Share

BUNGA ABADI
BUNGA ABADI
Penulis: Mystique

MIMPI HANGAT

"Hei berhenti!" teriakku dengan keras kepada gadis yang tengah ku kejar, namun semakin aku berteriak semakin kencang pula larinya.

"Sial!" umpatku dalam hati, berani - beraninya dia berlari setelah mencuri ciuman dariku. Tidak ada seorang pun yang bisa mencuri apapun dariku. Bahkan jika ia berhasil mencurinya aku tidak akan pernah melepaskannya.

Aku terus berlari mengejar sambil terus meneriakinya. Tetapi, sedikitpun ia tak peduli, padahal teriakanku lebih menggelegar dari pada petir. Malahan ia dengan berani menghadap ke belakang sambil menjulurkan lidah panjangnya yang berwarna merah.

"Wekk!" ejeknya sambil terus berlari.

Tapi, aku juga tidak mau kalah. Kakiku ini panjang seperti seorang model luar negeri bukan model lokal yang hanya 175cm. Tinggiku ini setara dengan artis om - om Korea yang biasa disebut kaum hawa ahjussi rasa oppa. Aku mempercepat lariku hingga ia juga berusaha mempercepat larinya.

"Haha," ejekku melihatnya berusaha berlari dengan kaki pendeknya yang terlihat unyu. Kini jarakku dengannya sangatlah dekat, rambut panjangnya yang berkibar bahkan menyentuh lembut wajahku saat ia berlari.

HAP!

Akhirnya dapat kuraih tangannya. Lalu segera dengan sigap menariknya ke arahku hingga wajahnya menghantam dadaku yang bidang "Ahh.. sial.. sekarang dia mencium dadaku yang berharga!" umpatku dalam hati lagi.

Walaupun aku tahu dia tidak dengan sengaja memajukan bibirnya dan mencium dadaku. Hanya seluruh wajahnya lah yang menghantam dadaku namun itu juga sebuah kerugian bagiku karena tubuhku yang bernilai tinggi ini tidak pernah disentuh oleh orang lain.

Aku melihat wajahnya. Wajah yang biasa saja itu. Hanya sedikit cantik tapi bukan yang luar biasa cantik. Tidak cukup hanya untuk membeli sebuah ciuman dariku. Tetapi, dia telah mencuri ciuman dariku. Apalagi itu adalah ciuman pertamaku. Sudah aku putuskan bahwa ia harus bertanggung jawab.

"Hei kau, bertanggung jawablah!" belum selesai aku berbicara, wajahnya yang biasa itu malah tersenyum menghadap ke wajahku dan memenjamkan matanya. Kemudian kabut yang memang sedari tadi mengganggu penglihatanku ini menutupi wajahnya hingga aku tidak bisa melihatnya lagi.

šŸŽ¼ Hallo Lingga.. come on to wake up šŸŽ¼ Hallo Lingga.. come on to wake up

Suara alarm khusus yang pasti hanya ada di handphone Lingga berbunyi. Lingga masih memejamkan matanya walaupun ia dengan sadar mendengar alarm yang dengan jelas memanggil namanya. Perlahan ia membuka matanya yang masih seperti kegandolan monyet.

"Aaiishh, ngantuk banget!" ucapnya dalam hati sambil berusaha mengangkat dirinya sendiri sampai akhirnya ia sudah dalam keadaan duduk.

"Aiishhh, ganteng banget aku," ucapnya pelan sambil melihat dirinya sendiri dengan rambut yang berantakan pada sebuah kaca besar yang terpasang tepat lurus sejajar dengan ranjangnya. Dengan senyum yang memukau penuh dengan jiwa kenarsisan yang tinggi itu Lingga mulai menuruni tempat tidurnya untuk mandi lalu berangkat ke kantornya.

Ia adalah Raden Lingga Kartanagara. Putra nomor satu dari Raden Wisnu Kartanagara dan Mahadewi Prameswari. Laki - laki 27 tahun, CEO dari KARTANAGARA GROUP perusahaan terbesar di negara ini yang mana itu adalah milik keluarga besarnya. Dengan jas hitam dan kemeja berwarna light grey beserta celana sekaligus dasi yang senada dengan jasnya ia berdiri di hadapan kaca besar yang memperlihatkan utuh tubuhnya.

Rambut dengan tatanan model oppa - oppa ganteng Korea yang biasa berperan sebagai Bos besar tapi untuk Lingga itu bukan hanya sebagai peran, rambut seperti itu memang gaya yang cocok untuk Bos sepertinya. Ia tak kalah ganteng dan keren dibanding aktor Korea tersebut.

Sepatu pantofel berwarna hitam mengkilat sudah juga terpasang di kakinya. Sentuhan terakhir adalah parfum yang wanginya tidak akan hilang selama sebulan.

Satu kata yang menjadi penutup "Sempurna!" ucap Lingga sambil meringis tersenyum kepada pantulan diri sendiri yang muncul di dalam kaca. Lingga dan sempurna memang sudah bersama sejak ia masih kecil karena itu segala hal tentangnya tidak pernah kurang sedikitpun. Dimana ada Lingga di situ pasti ada kesempurnaan.

Di tempat lain, kamar yang bernuansa putih karena semua yang berada di kamar itu berwarna putih. Di atas kasur terdapat sebuah gundukan sepanjang tubuh manusia di balik selimut yang juga berwarna putih tentunya. Iya, itu adalah Bunga Azalea biasa dipanggil Azalea, sedang tidur dengan menutup tubuhnya keseluruhan dengan selimut termasuk juga dengan wajahnya. Agak menyeramkan karena dengan nuansa kamar yang berwarna serba putih, tubuh yang ditutup selimut putih seperti itu terlihat seperti mayat. Entah sejak kapan Azalea memiliki kebiasaan seperti itu.

Kringg ... kringg ... kringg ... kringg ...

Suara alarm berbunyi. Azalea menggeliatkan tubuhnya yang sudah kaku karena semalaman tidur. Setelah serasa lemas Azalea bangun namun masih duduk di atas tempat tidur untuk mengumpulkan nyawanya secara utuh.

Kepalanya menoleh ke arah jam beker yang masih juga berdering "Berisik!" ucapnya sambil mengambil jam beker tersebut lalu menekan tombol untuk mematikannya. Dibaliknya jam beker tersebut untuk mengetahui jam berapa saat ini.

"Hahhh saatnya bekerja, yuk buat kesan baik di hari pertama kerja!" Ya, ini adalah hari pertamanya bekerja di perusahaan besar.

Ia mengundurkan diri dari perusahaan tempat sebelumnya bekerja setelah bersusah payah melamar pekerjaan di perusahaan tempat bekerjanya sekarang. Selain gaji yang memang terpaut jauh lebih besar, segala fasilitas di perusahaan ini tersedia lengkap. Bagi gadis yang tidak memiliki orang tua dan kerabat seperti Azalea itu adalah hal yang sudah sangat patut untuk di syukuri. Azalea segera mandi lalu bersiap untuk menuju kantornya.

Tak lama kemudian Azalea sudah selesai mandi. Ia duduk di hadapan meja riasnya memakai bedak dan lipstik yang tipis. Rambutnya terikat, memakai kemeja berwarna soft pink berlengan panjang dengan rok span berwarna hitam sepanjang lutut. Begitu sederhana penampilan Azalea karena memang ia tak begitu peduli pada penampilannya.

Untuk menuju kantornya Azalea menaiki angkutan umum. Ia bisa saja memakai taksi namun ia lebih memilih menaiki angkutan umum yang cukup membayar 5000 rupiah sudah bisa mengantarnya tepat di depan kantornya.

Di tempat resepsionis Azalea duduk menunggu seorang wanita yang kemarin menelfonnya dan memberitahu bahwa Azalea diterima di perusahaan besar tersebut. Tak lama seorang wanita yang mungkin berusia tiga tahun lebih tua darinya memakai dress yang begitu cantik berjalan menghampirinya.

"Kenalkan nama saya Gracia," ucapnya lembut sambil menyodorkan tangan untuk bersalaman.

Gracia pikirku? Seperti nama obat herbal dari kulit manggis yang biasa muncul di TV.

"Hihi!" Aku tertawa dalam hati. Tapi tak ku pungkiri nama itu memanglah cantik, sama seperti orangnya. Aku mengulurkan tanganku untuk membalas uluran tangannya, tak lupa senyumku juga mengembang untuk membalas senyuman ramah yang ia tunjukkan kepadaku.

"Sesuai posisi yang kamu lamar, kamu akan bekerja sebagai Sekretaris!" belum selesai ia berucap bibirnya berhenti dan beralih menjadi senyuman yang lebih manis dari pada senyuman yang ia tunjukkan padaku tadi.

Aku menoleh ke arah ia tersenyum. Kulihat seorang laki - laki yang sudah ku kenali berjalan menuju tempatku berada. Laki - laki yang memang sungguh tampan tak hanya dalam foto. Aku hampir tidak percaya bahwa di dunia nyata sungguh ada laki - laki setampan ini. Namun ketidak percayaanku terhapus dengan kulihat semakin jelas wajah laki - laki ini yang semakin dekat.

ā€¢ā€¢ā€¢

Terima kasih telah membaca novel ini. Semoga menghibur.

šŸ˜‡šŸ˜‡ā¤ ā¤HAPPY READING ā¤ā¤.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status