"Hei berhenti!" teriakku dengan keras kepada gadis yang tengah ku kejar, namun semakin aku berteriak semakin kencang pula larinya.
"Sial!" umpatku dalam hati, berani - beraninya dia berlari setelah mencuri ciuman dariku. Tidak ada seorang pun yang bisa mencuri apapun dariku. Bahkan jika ia berhasil mencurinya aku tidak akan pernah melepaskannya.
Aku terus berlari mengejar sambil terus meneriakinya. Tetapi, sedikitpun ia tak peduli, padahal teriakanku lebih menggelegar dari pada petir. Malahan ia dengan berani menghadap ke belakang sambil menjulurkan lidah panjangnya yang berwarna merah.
"Wekk!" ejeknya sambil terus berlari.
Tapi, aku juga tidak mau kalah. Kakiku ini panjang seperti seorang model luar negeri bukan model lokal yang hanya 175cm. Tinggiku ini setara dengan artis om - om Korea yang biasa disebut kaum hawa ahjussi rasa oppa. Aku mempercepat lariku hingga ia juga berusaha mempercepat larinya.
"Haha," ejekku melihatnya berusaha berlari dengan kaki pendeknya yang terlihat unyu. Kini jarakku dengannya sangatlah dekat, rambut panjangnya yang berkibar bahkan menyentuh lembut wajahku saat ia berlari.
HAP!
Akhirnya dapat kuraih tangannya. Lalu segera dengan sigap menariknya ke arahku hingga wajahnya menghantam dadaku yang bidang "Ahh.. sial.. sekarang dia mencium dadaku yang berharga!" umpatku dalam hati lagi.
Walaupun aku tahu dia tidak dengan sengaja memajukan bibirnya dan mencium dadaku. Hanya seluruh wajahnya lah yang menghantam dadaku namun itu juga sebuah kerugian bagiku karena tubuhku yang bernilai tinggi ini tidak pernah disentuh oleh orang lain.
Aku melihat wajahnya. Wajah yang biasa saja itu. Hanya sedikit cantik tapi bukan yang luar biasa cantik. Tidak cukup hanya untuk membeli sebuah ciuman dariku. Tetapi, dia telah mencuri ciuman dariku. Apalagi itu adalah ciuman pertamaku. Sudah aku putuskan bahwa ia harus bertanggung jawab.
"Hei kau, bertanggung jawablah!" belum selesai aku berbicara, wajahnya yang biasa itu malah tersenyum menghadap ke wajahku dan memenjamkan matanya. Kemudian kabut yang memang sedari tadi mengganggu penglihatanku ini menutupi wajahnya hingga aku tidak bisa melihatnya lagi.
š¼ Hallo Lingga.. come on to wake up š¼ Hallo Lingga.. come on to wake up
Suara alarm khusus yang pasti hanya ada di handphone Lingga berbunyi. Lingga masih memejamkan matanya walaupun ia dengan sadar mendengar alarm yang dengan jelas memanggil namanya. Perlahan ia membuka matanya yang masih seperti kegandolan monyet.
"Aaiishh, ngantuk banget!" ucapnya dalam hati sambil berusaha mengangkat dirinya sendiri sampai akhirnya ia sudah dalam keadaan duduk.
"Aiishhh, ganteng banget aku," ucapnya pelan sambil melihat dirinya sendiri dengan rambut yang berantakan pada sebuah kaca besar yang terpasang tepat lurus sejajar dengan ranjangnya. Dengan senyum yang memukau penuh dengan jiwa kenarsisan yang tinggi itu Lingga mulai menuruni tempat tidurnya untuk mandi lalu berangkat ke kantornya.
Ia adalah Raden Lingga Kartanagara. Putra nomor satu dari Raden Wisnu Kartanagara dan Mahadewi Prameswari. Laki - laki 27 tahun, CEO dari KARTANAGARA GROUP perusahaan terbesar di negara ini yang mana itu adalah milik keluarga besarnya. Dengan jas hitam dan kemeja berwarna light grey beserta celana sekaligus dasi yang senada dengan jasnya ia berdiri di hadapan kaca besar yang memperlihatkan utuh tubuhnya.
Rambut dengan tatanan model oppa - oppa ganteng Korea yang biasa berperan sebagai Bos besar tapi untuk Lingga itu bukan hanya sebagai peran, rambut seperti itu memang gaya yang cocok untuk Bos sepertinya. Ia tak kalah ganteng dan keren dibanding aktor Korea tersebut.
Sepatu pantofel berwarna hitam mengkilat sudah juga terpasang di kakinya. Sentuhan terakhir adalah parfum yang wanginya tidak akan hilang selama sebulan.
Satu kata yang menjadi penutup "Sempurna!" ucap Lingga sambil meringis tersenyum kepada pantulan diri sendiri yang muncul di dalam kaca. Lingga dan sempurna memang sudah bersama sejak ia masih kecil karena itu segala hal tentangnya tidak pernah kurang sedikitpun. Dimana ada Lingga di situ pasti ada kesempurnaan.
Di tempat lain, kamar yang bernuansa putih karena semua yang berada di kamar itu berwarna putih. Di atas kasur terdapat sebuah gundukan sepanjang tubuh manusia di balik selimut yang juga berwarna putih tentunya. Iya, itu adalah Bunga Azalea biasa dipanggil Azalea, sedang tidur dengan menutup tubuhnya keseluruhan dengan selimut termasuk juga dengan wajahnya. Agak menyeramkan karena dengan nuansa kamar yang berwarna serba putih, tubuh yang ditutup selimut putih seperti itu terlihat seperti mayat. Entah sejak kapan Azalea memiliki kebiasaan seperti itu.
Kringg ... kringg ... kringg ... kringg ...
Suara alarm berbunyi. Azalea menggeliatkan tubuhnya yang sudah kaku karena semalaman tidur. Setelah serasa lemas Azalea bangun namun masih duduk di atas tempat tidur untuk mengumpulkan nyawanya secara utuh.Kepalanya menoleh ke arah jam beker yang masih juga berdering "Berisik!" ucapnya sambil mengambil jam beker tersebut lalu menekan tombol untuk mematikannya. Dibaliknya jam beker tersebut untuk mengetahui jam berapa saat ini.
"Hahhh saatnya bekerja, yuk buat kesan baik di hari pertama kerja!" Ya, ini adalah hari pertamanya bekerja di perusahaan besar.
Ia mengundurkan diri dari perusahaan tempat sebelumnya bekerja setelah bersusah payah melamar pekerjaan di perusahaan tempat bekerjanya sekarang. Selain gaji yang memang terpaut jauh lebih besar, segala fasilitas di perusahaan ini tersedia lengkap. Bagi gadis yang tidak memiliki orang tua dan kerabat seperti Azalea itu adalah hal yang sudah sangat patut untuk di syukuri. Azalea segera mandi lalu bersiap untuk menuju kantornya.
Tak lama kemudian Azalea sudah selesai mandi. Ia duduk di hadapan meja riasnya memakai bedak dan lipstik yang tipis. Rambutnya terikat, memakai kemeja berwarna soft pink berlengan panjang dengan rok span berwarna hitam sepanjang lutut. Begitu sederhana penampilan Azalea karena memang ia tak begitu peduli pada penampilannya.
Untuk menuju kantornya Azalea menaiki angkutan umum. Ia bisa saja memakai taksi namun ia lebih memilih menaiki angkutan umum yang cukup membayar 5000 rupiah sudah bisa mengantarnya tepat di depan kantornya.
Di tempat resepsionis Azalea duduk menunggu seorang wanita yang kemarin menelfonnya dan memberitahu bahwa Azalea diterima di perusahaan besar tersebut. Tak lama seorang wanita yang mungkin berusia tiga tahun lebih tua darinya memakai dress yang begitu cantik berjalan menghampirinya.
"Kenalkan nama saya Gracia," ucapnya lembut sambil menyodorkan tangan untuk bersalaman.
Gracia pikirku? Seperti nama obat herbal dari kulit manggis yang biasa muncul di TV.
"Hihi!" Aku tertawa dalam hati. Tapi tak ku pungkiri nama itu memanglah cantik, sama seperti orangnya. Aku mengulurkan tanganku untuk membalas uluran tangannya, tak lupa senyumku juga mengembang untuk membalas senyuman ramah yang ia tunjukkan kepadaku.
"Sesuai posisi yang kamu lamar, kamu akan bekerja sebagai Sekretaris!" belum selesai ia berucap bibirnya berhenti dan beralih menjadi senyuman yang lebih manis dari pada senyuman yang ia tunjukkan padaku tadi.
Aku menoleh ke arah ia tersenyum. Kulihat seorang laki - laki yang sudah ku kenali berjalan menuju tempatku berada. Laki - laki yang memang sungguh tampan tak hanya dalam foto. Aku hampir tidak percaya bahwa di dunia nyata sungguh ada laki - laki setampan ini. Namun ketidak percayaanku terhapus dengan kulihat semakin jelas wajah laki - laki ini yang semakin dekat.
ā¢ā¢ā¢
Terima kasih telah membaca novel ini. Semoga menghibur.
ššā¤ ā¤HAPPY READING ā¤ā¤.Azalea masih terperangah oleh ketampanan laki - laki yang berjalan ke arahnya. Bibirnya mulai tersenyum memikirkan betapa nakal otaknya berimajinasi melihat laki - laki yang tampan sekaligus gagah ini.Segala item yang melekat pada tubuhnya tanpa ada bandroll sekalipun Azalea sudah tahu bahwa itu semua mahal pake sekali jadi mahal sekali. Kemudian ia sedikit melihat pantulan samar - samar dirinya di dalam cermin yang menjadi dinding perusahaan tersebut.Ia kembali tersenyum, kali ini disertai tawa kecil. Menertawai dirinya sendiri yang begitu berbanding terbalik dengan penampilan laki - laki tersebut."Ahh, bagaimana dulu aku bisa berimajinasi menjadi pacarnya yaa? Hahaha lah aku disampingnya jadi mirip gembel seperti ini," ucapnya dalam hati."Suruh dia ke ruangan saya!" kata laki - laki itu tegas kepada Gracia."Beserta semua data tentangnya!" imbuhnya lagi. Membuyarkan segala lamunanku sedari saat melihatnya berjalan."Baik Boss!" jawab G
"Ciuman pertamaku, kau mencuri ciuman pertamaku!" ucapnya dengan nada rendah namun penekanan yang tinggi dan masih menatap tajam ke arahku."Hahhh?" aku terperangah lagi mendengar jawabannya.Sungguh apa gerangan yang menimpaku ini? Bahkan bibirku ini juga masih perawan. Kapan aku melakukan itu? Apakah aku mengalami amnesia sesaat? Tapi jelas - jelas aku mengingat hal yang kulakukan selama seminggu terakhir. Orang tampan ini bagaimana bisa berpikir begitu, jikalah memang kita telah berciuman pasti sekarang aku sudah berada di angkasa karena terbang melayang telah melakukan hal seromantis itu dengan manusia super menakjubkan."Bagaimana kamu akan bertanggung jawab? " tanyanya tegas sambil mendekatkan wajahnya ke depan wajahku dan kembali membuyarkan lamunanku.Aku tidak tahu harus berbuat apa. Bahkan aku berpikir bahwa ini adalah prank dari salah satu chanel televisi swasta.Deg.. deg.. deg.. deg..Suara jantungku berdetak ken
Raden Lingga Kartanagara. Raden Lingga Kertanegara dalam pengucapan Bahasa Jawa.Laki - laki berparas tampan. Ralat, sangat tampan dan berbadan tegas. Memiliki ABS bagai roti sobek merk terkenal yang bisa membuat para wanita mesum berimajinasi yahhh yahhh yahhh begitulah.Berkulit bersih berseri, berambut hitam kebiruan yang aku tidak tahu itu adalah rambut aslinya atau hasil cat salon profesional.Konon katanya Raden Lingga Kartanagara masih keturunan kerajaan. Entah kerajaan apa, namun jika dilihat dari nama panjang beserta nama seluruh keluarganya jelas ia adalah turunan Raja.Apalagi jika melirik pada harta yang ia miliki. Properti yang membuat mulutku menganga dan kepalaku geleng - geleng. Bagaimana tidak? aku akan mengatakan salah satu hartanya kepada kalian, agar kalian juga dibuat terperangah olehnya.Salah satu harta yang ia miliki adalah beberapa gunung. Bukan hanya satu tapi be-be-ra-pa, ada yang besar dan ada yang kecil. Hebat bukan? dan harta
Sungguh kurasakan harga diri ini begitu terluka. Belum dua jam aku berada disini tapi dia sudah menciumku dua kali. Rumor yang beredar adalah meskipun ia kaya, Lingga tidak pernah bermain dengan wanita."Apanya, reputasi itu adalah palsu. Laki - laki sempurna itu memang tidak pernah ada".Aku terus bergumam dalam hatiku, mengoceh sendiri disana karena hanya itu yang bisa kulakukan, tubuhku ini membiarkan Lingga menyelesaikan ciumannya hingga puas.Kulihat ia masih juga melumati bibirku. Ini sudah lumayan lama. Maka sedikit kudorong tubuhnya untuk memberi kode bahwa aku memintanya berhenti. Tapi apa yang kuharapkan, ia masih juga memejamkan matanya terus melakukan aktivitasnya itu, sedangkan kopi yang ia transfer sudah masuk ke dalam tenggorokan.Kutunggu beberapa lama lagi hingga akhirnya kurasakan bibirku ini seperti tersedot dan akhirnya terlepas dari cengkraman bibirnya.PUAKKK!Seperti itulah kira - kira bunyinya, Lingga mengusap bibirny
"Aduhhh!" ucapku spontan sambil sedikit mengibaskan - ibaskan tanganku.Segitu laparkah orang ini sampai - sampai tanganku tergigit olehnya. Aku menatapnya heran namun tatapannya kepadaku seolah - olah anak manja yang sedang minta makan pada Ibunya."Aku lapar!" ucapnya santai sambil tersenyum manja.Bibir merah yang sexy itu tersenyum tanpa perdebatan. Begitu ringan sekali senyumnya hingga membuatku tak bisa marah. Jari bekas gigitan Lingga kelaparan ini masih sakit tapi aku merasa aku tidak apa - apa.Apakah itu karena aku terpesona oleh senyumnya? Yaa, senyumnya memang menawan seperti biasanya.Seperti di foto - foto atau video yang aku lihat di sosial media dulu sewaktu belum bertemu langsung dengannya.Jika reputasi tentang dia adalah laki - laki sempurna yang tidak bermain wanita adalah palsu tetapi reputasi tentang dia adalah laki - laki dengan ketampanan sempurna itu adalah asli.Aku juga mengakuinya."Mau saya ambilkan rot
Posisinya kini, aku berdiri di belakang sofa sedangkan Lingga duduk bersandar di sofa sambil mendongakkan wajahnya ke atas agar aku memijat kepalanya dengan mudah.Kuperhatikan terus wajahnya yang tampan itu, aku berani karena Lingga menutup matanya. Sesekali ia mengerutkan dahi, mungkin karena menikmati pijatanku. Aku sendiri jika dipijat pasti seperti itu juga.Sekarang aku bisa melihat wajahnya dengan sangat jelas. Lebih tampan dari pada di foto, sebagai laki - laki, wajahnya sangat halus dan berseri - seri. Jika ia perempuan pasti aku sangat minder berdekatan dengannya karena kalah cantik, kalah telak malahan."Sungguh tampan," batinku.Benarkah wajah sempurna ini yang tadi menyentuh perutku, jika melihat wajahnya begini aku jadi tidak bisa marah. Tapi tetap saja itu masuk kategori pelecehan ringan.Beberapa waktu sudah berlalu. Aku beralih memijat bahunya yang kurasa memang kaku. Lingga tidak berkata apapun bahkan bersuara pun tidak, aku
"Pertama kamu sudah mencuri ciumanku, kedua kau juga mencium dadaku, ketiga tadi aku terbangun dengan kepalaku berada di titik terpanasmu, sekarang kau memancing gairahku keluar, aku tidak bisa menahannya lagi!" ucapan Lingga ini terus terngiang - ngiang di kepalaku.Di dalam mobil mewahnya yang mengantarku kerumah, aku tidak berbicara walau hanya sedikit, dia pun sama. Ini adalah hari pertamaku bekerja sebagai Sekretaris tapi rasanya aku pulang sebagai pelayan. Pe-la-yan dalam tanda kutip. Atau memang maksud dia memang pelayan pribadi yang itu. Jika saja benar yang itu dan dia mengatakan dengan jelas. Besok pasti aku tidak akan ke tempat itu lagi.Sebenarnya sungguh kehormatan tidak? Seorang Raden Lingga mengantar pulang seolah supir pribadi. Padahal ia sendiri saja biasanya enggan menyetir dan memakai supir. Tapi kenapa aku merasa tidak terhormat. Jika ini aku yang dulu pastilah dadaku sudah meledak karena kegirangan. Tetapi baru satu hari bekerja di perusahaanya, me
Hahh ... hahh ... hahh ... Nafasku tak beraturan masih terkejut dengan mimpi yang aku alami barusan."Gila, Lingga mengejarku sampai ke dalam mimpi," ucapku sambil turun dari kasur untuk mengambil air.Dengan tubuh yang masih sedikit oleng, aku pergi kedapur untuk minum agar tubuhku ini lebih tenang. Tidak bisa di tunda lagi, aku harus mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Setelah cukup rasaku tenang, aku kembali ke ranjangku untuk kembali tidur. Bersiap untuk hari esok yang sepertinya lebih berat.Di tempat lain, jam sudah menunjukkan pukul 12 malam. Lingga masih terjaga dari tidurnya. Tersenyum sendiri layaknya orang setengah gila. Tidak biasanya dia seperti ini karena Lingga adalah tipe orang yang selalu menjaga kesehatannya. Tidur tepat waktu, bangun tepat waktu. Tidur cukup adalah efisiensi usia dia bilang.Lingga memegangi lembut bibirnya sambil tersenyum tipis bercampur malu."Sungguh - sungguh menyenangkan!" katanya sambil memejam