ANDREA! APA HUBUNGAN MEREKA SEBENARNYA?
"Ini adalah pisau di dalam tasnya," kata Justin lirih. Hal itu sudah membuat Justin curiga. Dia pun mau masuk ke dalam ruangan rawat inap Cindy, dengan mata kepalanya sendiri dia bisa melihat wanita itu terkapar seakan-akan lemah tak berdaya. Justin pun sebenarnya kecewa dengannya. Padahal mereka sudah mengenal hampir dua puluh tahun tapi ternyata dia berubah. Justin melihat Cindy, kemudian dia menggelengkan kepalanya. Tak mengira wanita bisa berbuat kejam seperti ini, apalagi Cindy notabene juga jaringan hitam. Dia menguasai berbagai hal dan cara untuk membunuh orang atau melenyapkannya tanpa jejak. Membuat Justin tambah mengkhawatirkan keadaan Clarissa. Saat asik mengamatinya, tanpa sengaja mata Justin melihat gelang yang di pakai Cindy. "Gelang itu," batin Justin dalam hati, Bukan gelang giok, namun Cindy mengenakan gelang emas berbetuk tabung. Justin sangat taRACUN KARENA DUA WANITA SALING CEMBURU? "Kalau memang sangat penting bukankah seharusnya dijaga dengan baik? Kenapa Tuan Justin malam memberikan barang sepenting itu pada wanita lain? Apakah Cindy benar-benar sangat berarti untuk Tuan Justin, Andrea?" selidik Clarissa sambil mengamati wajha Andrea. Dia tak tahu apakah Andrea akan mengatakan hal yang sebenernya atau tidak. Dia juga takut bahwa Andrea akan menyembunyikan yang sebenarnya karena dia adalah asisten Tuan Justin. "Aku tidak begitu tahu mengenai hal itu, Nyonya," ucap Andrea, "Benarkah?" tanya Clarissa. Andrea menganggukkan kepalanya. "Ketika aku ikut dengan bos, dia dan Nona Cindy sudah saling mengenal selama bertahun-tahun, Nona Clarissa. Jadi aku tidak mengenal hubungan mereka sebelumnya," jelas Andrea. Clarissa menghela nafas panjang dan menganggukkan kepalanya. Alasan Andrea memang sangta logis. Namun dia masih penasaran sa
BANGSATTT KAU! "Dia keracunan. Namun untuk lebih jelasnya aku harus menggunakan peralatanku dulu baru bisa menganalisis apa yang terjadi padanya," kata Kevin. "Kita bawa dia ke rumah sakit sekarang! Ambil mobilmu!" perintahnya lagi, Sambil menunggu mobil di siapkan, Kevin segera mengambil sampel darah Clarissa. Dia segera mengeluarkan boks obatnya. Mobil melaju ke rumah sakit. Di sana Justin sudah menunggu dengan penuh kekhawatiran, Kevin sudah menunggunya. Clarissa langsung di bawa ke unit kamar eksclusif, Justin melihat Clarissa lemah dan mengeluarkan darah dari hidung sampai mulutnya. "Perisa semua peralatan yang digunakan oleh Nona hari ini!" perintah Justin. "Hasil dari gelangnya sudah keluar, Tuan," sahut Andrea menyerahkan hasil yang baru saja diantar oleh seorang perawat. Justin tak begitu mengerti, dia langsung menyerahkan pada Kevin. "Apakah kamu tahu apa itu?" tanya Justin. "Bukankah ini racun pembunuh
DIMANA OBAT PENAWAR RACUNNYA! "Tempat apa ini? Di mana Kak Justin? kalau dia tahu kamu melakukan ini padaku, dia pasti tidak akan membiarkanmu pergi!" umpatnya. "Kamu coba lihat siapa Ini!" kata Kevin sambil berjalan menyamping, tternyata Justin berada di belakangnya. "Kak Justin," panggil Cindy. Dia melihat Justin dan ingin segera menghampirinya, mencari simpati. Tapi pergelangan tangannya dikunci semuanya terkunci. Saat berusaha melarikan diri, Justin hanya diam melihatnya. Membuat Cindy langsung ingat sesuatu. "Apa gelangkung sudah disentuhnya?" batin Cindy sedikit panik. "Lalu memangnya kenapa kalau dia tahu? Toh racun yang aku berikan pada Clarissa adalah racun terakhirku. Jadi mereka tidak akan menemukan bukti apapun di sini. Lebih baik aku mencarai simpati saja," monolognya lagi. "Kenapa kalian menatapku seperti ini? Kak Justin,
AKU TAK MENCINTAIMU! "MANA PENAWAR RACUNNYA!" bentak Justin. "Apakah kamu akan membunuhku?" tanya Cindy khawatir. "Aku akan bertanya untuk terakhir kalinya padamu, Cindy. Apakah kamu benar-benar tidak memiliki penawarnya?" tanya Justin langsung menempeleng Cindy. "Arggggg!" pekik CIndy kaget. Dia benar-benar syok, ini pertama kalinya Justin berbuat kasar dengannya. Cindy mematung sebentar, dia mencoba mencerna setiap kejadiaan yang berlangsung tadi. Dia pun langsung menatap Justin dengan tatapan susah diartikan. Rasa cinta, benci, kecewa, bersatu menjadi satu pada Justin. "Demi seorang wanita kau menamparku? Bagaimana dia bisa memperlakukanku seperti ini? Seorang Kak Justin, membuatku terluka? Hal yang tak pernah dia lakukan sebelumnya," batin Cindy. "Kak Justin, tega kau ya!" teriak Cindy dengan lemah. "Kenapa kamu
HANYA TIGA HARI! "Apakah kamu begitu menyukai Clarissa, Kak Justin? Dia hanyalah seorang wanita yang secara kebetulan muncul. Sedangkan aku adalah wanita yang selama ini sudah mengenalmu dengan baik. Kita kenal bukan setahun atau dua tahun bahkan puluhan tahun," sanggah Cindy tak terima dengan penjelasan Justin. "Kalau aku tidak menyukai Clarissa, mengapa aku harus membuang waktu dengannya? Aku juga tak menyukaimu lebih dari adik. Kalau memang aku menyukaimu maka aku tak akan mengulur waktu lama dan membiarkanmu menikah dengan lelaki lain kan," kata Justin sambil menendang sedikit tangan Cindy agar bisa terlepas. Dia menarik kakinya berjalan mundur. Justin benar-benar merasa jijik sekali dengan sikap Cindy, bukan iba lagi. Sedangkan CIndy merasakan sakit hati luar biasa dengan perlakuan Cindy. "Bawa dia keluar, Andrea!" perintah Justin pada dua bodyguard-nya, Andrea ikut mengawasinya. Saat Cindy berj
NYAWA SEBAGAI IMBALANNYA? "Maafkan aku, Clarisa. Tenanglah, aku tidak akan membiarkan apapun terjadi padamu. Maafkan aku karena sudah melibatkanmu dalam keadaan seperti ini. Bertahanlah, aku akan segera mencarikan penawar untukmu, meski taruhannya nyawaku," monolog Justin. Justin pun pergi mencari Tuan Steven. Dia pun menggunakan taktik mengepung, dia sangat yakin itu akan menarik pengawasan para pengawal Tuan Steven. Ketika semua pengawal terkecoh dia bisa segera masuk menerobos ke dalam rumahnya. Benar saja, rencana itu berjalan mulus. Justin berhasil menerobos pos keamanan berlapis yang sudah di jaga ketat oleh pengawal Tuan Steven. Sampai di pengamanan terakhir. "Tuan, ada seseorang yang sedang memeriksa kita," kata pengawal Tuan Steven masuk ke dalam ruangan penelitiannya. "Apakah kalian sudah tidak bisa mengatasi masalah ini dengan baik?" tanya Tuan Steven. Pengawal itu menggelengkan kepalanya dengan lemah. "Bukan
CLARISSA SADAR! "Baik kita selamatkan Clarissa dulu," kata Tuan Steven. Mereka pun segera berangkat menemui Clarissa yang masih terbaring lemah di kediaman rumah Kevin yang sudah disulap menjadi sebuah rumah sakit dadakan. Tuan Steven memeriksa keberadaan Clarissa. Kevin tak menduga sang Kakak berhasil dengan mudah dan cepat membawa Tuan Steven datang ke kediamannya. "Ini gingseng gunung, bisa membantu menstabilkan kondisi fisiknya saat ini. Kita harus menggerusnya dan memberikannya paksa kepada Clarissa," kata Tuan Steven menggerus langsung dan menyupi gingseng itu pada Clarissa. Saat dia menyuapinya, tanpa sengaja matanya melihaat benang Giok yang melingkar di leher Clarissa. Otomatis itu membuatnya terkejut, namun sebisa mungkin dia segera menguasai keadaan dan tenang. "Bagaimana bisa dia memiliki benang kalung khusus ini? Aku sangat yakin sekali benang emas ulir untuk kalung ini milik keluargaku. Pekerjaan untuk gelang ini sa
JUSTIN TAK SADARKAN DIRI! "Kenapa dia pergi tanpa mengatakan apapun padaku dan juga bagaimana keadaan Cindy?" sahut Clarissa. "Apa kamu masih cemburu?" tanya Kevin. "Kamu sudah, selama lebih dari seminggu koma dan tak sadarkan diri. Dia selalu menjagamu, bahkan meninggalkan rumahnya dan bekerja di ruangan ini bersamaku agara bisa mengawasimu dengan baik. Sungguh," ujar Kevin. "Namun kau juga harus menyadari bahwa Kak Justin memiliki banyak urusan yang tertunda selama seminggu itu karena dia sibuk menjagamu. Dia benar-benar tidak bisa menahan diri untuk pergi karena urusannya hanya bisa di selesaikan olehnya. Dia harus menyelesaikan urusannya mengenai Cindy dan beberapa hal tentang masalah pribadinya," sambung Justin. "Ci...Cindy...." gumam Clarissa. "Ya, tenang saja. Dia tidak akan pernah muncul lagi di depanmu. Kak Justin sudah
RARA SEKARANG BERSAMA IVANDRA? RENCANA GILA APALAGI KALI INI!"Benar mungkin seperti yang Nyonya Clarissa duga. Ini adalah salinan surat kuasa sahamnya Tuan Justin. Tuan memang memiliki dan memegang 50% saham dan aku memiliki satu persen. Itu artinya jika kita berdua bekerja sama maka 51% dari saham perusahaan Leonard adalah milik kita. Jadi nasib perusahaan Leonard tidak akan bisa diubah oleh siapapun sesuka hatinya," ujar Andrea.Bagi seorang pengawal setia dan sahabat Justin Andrea memang tak segan-segan menolong apa yang bisa dia perbuat saat ini apalagi untuk keberlangsungan perusahaan yang sudah dia besarkan bersama Justin bersama-sama. Dia tak rela perusahaan Leonard hancur bagi situ saja karena keserakahan Tuan Leonard untuk mengeruk keuntungan yang begitu besar dan menjadikan sumire sebagai alatnya. Dia tak mau Tuan Justin akan terkena imbasnya apalagi saat ini Tuan Justin menghilang."Saat ini aku sebagai istri Tuan Justin akan mempertahankan harga dirinya saat sang suami t
SIAPAKAH PRESIDEN UTAMA YANG AKAN DITUNJUK?"Aku menyelamatkanmu dari genggaman Tuan Justin bukan karena melihatmu yang mencari mati! Sia-sia juga kalau aku membunuhmu sekarang. Kalau bukan karena masih ada hal lain yang harus kamu lakukan, apa kamu kira kamu masih bisa hidup sampai sekarang! Hah!" Bentak Ivandra. 'Plakkk' satu tamparan menghantam wajah Rara lagi. Ivandra tersenyum senang. "Permainan ini benar-benar semakin menyenangkan. Aku selalu berpikir di dunia ini bahwa hanya ada Kak Justin yang akan menjadi lawan sepadanku, tidak aku sangka di kota kecil ini masih ada orang yang bisa menyapu sebagian orang dari jaringan hitam. Wanita pula," batin Ivandra."Apakah orang ini juga maju demi wanita yang bernama Clarissa. Clarissa, kamu benar-benar adalah hantu pembawa sial bagi jaringan hitam. Karenamu jaringan hitam seakan berlomba untuk mendapatkan uang," ujar Ivandra.Sedangkan di sisi lain Andrea menghampiri Clarisa.
RARA DAN IVANDRA!"Apa? William? Mengapa dia? Apakah itu artinya semalam aku bukan mimpi?" Batin Clarissa mencoba mengingat kembali mimpinya semalam. Clarissa mencoba mengingat lagi apa yang terjadi diantara mimpi dan nyatanya. Dia masih ambigu saat pagi hari saat berada di batas alam mimpi dan nyata, ada sosok William di sana. William terus menggenggam tangannya.[Siapa yang menjagaku selain Tuan Steven? Apakah Tuan William juga menemaniku?][Ya, Nyonya. Beberapa malam setelah kau koma dia selalu menjagamu juga. Bahkan dia terus menggenggam tanganmu, tak membiarkan kau sendiri. Apakah kau mulai mengingatnya?]"Kenapa berbeda, justru aku kemarin merasa bermimpi bahwa Tuan Justin lah yang di sisiku. Bahkan aku masih merasakan genggaman tangannya, ternyata aku sudah menggenggam tangan orang yang salah. Apakah artinya lelaki yang ku lihat pagi hari itu Tuan William? Kalau begitu aku harus bagaimana untuk menghadapi Tuan William," kata Clarissa dalam hati.*****"Clarissa," panggil Tuan
TUAN STEVEN KEADAANNYA TAK BAIK, NYONYA!"Tuan kalau kamu seperti ini, setelah Nona Clarissa bangun dia akan menyalahkan dirinya sendiri atas penyakitmu. Oh iya ada surat lain yang dikirim dari kampung halaman mengatakan kalau si gadis dari keluarga Ling Ling, sudah keluar untuk uji coba," kata pengawal."Si cantik Ling-Ling? Gadis itu?" tanya Tuan Steven."Ya, benar. Dia gadis yang ingin Tuan menjadi guru pembimbing saat masih pendaftaran. Namun tak jadi karena Nyonya Clarissa yang akhirnya diterima oleh Tuan Hanung," jelas pengawal."Apakah dia sudah menjadi murid magang?" tanya Tuan Steven."Sudah tapi karena waktu belajarnya tidak cukup jadi dia tidak mendaftar di sekolah. Ternyata dia adalah murid dari Kak Yuki. Semua informasi ini valid, Tuan," terang pengawal."Kalau dia datang maka dia akan diterima dengan baik. Katakan pada asistenku yang baru nanti. semua ini masih berhubungan tetapi aku masih tidak bisa menemukan keberadaan di mana Yuki. Kemana kah dia? Kenapa dia menghinda
TUAN STEVEN SAKIT!"Apakah Tuan tidak khawatir dia akan mendatangkan masalah bagi Clarisa lagi di kemudian hari? Lagi pula dia sekarang sama sekali belum melalui pelatihan khusus sebagai standart seoraang pengawal dan asisten," tolak William,"Tenang saja, dia tidak akan berani Tuan," kata Tuan Steven diam-diam membela Yuni. Dia juga takut Yuni akan di musnahkan oleh Tuan William apalagi mengingat dia adalah keluarga Long Lion. Yuni sudah mengabdi lama padanya, meskipun akhir-akhir ini dia sangat menjengkelkan namun membayangkan dia di bunuh membuatnya kasihan juga."Tuan mengenai informasi pembunuh kemarin sudah ditemukan," kata seorang pengawal menghampiri Tuan Wiliiam dan Steven.Dia segera membaca data diri pembunuh. Orang yang melukai Clarissa sudah di amankan juga."Gila! Bagaimana bisa Clarissa hanya bernilai satu triliun," ucap Tuan Steven."Tuan bolehkah masalah ini diserahkan padaku untuk aku tangani?" tanya Wiliam memintanya."Sekarang aku masih tidak bisa menyentuh Jus
SIAPA PELAKUNYA?"Tuan! Apakah Tuan baik-baik saja?" kan kata Yuni panik. "Bawa kami kembali ke rumahku," perintah Tuan Steven. Tapi tiba-tiba kaki Tuan Steven sakit sekali, dia bahkan berjalan dengan terpincang-pincang."Arggh," erang Tuan Steven perlahan."Penyakit Tuan mulai lagi. Aku juga ikut," ucap Yuni. Tuan Steven digandeng dengan pengawalnya sedangkan Yuni langsung dihadang oleh dua orang pengawal William. Tangannya langsung d gennggam."Apa yang kalian lakukan?" tanya Yuni panik."Diam dan jangan berisik. Kami akan mengamankanmu, kamulah yang mencari tempat ini. Jadi kamu harus bertanggung jawab," kata para pengawal. "Le...lepaskan! Aku tak salah, lepaskan aku," teriak Yuni, namun tak ada satu pun orang yang memperdulikannya.Di sisi lain, William menggendong Clarissa. Dia benar-benra khawatir dengan wanita itu, apalagi raut mimik muka Clarissa yang pucat pasi. Dia menoleh ke arah belakang, nampak Tuan Steven sedang berusaha menyusulnya. Dia nampak kesakitan berjalan deng
PEMBUNUHAN CLARISSA"Kalian naiklah ke perahu satunya," perintah Yuni dengan tegas. Kali ini Tuan Steven mengalah."Ayo naik," kata William, dia pun menggandeng lengan Clarissa dan menariknya setengah paksa.Clarissa menjadi kaget dengan sikap William yang memaksa dan kasar. Namun Clarissa tak mau juga merusak keadaan, dia tahu sudah sejak tadi tak enak suasananya."Sudahlah sebaiknya aku sedikit menjauh darinya saja," batin Carissa dalam hati. 'Duarrrr' Duarrrrrr' tiba-tiba kembang api dinyalakan. "Ternyata ada kembang api. Indah sekali," ucap Clarissa."Akan lebih baik Kalau ada Tuan Justin di sisiku saat ini. Pasti akan sempurna keindahan ini," batin Clarissa. Dia tiba-tiba menengok ke kiri dan kanan. "Entah aku merasakan perasaan apa ini, mengapa tiba-tiba perahu bergoyang? Ada apa ini?" pekik Clarissa kaget, belum sampai dia mencerna apa yang terjadi dengannya kini tiba-tiba Clarissa merasa dingin di tubuhnya, dia mulai kesusahan bernafas. "LIhat! Lihat! Ada orang jatuh ke da
CINTA YUNI BERTEPUK SEBELAH TANGAN!"AWAS KAU CLARISSA!" gumam Yuni sambil mengepalkan tangannya."Oh ya, aku juga mempersiapkan sesuatu untukmu, Tuan Steven," kata William."Benarkah? Kenapa kalian repot-repot mempersiapkan ini semua? Padahal aku yang hendak menjamu kalian. Aku merasa tersanjung," sahut Tuan Steven."Kalau begitu entah hadiah apa yang telah dibawa oleh murid William untuk Tuan Steven ini. Pasti barang yang mewah," imbuh Yuni."Bukan, ini tentu bukanlah barang yang mahal. Aku hanya memberikan hadiah kecil untukmu, Tuan," sahut Tuan William mengulurkan kotak kado yang di berikan oleh pelayannya. Entah suatu kebetulan atau tidak, namun kotak kado itu begitu mirip dengan kotak yang di bawa oleh Clarissa."Wahhh kalian memang berjodoh sekali. Lihatlah, bahkan kotak yang kalian pilih juga sama. Tuan bukalah dan lihat, seharusnya ini bisa di buka juga kan?" Ujar Yuni antusias sekali.Tuan Steven pun langsung membukanya. Dia kaget juga dengan b
AWAS KAU CLARISSA!"Jangan bergerak!" ucap William tiba-tiba."A..apa yang sedang dia lakukan?" tanya Clarissa menatap ke arah William kaget dan bingung.Kemudian William semakin mendekatkan wajahnya ke arah Clarissa. Suara desahannya pun sampai terdengar di telinga Clarissa, tiba-tiba tangannya mengambil sesuatu di belakang rambut Clarissa. Sebuah daun, ternyata ada sehelai daun yang menyempil di rambutnya."Terima kasih Kakak William. Aku sangat berterima kasih atas kebaikanmu hari ini, tetapi..." kata Aruna menggantung kalimatnya."Tetapi kenapa?" sahut William."Semua ini rasanya tidak benar, Kak. Rasanya ini terlalu berlebihan sekali," jawab Clarissa."Kenapa memangnya?" "Kak, aku sudah menikah dan lebih lagi sekarang aku akan menjadi ibu dari anak ini. Kamu tidak perlu membuang-buang waktu dengan ku," jelas Clarissa."Kenapa? Apa maksudmu aku buang-buang waktu? Aku tidak merasa aku sedang membuang-buang waktuku," sanggah William."Kali ini aku keluar hanya untuk mencarimu," uj