Share

Bab 3

Author: Cadenza
last update Last Updated: 2024-10-18 18:42:11
"Lama nggak bertemu, Daren," balasku.

Selama masa SMA, aku dan Daren duduk sebangku selama tiga tahun penuh.

Aku masih ingat saat Daren memilih jurusan sastra.

Wali kelas memandang nilai-nilai sainsnya yang sangat tinggi dengan kebingungan.

Daren melirikku sejenak, lalu mengatakan bahwa dia ingin membuat film.

Aku hanya terdiam.

Pada saat itu, aku merasa minder, bahkan impian masa mudaku yang paling umum pun tak berani aku ungkapkan.

Kemudian, Daren membawa naskah cerita yang aku tulis untuk mengikuti lomba atas namaku.

Dia memperlihatkan sertifikat penghargaan itu di depanku sambil menunjukkan nama "Velia Wijaya" yang ada di atasnya.

Dia berkata, "Jangan takut, Velia. Lihatlah, kamu benar-benar hebat."

Saat itu, ketika sinar matahari sedang bersinar lembut, dia selalu suka tidur sambil menatap ke arahku.

Suatu hari, ketika aku sedang menulis kerangka cerita, dia bergumam dengan mata yang menyipit.

"Nanti kamu bisa menulis cerita, sementara aku yang akan membuat filmnya. Kita nggak akan pernah berpisah."

Waktu itu kami masih muda, benar-benar sangat menantikan masa depan.

Aku juga sempat berpikir bahwa itu akan menjadi masa depan kami berdua.

Hari ketika ujian masuk perguruan tinggi berakhir, hujan turun dengan sangat deras.

Ketika aku keluar dari ruang ujian, Daren sudah menungguku sambil memegang payung.

Ketika melihat para siswa yang dengan gembira berlarian di bawah hujan, aku mencoleknya.

"Daren, bagaimana kalau kita juga bersenang-senang sedikit?" tanyaku.

Dia mendekatkan diri ke arahku, sementara payung di tangannya hampir sepenuhnya melindungiku.

"Nggak bisa, sebentar lagi waktumu datang bulan, jadi kamu nggak boleh kedinginan," kata Daren.

Wajahku langsung memerah. Aku melihat siswa-siswi yang lalu-lalang dengan hati yang terasa masam.

"Daren, setelah kita lulus, kita nggak akan bisa bertemu setiap hari lagi," kataku.

Daren menatap kabut hujan di kejauhan, lalu tertawa pelan.

"Kita hanya lulus, bukannya putus," balas Daren.

Suara hujan yang begitu deras membuatku merasa ragu apakah aku mendengarnya dengan benar. Jadi aku ingin memastikan lagi.

"Apa yang kamu katakan?" tanyaku.

"Kalau kamu nggak dengar, ya sudah," jawab Daren.

Daren dengan angkuh mengangkat dagunya.

Hingga saat kami berpisah, dia tidak pernah mengatakannya lagi.

Chris menuangkan segelas anggur, menyerahkannya padaku, lalu memberi isyarat dengan bibirnya.

"Kalian adalah teman lama yang bertemu kembali, cepat beri dia penghormatan dengan meminum segelas anggur ini," ujar Chris.

Mendengar itu, ekspresi dingin dan anggun Daren berubah menjadi sedikit tidak ramah.

Daren mengulurkan tangan untuk menahan gelasku.

"Nggak perlu. Dia adalah seorang wanita, jangan biarkan dia minum," kata Daren.

Aku mengedipkan mata, menahan air mata yang panas, lalu mengangkat gelas anggur.

"Nggak apa-apa, sekarang aku sudah bisa minum," kataku.

Daren terdiam sejenak, lalu tersenyum kecil sambil mengangkat gelas anggur yang diberikan pelayan. Suaranya terdengar rendah.

"Ya, sekarang kamu sudah dewasa," kata Daren.

Chris makin erat memegang pinggangku. Dia menundukkan kepalanya untuk menatapku.

Tatapannya lurus, penuh ejekan serta kebencian.

"Pak Daren."

Chris tersenyum sinis, lalu membungkuk untuk menciumku.

"Aku dan Velia masih punya urusan penting yang harus dilakukan. Kami pamit dulu," lanjut Chris.

Kata-kata Chris terdengar sangat ambigu.

Wajahku langsung berubah pucat.

Daren mengulurkan tangan, mencoba meraih lengan Chris.

Tangan belakangnya tampak kaku, sementara urat-uratnya menonjol.

Semua ini menunjukkan betapa marahnya Daren.

Namun, saat dia menoleh ke arahku, suaranya terdengar jauh lebih lembut.

"Velia, apakah kamu mau pergi bersamanya?" tanya Daren.

Chris tertawa seakan tidak peduli, memberikan pilihan kepadaku.

"Sayang, dia sedang bertanya padamu. Apa kamu mau pergi bersamaku?" ucap Chris.

Aku merasa seluruh tubuhku gemetaran. Jari-jariku mencengkeram kuat hingga menusuk ke dalam daging.

Sampai Daren kembali berbicara, barulah aku tersadar.

Aku hampir tidak berani menatapnya, suaraku pun sangat pelan.

"Daren, kami akan pergi dulu."

Begitu kata-kataku terucap, aku segera pergi dengan Chris tanpa berani tinggal lebih lama lagi.

Related chapters

  • Bagaikan Debu Bertemu Mercusuar   Bab 4

    Chris dengan marah melemparku ke dalam mobil. Aku secara naluriah ingin melarikan diri.Namun, pergelangan tanganku tiba-tiba dicengkeram dengan erat olehnya.Di detik berikutnya, kedua tanganku ditahan, lalu aku ditekan ke kursi belakang."Kamu mau lari ke mana?" tanya Chris.Chris menggigit pipinya, lalu tertawa dengan suaranya rendah"Kenapa? Setelah bertemu dengan mantan kekasih, hatimu mulai menjadi liar?" ujar pria itu.Aku menatapnya yang tampak menggila, mencoba meronta beberapa kali dengan kuat."Chris, tenanglah, jangan seperti ini," kataku."Kamu mau berpura-pura apa lagi? Bukankah kita sudah tidur bersama sebelumnya?" balas Chris."Kenapa berpura-pura menjadi wanita suci? Apa kamu mau berpura-pura di depan Daren?" lanjut Chris.Pria itu mencengkeram rahangku, memaksaku untuk menatapnya.Cengkeramannya begitu kuat hingga membuatku langsung menangis karena rasa sakit."Velia, mau aku ingatkan betapa kotornya dirimu?" tanya pria itu.Seketika, kepalaku langsung berdengung.Seo

    Last Updated : 2024-10-18
  • Bagaikan Debu Bertemu Mercusuar   Bab 5

    "Jangan takut, Velia. Aku ada di sini," ujar Daren.Aroma yang familiar membuat napasku yang terengah perlahan menjadi tenang."Oh, ternyata Pak Daren datang."Chris tampak tersenyum acuh tak acuh, lalu berdiri perlahan.Dia menepuk-nepuk celananya, lalu menunjuk ke arahku."Daren, jangan bilang kalau kamu masih belum bisa melupakannya?" tanya Chris,"Apa kamu tahu betapa menjijikkannya wanita di depanmu ini?""Ibunya menghancurkan keluargaku, lalu mengambil uang keluargaku.""Sedangkan Velia, dia masih bermimpi ingin naik ke tempat tidurku serta memberikanku anak di malam pernikahan kami."Daren tidak peduli dengan apa pun yang Chris katakan. Dia hanya menundukkan kepala.Daren mengusap bekas merah di pergelangan tanganku dengan lembut, lalu bertanya dengan suara serak."Apa ini sakit?""Velia, apa ini sakit?"Seluruh tubuhku gemetaran, air mataku mengalir deras tanpa bisa dikendalikan.Ketika melihat itu, Daren menelan ludah, lalu menyingkirkan rambut yang menutupi dahiku.Dia berbic

    Last Updated : 2024-10-18
  • Bagaikan Debu Bertemu Mercusuar   Bab 6

    "Daren." Aku memotongnya, lalu berujar, "Peluk aku."Daren tertegun, seakan tidak memercayai apa yang didengarnya."Peluk aku," ulangku sekali lagi.Pelukan hangat membalut tubuhku, makin lama menjadi makin erat.Aku bisa merasakan tangan yang memelukku sedikit gemetar.Tujuh tahun lalu, Daren dengan gembira menunggu di pesisir sambil memegang seikat mawar.Dia menunggu dari fajar hingga senja, tapi tetap tidak bisa menemuiku.Pada hari saat aku menolaknya, matanya tampak memerah.Dia bertanya, "Benarkah? Apa kamu nggak menyukaiku sedikit pun?"Aku menggelengkan kepala.Tak peduli seberapa keras dia memohon, aku tetap tidak menoleh.Waktu itu bebanku terlalu berat. Aku sama sekali tidak berani menatap matanya.Namun, sekarang saat napas hangatnya menyapu telingaku, kabut itu seakan telah sirna.Saat tengah malam, aku menarik Daren untuk duduk di atas karpet hotel, lalu minum sepuasnya.Setelah beberapa putaran, Daren sudah minum terlalu banyak. Pipinya memerah, sementara pandangannya t

    Last Updated : 2024-10-18
  • Bagaikan Debu Bertemu Mercusuar   Bab 7

    "Chris, apa kamu ingin benar-benar dikenai tuduhan pelecehan dalam pernikahan?" kataku.Aku berusaha keras untuk melawan.Dia berhenti sejenak, lalu memaki dengan nada tidak percaya."Apa maksudmu? Setelah tidur semalaman dengannya, aku nggak boleh menyentuhmu?" tanya Chris.Napas Chris berantakan, dia sudah kehilangan kendali dirinya yang biasa."Hanya karena dia memanggilmu, kamu langsung mengejarnya begitu saja?""Velia, kamu memang benar-benar ....""Rendahan," kataku dengan tenang. Kemudian, aku melanjutkan, "Itu yang ingin kamu katakan, 'kan?"Dia tertegun sejenak, wajahnya perlahan-lahan berubah muram."Bukankah begitu?""Kamu dan ibumu sama saja, kalian sama-sama rendahan."Aku perlahan menggelengkan kepala. Untuk pertama kalinya, aku berani melawan tuduhan serta kemarahannya."Nggak sama. Chris, aku nggak berutang apa-apa padamu sekarang.""Dulu aku nggak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Aku nggak punya keberanian untuk melawanmu."Selama bertahun-tahun ini, Aldo memang sudah

    Last Updated : 2024-10-18
  • Bagaikan Debu Bertemu Mercusuar   Bab 8

    Dia ingin menghancurkan hidupku tanpa peduli apa pun.Chris menutup semua jalan keluarku, berharap tidak akan ada seorang pun di dunia ini yang mencintaiku.Dengan begitu, aku hanya bisa tinggal di sisinya, memohon padanya agar dia mencintaiku.Namun, dia tidak tahu bahwa aku tidak pernah mencintainya, bahkan untuk satu detik pun.Aku berkata, "Chris, selama bertahun-tahun ini, semua uang yang aku hasilkan sudah aku tabung di rekening Paman Aldo.""Aku juga sudah bertahun-tahun menemani serta merawatnya sebagai seorang putri.""Aku pikir, aku sudah nggak perlu merasa bersalah lagi."Chris merosot di kursinya, seolah-olah semua energinya telah terkuras habis."Velia, aku nggak akan bercerai denganmu ...."Aku kembali memotong ucapannya dengan suara yang lelah."Aku nggak meminta persetujuanmu.""Perusahaanmu sedang dalam masalah, 'kan?" Aku menatapnya, lalu melontarkan sebuah kata dengan tegas."Penggelapan laporan."Ekspresi Chris langsung berubah drastis.Perusahaannya sedang mengalam

    Last Updated : 2024-10-18
  • Bagaikan Debu Bertemu Mercusuar   Bab 9

    Kemudian, aku berlari kecil masuk ke dalam mobil. Daren memiringkan tubuhnya untuk mengencangkan sabuk pengaman untukku."Kamu bangun sepagi ini, pasti kamu belum sarapan, 'kan?" ujar Daren.Aku mencondongkan tubuhku ke depan, mengangkat kepala, lalu mencium pipinya.Daren tampak terkejut. Kepalanya hampir membentur atap mobil, sementara ujung telinganya tampak memerah."Velia, kamu ...."Aku tersenyum."Tujuh tahun lalu, aku sudah ingin melakukan ini," kataku.Dia menoleh, tidak menatapku, tetapi tidak bisa menahan sudut bibirnya yang terangkat."Aku belum pernah bertanya, kenapa tiba-tiba kamu kembali ke negara ini?" tanyaku."Karena aku ingin bertemu denganmu," jawab Daren.Di balik tirai hujan, matanya terlihat lebih berkilau.."Selama bertahun-tahun ini, hidupmu nggak baik-baik saja. Kamu juga nggak bahagia.""Aku berpikir, kamu pasti membutuhkanku."Daren mengatakan ini dengan nada tegas."Selama kamu membutuhkanku, aku akan melakukan apa pun."Pada saat itu, aku merasa seperti k

    Last Updated : 2024-10-18
  • Bagaikan Debu Bertemu Mercusuar   Bab 10

    Suara angin membawa hawa dingin, meniup melewati ujung jari kami.Tiba-tiba aku teringat akan sebuah kalimat yang pernah aku baca."Bekas luka yang berat dari orang yang telah terluka nggak pernah layak untuk diungkit.""Yang patut dipuji adalah keberanian untuk bertahan di tengah keputusasaan."Dulu, ada gunung besar yang pernah menghalangi jalanku.Sejak Daren kembali, aku sudah berhasil melewatinya."Sampai di sini saja. Chris, jangan membuat masalah lagi.""Kita semua hidup dengan baik. Jangan saling mengganggu lagi."Air mata Chris tiba-tiba jatuh dengan deras.Bibirnya bergetar, dia tidak bisa mengeluarkan satu kata pun untuk membantah."Velia, jangan tinggalkan aku ...."Setiap permohonannya terdengar penuh dengan keputusasaan.Aku menggandeng Daren, melangkah maju selangkah demi selangkah, tanpa menoleh ke belakang.Dalam perjalanan pulang, aku sengaja meminta Daren untuk berjalan bersamaku.Air sungai di sepanjang jalan memantulkan cahaya lampu di sekitarnya, berkilauan dengan

    Last Updated : 2024-10-18
  • Bagaikan Debu Bertemu Mercusuar   Bab 1

    Ketika aku pulang, aku mendengar tawa lepas dari dalam kamar di lantai dua.Aku melepas jaket, menggantungnya di lenganku, lalu berhenti melangkah.Akhirnya, aku tetap menyeret langkahku yang berat menuju kamar.Ketika aku mendorong pintu ukiran yang indah, aku bisa langsung melihat Chris.Kemeja cokelat tuanya setengah terbuka, sementara dasinya sudah hilang entah ke mana.Gadis yang ada di pelukannya tampak sedang menyuapkan anggur yang sudah dikupas ke dalam mulutnya.Meski Chris mengulurkan tangan untuk menepisnya, dia tetap tampak sangat menikmati.Saat mendengar suara langkah kakiku, gadis itu menoleh sambil tersenyum."Eh, Kak Chris, apa Bibi sudah menyiapkan sup untuk meredakan mabuk ...?" tanya gadis itu.Gadis itu tiba-tiba berhenti bertanya, sementara anggur di tangannya terjatuh ke karpet.Ketika dia melihatku, wajahnya mendadak pucat. Kemudian, dia tergagap saat memanggilku."Nona ... Nona Velia ...."Pandangan mataku tertuju pada leher dan bahu gadis itu. Ada sederet beka

    Last Updated : 2024-10-18

Latest chapter

  • Bagaikan Debu Bertemu Mercusuar   Bab 10

    Suara angin membawa hawa dingin, meniup melewati ujung jari kami.Tiba-tiba aku teringat akan sebuah kalimat yang pernah aku baca."Bekas luka yang berat dari orang yang telah terluka nggak pernah layak untuk diungkit.""Yang patut dipuji adalah keberanian untuk bertahan di tengah keputusasaan."Dulu, ada gunung besar yang pernah menghalangi jalanku.Sejak Daren kembali, aku sudah berhasil melewatinya."Sampai di sini saja. Chris, jangan membuat masalah lagi.""Kita semua hidup dengan baik. Jangan saling mengganggu lagi."Air mata Chris tiba-tiba jatuh dengan deras.Bibirnya bergetar, dia tidak bisa mengeluarkan satu kata pun untuk membantah."Velia, jangan tinggalkan aku ...."Setiap permohonannya terdengar penuh dengan keputusasaan.Aku menggandeng Daren, melangkah maju selangkah demi selangkah, tanpa menoleh ke belakang.Dalam perjalanan pulang, aku sengaja meminta Daren untuk berjalan bersamaku.Air sungai di sepanjang jalan memantulkan cahaya lampu di sekitarnya, berkilauan dengan

  • Bagaikan Debu Bertemu Mercusuar   Bab 9

    Kemudian, aku berlari kecil masuk ke dalam mobil. Daren memiringkan tubuhnya untuk mengencangkan sabuk pengaman untukku."Kamu bangun sepagi ini, pasti kamu belum sarapan, 'kan?" ujar Daren.Aku mencondongkan tubuhku ke depan, mengangkat kepala, lalu mencium pipinya.Daren tampak terkejut. Kepalanya hampir membentur atap mobil, sementara ujung telinganya tampak memerah."Velia, kamu ...."Aku tersenyum."Tujuh tahun lalu, aku sudah ingin melakukan ini," kataku.Dia menoleh, tidak menatapku, tetapi tidak bisa menahan sudut bibirnya yang terangkat."Aku belum pernah bertanya, kenapa tiba-tiba kamu kembali ke negara ini?" tanyaku."Karena aku ingin bertemu denganmu," jawab Daren.Di balik tirai hujan, matanya terlihat lebih berkilau.."Selama bertahun-tahun ini, hidupmu nggak baik-baik saja. Kamu juga nggak bahagia.""Aku berpikir, kamu pasti membutuhkanku."Daren mengatakan ini dengan nada tegas."Selama kamu membutuhkanku, aku akan melakukan apa pun."Pada saat itu, aku merasa seperti k

  • Bagaikan Debu Bertemu Mercusuar   Bab 8

    Dia ingin menghancurkan hidupku tanpa peduli apa pun.Chris menutup semua jalan keluarku, berharap tidak akan ada seorang pun di dunia ini yang mencintaiku.Dengan begitu, aku hanya bisa tinggal di sisinya, memohon padanya agar dia mencintaiku.Namun, dia tidak tahu bahwa aku tidak pernah mencintainya, bahkan untuk satu detik pun.Aku berkata, "Chris, selama bertahun-tahun ini, semua uang yang aku hasilkan sudah aku tabung di rekening Paman Aldo.""Aku juga sudah bertahun-tahun menemani serta merawatnya sebagai seorang putri.""Aku pikir, aku sudah nggak perlu merasa bersalah lagi."Chris merosot di kursinya, seolah-olah semua energinya telah terkuras habis."Velia, aku nggak akan bercerai denganmu ...."Aku kembali memotong ucapannya dengan suara yang lelah."Aku nggak meminta persetujuanmu.""Perusahaanmu sedang dalam masalah, 'kan?" Aku menatapnya, lalu melontarkan sebuah kata dengan tegas."Penggelapan laporan."Ekspresi Chris langsung berubah drastis.Perusahaannya sedang mengalam

  • Bagaikan Debu Bertemu Mercusuar   Bab 7

    "Chris, apa kamu ingin benar-benar dikenai tuduhan pelecehan dalam pernikahan?" kataku.Aku berusaha keras untuk melawan.Dia berhenti sejenak, lalu memaki dengan nada tidak percaya."Apa maksudmu? Setelah tidur semalaman dengannya, aku nggak boleh menyentuhmu?" tanya Chris.Napas Chris berantakan, dia sudah kehilangan kendali dirinya yang biasa."Hanya karena dia memanggilmu, kamu langsung mengejarnya begitu saja?""Velia, kamu memang benar-benar ....""Rendahan," kataku dengan tenang. Kemudian, aku melanjutkan, "Itu yang ingin kamu katakan, 'kan?"Dia tertegun sejenak, wajahnya perlahan-lahan berubah muram."Bukankah begitu?""Kamu dan ibumu sama saja, kalian sama-sama rendahan."Aku perlahan menggelengkan kepala. Untuk pertama kalinya, aku berani melawan tuduhan serta kemarahannya."Nggak sama. Chris, aku nggak berutang apa-apa padamu sekarang.""Dulu aku nggak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Aku nggak punya keberanian untuk melawanmu."Selama bertahun-tahun ini, Aldo memang sudah

  • Bagaikan Debu Bertemu Mercusuar   Bab 6

    "Daren." Aku memotongnya, lalu berujar, "Peluk aku."Daren tertegun, seakan tidak memercayai apa yang didengarnya."Peluk aku," ulangku sekali lagi.Pelukan hangat membalut tubuhku, makin lama menjadi makin erat.Aku bisa merasakan tangan yang memelukku sedikit gemetar.Tujuh tahun lalu, Daren dengan gembira menunggu di pesisir sambil memegang seikat mawar.Dia menunggu dari fajar hingga senja, tapi tetap tidak bisa menemuiku.Pada hari saat aku menolaknya, matanya tampak memerah.Dia bertanya, "Benarkah? Apa kamu nggak menyukaiku sedikit pun?"Aku menggelengkan kepala.Tak peduli seberapa keras dia memohon, aku tetap tidak menoleh.Waktu itu bebanku terlalu berat. Aku sama sekali tidak berani menatap matanya.Namun, sekarang saat napas hangatnya menyapu telingaku, kabut itu seakan telah sirna.Saat tengah malam, aku menarik Daren untuk duduk di atas karpet hotel, lalu minum sepuasnya.Setelah beberapa putaran, Daren sudah minum terlalu banyak. Pipinya memerah, sementara pandangannya t

  • Bagaikan Debu Bertemu Mercusuar   Bab 5

    "Jangan takut, Velia. Aku ada di sini," ujar Daren.Aroma yang familiar membuat napasku yang terengah perlahan menjadi tenang."Oh, ternyata Pak Daren datang."Chris tampak tersenyum acuh tak acuh, lalu berdiri perlahan.Dia menepuk-nepuk celananya, lalu menunjuk ke arahku."Daren, jangan bilang kalau kamu masih belum bisa melupakannya?" tanya Chris,"Apa kamu tahu betapa menjijikkannya wanita di depanmu ini?""Ibunya menghancurkan keluargaku, lalu mengambil uang keluargaku.""Sedangkan Velia, dia masih bermimpi ingin naik ke tempat tidurku serta memberikanku anak di malam pernikahan kami."Daren tidak peduli dengan apa pun yang Chris katakan. Dia hanya menundukkan kepala.Daren mengusap bekas merah di pergelangan tanganku dengan lembut, lalu bertanya dengan suara serak."Apa ini sakit?""Velia, apa ini sakit?"Seluruh tubuhku gemetaran, air mataku mengalir deras tanpa bisa dikendalikan.Ketika melihat itu, Daren menelan ludah, lalu menyingkirkan rambut yang menutupi dahiku.Dia berbic

  • Bagaikan Debu Bertemu Mercusuar   Bab 4

    Chris dengan marah melemparku ke dalam mobil. Aku secara naluriah ingin melarikan diri.Namun, pergelangan tanganku tiba-tiba dicengkeram dengan erat olehnya.Di detik berikutnya, kedua tanganku ditahan, lalu aku ditekan ke kursi belakang."Kamu mau lari ke mana?" tanya Chris.Chris menggigit pipinya, lalu tertawa dengan suaranya rendah"Kenapa? Setelah bertemu dengan mantan kekasih, hatimu mulai menjadi liar?" ujar pria itu.Aku menatapnya yang tampak menggila, mencoba meronta beberapa kali dengan kuat."Chris, tenanglah, jangan seperti ini," kataku."Kamu mau berpura-pura apa lagi? Bukankah kita sudah tidur bersama sebelumnya?" balas Chris."Kenapa berpura-pura menjadi wanita suci? Apa kamu mau berpura-pura di depan Daren?" lanjut Chris.Pria itu mencengkeram rahangku, memaksaku untuk menatapnya.Cengkeramannya begitu kuat hingga membuatku langsung menangis karena rasa sakit."Velia, mau aku ingatkan betapa kotornya dirimu?" tanya pria itu.Seketika, kepalaku langsung berdengung.Seo

  • Bagaikan Debu Bertemu Mercusuar   Bab 3

    "Lama nggak bertemu, Daren," balasku.Selama masa SMA, aku dan Daren duduk sebangku selama tiga tahun penuh.Aku masih ingat saat Daren memilih jurusan sastra.Wali kelas memandang nilai-nilai sainsnya yang sangat tinggi dengan kebingungan.Daren melirikku sejenak, lalu mengatakan bahwa dia ingin membuat film.Aku hanya terdiam.Pada saat itu, aku merasa minder, bahkan impian masa mudaku yang paling umum pun tak berani aku ungkapkan.Kemudian, Daren membawa naskah cerita yang aku tulis untuk mengikuti lomba atas namaku.Dia memperlihatkan sertifikat penghargaan itu di depanku sambil menunjukkan nama "Velia Wijaya" yang ada di atasnya.Dia berkata, "Jangan takut, Velia. Lihatlah, kamu benar-benar hebat."Saat itu, ketika sinar matahari sedang bersinar lembut, dia selalu suka tidur sambil menatap ke arahku.Suatu hari, ketika aku sedang menulis kerangka cerita, dia bergumam dengan mata yang menyipit."Nanti kamu bisa menulis cerita, sementara aku yang akan membuat filmnya. Kita nggak aka

  • Bagaikan Debu Bertemu Mercusuar   Bab 2

    Setelah menyentuh kain sutra, otot-otot yang kencang bisa aku rasakan di baliknya.Tepat ketika aku hendak membuka kancing terakhir, Chris meraih tanganku.Wajahnya tampak datar, tapi tindakannya yang sangat kasar menghentikan gerakanku."Velia, apa kamu tahu apa yang sedang kamu lakukan?" tanya pria itu.Aku mengangguk sambil menatap wajahnya."Paman berharap kita bisa menjalani hidup dengan baik, lalu punya anak," jawabku.Chris perlahan melepaskan cengkeramannya dari tanganku.Dia tersenyum padaku, tapi matanya menyiratkan aura dingin."Kamu benar-benar sama hinanya seperti ibumu," kata Chris."Tapi itu wajar. Orang macam apa yang bisa dilahirkan oleh orang yang nggak bermoral?" lanjutnya.Chris melemparkan gelas air di atas meja ke arahku.Pecahan kaca berhamburan ke mana-mana.Aku terhuyung-huyung, lalu jatuh dengan keras di atas meja kopi di belakangku.Chris mengangkat kakinya untuk menginjak jariku sambil memandangku dengan tatapan merendahkan."Jangan pernah bermimpi untuk men

DMCA.com Protection Status