Sudah seminggu lebih aku mengikuti Fashion Show around Europe. Disana berkumpul para desainer berbakat dunia, bahkan Indonesia juga mengirim perwakilannya, ini seperti wadah mereka untuk berekspresi, banyak dari mereka memilih desain yang antimainstream, bahan yang tidak biasa hanya untuk menampilkan ide kreatif mereka.
Dua hari ini aku di Paris, kali ini banyak brand internasional yang berpartisipasi, bahkan brand pakaian dalam wanita Victoria Secret menjadi primadona disini.
Dan finalnya hari ini, semua tampak sibuk dari kemarin, bahkan aku yang hanya jadi make up artis dari Gigi juga dibikin kewalahan, karena cuaca yang panas disini membuat para artis lebih sering berkeringat, dan sudah tugas kami memastikan penampilan mereka tanpa cela.
Malam harinya usai pertunjukan kami menghabiskan malam bersama, tapi kami terbagi dua ada yang lebih memilih ke club dan ada yang ke karaoke hanya sekedar hang out bersama, dan aku masuk di kelompok kedua, aku tidak suka ke club terlalu berisik, bau rokoknya menyesakkan dadaku, aku heran ada orang yang tidak bisa berhenti mengkonsumsinya. Dan jangan lupakan minumannya, aku benci aromanya, memuakkan.
Aku terlahir dan besar di New York, tapi aku tidak terbiasa hidup seperti itu, aku penyuka orange juice, lebih menyehatkan, dibanding vodca yang hanya membuatmu melayang, aku pernah mencicipinya saat aku remaja, dan mulai saat itu juga aku bersumpah tidak akan meminumnya lagi.
Kurasa hidup itu pilihan seperti saat ini, ke club atau ke karaoke, semua kembali kepada masing masing pribadi.
Oh ya kebanyakan para model lebih memilih ke club dan mencari ONS, pria tampan atau gadis sexy dan alkohol perpaduan yang sempurna untuk menghilangkan stres dan lelah mereka, tanpa takut dengan komitmen, termasuk Gigi dan Jessi yang dari awal kedatangan kami selalu menempel dengan badboy waktu itu, vocalis band rock, Adam Cross.
Ah...lupakan mereka dan kerumitan hidup mereka.
***
Aku sampai di kamar hotel pada pukul dua dini hari, rasanya capek sekali, tapi perasaan bahagia melingkupiku, sudah lama rasanya aku tidak menghabiskan waktu bersama teman, bercanda dan melakukan hal normal lainnya bersama mereka.
Aku tidak sempat berkumpul dengan para kru atau semua yang ikut andil atas kesuksesan fashion show kali ini, karena saat di Swiss semua orang sibuk dengan kegiatan mereka masing masing. Entah kenapa saat di sini semua seakan bisa melebur jadi satu kesatuan, mungkin karena kami lebih saling mengenal.
Aku melepas semua pakaianku dan langsung beranjak ke kamar mandi, kunyalakan air panasnya, aku ingin berendam air hangat, agar semua lelahku hilang, saat aku dikamar mandi ponselku berbunyi, dengan tanpa busana ku lihat siapa yang menelponku dini hari?
Julia, ada apa dia jam begini menelponku? Segera kunyalakan ponselku, langsung suara Julia terdengar.
“Hai apa aku mengganggumu, kuyakin malam ini kamu baru sampai di hotel kan?” tebaknya
Aku terkekeh geli, kubawa ponselku ke arah kamar mandi, airnya panasnya kurasa sudah cukup, kumaikan pemanasnya, berganti air biasa, kutunggu sampai air cukup.
“Kau mengganggu waktuku bermesraan dengan air hangatku,” kataku kubuat seakan aku marah.
“Ha... ha... no gay... oh kamu nggak asik Nay, kuyakin yang lain sedang asik bergelut dengan sesuatu yang besar dan berotot... ha... ha...,” kekehnya geli, Aku ikut terkekeh.
“Apa saat ini juga kamu sedang sibuk dengan sesuatu yang besar dan berotot juga?” tanyaku dengan nada geli.
“Oh... kamu tidak tau saja, aku baru saja dapat Maincoursnya, dan aku klimaks entah yang keberapa?” dia kembali menggodaku.
“Oh ya? Kau menelponku dini hari hanya ingin membicarakan berapa kali kamu klimaks?” tanyaku jengah. Dia tertawa dengan keras.
“Tentu saja tidak, aku hanya menggodamu saja, tapi benar untuk yang klimaks itu, kau kenal James, Photograpy baru itu, dia hot, damn aku merindukan punyanya yang berotot dengan urat kasarnya menyodokku dengan keras,” desahnya, aku hanya mencebik malas.
“Iuh... kau menjijikkan, berhenti bermain-main Jul, dan mulailah berkomitmen,” kataku akhirnya.
“Oh ya... dan berakhir sepertimu, ditinggal selingkuh?” Kata-katanya seakan menamparku, mengingatkanku bahwa hidupku tidaklah sempurna untuk memberinya petuah tentang pernikahan, lidahku terasa kelu, tak bisa berkata-kata.
“Ah maafkan aku Nay, aku tidak bermaksud menyinggungmu, aku belum siap untuk berkomitmen, banyak contoh dalam kehidupanku, bahwa cinta saja tidak cukup untuk menguatkan suatu pernikahan, apalagi aku tidak terlibat perasaan apapun dengan pria-pria itu, bagiku mereka adalah alat untuk membuatku klimaks, aku tidak mau sakit hati Nay, aku tidak sekuat kamu,” sesalnya.
“Hai... aku tidak apa apa, oh ya kamu belum bilang alasan kamu menelponku,” sahutku sambil mematikan kran dan menuang sabun wangi Vanilla kesukaanku, kumasukkan tubuhku disana, air hangat ini membuatku nyaman, aku mendesah pelan meresapi rasa nyaman yang kurasa.
“Desahanmu menggodaku baby, oh ya... hampir aku lupa, jadi ini tentang pekerjaanmu Nay, aku harus menyesal karena tidak bisa mempekerjakanmu lagi,” katanya dengan nada menyesal yang kentara di telingaku.
“Aku dipecat? Apa Gigi tidak suka dengan kerjaku? Tapi dia tidak bicara apapun,” kataku bingung, kenapa tiba-tiba.
“Tidak, bukan karena kerjamu jelek, bahkan karena kerjamu bagus, bos besar melihat datamu dan beliau tertarik, dia memintamu menjadi sekretarisnya,” serunya bersemangat.
“Tapi aku tidak ada basic Sekretaris,”sahutku
“Bukannya dulu kamu pernah membantu mantan suamimu, waktu sekretarisnya cuti hamil?” oh aku bahkan lupa pernah melakukannya, pikirku.
“Baiklah akan kucoba,” sahutku lagi. Dan dia terpekik gembira, apa-apaan dia, kenapa jadi dia yang antusias, membuatku curiga saja.
“Bagus, besok siang kamu ke kantornya,” ujarnya masih dengan nada bahagianya.
“Kamu sangat senang rupanya tidak harus melihatku di kantormu, kurasa kau sangat membenciku,” godaku dengan nada sarkas, dan dia tergagap bingung, oh aku bisa membayangkan bagaimana ekspresinya.
“Bukan begitu, aku senang jika kamu mendapat pekerjaan yang penting, tidak ada lagi orang yang melihatmu dengan tatapan merendahkan, aku sedih sebenarnya jika ada modelku yang melihatmu seperti itu, aku akan bahagia jika kamu bahagia Nay, kita sahabat kan?” ujarnya, aku tidak menyangka dia begitu menyayangiku.
“Kau membuatku terharu, eh tapi tunggu bagaimana dengan pekerjaanku disini, Perjalanannya masih lama, banyak tempat yang harus kami singgahi, dan aku sudah ada kontrak dengan Gigi, aku tidak mungkin lepas tanggung jawab begitu saja, aku bisa kena sanksi,” jawabku teringat dengan kontrak yang diajukan oleh managemen Gigi.
“Kamu jangan khawatir semua sudah diurus oleh big bos, kamu tinggal beresin barang kamu, di bawah sudah ada mobil yang mengantarmu ke bandara, dan... dan jangan memotong Nay, apa tadi... oh ya dan penerbanganmu sudah diatur, di bandara nanti ada yang sudah menunggumu, jadi kau tenang saja, jangan lupa istirahat saat dipesawat, jadi saat kamu bertemu dengan big boss kamu sudah dalam kondisi segar,” ah big boss ya... siapa dia?? apa dia orang penting? Sampai bisa memutuskan hal itu dengan mudah... type boss arogant!!
“Baiklah, kurasa aku tidak bisa menolak kan? Lagipula aku pengangguran sekarang setelah beberapa saat lalu aku dipecat,” sindirku sarkas, dia tertawa, baru aku mau bertanya siapa big bossnya, dia sudah pamit lebih dulu dan menutup sambungan telpon.
Aku menghela nafas berat, kubilas tubuhku di shower, segera menutupi tubuh telanjangku dengan bathrobe, menuju koperku, memasukkan beberapa barangku, mengambil pakaian ganti dan bergegas memakainya, berdandan sedikit supaya kelihatan lebih pantas saja.
Tak butuh waktu lama aku menuju ke lobby, di sana sudah menunggu seorang lelaki paruh baya dengan pakaian khas petugas hotel, dia mendekatiku saat aku memberikan kunci dan bertanya tentang sopir yang menungguku, dia sudah menjawabku sebelum petugas resepsionis menjawabku.
“Ms. Kanaya Abigail? Saya Arthur, bertugas mengantar anda ke bandara,” dia langsung membawa koperku, aku mengikutinya dari belakang.
Setelah aku duduk dengan nyaman di mobil Marcedes warna hitamnya, aku menyender di bantalan kursi, kuambil ponselku dan mulai menghubungi Gigi, setidaknya aku akan berpamitan padanya.
Nada sambung terdengar, Tidak diangkat, aku mengulangi sampai tiga kali, apa dia hangover kebanyakan minum alkohol? Sebelum aku menyerah untuk menghubunginya, panggilanku diangkat.
“Halo,” sapanya dengan suara terengah engah, hell apa yang sedang dilakukannya?
“Hai, Gigi, ini aku Kanaya, kurasa kau sudah tau aku sudah tidak bisa menjadi make up artismu lagi, jadi disini aku hanya ingin berpamitan padamu,” kataku langsung tak mau berlama lama mengganggu kegiatannya.
“Oh... yeah... akhhu tauu Nay, senang mengenalmhuu,” desahnya.
“Oke, by Gigi,” tanpa menunggu jawabannya langsung kututup telponku, oh aku bisa gila jika mendengar desahannya, dengan model mana lagi wanita itu menghabiskan malam?
Ah itu bukan urusanku, tak terasa mataku menggelap.
***
“Ms. Kita sudah sampai,” kurasa tubuhku tergoncang, kubuka mataku pelan, kuedarkan pandanganku, oh kurasa aku tertidur, Aku beranjak bangun, aku keluar dari Marcedes hitam itu, setelah Arthur membukanya untukku.
Disana ada orang yang menungguku.
“Ms. Kanaya, mari ikut saya,” dia membawakan koperku, dia tidak memasuki area untuk masuk ke pesawat, dia menuju kepintu lain, aku agak takut sih, tapi aku tetap mengikutinya juga, toh aku bisa berteriak jika dia berbuat jahat.
Kami menuju arah pesawat pribadi, apa aku akan masuk ke sana, oh... aku merasa menjadi orang penting sekarang, tak terasa aku tersenyum miring.
Dan benar, dia membawaku ke salah satu pesawat pribadi, Klein Corp. Ada logo itu di body pesawat, aku seperti pernah mendengarnya, apa dia si Big Bossku memang sekaya itu, apa ini pesawat pribadi miliknya. Kenapa dia memperlakukan calon sekretarisnya begini istimewa?
Atau ini caranya menunjukkan padaku betapa kaya dan berkuasanya dia.
Sebenarnya siapa sebenarnya si Big Boss itu? Ingin aku mengubungi Julia, tapi aku gengsi kalau dia mengejekku bahwa aku tidak mengenal sang big boss, oh dia pasti akan membullyku.
Biar saja, nanti juga aku akan bertemu dengannya.
Kuedarkan pandanganku ke seluruh ruangan di dalam pesawat, oh... ini luar biasa, aku tidak menyangka ada ruangan sebesar ini di dalam pesawat.
Tempat duduknya terasa nyaman, bahkan ada tempat tidurnya.
Seorang pramugari menghampiriku.
“Anda butuh sesuatu?” tanyanya sopan.
“Teh hijau saja,” jawabku
“Anda duduk dulu, sebentar lagi pesawat akan take off, jadi anda bisa memasang sabuk pengaman anda, jika sudah selesai anda bisa menggunakan fasilitas yang ada disini, jika butuh apa apa lagi anda bisa memanggil saya dengan tombol ini,” katanya sambil menunjuk tombol yang ada disamping kirinya, aku cuma mengangguk.
“Saya permisi, teh anda akan segera tersedia,” ujarnya ramah, aku cuma tersenyum.
Aku langsung duduk dan memasang sabuk pengamanku seperti anjuran pramugari cantik tadi.
Tak berapa lama kurasa pesawat bergerak, seorang pramugari lainnya datang dengan nampan berisi teh hangat dan croisant hangat. Aku menerimanya dan mengucapkan terima kasih.
Aku habiskan hidangan dan minumanku, mataku mengedar mencari kamar mandi, disana ada pintu, apa itu kamar mandinya?
Aku berjalan kearah pintu itu, dan memang benar ini kamar mandi, bahkan kamar mandinya semewah kamar mandi di hotel.
Aku segera melakukan hajatku dari tadi.
Usai dari sana aku merebahkan tubuhku di kasur yang sangat empuk, dan tak lama akupun tertidur.
Aku sampai di New york siang hari, aku bergegas menuju rumah, dan bersiap menuju kantor yang ditunjukkan Julia dalam pesannya siang ini, dia bilang nanti ada yang menjemputku ke kantor, oh aku merasa istimewa. Kenapa dia tidak mengatakan saja nama perusahaannya dan alamatnya, aku lumayan hapal dengan jalan disini.
Dia benar-benar misterius...
Aku jadi semakin penasaran dengan sang big bos, tapi satu yang kusadari dari perjalanan ini, bahwa aku yakin seratus persen kalau tuan misterius itu pastilah orang kaya dan berpengaruh, ya untuk itu jika aku salah aku berani melakukan apapun.
>>Bersambung>>
Pagi yang cerah bagi Kanaya. Dia sudah rapi dengan setelan baju kerja yang melekat ditubuh indahnya. Karena udara di luar sangatlah dingin, dia memakai mantel bulu warna hitam dan slayer warna hijau semakin membuatnya terlihat mempesona.Dengan semangat yang membara dia memulai harinya, berharap semua akan lancar dan akan baik- baik saja. Setelah merasa cukup dengan penampilan dan persiapannya pun selesai, Kanaya bergegas berpamitan dengan Aunty dan Unclenya menuju ketempat dimana dia akan mencoba memulai peruntungannya untuk bekerja demi hidup yang lebih baik...Kanaya dijemput mobil berlogo kuda, mobil berwarna silver itu melaju dengan lancar membelah keramaian kota New York.Mobil berhenti di sebuah kantor yang familiar baginya, Kantor Utama Dengan tulisan Daltron group, kenapa aku bisa kesini lagi, bukannya Julia bilang big bossnya... atau yang punya Daltron jadi big bossku...Sopir itu lagi-lagi membukakan pintuku dengan sopan, aku turun menuju meja rese
“Kamu harus mau mengandung anakku,” ujarnya tanpa ekspresi ataupun berdosa seakan yang telah diucapkannya itu hanya soal upil..What ???Mendengar CEO itu mengatakan hal barusan seperti mendengar petir disiang bolong. Tapi lihatlah kelakuannya, setelah melempar bom dia seakan tidak merasa bersalah...Apa aku yang salah dengar ya ?Kupandangi wajahnya mencari kebohongan, apa orang ini mengerjaiku?Wajahnya masih sedatar tembok di belakangku, apa dia mengigau?Kenapa?Kenapa aku?Ayolah... apa ini April mop?Ini bulan Mei...Aku masih terpaku, kehilangan kata-kata...Si tampan nan gagah memintaku jadi ibu anaknya?Apa ini lamaran?Wajahku memerah...“Bapak melamar saya?” pertanyaan bodohku keluar begitu saja tanpa bisa kucegah... bodoh!!Dan gantian dia yang terpana!! Stupid... idiot... kamu salah paham, batinku.“Saya sa
Hari baru, awal baru... itulah yang harus dilakukan Kanaya. Tidak perduli sekeras apapun yang harus dilaluinya, kehidupan harus tetap berjalan. Walau harus merendahkan harga dirinya. Ya... dia tidak pernah membayangkan untuk mendapatkan pekerjaan, dia harus menjadi pelacur buat bosnya. Apalagi panggilan yang cocok untuknya... sinisnya pada diri sendiri.Bahkan dia harus menyiapkan mental untuk menghadapi bos barunya yang datar itu. Bahkan dia tidak bisa membayangkan bagaimana dia akan bisa hamil... Tanpa status, tanpa pernikahan, tanpa suami...Entah seperti apa nanti jalan hidupnya. Tapi dia sadar sepertinya hidupnya tidak akan sama lagi setelah ini. Semoga dia tidak menyesal nantinya...Dia tiba di kantor LV tepat waktu. Ya, pria itu menghubungiku semalam, entah dari mana dia mendapatkan nomer handphoneku, dia mengabariku supaya datang ke Kantor LV, bukan di Daltron Group. Kanaya tidak mau di cap tidak profesional, makanya dia tidak akan terlambat di hari pertama
Kanaya pov Jantungku berdetak kencang, rasa gugup ini kucoba hilangkan dari perasaanku. Tapi aku tidak bisa membohongi diriku sendiri kalau aku sedang gelisah. Saat ini aku sedang berjalan mondar mandir, dengan perasaan cemas ... apa yang terjadi? batinku lirih, aku masih bingung. Malam ini untuk pertama kalinya dalam hidupku aku harus menyerahkan tubuhku pada lelaki yang membeliku. Aku merasa sangat hina. Sebentar lagi aku akan menjadi wanita jalang. Di tengah kebingunganku tiba-tiba pintu apartemen terbuka. Pasti itu bosku pikirku. Dia khan juga punya kunci apartemen ini. Dan sesuai dengan dugaanku di pintu tampak lelaki gagah nan tampan mempesona. Kalau aku sedang tidak berada dalam kondisi sekarang, pastinya aku akan terpesona. Tapi untuk sekarang aku menatapnya gentar. Apa aku batalkan saja ya perjanjiannya. “Jangan pernah berfikir untuk membatalkan perjanjian kita, karena yang berhak membatalkannya cuma aku. Kamu pasti tau konsekuenasinya kalau melanggar pe
PrologIni ceritaku tentang pengkhiatan dan sakit hati.Namaku Kanaya Abigail Ricard, aku menikah dengan seorang pria pribumi, asli Indonesia, rumah tangga kami dikaruniai dua buah hati, Pria tampan yang menjadi suamiku itu bernama Abymanyu, kami sangat bahagia, setidaknya bagiku, siapa yang tidak bahagia menikah dengan pria setampan dan sebaik Aby, dikaruniai putra dan putri seperti kedua buah hatiku, mereka anak anak yang luar biasa bagiku, semua tampak sempurna.Sampai hadir seorang wanita yang mengoyak keharmonisan itu, menghancurkan kebahagiaan keluarga kecil kami, Memporak-porandakan kepercayaanku akan sebuah ikatan pernikahan dan juga cinta.Sampai aku bertemu dengan seorang billionaire, pria tampan dan beristri, Jashon Klein.Pria yang memberikan penawaran gila...Bagaimana tidak gila?? Dia menawariku menjadi ibu dari anaknya, sedangkan dia su
Chapter 1My StoryNote: Sebelum membaca, aku cuma mau kasih Warning, kalau cerita ini diperuntukkan bagi mereka yang sudah dewasa. Range age: 20 tahun ke atas.Namaku Kanaya Abigail Ricard, kalian bisa memanggilku Naya, Kana, atau Nay. Tapi orang terdekatku biasa memanggilku cukup Nay, aku lahir di New York. Aku dibesarkan kedua orangtuaku dalam lingkungan yang sangat baik.Aku menghabiskan masa kecilku seperti anak-anak kebanyakan di kota besar itu. Aku pun menempuh pendidikanku di sekolah yang tidak begitu jauh dari tempat kediaman kedua orang tuaku. Tapi kemudian setelah menyelesaikan Sekolah Menengah Atas, aku mengikuti program student mobility atau istilahnya pertukaran siswa yang kemudian aku pun ditransfer ke Jakarta Indonesia, tepatnya di Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Indonesia.Indonesia, Negara yang begit
Chapter 2SelingkuhWarning!Range age: 20 tahun ke atasHari ini adalah hari terburukku. Padahal pagi tadi aku masih merasa jadi istri dan ibu yang paling bahagia, karena bahagiaku itu sederhana, cukup bisa berkumpul dengan suami dan putra putriku tercinta. Tapi setelah melihat sendiri perselingkuhan suamiku, aku jadi bertanya, sejak kapan semua ini terjadi?Selama dua belas tahun pernikahan kami, aku sudah memberikan semua yang kupunya untuk mempertahankan rumah tangga kami. Bahkan aku mengalah untuk tidak bekerja karena mas Aby bilang dia sanggup memenuhi semua kebutuhan kami, dan tugasku hanya menjadi ibu rumah tangga. Dan akupun tidak pernah mengeluh. Semua aku terima dengan ikhlas. Tapi kenapa ini balasannya untukku?Saat ini aku dan Angela ada di rumah makan elit di Jakarta. Bahkan suami busukku itu tidak pernah mengajakku kesini, tapi malah d
Chapter 3PerceraianRange age: 20 tahun ke atas“Woow... jadi ini yang kamu bilang ada dinas keluar kota. Jadi selama beberapa hari ini kamu bermalam dengannya. Tapi kamu gak usah terburu-buru, karena mulai sekarang aku mengijinkanmu tinggal se-la-ma-nya de-ngan-nya karena kita akan ber-ce-rai...,”ucapku penuh penekanan. Wajah suamiku yang tadinya penuh kebahagiaan berubah seketika menjadi pucat pasi....“Karena sebentar lagi kita akan bercerai, kamu bisa sepuasnya bercumbu... berbelanja, makan malam romantis di rumah makan bintang lima dengan kekasihmu itu, kapanpun kamu mau tanpa harus berbohong padaku... semua setelah perceraian kita....”Belum selesai aku berbicara, lelaki brengsek itu mendekatiku. Entah sejak kapan pakaiannya sudah dikenakannya lagi walau masih kelihatan kusut.“Stooop... jangan mendekat. Tidak sudi tangan d
Kanaya pov Jantungku berdetak kencang, rasa gugup ini kucoba hilangkan dari perasaanku. Tapi aku tidak bisa membohongi diriku sendiri kalau aku sedang gelisah. Saat ini aku sedang berjalan mondar mandir, dengan perasaan cemas ... apa yang terjadi? batinku lirih, aku masih bingung. Malam ini untuk pertama kalinya dalam hidupku aku harus menyerahkan tubuhku pada lelaki yang membeliku. Aku merasa sangat hina. Sebentar lagi aku akan menjadi wanita jalang. Di tengah kebingunganku tiba-tiba pintu apartemen terbuka. Pasti itu bosku pikirku. Dia khan juga punya kunci apartemen ini. Dan sesuai dengan dugaanku di pintu tampak lelaki gagah nan tampan mempesona. Kalau aku sedang tidak berada dalam kondisi sekarang, pastinya aku akan terpesona. Tapi untuk sekarang aku menatapnya gentar. Apa aku batalkan saja ya perjanjiannya. “Jangan pernah berfikir untuk membatalkan perjanjian kita, karena yang berhak membatalkannya cuma aku. Kamu pasti tau konsekuenasinya kalau melanggar pe
Hari baru, awal baru... itulah yang harus dilakukan Kanaya. Tidak perduli sekeras apapun yang harus dilaluinya, kehidupan harus tetap berjalan. Walau harus merendahkan harga dirinya. Ya... dia tidak pernah membayangkan untuk mendapatkan pekerjaan, dia harus menjadi pelacur buat bosnya. Apalagi panggilan yang cocok untuknya... sinisnya pada diri sendiri.Bahkan dia harus menyiapkan mental untuk menghadapi bos barunya yang datar itu. Bahkan dia tidak bisa membayangkan bagaimana dia akan bisa hamil... Tanpa status, tanpa pernikahan, tanpa suami...Entah seperti apa nanti jalan hidupnya. Tapi dia sadar sepertinya hidupnya tidak akan sama lagi setelah ini. Semoga dia tidak menyesal nantinya...Dia tiba di kantor LV tepat waktu. Ya, pria itu menghubungiku semalam, entah dari mana dia mendapatkan nomer handphoneku, dia mengabariku supaya datang ke Kantor LV, bukan di Daltron Group. Kanaya tidak mau di cap tidak profesional, makanya dia tidak akan terlambat di hari pertama
“Kamu harus mau mengandung anakku,” ujarnya tanpa ekspresi ataupun berdosa seakan yang telah diucapkannya itu hanya soal upil..What ???Mendengar CEO itu mengatakan hal barusan seperti mendengar petir disiang bolong. Tapi lihatlah kelakuannya, setelah melempar bom dia seakan tidak merasa bersalah...Apa aku yang salah dengar ya ?Kupandangi wajahnya mencari kebohongan, apa orang ini mengerjaiku?Wajahnya masih sedatar tembok di belakangku, apa dia mengigau?Kenapa?Kenapa aku?Ayolah... apa ini April mop?Ini bulan Mei...Aku masih terpaku, kehilangan kata-kata...Si tampan nan gagah memintaku jadi ibu anaknya?Apa ini lamaran?Wajahku memerah...“Bapak melamar saya?” pertanyaan bodohku keluar begitu saja tanpa bisa kucegah... bodoh!!Dan gantian dia yang terpana!! Stupid... idiot... kamu salah paham, batinku.“Saya sa
Pagi yang cerah bagi Kanaya. Dia sudah rapi dengan setelan baju kerja yang melekat ditubuh indahnya. Karena udara di luar sangatlah dingin, dia memakai mantel bulu warna hitam dan slayer warna hijau semakin membuatnya terlihat mempesona.Dengan semangat yang membara dia memulai harinya, berharap semua akan lancar dan akan baik- baik saja. Setelah merasa cukup dengan penampilan dan persiapannya pun selesai, Kanaya bergegas berpamitan dengan Aunty dan Unclenya menuju ketempat dimana dia akan mencoba memulai peruntungannya untuk bekerja demi hidup yang lebih baik...Kanaya dijemput mobil berlogo kuda, mobil berwarna silver itu melaju dengan lancar membelah keramaian kota New York.Mobil berhenti di sebuah kantor yang familiar baginya, Kantor Utama Dengan tulisan Daltron group, kenapa aku bisa kesini lagi, bukannya Julia bilang big bossnya... atau yang punya Daltron jadi big bossku...Sopir itu lagi-lagi membukakan pintuku dengan sopan, aku turun menuju meja rese
Sudah seminggu lebih aku mengikuti Fashion Show around Europe. Disana berkumpul para desainer berbakat dunia, bahkan Indonesia juga mengirim perwakilannya, ini seperti wadah mereka untuk berekspresi, banyak dari mereka memilih desain yang antimainstream, bahan yang tidak biasa hanya untuk menampilkan ide kreatif mereka.Dua hari ini aku di Paris, kali ini banyak brand internasional yang berpartisipasi, bahkan brand pakaian dalam wanita Victoria Secret menjadi primadona disini.Dan finalnya hari ini, semua tampak sibuk dari kemarin, bahkan aku yang hanya jadi make up artis dari Gigi juga dibikin kewalahan, karena cuaca yang panas disini membuat para artis lebih sering berkeringat, dan sudah tugas kami memastikan penampilan mereka tanpa cela.Malam harinya usai pertunjukan kami menghabiskan malam bersama, tapi kami terbagi dua ada yang lebih memilih ke club dan ada yang ke karaoke hanya sekedar hang out bersama, dan aku masuk di kelompok kedua, aku tidak suka k
Sudah seminggu dari kejadian ciuman itu, aku tidak mendengar atau melihat Billionaire itu, Jashon Klein gumamku.Seperti yang Gigi katakan, saat ini aku dalam perjalanan keliling Eropa, selaku make up artis Gigi, aku bisa merasakam trip gratis, bonus bertemu orang penting.Banyak pihak yang ikut andil di dalamnya, aku hanya berharap tidak bertemu dengan billionaire yang kurang ajar itu.Tujuan pertama kami adalah Swiss, Salah satu tempat favoritku, banyak bangunan bersejarah di sana, bangunan bangunan cantik bak kerajaan kerajaan di buku buku cerita, Dan jangan lupakan Pegunungan alpen, ada juga danau Jenewa, danau terbesar di Eropa, oh aku ingin sekali menyewa yacht dan melakukan beberapa kegiatan lainnya seperti berenang di Bains de Paquis atau sekedar bersantai di salah satu taman di tepi danau atau kafe terdekat, Ada juga Chillon Castle, terdapat di kota Montreux yang dibangun pada pertengahan abad ke 12 dan kemudian mengalami renovasi pads abad
Hari pertama aku terbangun di kota New York setelah sekian lama kutinggalkan, musim panas kali ini, tak cukup membuatku kegerahan, bahkan disini masih terasa dingin di pagi hari, aku beruntung orang tuaku memiliki rumah yang agak di pinggir kota, suasananya masih alami, di halaman rumahku ditumbuhi banyak pohon rindang.Matahari menembus jendela kamarku, membuat silau pandanganku, bergegas aku bangkit menuju kamar mandi, dan memulai hariku.Oh, jadwalku sangat padat hari ini. Bertemu dengan Julia dan memasukkan beberapa lamaran kerja lainnya.Paling tidak aku harus mengalihkan pikiranku, setidaknya jika aku menyibukkan diri aku bisa melupakan kesedihanku.Kulangkahkan kakiku ke arah meja makan, disana ternyata sudah ada aunty dan uncleku, mereka tersenyum ramah padaku,“Ayo kita sarapan, Aunty memasakkan sarapan Kesukaanmu sweetheart, lasagna keju,” serunya gembira, kegembiraannya menulariku.“Owahh, aku rindu sekali lasagna keju bikinan mom dan a
#Percakapan dalam bahasa inggris ya#Setelah beberapa jam duduk di pesawat, akhirnya sampai juga di kota kelahiranku, New York City. Ah... lama sekali rasanya sejak terakhir kali aku juga berada disini untuk ke Indonesia, dan baru kali ini aku tiba disini lagi setelah belasan tahun aku memutuskan untuk menetap di Indonesia. Bahkan saat kematian kedua orantuaku, aku tidak bisa hadir, karena mas Aby tidak mengizinkanku. Oooh... sekarang baru kurasakan kenapa dulu kedua orangtuaku menentang pernikahan kami. Karena mereka bisa tau kalau lelaki yang akan menjadi suamiku adalah orang yang brengsek. Maafkan anak durhaka ini Mom... Dad...Karena asyik dalam kenanganku, aku jadi tidak konsentrasi dengan jalanku hingga aku menabrak seseorang yang juga sibuk dengan hapenya.“Sorry,” ucapku cepat. Aku tidak mau mencari masalah di hari pertamaku tiba disini. Dia Cuma mengangguk. Kuperhatikan dia dari atas hingga ke bawah. Satu kata buatnya ‘perfecto’.
Hari berganti pagi. Sinar matahari mulai memasuki kamar yang kutempati, tapi aku masih bergelung dibalik selimut. Ah rasanya malas sekali melakukan aktivitas apapun. Aku telah kehilangan segalanya. Tidak ada lagi yang bisa membuatku untuk bersemangat dalam memulai hari. Semua terasa kosong.Tok... Tok... Tok...Bunyi ketukan pintu di kamar yang kutempati, menyadarkanku dari lamunan. Akupun menoleh kearah pintu. Disana sudah berdiri Angela. Kuangkat alisku seraya bertanya “apa ?” dan sepertinya dia mengerti.“Ada Aby di depan,” menjawab arti tatapanku...“Aby...? pagi sekali,” sahutku bingung. Kemarin orangtuanya yang datang, sekarang si brengsek itu, apalagi maunya setelah semua yang dia lakukan... bathinku.Akupun bangkit menuju kamar mandi. Kusempatkan mandi dan mengosok gigi. Aku tidak perduli kalau dia menungguku atau tidak. Tapi ada sedikit rasa penasaran dalam hatiku, kira-kira apa yang dia inginkan sepagi ini..?Setelah mandi dan merapikan