Home / Romansa / BUKTI CINTA / Bab 5 (Kejutan!)

Share

Bab 5 (Kejutan!)

Pukul 07.15 WIB, Kinan sudah sampai di rumah Bella. Memang sengaja, ia berangkat selepas salat subuh dari rumah demi memberikan kejutan untuk pujaannya.

Kinan ke rumah Bella mengendarai mobil karena tak sempat mampir Villa untuk menggantinya dengan motor. Ia memarkirkan mobilnya di pekarangan kosong, ujung jalan. Seperti kata Bella tempo hari.

Setelah memastikan penampilannya oke melalui spion mobil, ia bergegas turun membawa kantong belanja berisi ponsel dan sedikit oleh-oleh khas tempat tinggalnya.

Kinan tampak memukau dengan balutan hoodie berwarna hitam, jeans standar dan sneakers berwarna abu-abu. Rambutnya rapi dengan sentuhan pomade andalan.

Setelah melihat pagar tak dikunci, Kinan dengan segera masuk ke dalam. Tak sabar menemui Bella. Kinan mengetuk pintu dengan sopan, hingga  Sari, Mama Bella, membukakan pintu untuknya.

"Loh, Kinan, kapan balik? Ayo, sini masuk!" ujar Sari dengan senyum yang ramah.

Kinan bergegas masuk mengekor Sari menuju ruang tamu.

"Ayo sini, sarapan bareng sekalian. Jangan sungkan-sungkan!" Sari menyiapkan piring dan sendok, serta menata tempat untuk Kinan.

"Maaf Tante, aku ngerepotin," kata Kinan malu-malu.

"Alah, repot apa, sih? Nggak kok. Panggil Mama aja, ya. Jangan Tante!" kata Sari seraya mengambilkan nasi untuk Kinan.

"Makasih, Mama. Bella masih tidur?" tanya Kinan sembari celingak-celinguk ke penjuru ruangan, mencari keberadaan Bella.

"Bella masih ganti di kamarnya, tuh!" jawab Sari lembut.

"Mama masih terima catering, ya?" tanya Kinan.

Matanya menatap ke arah tumpukan kardus dan sterefoam yang berdampingan dengan aneka masakan.

"Iya, Nak. Lumayan hasilnya, selama ini kami berdua hidup dari hasil catering ini," kata Sari dengan tatapan nanar.

Kinan tak tega melihat Mama Bella, hatinya tersayat melihat kondisi mereka.

"Mama mau Kinan bukakan Resto?" tawar Kinan sembari menatap Sari.

Seketika tangan Sari yang sedang menyendok ikan ke dalam mangkuk terhenti, mencari arti dari perkataan Kinan.

"Maksudnya?" ujar Sari tak yakin.

"Ya Kinan bikinkan Mama Resto, Mama pilih aja tempatnya di mana, nanti Kinan yang biayain semua. Hasilnya 'kan bisa makin lumayan, Ma," ujar Kinan enteng.

"Kamu yakin? Bikin Resto itu nggak seperti buka dagangan di depan rumah, loh, Nak," kata Sari mengingatkan.

"Kinan paham, Ma. Tapi apa salahnya kalau Mama mau? Kinan ikhlas bantu Mama, kalau Mama sukses pasti Bella seneng, nah, kalau Bella seneng, Kinan jadi ikutan seneng, Ma!" Kinan tersenyum hangat.

Sari kehabisan kata-kata, pemuda di depannya ini sungguh mampu membuatnya terharu, entah terbuat dari apa hati laki-laki tampan teman putrinya ini.

"Kamu serius?" ulang Sari memastikan.

"Bener, Mama. Mau dimulai besok juga ayo? Mumpung Kinan masih stay di sini," kata Kinan mantap.

"Ngobrolin apa, nih, serius amat?" Bella ikut menimpali obrolan mereka.

"Kinan mau bikinin Mama Restoran, Bell," kata Sari.

"Ha? Serius?" Bella kaget dengan pernyataan mamanya.

"Iya, besok kita mulai planning. Gimana?" tawar Kinan dengan senyum manis, sontak membuat Bella dan Mamanya saling berpandangan penuh arti.

"Kamu baik banget, sih, Mas. Aku janji, kalau sukses nanti pasti bakal aku kembalikan semua uang modal dari kamu," kata Bella bersemangat.

"Nggak usah dipikir, asal kamu dan Mama bisa hidup bahagia dan tenang, aku jauh lebih bahagia, Bell," ucap Kinan tulus.

Bella semakin kagum kepada Kinan, mimpi apa dia bisa kedatangan seorang pria berhati malaikat seperti Kinan?

"Eh, ayo, dimakan, keburu dingin. Mama tinggal dulu, mau packing orderan. Nggak papa, ya?" tanya Sari menepuk pelan pundak Kinan.

"Ya nggak papa, kok, Ma," jawab Kinan santai.

Sari beranjak ke ruang tamu, menyusun orderan untuk hari ini.

Tinggal Bella dan Kinan yang sedang duduk berhadapan di meja makan, menikmati hidangan yang disediakan oleh Sari.

"Eh, Bell," sapa Kinan lirih.

Bella menautkan alisnya, menatap Kinan bingung.

"Ini buat kamu, harus diterima, aku nggak mau tau!" kata Kinan sedikit tegas.

Kinan menyerahkan paper bag bertuliskan 'ibox' kepada Bella.

Bella meraihnya dan membuka isinya. Matanya hampir keluar karena melotot saat melihat isi dalam paper bag.

"Ini buat aku?" tanya Bella.

Tangannya mengambil ponsel yang masih tersegel dengan dus box, mengangkatnya sedikit ke udara.

"Iya, 'kan hp kamu rusak, itu aku belikan kemarin. Keyra yang pilih," kata Kinan jujur.

"Keyra? Dia tau kamu ngasih aku hp ini?" tanya Bella terkejut.

"Ya tau, dong! Malah Keyra yang rekomendasi pilih ponsel itu buat kamu, aku mah mana ngerti kamu maunya yang gimana, jadi aku minta tolong Keyra buat pilihkan," sahut Kinan.

Bella menggelengkan kepala, kedua kakak beradik itu sungguh lembut hatinya, mereka benar-benar jelmaan malaikat. Padahal Bella belum pernah bertemu atau bertegur sapa sekalipun dengan Keyra, tapi gadis itu sudah mau berbaik hati kepadanya.

"Makasih, ya, Mas. Ini bagus banget, mahal pula. Sampein salamku ke Keyra, ya. Makasih banyak, Bella suka," kata Bella sembari meng-unboxing ponsel barunya.

"Gimana? Besok mau, ya, aku ajak ke rumah? Kenalan sama Bunda, juga Keyra?" Kinan menunggu jawaban Bella dengan was-was.

"Nanti, ya, Mas. Aku belum siap, lagian kita 'kan baru aja kenal. Belum lama juga," kata Bella pelan, berusaha tak menyakiti perasaan Kinan.

"Oke, nggak papa. Ya udah, yuk, makannya habisin!" suruh Kinan sembari tetap tersenyum.

Setelah selesai makan, mereka berpamitan untuk berangkat.

"Loh, kamu bawa mobil?" tanya Bella ketika ia melihat ke luar tak ada motor Kinan terparkir.

"Iya, tuh, di sana. Katamu boleh diparkir sana," sahut Kinan menunjuk ke arah seberang di ujung jalan.

Bella mengangguk, ia segera mengikat tali sepatunya, berdiri dan melangkah bersama Kinan menuju lahan tempat mobil Kinan diparkir.

"Aku malu, Mas," kata Bella tiba-tiba membuat Kinan heran.

Kinan menatap Bella dengan hangat, dipegangnya tangan mungil gadis itu.

"Malu kenapa? Malu jalan sama aku?" tanya Kinan mengelus lembut punggung tangan milik Bella.

"Aku malu, aku takut diejek temen-temen yang lain, dikira aku ganjen ngedeketin kamu, yang notabene nya sebagai Owner di Cafe. Aku juga jadi nggak enak sama Pak Dimas, canggung rasanya, Mas!" kata Bella manja.

Kinan menghela napas kasar, membalikkan tubuhnya menghadap ke Bella dengan posisi menyamping.

"Kamu nggak usah dengerin mereka, nyatanya 'kan aku yang suka sama kamu, aku juga yang ngedeketin kamu duluan, apalagi Dimas, dia tau semua. Bahkan dia yang nyomblangin kita, 'kan? Udah kamu nggak usah khawatir gitu, semua akan baik-baik saja," ujar Kinan menenangkan Bella yang sedang resah.

"Okelah, aku coba buat bersikap biasa aja, semua akan baik-baik saja," kata Bella akhirnya membuat Kinan merasa lega.

Kinan memakai seat belt dan mengendarai mobilnya yang akan mengantar mereka ke Cafe.

"Kamu turun duluan, ya. Aku masih ada perlu sebentar, mau survey tempat buat buka Restonya Mama, nanti pulangnya aku jemput. Hati-hati dan nggak usah banyak pikiran!" perintah Kinan hanya mendapat anggukan kecil dari Bella.

Kinan bergegas melajukan mobil berbalik arah, mendatangi pemilik ruko yang akan dijual.

Bella bersenandung kecil memasuki Cafe yang hanya berisi beberapa rekannya.

Semua tampak biasa dan berjalan normal, perasaan Bella saja yang terlalu parno. Nyatanya semua tampak baik-baik saja.

Bella bekerja seperti biasa, ia dengan telaten melayani semua pembeli dengan senyuman khasnya.

Kinan masih sibuk melakukan negosiasi dengan pemilik rumah, setelah melalui tahap perdebatan yang lumayan alot, akhirnya mereka deal dengan harga yang telah disepakati. Ruko itu resmi milik Kinan, Kinan akan menyuruh notarisnya untuk mengurus segala administrasi beserta surat-suratnya.

Mungkin memerlukan waktu sekitar satu bulan untuk merenovasi sedikit dan menyiapkan segala keperluan usaha Resto yang akan diberikan kepada Mama Sari.

Dengan senyuman mengembang, Kinan menghubungi proyek kenalannya agar segera turun untuk merenovasi sesuai keinginan Bella dan Mamanya. Kinan tak sabar mengajak mereka mendiskusikan tentang semua ini.

Sore harinya, Kinan menjemput Bella di Cafe, seperti biasa, ia akan menemui Dimas terlebih dahulu untuk berbasa-basi mengenai perkembangan Cafe.

Setelah mereka sampai di rumah, Bella menyampaikan semua kepada Mamanya, tentang persiapan pembukaan Resto dan keperluan lainnya.

"Mas Kinan, disuruh Mama masuk, aku mandi dulu, ya!" panggil Bella ke arah Kinan yang masih duduk di teras menikmati secangkir teh hangat bikinan Bella.

Kinan bergegas masuk ke dalam, menemui Mama Sari.

"Kinan ... Mama bener-bener nggak tahu harus bilang apa selain terima kasih, kamu baik banget, Sayang," puji Sari dengan mata berkaca-kaca.

"Nggak papa, Ma. Besok gimana? Apa Mama ada waktu untuk kita ketemu sama kepala proyek kenalanku?" tanya Kinan memastikan.

Sari mengangguk cepat, tentunya ia tak akan menyia-nyiakan kesempatan emas yang belum tentu datang dua kali.

"Boleh, jam berapa?" tanya Sari antusias.

"Pagi aja, ya, Ma. Besok kita ketemuan di Cafe aja," ujar Kinan mantap.

Sari mengiyakan, matanya masih berkaca-kaca tak mengira akan mendapatkan kejutan seperti ini. Rasanya seperti mimpi.

Keesokan harinya, seperti waktu yang sudah dijanjikan, Kinan menjemput Bella dan Mamanya untuk diantar ke Cafe.

Mereka berangkat bersama, Kinan sengaja memilih di Cafe karena hal itu agar tak mengganggu pekerjaan Bella. Ibarat pepatah, satu kali dayung, dua hingga tiga pulau terlampaui.

Bella melanjutkan pekerjaannya, sedangkan Kinan, Sari dan Pak Broto —kepala proyek — masih membahas perihal konsep Resto yang akan dibangun.

"Mama pilih aja, material, konsep, tatanan ruang, warna dan dekorasi terserah selera Mama aja, Mama bilang sama Pak Broto, nggak papa!" seru Kinan sembari membolak-balik majalah desain rumah di tangannya.

"Mama sih cocoknya seperti ini, ya. Tapi 'kan budgetnya gede banget, Kinan. Sayang uangnya, mending yang sederhana aja asal layak lah, dimodel senyaman mungkin," sahut Sari dengan menunjuk gambar salah satu desain di majalah.

"Udah nggak papa, Pak Broto. Kasih yang terbaik, sentuhannya dibikin mewah ya, terkesan elegan tapi nyaman. Dibuat gaya modern yang oke gitu, lah. Sesuai selera Mama tadi," kata Kinan mantap.

"Tapi Kinan, 'kan —" ucapan Sari terpotong.

"Udah nggak papa, sekalian, lah, Ma. Tenang aja, pilih sesuka Mama yang menurut Mama cocok dan sreg di hati. Karena kemajuan usaha itu penting melibatkan hati," kata Kinan mantap.

Sari hanya mengangguk, ia tampak pasrah dan menurut.

Akhirnya Sari memutuskan memilih dekorasi sesuai dengan yang ia mau, meskipun harus merogoh kocek yang dalam. Sari tampak bersemangat, ia tak sabar ingin segera membuka Restonya, dalam benaknya sudah muncul gambaran Resto mewah dengan pelanggan kalangan atas itu menjadi miliknya. Mata Sari berbinar-binar.

Kinan yang memperhatikan hal itu turut senang, bahagia menurut Kinan sederhana. Hanya dengan melihat orang yang disayanginya bahagia. Itu sudah lebih dari cukup untuknya.

Duh, Kinan, Mamak juga mau ...

Ah, kan, baper ...

Siapa yang penasaran sama Restonya ?

Tetep setia pantengin, ya!

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status