"Ciuman pertamaku, kau mencuri ciuman pertamaku!" ucapnya dengan nada rendah namun penekanan yang tinggi dan masih menatap tajam ke arahku.
"Hahhh?" aku terperangah lagi mendengar jawabannya.
Sungguh apa gerangan yang menimpaku ini? Bahkan bibirku ini juga masih perawan. Kapan aku melakukan itu? Apakah aku mengalami amnesia sesaat? Tapi jelas - jelas aku mengingat hal yang kulakukan selama seminggu terakhir. Orang tampan ini bagaimana bisa berpikir begitu, jikalah memang kita telah berciuman pasti sekarang aku sudah berada di angkasa karena terbang melayang telah melakukan hal seromantis itu dengan manusia super menakjubkan.
"Bagaimana kamu akan bertanggung jawab? " tanyanya tegas sambil mendekatkan wajahnya ke depan wajahku dan kembali membuyarkan lamunanku.
Aku tidak tahu harus berbuat apa. Bahkan aku berpikir bahwa ini adalah prank dari salah satu chanel televisi swasta.
Deg.. deg.. deg.. deg..
Suara jantungku berdetak kencang melihatnya begitu dekat di wajahku. Aku menundukkan wajah sambil sedikit memundurkan badanku ke belakang. Sesekali mataku melirik ke arahnya yang tidak berkedip sedikitpun melihatku. Aduhhh, kenapa aku tidak mengingat kejadian itu, kenapa aku tidak ingat aku telah menciumnya. Aaaaahhh, tapi memang aku tidak melakukan itu rengekku dalam hati."Saya tanya, bagaimana kau akan tanggung jawab?" tanyanya lagi yang kali ini harus aku jawab.
"Bos, kapan saya melakukan itu? maafkan saya Bos tapi saya ingat tidak pernah melakukan itu!" jawabku membela diri.
"Ingatanmu itu sungguh sangat buruk, sekarang kau harus tanggung jawab!" tegasnya memutuskan kehendaknya sendiri.
Mulutku tidak bisa menolak. Auranya begitu menyeramkan, kini tubuhku yang awalnya terpesona olehnya berubah menjadi merinding melihat tatapannya yang seolah - olah akan memakanku.
"Dengan apa saya harus bertanggung jawab Bos?" tanyaku dengan masih ketakutan sekaligus bingung.
Sepertinya ia merasa lebih lega setelah mendengar perkataanku terakhir. Terlihat dari ia menarik wajahnya dari pandanganku sambil membuang nafas yang lumayan besar.
"Kau harus selalu berada disisiku, selalu berada disampingku, menemani dan tidak boleh meninggalkanku!" ucapnya tegas memerintah namun aku samar - samar mendengarnya seperti sebuah kalimat romantis seorang kekasih yang meminta kekasihnya untuk setia.
"Baik!" jawabku menurut.
Lalu Pak Lingga mengangkat gagang telponnya kemudian menelpon seseorang.
"Gracia, Bunga Azalea ini, aku ingin dia men-ja-di pelayan pribadiku!" tegasnya dalam telpon kemudian memutuskan telpon tanpa memberi kesempatan Gracia untuk membalas perkataannya.
Haahhh, sia - sia aku giat belajar saat sekolah. Berusaha agar bisa menjadi seorang Sekretaris. Setelah bekerja disini impian Sekretarisku itu bermutasi menjadi pelayan. Lagi pula kenapa juga ia tadi menekan kata menjadi dengan intonasi begitu. Harusnya kata menjadi yang diucapkan seperti itu berakhir dengan kata kekasihku.
"Pelayan? hehh, baiklah, apalah arti sebuah jabatan, yang penting adalah berapa jumlah gajinya hahahaha," ucapku dalam hati.
"Azalea!" panggilnya.
"Pasangkan dasiku!" sambungnya lagi.
Kulaksanakan perintah pertamanya ini tanpa bertanya apapun. Kupikir hal yang langsung aku lakukan adalah mengepel lantai atau mengelap meja. Tak kusangka bahwa akan seperti ini, aku mulai berfikir bahwa menjadi pelayanannya adalah pekerjaan terbaik yang pernah kudapatkan. Melihat secara dekat wajah indah seseorang yang sudah kukagumi sejak lama. Bahkan sesekali juga tubuh kami akan tidak sengaja bersentuhan.
"Aaawwww!" teriakku dalam hati karena terhanyut membayangkannya.
Aku sudah berdiri tepat di depannya. Namun ternyata tinggi badanku terpaut lumayan jauh hingga aku harus berjinjit saat mengganti dasi berwarna hitam yang tadi ia pakai menjadi dasi berwarna abu - abu tua yang ia sodorkan kepadaku tadi sewaktu memerintah.
Mataku memang berfokus pada kerah bajunya, namun sekeliling juga bisa aku lihat dengan samar menggunakan ekor mataku. Benarkah manusia tampan ini terus melihatku? Tak hanya tajam, kali ini dengan tatapan sedikit menggoda seolah - olah ia tertarik padaku.
"Sudah Bos!" kataku sambil melangkah mundur, tak lupa juga kuhaturkan senyum indahku ini tanda kesopananku padanya.
"Rapikan lagi kerah bajuku!" perintahnya lagi padahal kerah bajunya kulihat sudah rapi. Mungkin ini yang membuat ia memiliki rumor bahwa ia dan sempurna adalah sahabat sejati. Yasudahlah ia adalah Bosnya.
Kulangkahkan lagi kakiku mendekat ke arahnya. Sambil berjinjit aku merapikan kerah bajunya. Terus Kurapikan padahal itu sudah sangat rapi. Tapi masih juga kulakukan itu hingga aku terkejut saat ia tiba - tiba ia memegang tanganku kuat dan mendorongku hingga menatap tembok di belakangku.
"Auuu, sakitnya!" rintihku pelan.
Dengan otak yang masih berpikir kenapa ia mendorongku seperti itu, aku melihat wajahnya yang terlihat mempesona tapi sedikit brengsek. Bagaimana tidak kubilang brengsek? Sekarang ia menatapiku seperti seorang yang sangat ingin melakukan sesuatu. Kedua tangannya juga memegang erat kedua tanganku dan menguncinya di tembok.
"Apakah kamu masih juga belum ingat ciuman yang kamu curi?" tanyanya membahas hal itu lagi yang jelas - jelas tidak aku lakukan.
Namun aku diam tidak berkutik, aku seperti tidak punya kuasa disana walau untuk diriku sendiri. Aku menundukkan wajah, berusaha menghindari tatapannya yang perlahan kini membuatku takut.
"Kamu datang entah dari mana, tiba - tiba berjalan ke arahku dan berdiri tepat di hadapanku, lalu kamu memegang wajahku seperti ini!" ucapnya sambil juga mempraktekkannya.
Di pegangnya pipiku yang sedikit cabi ini dengan kedua tangannya yang besar. "Lalu kamu berkata Lingga aku.., " ia tidak melanjutkan kalimatnya. Dan entah bagaimana sekarang sudah kurasakan bibirnya menyentuh bibirku.
Mataku terbelalak, kulihat ia memejamkan matanya sambil terus melumati bibirku. Aku berusaha mendorongnya namun tubuhku tak kuasa mendorong berat massa tubuhnya yang jelas jauh lebih besar dariku, akhirnya kubiarkan hingga ia puas menyelesaikan ciumannya itu.
"Ahhh, brengsek!" umpatku dalam hati.
"Itu adalah ciuman pertamaku!" aku bergumam yang mungkin juga ia dengar. Kulihat ia tertawa meringis saat mendengar ucapanku itu.
Tubuhku lemas menahan amarah yang sudah hampir penuh di dalam dada. Kurasa ia juga menyadari bahwa kini mataku mulai berkaca - kaca menahan tangis.
Benar jika aku sangat mengaguminya, alasanku sama seperti wanita normal lainnya, karena ia sangat tampan dan gagah, sungguh laki - laki sampurna di mata kaum hawa. Namun, tidak berarti bahwa ia bisa melakukan ini terhadapku.
Ini adalah ciuman pertamaku, sebuah ciuman sudah seharusnya dilakukan bersama dengan laki - laki yang aku cintai. Tapi ia merampasnya begitu saja. Hatiku semakin sakit saat kulihat ia masih juga menatapiku dengan tatapan brengseknya yang tidak merasa berdosa itu. Sekilas juga kudengar ia kembali tertawa meringis sambil memegangi bibirnya yang tadi dengan tidak sopannya menyentuh bibirku.
Sungguh laki - laki brengsek. Kini emosi dalam dadaku sudah memuncak, aku tak lagi bisa menahannya. Air mataku jatuh terurai, aku berlari ke arah kamar mandi tanpa melihat wajahnya. Awalnya kupikir aku akan melayang jika berciuman dengan laki - laki yang ku kagumi namun jika ciuman itu dilakukan dengan cara sebrengsek ini ternyata malah membuat harga diriku merasa terluka.
•••
Terima kasih telah membaca novel ini. Semoga menghibur.
😇😇❤ ❤HAPPY READING ❤❤.Raden Lingga Kartanagara. Raden Lingga Kertanegara dalam pengucapan Bahasa Jawa.Laki - laki berparas tampan. Ralat, sangat tampan dan berbadan tegas. Memiliki ABS bagai roti sobek merk terkenal yang bisa membuat para wanita mesum berimajinasi yahhh yahhh yahhh begitulah.Berkulit bersih berseri, berambut hitam kebiruan yang aku tidak tahu itu adalah rambut aslinya atau hasil cat salon profesional.Konon katanya Raden Lingga Kartanagara masih keturunan kerajaan. Entah kerajaan apa, namun jika dilihat dari nama panjang beserta nama seluruh keluarganya jelas ia adalah turunan Raja.Apalagi jika melirik pada harta yang ia miliki. Properti yang membuat mulutku menganga dan kepalaku geleng - geleng. Bagaimana tidak? aku akan mengatakan salah satu hartanya kepada kalian, agar kalian juga dibuat terperangah olehnya.Salah satu harta yang ia miliki adalah beberapa gunung. Bukan hanya satu tapi be-be-ra-pa, ada yang besar dan ada yang kecil. Hebat bukan? dan harta
Sungguh kurasakan harga diri ini begitu terluka. Belum dua jam aku berada disini tapi dia sudah menciumku dua kali. Rumor yang beredar adalah meskipun ia kaya, Lingga tidak pernah bermain dengan wanita."Apanya, reputasi itu adalah palsu. Laki - laki sempurna itu memang tidak pernah ada".Aku terus bergumam dalam hatiku, mengoceh sendiri disana karena hanya itu yang bisa kulakukan, tubuhku ini membiarkan Lingga menyelesaikan ciumannya hingga puas.Kulihat ia masih juga melumati bibirku. Ini sudah lumayan lama. Maka sedikit kudorong tubuhnya untuk memberi kode bahwa aku memintanya berhenti. Tapi apa yang kuharapkan, ia masih juga memejamkan matanya terus melakukan aktivitasnya itu, sedangkan kopi yang ia transfer sudah masuk ke dalam tenggorokan.Kutunggu beberapa lama lagi hingga akhirnya kurasakan bibirku ini seperti tersedot dan akhirnya terlepas dari cengkraman bibirnya.PUAKKK!Seperti itulah kira - kira bunyinya, Lingga mengusap bibirny
"Aduhhh!" ucapku spontan sambil sedikit mengibaskan - ibaskan tanganku.Segitu laparkah orang ini sampai - sampai tanganku tergigit olehnya. Aku menatapnya heran namun tatapannya kepadaku seolah - olah anak manja yang sedang minta makan pada Ibunya."Aku lapar!" ucapnya santai sambil tersenyum manja.Bibir merah yang sexy itu tersenyum tanpa perdebatan. Begitu ringan sekali senyumnya hingga membuatku tak bisa marah. Jari bekas gigitan Lingga kelaparan ini masih sakit tapi aku merasa aku tidak apa - apa.Apakah itu karena aku terpesona oleh senyumnya? Yaa, senyumnya memang menawan seperti biasanya.Seperti di foto - foto atau video yang aku lihat di sosial media dulu sewaktu belum bertemu langsung dengannya.Jika reputasi tentang dia adalah laki - laki sempurna yang tidak bermain wanita adalah palsu tetapi reputasi tentang dia adalah laki - laki dengan ketampanan sempurna itu adalah asli.Aku juga mengakuinya."Mau saya ambilkan rot
Posisinya kini, aku berdiri di belakang sofa sedangkan Lingga duduk bersandar di sofa sambil mendongakkan wajahnya ke atas agar aku memijat kepalanya dengan mudah.Kuperhatikan terus wajahnya yang tampan itu, aku berani karena Lingga menutup matanya. Sesekali ia mengerutkan dahi, mungkin karena menikmati pijatanku. Aku sendiri jika dipijat pasti seperti itu juga.Sekarang aku bisa melihat wajahnya dengan sangat jelas. Lebih tampan dari pada di foto, sebagai laki - laki, wajahnya sangat halus dan berseri - seri. Jika ia perempuan pasti aku sangat minder berdekatan dengannya karena kalah cantik, kalah telak malahan."Sungguh tampan," batinku.Benarkah wajah sempurna ini yang tadi menyentuh perutku, jika melihat wajahnya begini aku jadi tidak bisa marah. Tapi tetap saja itu masuk kategori pelecehan ringan.Beberapa waktu sudah berlalu. Aku beralih memijat bahunya yang kurasa memang kaku. Lingga tidak berkata apapun bahkan bersuara pun tidak, aku
"Pertama kamu sudah mencuri ciumanku, kedua kau juga mencium dadaku, ketiga tadi aku terbangun dengan kepalaku berada di titik terpanasmu, sekarang kau memancing gairahku keluar, aku tidak bisa menahannya lagi!" ucapan Lingga ini terus terngiang - ngiang di kepalaku.Di dalam mobil mewahnya yang mengantarku kerumah, aku tidak berbicara walau hanya sedikit, dia pun sama. Ini adalah hari pertamaku bekerja sebagai Sekretaris tapi rasanya aku pulang sebagai pelayan. Pe-la-yan dalam tanda kutip. Atau memang maksud dia memang pelayan pribadi yang itu. Jika saja benar yang itu dan dia mengatakan dengan jelas. Besok pasti aku tidak akan ke tempat itu lagi.Sebenarnya sungguh kehormatan tidak? Seorang Raden Lingga mengantar pulang seolah supir pribadi. Padahal ia sendiri saja biasanya enggan menyetir dan memakai supir. Tapi kenapa aku merasa tidak terhormat. Jika ini aku yang dulu pastilah dadaku sudah meledak karena kegirangan. Tetapi baru satu hari bekerja di perusahaanya, me
Hahh ... hahh ... hahh ... Nafasku tak beraturan masih terkejut dengan mimpi yang aku alami barusan."Gila, Lingga mengejarku sampai ke dalam mimpi," ucapku sambil turun dari kasur untuk mengambil air.Dengan tubuh yang masih sedikit oleng, aku pergi kedapur untuk minum agar tubuhku ini lebih tenang. Tidak bisa di tunda lagi, aku harus mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Setelah cukup rasaku tenang, aku kembali ke ranjangku untuk kembali tidur. Bersiap untuk hari esok yang sepertinya lebih berat.Di tempat lain, jam sudah menunjukkan pukul 12 malam. Lingga masih terjaga dari tidurnya. Tersenyum sendiri layaknya orang setengah gila. Tidak biasanya dia seperti ini karena Lingga adalah tipe orang yang selalu menjaga kesehatannya. Tidur tepat waktu, bangun tepat waktu. Tidur cukup adalah efisiensi usia dia bilang.Lingga memegangi lembut bibirnya sambil tersenyum tipis bercampur malu."Sungguh - sungguh menyenangkan!" katanya sambil memejam
Lingga terus menatap Azalea dengan tajam, membuat Azalea gugup akan tingkahnya, namun menyadari kegugupan Azalea malah membuat Lingga semakin senang. Ia terus lihat wajah cantik Azalea hari itu, bibir tipis itu serasa manis di pandangan Lingga, bahu mulus itu terlihat lembut ingin sekali menyentuhnya.Cup!Tiba - tiba Lingga mengecup bahu Azalea. Seketika tubuh wanita cantik itu bergetar hebat di seluruh badan. Tak hanya mengecup, Azalea kini merasa bahu itu seperti terhisap dan tergigit kecil."Ahh!" cetusnya spontan karena tubuh itu semakin bergetar hebat.Mendengar desahan Azalea Lingga malah semakin kuat menghisap bahu Azalea. Hingga Azalea melepaskan dasi dan memegang lengan Lingga. Cukup lama begitu, setelah Lingga melepaskan mulutnya, sudah terbentuk lingkaran merah elips tak beraturan di bahunya."Apa yang Pak Lingga lakukan?" tanya Azalea sedikit tegas."Kamu segar sekali, gak kerasa aku tiba - tiba melakukannya," jawab
Benar - benar rasanya seperti tertabrak pesawat. Di dalam mimpi dia bilang.Di dalam mimpi,dan ini adalah dunia nyata,sungguh orang secerdas dia tidak bisa membedakan mana dunia mimpi dan mana dunia nyata. Ohhh.. Tuhan.. Hidup apa yang kujalani sekarang.Benar - benar gila, hanya karena mimpi aku kehilangan harga diri seperti ini. Ingin aku teriak di samping telinga orang ini saja, dia menciumku, melecehkanku karena sebuah mimpi."Pak, itu dunia mimpi, dan kita hidup di dunia nyata, bagaimana Pak Lingga bisa bilang aku mencurinya seolah aku benar - benar melakukannya, dan yang terburuk adalah karena itu Pak Lingga melakukan..," sahut Azalea menggebu kemudian berhenti di kalimat terakhir.Mengambil nafas dan nadanya sedikit tertahan mengingat tubuh yang Azalea jaga seumur hidup di sentuh pria yang ia kenal selama sehari."Karena itu Pak Lingga menyentuhku!" lanjutnya berbicara pelan karena merasa malu ada Pak Pram d