pihakku. Kenapa kau masih meremehkan? Apa kau tak bisa melihat sisi kejamku untuk mempertahankan apa yang aku punya? Apakah dia benar-benar menganggapku sebagai hello Kitty? Padahal aku bisa berubah menjadi serigala untuk mempertahankan pernikahanku," batin Clarissa. "Clarissa, sebenarnya ada apa?" tanya Justin.
ANDREA! APA HUBUNGAN MEREKA SEBENARNYA? "Ini adalah pisau di dalam tasnya," kata Justin lirih. Hal itu sudah membuat Justin curiga. Dia pun mau masuk ke dalam ruangan rawat inap Cindy, dengan mata kepalanya sendiri dia bisa melihat wanita itu terkapar seakan-akan lemah tak berdaya. Justin pun sebenarnya kecewa dengannya. Padahal mereka sudah mengenal hampir dua puluh tahun tapi ternyata dia berubah. Justin melihat Cindy, kemudian dia menggelengkan kepalanya. Tak mengira wanita bisa berbuat kejam seperti ini, apalagi Cindy notabene juga jaringan hitam. Dia menguasai berbagai hal dan cara untuk membunuh orang atau melenyapkannya tanpa jejak. Membuat Justin tambah mengkhawatirkan keadaan Clarissa. Saat asik mengamatinya, tanpa sengaja mata Justin melihat gelang yang di pakai Cindy. "Gelang itu," batin Justin dalam hati, Bukan gelang giok, namun Cindy mengenakan gelang emas berbetuk tabung. Justin sangat ta
RACUN KARENA DUA WANITA SALING CEMBURU? "Kalau memang sangat penting bukankah seharusnya dijaga dengan baik? Kenapa Tuan Justin malam memberikan barang sepenting itu pada wanita lain? Apakah Cindy benar-benar sangat berarti untuk Tuan Justin, Andrea?" selidik Clarissa sambil mengamati wajha Andrea. Dia tak tahu apakah Andrea akan mengatakan hal yang sebenernya atau tidak. Dia juga takut bahwa Andrea akan menyembunyikan yang sebenarnya karena dia adalah asisten Tuan Justin. "Aku tidak begitu tahu mengenai hal itu, Nyonya," ucap Andrea, "Benarkah?" tanya Clarissa. Andrea menganggukkan kepalanya. "Ketika aku ikut dengan bos, dia dan Nona Cindy sudah saling mengenal selama bertahun-tahun, Nona Clarissa. Jadi aku tidak mengenal hubungan mereka sebelumnya," jelas Andrea. Clarissa menghela nafas panjang dan menganggukkan kepalanya. Alasan Andrea memang sangta logis. Namun dia masih penasaran sa
BANGSATTT KAU! "Dia keracunan. Namun untuk lebih jelasnya aku harus menggunakan peralatanku dulu baru bisa menganalisis apa yang terjadi padanya," kata Kevin. "Kita bawa dia ke rumah sakit sekarang! Ambil mobilmu!" perintahnya lagi, Sambil menunggu mobil di siapkan, Kevin segera mengambil sampel darah Clarissa. Dia segera mengeluarkan boks obatnya. Mobil melaju ke rumah sakit. Di sana Justin sudah menunggu dengan penuh kekhawatiran, Kevin sudah menunggunya. Clarissa langsung di bawa ke unit kamar eksclusif, Justin melihat Clarissa lemah dan mengeluarkan darah dari hidung sampai mulutnya. "Perisa semua peralatan yang digunakan oleh Nona hari ini!" perintah Justin. "Hasil dari gelangnya sudah keluar, Tuan," sahut Andrea menyerahkan hasil yang baru saja diantar oleh seorang perawat. Justin tak begitu mengerti, dia langsung menyerahkan pada Kevin. "Apakah kamu tahu apa itu?" tanya Justin. "Bukankah ini racun pembunuh
DIMANA OBAT PENAWAR RACUNNYA! "Tempat apa ini? Di mana Kak Justin? kalau dia tahu kamu melakukan ini padaku, dia pasti tidak akan membiarkanmu pergi!" umpatnya. "Kamu coba lihat siapa Ini!" kata Kevin sambil berjalan menyamping, tternyata Justin berada di belakangnya. "Kak Justin," panggil Cindy. Dia melihat Justin dan ingin segera menghampirinya, mencari simpati. Tapi pergelangan tangannya dikunci semuanya terkunci. Saat berusaha melarikan diri, Justin hanya diam melihatnya. Membuat Cindy langsung ingat sesuatu. "Apa gelangkung sudah disentuhnya?" batin Cindy sedikit panik. "Lalu memangnya kenapa kalau dia tahu? Toh racun yang aku berikan pada Clarissa adalah racun terakhirku. Jadi mereka tidak akan menemukan bukti apapun di sini. Lebih baik aku mencarai simpati saja," monolognya lagi. "Kenapa kalian menatapku seperti ini? Kak Justin,
AKU TAK MENCINTAIMU! "MANA PENAWAR RACUNNYA!" bentak Justin. "Apakah kamu akan membunuhku?" tanya Cindy khawatir. "Aku akan bertanya untuk terakhir kalinya padamu, Cindy. Apakah kamu benar-benar tidak memiliki penawarnya?" tanya Justin langsung menempeleng Cindy. "Arggggg!" pekik CIndy kaget. Dia benar-benar syok, ini pertama kalinya Justin berbuat kasar dengannya. Cindy mematung sebentar, dia mencoba mencerna setiap kejadiaan yang berlangsung tadi. Dia pun langsung menatap Justin dengan tatapan susah diartikan. Rasa cinta, benci, kecewa, bersatu menjadi satu pada Justin. "Demi seorang wanita kau menamparku? Bagaimana dia bisa memperlakukanku seperti ini? Seorang Kak Justin, membuatku terluka? Hal yang tak pernah dia lakukan sebelumnya," batin Cindy. "Kak Justin, tega kau ya!" teriak Cindy dengan lemah. "Kenapa kamu
HANYA TIGA HARI! "Apakah kamu begitu menyukai Clarissa, Kak Justin? Dia hanyalah seorang wanita yang secara kebetulan muncul. Sedangkan aku adalah wanita yang selama ini sudah mengenalmu dengan baik. Kita kenal bukan setahun atau dua tahun bahkan puluhan tahun," sanggah Cindy tak terima dengan penjelasan Justin. "Kalau aku tidak menyukai Clarissa, mengapa aku harus membuang waktu dengannya? Aku juga tak menyukaimu lebih dari adik. Kalau memang aku menyukaimu maka aku tak akan mengulur waktu lama dan membiarkanmu menikah dengan lelaki lain kan," kata Justin sambil menendang sedikit tangan Cindy agar bisa terlepas. Dia menarik kakinya berjalan mundur. Justin benar-benar merasa jijik sekali dengan sikap Cindy, bukan iba lagi. Sedangkan CIndy merasakan sakit hati luar biasa dengan perlakuan Cindy. "Bawa dia keluar, Andrea!" perintah Justin pada dua bodyguard-nya, Andrea ikut mengawasinya. Saat Cindy berj
NYAWA SEBAGAI IMBALANNYA? "Maafkan aku, Clarisa. Tenanglah, aku tidak akan membiarkan apapun terjadi padamu. Maafkan aku karena sudah melibatkanmu dalam keadaan seperti ini. Bertahanlah, aku akan segera mencarikan penawar untukmu, meski taruhannya nyawaku," monolog Justin. Justin pun pergi mencari Tuan Steven. Dia pun menggunakan taktik mengepung, dia sangat yakin itu akan menarik pengawasan para pengawal Tuan Steven. Ketika semua pengawal terkecoh dia bisa segera masuk menerobos ke dalam rumahnya. Benar saja, rencana itu berjalan mulus. Justin berhasil menerobos pos keamanan berlapis yang sudah di jaga ketat oleh pengawal Tuan Steven. Sampai di pengamanan terakhir. "Tuan, ada seseorang yang sedang memeriksa kita," kata pengawal Tuan Steven masuk ke dalam ruangan penelitiannya. "Apakah kalian sudah tidak bisa mengatasi masalah ini dengan baik?" tanya Tuan Steven. Pengawal itu menggelengkan kepalanya dengan lemah. "Bukan