"Sabar Pak Bos!" kata Azalea.
"Sudah bukan Pak Bos lagi, aku kan sudah jadi orang biasa, mulai sekarang panggil aku SAYANG, harus!" sahut Lingga.
"Waahhh.. bukan Pak Bos tapi tetap memerintah."
"Gak peduli, gak dengar," balas Lingga memalingkan wajah berpura - pura tidak mengerti. Azalea tertawa melihat tingkah Lingga yang lucu itu. Tidak lama setelah itu pelayan membawa makanan yang telah mereka pesan.
"Yeaahhh.. akhirnya datang. Mas lama banget sih, aku ini mau buru - buru menyelesaikan tugas penting," ucap Lingga kepada pelayan. Azalea mencubit tangan Lingga.
"Maaf Pak, pesanannya masih antri dimasak," jawab Pelayan itu sopan.
"Gak apa - apa Mas, jangan di dengerin!" sahut Azalea dengan tersenyum.
Setelah itu, pelayan itu pun pergi. Lingga memakan makanannya dengan sangat lahap dan terus senyum - senyum sendiri sambil melihat Azalea.
"Apaaa sih?" Azalea menatap heran.
"Hmm.. cepat makan makananmu terus kita pulang!" j
Saat pagi bersinar dengan begitu cerahnya. Lingga masih tertidur pulas setelah semalaman berjuang dengan pergulatan cinta yang tidak pernah membuatnya bosan.Srengg.. srengg.. srengg.. Suara Azalea sedang memasak makanan untuk sarapan. Aroma harum menyebar di seluruh ruangan hingga membangunkan Lingga dari tidur pulasnya.Lingga membuka matanya, meraba tempat di sebelah dengan tangannya. Tidak ada Azalea disana. Dari luar terdengar begitu berisik suara orang sedang beraktifitas. Lingga keluar untuk melihat apa yang sedang di lakukan Istrinya tersebut.Lingga berdiri bersandar di tembok melihat Istrinya sedang memasak sesuatu untuk mereka. Begitu berisik dan rumit. Namun ternyata itu hanyalah nasi goreng, tapi karena koki yang membuat itu adalah Azalea, maka bagi Lingga nasi goreng itu adalah nasi goreng paling special di dunia."Rajin banget sihh Istriku," ucap Lingga mengagetkan Azalea yang tengah fokus memasak."Ehhh.. sayang,&n
"Hei berhenti!" teriakku dengan keras kepada gadis yang tengah ku kejar, namun semakin aku berteriak semakin kencang pula larinya. "Sial!" umpatku dalam hati, berani - beraninya dia berlari setelah mencuri ciuman dariku. Tidak ada seorang pun yang bisa mencuri apapun dariku. Bahkan jika ia berhasil mencurinya aku tidak akan pernah melepaskannya. Aku terus berlari mengejar sambil terus meneriakinya. Tetapi, sedikitpun ia tak peduli, padahal teriakanku lebih menggelegar dari pada petir. Malahan ia dengan berani menghadap ke belakang sambil menjulurkan lidah panjangnya yang berwarna merah. "Wekk!" ejeknya sambil terus berlari. Tapi, aku juga tidak mau kalah. Kakiku ini panjang seperti seorang model luar negeri bukan model lokal yang hanya 175cm. Tinggiku ini setara dengan artis om - om Korea yang biasa disebut kaum hawa ahjussi rasa oppa. Aku mempercepat lariku hingga ia juga berusaha mempercepat larinya. "Haha," ejekku melihatnya berusaha berlar
Azalea masih terperangah oleh ketampanan laki - laki yang berjalan ke arahnya. Bibirnya mulai tersenyum memikirkan betapa nakal otaknya berimajinasi melihat laki - laki yang tampan sekaligus gagah ini.Segala item yang melekat pada tubuhnya tanpa ada bandroll sekalipun Azalea sudah tahu bahwa itu semua mahal pake sekali jadi mahal sekali. Kemudian ia sedikit melihat pantulan samar - samar dirinya di dalam cermin yang menjadi dinding perusahaan tersebut.Ia kembali tersenyum, kali ini disertai tawa kecil. Menertawai dirinya sendiri yang begitu berbanding terbalik dengan penampilan laki - laki tersebut."Ahh, bagaimana dulu aku bisa berimajinasi menjadi pacarnya yaa? Hahaha lah aku disampingnya jadi mirip gembel seperti ini," ucapnya dalam hati."Suruh dia ke ruangan saya!" kata laki - laki itu tegas kepada Gracia."Beserta semua data tentangnya!" imbuhnya lagi. Membuyarkan segala lamunanku sedari saat melihatnya berjalan."Baik Boss!" jawab G
"Ciuman pertamaku, kau mencuri ciuman pertamaku!" ucapnya dengan nada rendah namun penekanan yang tinggi dan masih menatap tajam ke arahku."Hahhh?" aku terperangah lagi mendengar jawabannya.Sungguh apa gerangan yang menimpaku ini? Bahkan bibirku ini juga masih perawan. Kapan aku melakukan itu? Apakah aku mengalami amnesia sesaat? Tapi jelas - jelas aku mengingat hal yang kulakukan selama seminggu terakhir. Orang tampan ini bagaimana bisa berpikir begitu, jikalah memang kita telah berciuman pasti sekarang aku sudah berada di angkasa karena terbang melayang telah melakukan hal seromantis itu dengan manusia super menakjubkan."Bagaimana kamu akan bertanggung jawab? " tanyanya tegas sambil mendekatkan wajahnya ke depan wajahku dan kembali membuyarkan lamunanku.Aku tidak tahu harus berbuat apa. Bahkan aku berpikir bahwa ini adalah prank dari salah satu chanel televisi swasta.Deg.. deg.. deg.. deg..Suara jantungku berdetak ken
Raden Lingga Kartanagara. Raden Lingga Kertanegara dalam pengucapan Bahasa Jawa.Laki - laki berparas tampan. Ralat, sangat tampan dan berbadan tegas. Memiliki ABS bagai roti sobek merk terkenal yang bisa membuat para wanita mesum berimajinasi yahhh yahhh yahhh begitulah.Berkulit bersih berseri, berambut hitam kebiruan yang aku tidak tahu itu adalah rambut aslinya atau hasil cat salon profesional.Konon katanya Raden Lingga Kartanagara masih keturunan kerajaan. Entah kerajaan apa, namun jika dilihat dari nama panjang beserta nama seluruh keluarganya jelas ia adalah turunan Raja.Apalagi jika melirik pada harta yang ia miliki. Properti yang membuat mulutku menganga dan kepalaku geleng - geleng. Bagaimana tidak? aku akan mengatakan salah satu hartanya kepada kalian, agar kalian juga dibuat terperangah olehnya.Salah satu harta yang ia miliki adalah beberapa gunung. Bukan hanya satu tapi be-be-ra-pa, ada yang besar dan ada yang kecil. Hebat bukan? dan harta
Sungguh kurasakan harga diri ini begitu terluka. Belum dua jam aku berada disini tapi dia sudah menciumku dua kali. Rumor yang beredar adalah meskipun ia kaya, Lingga tidak pernah bermain dengan wanita."Apanya, reputasi itu adalah palsu. Laki - laki sempurna itu memang tidak pernah ada".Aku terus bergumam dalam hatiku, mengoceh sendiri disana karena hanya itu yang bisa kulakukan, tubuhku ini membiarkan Lingga menyelesaikan ciumannya hingga puas.Kulihat ia masih juga melumati bibirku. Ini sudah lumayan lama. Maka sedikit kudorong tubuhnya untuk memberi kode bahwa aku memintanya berhenti. Tapi apa yang kuharapkan, ia masih juga memejamkan matanya terus melakukan aktivitasnya itu, sedangkan kopi yang ia transfer sudah masuk ke dalam tenggorokan.Kutunggu beberapa lama lagi hingga akhirnya kurasakan bibirku ini seperti tersedot dan akhirnya terlepas dari cengkraman bibirnya.PUAKKK!Seperti itulah kira - kira bunyinya, Lingga mengusap bibirny
"Aduhhh!" ucapku spontan sambil sedikit mengibaskan - ibaskan tanganku.Segitu laparkah orang ini sampai - sampai tanganku tergigit olehnya. Aku menatapnya heran namun tatapannya kepadaku seolah - olah anak manja yang sedang minta makan pada Ibunya."Aku lapar!" ucapnya santai sambil tersenyum manja.Bibir merah yang sexy itu tersenyum tanpa perdebatan. Begitu ringan sekali senyumnya hingga membuatku tak bisa marah. Jari bekas gigitan Lingga kelaparan ini masih sakit tapi aku merasa aku tidak apa - apa.Apakah itu karena aku terpesona oleh senyumnya? Yaa, senyumnya memang menawan seperti biasanya.Seperti di foto - foto atau video yang aku lihat di sosial media dulu sewaktu belum bertemu langsung dengannya.Jika reputasi tentang dia adalah laki - laki sempurna yang tidak bermain wanita adalah palsu tetapi reputasi tentang dia adalah laki - laki dengan ketampanan sempurna itu adalah asli.Aku juga mengakuinya."Mau saya ambilkan rot
Posisinya kini, aku berdiri di belakang sofa sedangkan Lingga duduk bersandar di sofa sambil mendongakkan wajahnya ke atas agar aku memijat kepalanya dengan mudah.Kuperhatikan terus wajahnya yang tampan itu, aku berani karena Lingga menutup matanya. Sesekali ia mengerutkan dahi, mungkin karena menikmati pijatanku. Aku sendiri jika dipijat pasti seperti itu juga.Sekarang aku bisa melihat wajahnya dengan sangat jelas. Lebih tampan dari pada di foto, sebagai laki - laki, wajahnya sangat halus dan berseri - seri. Jika ia perempuan pasti aku sangat minder berdekatan dengannya karena kalah cantik, kalah telak malahan."Sungguh tampan," batinku.Benarkah wajah sempurna ini yang tadi menyentuh perutku, jika melihat wajahnya begini aku jadi tidak bisa marah. Tapi tetap saja itu masuk kategori pelecehan ringan.Beberapa waktu sudah berlalu. Aku beralih memijat bahunya yang kurasa memang kaku. Lingga tidak berkata apapun bahkan bersuara pun tidak, aku