Chapter 3
Range age: 20 tahun ke atas
“Woow... jadi ini yang kamu bilang ada dinas keluar kota. Jadi selama beberapa hari ini kamu bermalam dengannya. Tapi kamu gak usah terburu-buru, karena mulai sekarang aku mengijinkanmu tinggal se-la-ma-nya de-ngan-nya karena kita akan ber-ce-rai...,”ucapku penuh penekanan. Wajah suamiku yang tadinya penuh kebahagiaan berubah seketika menjadi pucat pasi....
“Karena sebentar lagi kita akan bercerai, kamu bisa sepuasnya bercumbu... berbelanja, makan malam romantis di rumah makan bintang lima dengan kekasihmu itu, kapanpun kamu mau tanpa harus berbohong padaku... semua setelah perceraian kita....”
Belum selesai aku berbicara, lelaki brengsek itu mendekatiku. Entah sejak kapan pakaiannya sudah dikenakannya lagi walau masih kelihatan kusut.
“Stooop... jangan mendekat. Tidak sudi tangan dan tubuh menjijikkanmu itu menyentuhku. Jangan memberi alasan apapun karena percuma aku tidak akan percaya... aku sudah melihat semua, mulai kalian dengan tidak tau malunya bercumbu di mall dan tadi seperti yang kau tau, aku melihatmu mulai masuk rumah makan ini, lalu masuk privat room ini... dan ya, aku sudah merekamnya... jadi kita bercerai dan hak asuh anak-anak aku minta... selesai... kita bertemu di pengadilan saja,” kataku final tak mau dibantah.
Secepatnya aku pergi dari hadapan mereka. Kulihat Angela menatapku dan ikut beranjak dari tempatnya duduk dan memelukku.
“Semuanya berakhir njel... dua belas tahun berakhir sia-sia. Semuanya tidak berarti baginya... kami akan cerai... aku berharap hak asuh anak-anak ada padaku.” Air mata yng kutahan tidak bisa kubendung lagi. Pertahananku jebol sudah.
“Semua pasti ada hikmahnya Nay, lo pasti kuat. Gue selalu ada buat lo... ya... ini pasti yang terbaik buat lo.” Angela terus mengusap kepalaku.
Kami berdua menangis tersedu-sedu dirumah makan elit ini. Semua mata memandang kami. Begitupun dua pasang mata manusia brengsek itu juga. Tidak! aku tidak boleh lemah...seorang Kanaya Abigail Richard bukanlah wanita lemah.
***
Setibanya di rumah kuhampiri kamar anak tertuaku. Dia sudah tidur. Kukecup keningnya dan kurapikan selimutnya.
”Maafkan mama sayang, mama harus mengambil keputusan pahit ini. Mama harus berpisah dari papa kalian karena mama sudah tidak bisa lagi menerima apa yang sudah dia lakukan terhadap mama.”
Kurasa Daffa putraku ini cukup bisa mengerti dan cukup bijak jika kuceritakan kejadiannya, karena usianya yang kesebelas tahun kemarin. Tapi bagaimana dengan Bella yang masih sembilan tahun bulan ini? Tapi ini sudah menjadi keputusan finalku...
Kumasuki kamar putri kecilku, dia nampak nyenyak sekali tidur dengan memeluk boneka teddynya... kukecup keningnya dengan sayang.
Kubaringkan tubuhku di samping puteri kecilku. Biar malam ini aku tidur disini. Aku tidak sanggup tidur di kamarku. Kamar itu seperti neraka buatku sekarang. Kupejamkan mataku, kucoba menghilangkan bayangan tubuh suamiku yang menghentak wanita itu dan desahan mereka yang membuatku gila... karena kelelahan, entah jam berapa aku baru bisa memejamkan mataku.
Begitulah, setelah kejadian menjijikkan itu, akupun segera mempersiapkan segala sesuatu untuk mengajukan proses perceraian. Yang saat itu ada di pikiranku adalah segera berpisah dari laki-laki pengkhianat itu. Dia mencoba mengajakku berbicara, Begitupun keluarganya tapi tekadku sudah kuat. Aku sudah tidak kuat untuk melihatnya lagi. Rasa jijikku sudah menghapus semua rasa cinta dan sayang yang selama ini kuberikan kepadanya.
Begitu semua yang diperlukan sudah siap, segera kuajukan tuntutan ceraikan ke pengadilan agama. Tentu saja bukti-bukti rekaman yang kubuat pada saat suamiku mengkhianatiku di restoran itu juga kulampirkan agar proses perceraian ini bisa berlangsung cepat dan hak asuh anak-anak dapat kuperoleh.
Tapi harapan tinggal harapan. Apa yang kurencanakan tidak berjalan mulus. Proses perceraian pun berlangsung alot. Baik aku atau mas Aby menginginkan hak asuh anak-anak kami. Bagaimana bisa aku membiarkan anak-anakku diasuh wanita lain... tidak....
Tetapi sebagai manusia aku hanya berusaha, aku sudah mengatakan kebenaran perselingkuhan suamiku. Bahkan dengan bukti foto kemesraan mereka sampai rekaman perbuatan tercela suamiku, tetap saja dengan kekuasaan dan saksi yang entah kebohongan apa yang mereka katakan dan bagaimana mereka memutar balikkan fakta. Orang-orang yang kuhormati seperti mertuaku, tetanggaku bahkan pegawai di rumah serta pegawai di kantor suamiku bisa mengatakan fitnah yang begitu keji tentangku. Aku yang selama ini berusaha menjadi istri dan ibu yang baik buat suami dan kedua putra putriku, di persidangan berubah menjadi istri egois, pencemburu, otoriter, emosional dan Ibu yang memberi pengaruh buruk buat kedua buah hatiku.
Ibu yang selalu berkata kasar, bertindak kasar dan emosional...
Bagaimana kebohongan itu bisa keluar dari mulut orang yang kuhormati dan kusegani seperti mereka. Tidak cukup dengan itu, mereka dengan tidak berperasaan membawa buah hatiku untuk melawanku, ibu mereka, yang sudah mengandung, melahirkan, menyusui, dan membesarkan mereka penuh dengan kasih sayang.
Bisa kulihat anakku ingin menangis waktu dia mengatakan ingin ikut papa mereka aja karena mereka takut padaku. Aku tidak membenci mereka. Aku yakin mereka hanya menuruti apa kata papa mereka. Sebagai ibu mereka, aku tidak boleh semakin membuat mereka bingung. Akhirnya kuterima hasil keputusan dari pengadilan agama yang menyatakan aku Kanaya Abigail Richard dan suamiku sah bercerai secara agama dan negara, serta hak asuh anak-anak jatuh ketangan suamiku. Meski betapa besar keberatanku akan hasil ini, tapi apa dayaku. Inilah hari kehilangan terbesar dalam hidupku. Aku hanya hamba yang tidak berdaya. Tuhan mengambil semuanya, tidak ada yg tersisa dalam kehidupanku...
Dengan langkah gontai aku meninggalkan pengadilan agama. Hanya ditemani Angela yang begitu setia mendampingiku dari awal persidangan sampai hari terakhir ini... sebagai sahabat terbaikku, dia selalu ada untukku. Tidak kuhiraukan tatapan penyesalan dari para saksi yang sudah memfitnahku, tak kuhiraukan panggilan mertuaku, bahkan anak-anakku.
Sebelum kakiku melangkah, kubalikkan badanku, kupandangi semua wajah wajah orang orang biadab di depanku itu, ada bik Sri pembantu setiaku, dia menatapku dengan tatapan penuh penyesalannya, aku tersenyum sinis padanya, aku sudah menganggapnya seperti ibuku sendiri, tapi dia...
Tatapanku kualihkan pada Pak Somad tukang kebun di rumahku, Dia cacat, kakinya cuma satu akibat kecelakaan kereta api, tidak ada yang sudi menerimanya bekerja, dia meminta pekerjaan padaku, dan karena kasihan aku menerimanya bekerja, dan ini balasannya padaku, aku cuma bisa tertawa mengejek diriku sendiri.
Ada Bu Erni, tetanggaku yang tadi dengan sangat meyakinkan menyatakan bahwa dia sering mendapatiku menganiaya kedua buah hatiku, dia juga mengaku sering melihatku membawa masuk pria lain ke rumah bahkan menginap, aish... dasar wanita tak tau diri, kalau bukan aku yang meminjami uang dia untuk biaya operasi Pak Thomas suaminya karena serangan Jantung, aku juga yang mengantarnya ke rumah sakit, karena di Jakarta dia baru pindah dan tidak akrab dengan tetangga kanan kiri, dia juga memohon padaku saat anaknya terlibat masalah dengan polisi, dan akulah yang membantunya. Ingatkan aku untuk tidak terlalu baik pada orang lain, lihatlah balasan kebaikanku padanya dia bahkan tega memfitnahku, telunjukku mengarah padanya, dia kelihatan pucat pasi, tapi percuma kan jika aku mengamuk sekarang... toh hak asuh anak juga sudah jatuh pada suami laknatku...
Kenapa orang-orang yang pernah kubantu malah membalas dengan perbuatan mereka yang tidak mengenal rasa kasihan??
Kulihat suamiku... maksudku mantan suamiku, dia menatapku penuh kemenangan, kemana mas Aby suamiku yang sangat mencintaiku, dia sudah berubah!!
Masih kuingat dengan jelas, rasanya baru kemarin aku mengenalnya, saling jatuh cinta, saat-saat yang membahagiakan bagi kami, apa dia lupa dengan momen kami berdua, saat pertama kami saling bertatapan mata, dinner romantis pertama, ciuman pertama kami, gairah pertama kami.
Dia mengajarkanku tentang cinta, kasih sayang, perjuangan dalam membangun rumah tangga, tapi dia juga yang mengajarkanku tentang pengkhianatan, dan sakit hati..
Tak mau hatiku semakin terbakar amarah, aku membalikkan badanku tanpa menengok ke arah para pembohong di sana.
Tapi aku tidak akan pernah melupakan siapa siapa yang sudah menikamku dari belakang.
Bagiku... sekarang aku hanya sendirian... benar-benar sendirian....
Aku sudah sebatang kara, sejak kematian kedua orang tuaku beberapa saat setelah sebulan pernikahanku, mereka sangat khawatir dengan kondisiku, itulah yang memicu sakit ayahku, beliau terkena serangan jantung, dan tak lama beliaupun meninggal disusul ibuku, yang sedih karena kematian ayahku, beliau akhirnya menyusul ayahku ke syurga.
Kini tanpa orang tua, tanpa suami, tanpa anak anak...
Kemana kehidupan sempurnaku sebulan yang lalu..?
Semua sirna karena sebuah perselingkuhan.
Sebuah kebohongan.
Air mataku terus mengalir tanpa bisa kucegah. Angela menuntunku ke mobilnya. Entah kemana dia akan membawaku...
Aku tidak perduli...
Hidupku kosong...
Hampa...
>>Bersambung>>
Bagiku waktu seakan-akan berhenti. Yang kuingat hanya kata-kata yang mereka ucapkan tentangku di pengadilan. Kata-kata yang memojokkanku. Terus terngiang di telingaku. Kenapa mereka melakukannya padaku, apa salahku, itu yang selalu kutanyakan pada diriku sendiri, apa yang kurang dariku?Masih kurasakan Angela bergerak dalam tidurnya disampingku. Ya, selama dua hari ini yang kulakukan hanya menatap langit kamar dengan pandangan kosongku.Bahkan aku tidak punya keinginan untuk makan atau tidur, entah kemana rasa laparku, kemana juga kantukku... hanya sakit di dadaku yang kurasakan. Bukan karena perceraianku, atau perselingkuhan si brengsek itu, tapi rasa sakit itu kurasakan karena fitnah yang mereka ucapkan tentangku. Apakah memang seburuk itukah diriku dimata mereka. Juga mengenai hak asuh anak anakku yang jatuh ke tangan Mantan suamiku.Aku bisa merasakan kantung mataku yang membesar, mungkin ada lingkaran hitam menyerupai mata panda, tapi tak kuhi
Hari berganti pagi. Sinar matahari mulai memasuki kamar yang kutempati, tapi aku masih bergelung dibalik selimut. Ah rasanya malas sekali melakukan aktivitas apapun. Aku telah kehilangan segalanya. Tidak ada lagi yang bisa membuatku untuk bersemangat dalam memulai hari. Semua terasa kosong.Tok... Tok... Tok...Bunyi ketukan pintu di kamar yang kutempati, menyadarkanku dari lamunan. Akupun menoleh kearah pintu. Disana sudah berdiri Angela. Kuangkat alisku seraya bertanya “apa ?” dan sepertinya dia mengerti.“Ada Aby di depan,” menjawab arti tatapanku...“Aby...? pagi sekali,” sahutku bingung. Kemarin orangtuanya yang datang, sekarang si brengsek itu, apalagi maunya setelah semua yang dia lakukan... bathinku.Akupun bangkit menuju kamar mandi. Kusempatkan mandi dan mengosok gigi. Aku tidak perduli kalau dia menungguku atau tidak. Tapi ada sedikit rasa penasaran dalam hatiku, kira-kira apa yang dia inginkan sepagi ini..?Setelah mandi dan merapikan
#Percakapan dalam bahasa inggris ya#Setelah beberapa jam duduk di pesawat, akhirnya sampai juga di kota kelahiranku, New York City. Ah... lama sekali rasanya sejak terakhir kali aku juga berada disini untuk ke Indonesia, dan baru kali ini aku tiba disini lagi setelah belasan tahun aku memutuskan untuk menetap di Indonesia. Bahkan saat kematian kedua orantuaku, aku tidak bisa hadir, karena mas Aby tidak mengizinkanku. Oooh... sekarang baru kurasakan kenapa dulu kedua orangtuaku menentang pernikahan kami. Karena mereka bisa tau kalau lelaki yang akan menjadi suamiku adalah orang yang brengsek. Maafkan anak durhaka ini Mom... Dad...Karena asyik dalam kenanganku, aku jadi tidak konsentrasi dengan jalanku hingga aku menabrak seseorang yang juga sibuk dengan hapenya.“Sorry,” ucapku cepat. Aku tidak mau mencari masalah di hari pertamaku tiba disini. Dia Cuma mengangguk. Kuperhatikan dia dari atas hingga ke bawah. Satu kata buatnya ‘perfecto’.
Hari pertama aku terbangun di kota New York setelah sekian lama kutinggalkan, musim panas kali ini, tak cukup membuatku kegerahan, bahkan disini masih terasa dingin di pagi hari, aku beruntung orang tuaku memiliki rumah yang agak di pinggir kota, suasananya masih alami, di halaman rumahku ditumbuhi banyak pohon rindang.Matahari menembus jendela kamarku, membuat silau pandanganku, bergegas aku bangkit menuju kamar mandi, dan memulai hariku.Oh, jadwalku sangat padat hari ini. Bertemu dengan Julia dan memasukkan beberapa lamaran kerja lainnya.Paling tidak aku harus mengalihkan pikiranku, setidaknya jika aku menyibukkan diri aku bisa melupakan kesedihanku.Kulangkahkan kakiku ke arah meja makan, disana ternyata sudah ada aunty dan uncleku, mereka tersenyum ramah padaku,“Ayo kita sarapan, Aunty memasakkan sarapan Kesukaanmu sweetheart, lasagna keju,” serunya gembira, kegembiraannya menulariku.“Owahh, aku rindu sekali lasagna keju bikinan mom dan a
Sudah seminggu dari kejadian ciuman itu, aku tidak mendengar atau melihat Billionaire itu, Jashon Klein gumamku.Seperti yang Gigi katakan, saat ini aku dalam perjalanan keliling Eropa, selaku make up artis Gigi, aku bisa merasakam trip gratis, bonus bertemu orang penting.Banyak pihak yang ikut andil di dalamnya, aku hanya berharap tidak bertemu dengan billionaire yang kurang ajar itu.Tujuan pertama kami adalah Swiss, Salah satu tempat favoritku, banyak bangunan bersejarah di sana, bangunan bangunan cantik bak kerajaan kerajaan di buku buku cerita, Dan jangan lupakan Pegunungan alpen, ada juga danau Jenewa, danau terbesar di Eropa, oh aku ingin sekali menyewa yacht dan melakukan beberapa kegiatan lainnya seperti berenang di Bains de Paquis atau sekedar bersantai di salah satu taman di tepi danau atau kafe terdekat, Ada juga Chillon Castle, terdapat di kota Montreux yang dibangun pada pertengahan abad ke 12 dan kemudian mengalami renovasi pads abad
Sudah seminggu lebih aku mengikuti Fashion Show around Europe. Disana berkumpul para desainer berbakat dunia, bahkan Indonesia juga mengirim perwakilannya, ini seperti wadah mereka untuk berekspresi, banyak dari mereka memilih desain yang antimainstream, bahan yang tidak biasa hanya untuk menampilkan ide kreatif mereka.Dua hari ini aku di Paris, kali ini banyak brand internasional yang berpartisipasi, bahkan brand pakaian dalam wanita Victoria Secret menjadi primadona disini.Dan finalnya hari ini, semua tampak sibuk dari kemarin, bahkan aku yang hanya jadi make up artis dari Gigi juga dibikin kewalahan, karena cuaca yang panas disini membuat para artis lebih sering berkeringat, dan sudah tugas kami memastikan penampilan mereka tanpa cela.Malam harinya usai pertunjukan kami menghabiskan malam bersama, tapi kami terbagi dua ada yang lebih memilih ke club dan ada yang ke karaoke hanya sekedar hang out bersama, dan aku masuk di kelompok kedua, aku tidak suka k
Pagi yang cerah bagi Kanaya. Dia sudah rapi dengan setelan baju kerja yang melekat ditubuh indahnya. Karena udara di luar sangatlah dingin, dia memakai mantel bulu warna hitam dan slayer warna hijau semakin membuatnya terlihat mempesona.Dengan semangat yang membara dia memulai harinya, berharap semua akan lancar dan akan baik- baik saja. Setelah merasa cukup dengan penampilan dan persiapannya pun selesai, Kanaya bergegas berpamitan dengan Aunty dan Unclenya menuju ketempat dimana dia akan mencoba memulai peruntungannya untuk bekerja demi hidup yang lebih baik...Kanaya dijemput mobil berlogo kuda, mobil berwarna silver itu melaju dengan lancar membelah keramaian kota New York.Mobil berhenti di sebuah kantor yang familiar baginya, Kantor Utama Dengan tulisan Daltron group, kenapa aku bisa kesini lagi, bukannya Julia bilang big bossnya... atau yang punya Daltron jadi big bossku...Sopir itu lagi-lagi membukakan pintuku dengan sopan, aku turun menuju meja rese
“Kamu harus mau mengandung anakku,” ujarnya tanpa ekspresi ataupun berdosa seakan yang telah diucapkannya itu hanya soal upil..What ???Mendengar CEO itu mengatakan hal barusan seperti mendengar petir disiang bolong. Tapi lihatlah kelakuannya, setelah melempar bom dia seakan tidak merasa bersalah...Apa aku yang salah dengar ya ?Kupandangi wajahnya mencari kebohongan, apa orang ini mengerjaiku?Wajahnya masih sedatar tembok di belakangku, apa dia mengigau?Kenapa?Kenapa aku?Ayolah... apa ini April mop?Ini bulan Mei...Aku masih terpaku, kehilangan kata-kata...Si tampan nan gagah memintaku jadi ibu anaknya?Apa ini lamaran?Wajahku memerah...“Bapak melamar saya?” pertanyaan bodohku keluar begitu saja tanpa bisa kucegah... bodoh!!Dan gantian dia yang terpana!! Stupid... idiot... kamu salah paham, batinku.“Saya sa
Kanaya pov Jantungku berdetak kencang, rasa gugup ini kucoba hilangkan dari perasaanku. Tapi aku tidak bisa membohongi diriku sendiri kalau aku sedang gelisah. Saat ini aku sedang berjalan mondar mandir, dengan perasaan cemas ... apa yang terjadi? batinku lirih, aku masih bingung. Malam ini untuk pertama kalinya dalam hidupku aku harus menyerahkan tubuhku pada lelaki yang membeliku. Aku merasa sangat hina. Sebentar lagi aku akan menjadi wanita jalang. Di tengah kebingunganku tiba-tiba pintu apartemen terbuka. Pasti itu bosku pikirku. Dia khan juga punya kunci apartemen ini. Dan sesuai dengan dugaanku di pintu tampak lelaki gagah nan tampan mempesona. Kalau aku sedang tidak berada dalam kondisi sekarang, pastinya aku akan terpesona. Tapi untuk sekarang aku menatapnya gentar. Apa aku batalkan saja ya perjanjiannya. “Jangan pernah berfikir untuk membatalkan perjanjian kita, karena yang berhak membatalkannya cuma aku. Kamu pasti tau konsekuenasinya kalau melanggar pe
Hari baru, awal baru... itulah yang harus dilakukan Kanaya. Tidak perduli sekeras apapun yang harus dilaluinya, kehidupan harus tetap berjalan. Walau harus merendahkan harga dirinya. Ya... dia tidak pernah membayangkan untuk mendapatkan pekerjaan, dia harus menjadi pelacur buat bosnya. Apalagi panggilan yang cocok untuknya... sinisnya pada diri sendiri.Bahkan dia harus menyiapkan mental untuk menghadapi bos barunya yang datar itu. Bahkan dia tidak bisa membayangkan bagaimana dia akan bisa hamil... Tanpa status, tanpa pernikahan, tanpa suami...Entah seperti apa nanti jalan hidupnya. Tapi dia sadar sepertinya hidupnya tidak akan sama lagi setelah ini. Semoga dia tidak menyesal nantinya...Dia tiba di kantor LV tepat waktu. Ya, pria itu menghubungiku semalam, entah dari mana dia mendapatkan nomer handphoneku, dia mengabariku supaya datang ke Kantor LV, bukan di Daltron Group. Kanaya tidak mau di cap tidak profesional, makanya dia tidak akan terlambat di hari pertama
“Kamu harus mau mengandung anakku,” ujarnya tanpa ekspresi ataupun berdosa seakan yang telah diucapkannya itu hanya soal upil..What ???Mendengar CEO itu mengatakan hal barusan seperti mendengar petir disiang bolong. Tapi lihatlah kelakuannya, setelah melempar bom dia seakan tidak merasa bersalah...Apa aku yang salah dengar ya ?Kupandangi wajahnya mencari kebohongan, apa orang ini mengerjaiku?Wajahnya masih sedatar tembok di belakangku, apa dia mengigau?Kenapa?Kenapa aku?Ayolah... apa ini April mop?Ini bulan Mei...Aku masih terpaku, kehilangan kata-kata...Si tampan nan gagah memintaku jadi ibu anaknya?Apa ini lamaran?Wajahku memerah...“Bapak melamar saya?” pertanyaan bodohku keluar begitu saja tanpa bisa kucegah... bodoh!!Dan gantian dia yang terpana!! Stupid... idiot... kamu salah paham, batinku.“Saya sa
Pagi yang cerah bagi Kanaya. Dia sudah rapi dengan setelan baju kerja yang melekat ditubuh indahnya. Karena udara di luar sangatlah dingin, dia memakai mantel bulu warna hitam dan slayer warna hijau semakin membuatnya terlihat mempesona.Dengan semangat yang membara dia memulai harinya, berharap semua akan lancar dan akan baik- baik saja. Setelah merasa cukup dengan penampilan dan persiapannya pun selesai, Kanaya bergegas berpamitan dengan Aunty dan Unclenya menuju ketempat dimana dia akan mencoba memulai peruntungannya untuk bekerja demi hidup yang lebih baik...Kanaya dijemput mobil berlogo kuda, mobil berwarna silver itu melaju dengan lancar membelah keramaian kota New York.Mobil berhenti di sebuah kantor yang familiar baginya, Kantor Utama Dengan tulisan Daltron group, kenapa aku bisa kesini lagi, bukannya Julia bilang big bossnya... atau yang punya Daltron jadi big bossku...Sopir itu lagi-lagi membukakan pintuku dengan sopan, aku turun menuju meja rese
Sudah seminggu lebih aku mengikuti Fashion Show around Europe. Disana berkumpul para desainer berbakat dunia, bahkan Indonesia juga mengirim perwakilannya, ini seperti wadah mereka untuk berekspresi, banyak dari mereka memilih desain yang antimainstream, bahan yang tidak biasa hanya untuk menampilkan ide kreatif mereka.Dua hari ini aku di Paris, kali ini banyak brand internasional yang berpartisipasi, bahkan brand pakaian dalam wanita Victoria Secret menjadi primadona disini.Dan finalnya hari ini, semua tampak sibuk dari kemarin, bahkan aku yang hanya jadi make up artis dari Gigi juga dibikin kewalahan, karena cuaca yang panas disini membuat para artis lebih sering berkeringat, dan sudah tugas kami memastikan penampilan mereka tanpa cela.Malam harinya usai pertunjukan kami menghabiskan malam bersama, tapi kami terbagi dua ada yang lebih memilih ke club dan ada yang ke karaoke hanya sekedar hang out bersama, dan aku masuk di kelompok kedua, aku tidak suka k
Sudah seminggu dari kejadian ciuman itu, aku tidak mendengar atau melihat Billionaire itu, Jashon Klein gumamku.Seperti yang Gigi katakan, saat ini aku dalam perjalanan keliling Eropa, selaku make up artis Gigi, aku bisa merasakam trip gratis, bonus bertemu orang penting.Banyak pihak yang ikut andil di dalamnya, aku hanya berharap tidak bertemu dengan billionaire yang kurang ajar itu.Tujuan pertama kami adalah Swiss, Salah satu tempat favoritku, banyak bangunan bersejarah di sana, bangunan bangunan cantik bak kerajaan kerajaan di buku buku cerita, Dan jangan lupakan Pegunungan alpen, ada juga danau Jenewa, danau terbesar di Eropa, oh aku ingin sekali menyewa yacht dan melakukan beberapa kegiatan lainnya seperti berenang di Bains de Paquis atau sekedar bersantai di salah satu taman di tepi danau atau kafe terdekat, Ada juga Chillon Castle, terdapat di kota Montreux yang dibangun pada pertengahan abad ke 12 dan kemudian mengalami renovasi pads abad
Hari pertama aku terbangun di kota New York setelah sekian lama kutinggalkan, musim panas kali ini, tak cukup membuatku kegerahan, bahkan disini masih terasa dingin di pagi hari, aku beruntung orang tuaku memiliki rumah yang agak di pinggir kota, suasananya masih alami, di halaman rumahku ditumbuhi banyak pohon rindang.Matahari menembus jendela kamarku, membuat silau pandanganku, bergegas aku bangkit menuju kamar mandi, dan memulai hariku.Oh, jadwalku sangat padat hari ini. Bertemu dengan Julia dan memasukkan beberapa lamaran kerja lainnya.Paling tidak aku harus mengalihkan pikiranku, setidaknya jika aku menyibukkan diri aku bisa melupakan kesedihanku.Kulangkahkan kakiku ke arah meja makan, disana ternyata sudah ada aunty dan uncleku, mereka tersenyum ramah padaku,“Ayo kita sarapan, Aunty memasakkan sarapan Kesukaanmu sweetheart, lasagna keju,” serunya gembira, kegembiraannya menulariku.“Owahh, aku rindu sekali lasagna keju bikinan mom dan a
#Percakapan dalam bahasa inggris ya#Setelah beberapa jam duduk di pesawat, akhirnya sampai juga di kota kelahiranku, New York City. Ah... lama sekali rasanya sejak terakhir kali aku juga berada disini untuk ke Indonesia, dan baru kali ini aku tiba disini lagi setelah belasan tahun aku memutuskan untuk menetap di Indonesia. Bahkan saat kematian kedua orantuaku, aku tidak bisa hadir, karena mas Aby tidak mengizinkanku. Oooh... sekarang baru kurasakan kenapa dulu kedua orangtuaku menentang pernikahan kami. Karena mereka bisa tau kalau lelaki yang akan menjadi suamiku adalah orang yang brengsek. Maafkan anak durhaka ini Mom... Dad...Karena asyik dalam kenanganku, aku jadi tidak konsentrasi dengan jalanku hingga aku menabrak seseorang yang juga sibuk dengan hapenya.“Sorry,” ucapku cepat. Aku tidak mau mencari masalah di hari pertamaku tiba disini. Dia Cuma mengangguk. Kuperhatikan dia dari atas hingga ke bawah. Satu kata buatnya ‘perfecto’.
Hari berganti pagi. Sinar matahari mulai memasuki kamar yang kutempati, tapi aku masih bergelung dibalik selimut. Ah rasanya malas sekali melakukan aktivitas apapun. Aku telah kehilangan segalanya. Tidak ada lagi yang bisa membuatku untuk bersemangat dalam memulai hari. Semua terasa kosong.Tok... Tok... Tok...Bunyi ketukan pintu di kamar yang kutempati, menyadarkanku dari lamunan. Akupun menoleh kearah pintu. Disana sudah berdiri Angela. Kuangkat alisku seraya bertanya “apa ?” dan sepertinya dia mengerti.“Ada Aby di depan,” menjawab arti tatapanku...“Aby...? pagi sekali,” sahutku bingung. Kemarin orangtuanya yang datang, sekarang si brengsek itu, apalagi maunya setelah semua yang dia lakukan... bathinku.Akupun bangkit menuju kamar mandi. Kusempatkan mandi dan mengosok gigi. Aku tidak perduli kalau dia menungguku atau tidak. Tapi ada sedikit rasa penasaran dalam hatiku, kira-kira apa yang dia inginkan sepagi ini..?Setelah mandi dan merapikan