Share

Bagaikan Debu Bertemu Mercusuar
Bagaikan Debu Bertemu Mercusuar
Penulis: Cadenza

Bab 1

Ketika aku pulang, aku mendengar tawa lepas dari dalam kamar di lantai dua.

Aku melepas jaket, menggantungnya di lenganku, lalu berhenti melangkah.

Akhirnya, aku tetap menyeret langkahku yang berat menuju kamar.

Ketika aku mendorong pintu ukiran yang indah, aku bisa langsung melihat Chris.

Kemeja cokelat tuanya setengah terbuka, sementara dasinya sudah hilang entah ke mana.

Gadis yang ada di pelukannya tampak sedang menyuapkan anggur yang sudah dikupas ke dalam mulutnya.

Meski Chris mengulurkan tangan untuk menepisnya, dia tetap tampak sangat menikmati.

Saat mendengar suara langkah kakiku, gadis itu menoleh sambil tersenyum.

"Eh, Kak Chris, apa Bibi sudah menyiapkan sup untuk meredakan mabuk ...?" tanya gadis itu.

Gadis itu tiba-tiba berhenti bertanya, sementara anggur di tangannya terjatuh ke karpet.

Ketika dia melihatku, wajahnya mendadak pucat. Kemudian, dia tergagap saat memanggilku.

"Nona ... Nona Velia ...."

Pandangan mataku tertuju pada leher dan bahu gadis itu. Ada sederet bekas merah yang sangat mencolok di sana.

Tenggorokanku seakan tercekat, suaraku serak tak terkendali.

"Chris, apa yang sedang kamu lakukan?" tanyaku.

Pria itu mengangkat kelopak matanya, melirikku sejenak, lalu mendengus dengan tidak sabaran.

Dia memainkan rambut gadis di pelukannya dengan jari-jarinya yang panjang.

"Kenapa kamu pura-pura bertanya? Bukankah kamu sudah melihatnya?" jawab Chris.

Chris memeluk gadis itu sambil memandangku dari atas ke bawah.

Dia menyipitkan matanya sedikit, lalu melanjutkan perkataannya.

"Tapi, Velia, kamu benar-benar harus belajar dari gadis-gadis muda ini."

"Nggak apa kalau wajahmu murung sepanjang hari, tapi kamu benar-benar seperti kayu yang kaku."

"Sungguh, kamu itu menyebalkan dan membosankan," lanjut Chris.

Aku sudah mengenal Chris selama 18 tahun. Dia juga sudah membenciku selama 18 tahun.

Saat aku berumur 7 tahun, ibuku menghancurkan keluarganya yang awalnya bahagia.

Setelah itu, ibuku menguras semua uang Aldo, Ayah Chris, hanya dalam waktu dua tahun saja.

Hanya tinggal aku, anak yang menjadi beban.

Aku menawarkan diri untuk pergi ke panti asuhan, tetapi Chris dengan tegas menolaknya.

Matanya tampak semerah darah, sementara tangannya mencengkeram lenganku dengan sangat kuat.

"Velia, jangan harap. Seumur hidup ini kamu harus menebus dosamu di sisiku," ujar Chris.

Aku mengangguk, berpikir bahwa ini adalah yang dia pikirkan dan inginkan.

Pria itu mungkin ingin aku tinggal di sisinya dan bekerja keras untuknya sampai dia merasa puas.

Tak kusangka, setelah lulus, dia membawaku untuk mendaftarkan pernikahan dengannya.

Ketika kami menikah, Aldo merasa sangat marah.

Setelah kembali tenang, Aldo memelukku sambil menangis tersedu-sedu.

"Velia, meski yang dilakukan Chris benar-benar sudah keterlaluan, kamu jangan salahkan dia," ujar Aldo.

Aldo terdiam sejenak sebelum berpesan padaku.

"Karena kalian sudah menikah, hiduplah dengan baik," kata Aldo.

"Velia, berikanlah seorang pewaris pada Keluarga Dirja," lanjut Aldo.

Kalimat terakhir ini diucapkannya dengan sungguh-sungguh, hingga aku pun menanyakan pertanyaan itu dengan bingung.

"Paman Aldo, apa melahirkan pewaris itu dianggap sebagai menebus dosa?" tanyaku.

Aldo tampak tertegun di tempat, lalu menutup matanya, tidak berani menatapku.

Namun, suaranya tetap terdengar tercekat.

"Tentu saja .... Maafkan aku, Velia."

Pada malam pernikahan, aku mengulurkan tangan untuk memegang kancing kemeja Chris.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status