Pukul 07.15 WIB, Kinan sudah sampai di rumah Bella. Memang sengaja, ia berangkat selepas salat subuh dari rumah demi memberikan kejutan untuk pujaannya.
Kinan ke rumah Bella mengendarai mobil karena tak sempat mampir Villa untuk menggantinya dengan motor. Ia memarkirkan mobilnya di pekarangan kosong, ujung jalan. Seperti kata Bella tempo hari.
Setelah memastikan penampilannya oke melalui spion mobil, ia bergegas turun membawa kantong belanja berisi ponsel dan sedikit oleh-oleh khas tempat tinggalnya.
Kinan tampak memukau dengan balutan hoodie berwarna hitam, jeans standar dan sneakers berwarna abu-abu. Rambutnya rapi dengan sentuhan pomade andalan.
Setelah melihat pagar tak dikunci, Kinan dengan segera masuk ke dalam. Tak sabar menemui Bella. Kinan mengetuk pintu dengan sopan, hingga Sari, Mama Bella, membukakan pintu untuknya.
"Loh, Kinan, kapan balik? Ayo, sini masuk!" ujar Sari dengan senyum yang ramah.
Kinan bergegas masuk mengekor Sari menuju ruang tamu.
"Ayo sini, sarapan bareng sekalian. Jangan sungkan-sungkan!" Sari menyiapkan piring dan sendok, serta menata tempat untuk Kinan.
"Maaf Tante, aku ngerepotin," kata Kinan malu-malu.
"Alah, repot apa, sih? Nggak kok. Panggil Mama aja, ya. Jangan Tante!" kata Sari seraya mengambilkan nasi untuk Kinan.
"Makasih, Mama. Bella masih tidur?" tanya Kinan sembari celingak-celinguk ke penjuru ruangan, mencari keberadaan Bella.
"Bella masih ganti di kamarnya, tuh!" jawab Sari lembut.
"Mama masih terima catering, ya?" tanya Kinan.
Matanya menatap ke arah tumpukan kardus dan sterefoam yang berdampingan dengan aneka masakan.
"Iya, Nak. Lumayan hasilnya, selama ini kami berdua hidup dari hasil catering ini," kata Sari dengan tatapan nanar.
Kinan tak tega melihat Mama Bella, hatinya tersayat melihat kondisi mereka.
"Mama mau Kinan bukakan Resto?" tawar Kinan sembari menatap Sari.
Seketika tangan Sari yang sedang menyendok ikan ke dalam mangkuk terhenti, mencari arti dari perkataan Kinan.
"Maksudnya?" ujar Sari tak yakin.
"Ya Kinan bikinkan Mama Resto, Mama pilih aja tempatnya di mana, nanti Kinan yang biayain semua. Hasilnya 'kan bisa makin lumayan, Ma," ujar Kinan enteng.
"Kamu yakin? Bikin Resto itu nggak seperti buka dagangan di depan rumah, loh, Nak," kata Sari mengingatkan.
"Kinan paham, Ma. Tapi apa salahnya kalau Mama mau? Kinan ikhlas bantu Mama, kalau Mama sukses pasti Bella seneng, nah, kalau Bella seneng, Kinan jadi ikutan seneng, Ma!" Kinan tersenyum hangat.
Sari kehabisan kata-kata, pemuda di depannya ini sungguh mampu membuatnya terharu, entah terbuat dari apa hati laki-laki tampan teman putrinya ini.
"Kamu serius?" ulang Sari memastikan.
"Bener, Mama. Mau dimulai besok juga ayo? Mumpung Kinan masih stay di sini," kata Kinan mantap.
"Ngobrolin apa, nih, serius amat?" Bella ikut menimpali obrolan mereka.
"Kinan mau bikinin Mama Restoran, Bell," kata Sari.
"Ha? Serius?" Bella kaget dengan pernyataan mamanya.
"Iya, besok kita mulai planning. Gimana?" tawar Kinan dengan senyum manis, sontak membuat Bella dan Mamanya saling berpandangan penuh arti.
"Kamu baik banget, sih, Mas. Aku janji, kalau sukses nanti pasti bakal aku kembalikan semua uang modal dari kamu," kata Bella bersemangat.
"Nggak usah dipikir, asal kamu dan Mama bisa hidup bahagia dan tenang, aku jauh lebih bahagia, Bell," ucap Kinan tulus.
Bella semakin kagum kepada Kinan, mimpi apa dia bisa kedatangan seorang pria berhati malaikat seperti Kinan?
"Eh, ayo, dimakan, keburu dingin. Mama tinggal dulu, mau packing orderan. Nggak papa, ya?" tanya Sari menepuk pelan pundak Kinan.
"Ya nggak papa, kok, Ma," jawab Kinan santai.
Sari beranjak ke ruang tamu, menyusun orderan untuk hari ini.
Tinggal Bella dan Kinan yang sedang duduk berhadapan di meja makan, menikmati hidangan yang disediakan oleh Sari.
"Eh, Bell," sapa Kinan lirih.
Bella menautkan alisnya, menatap Kinan bingung.
"Ini buat kamu, harus diterima, aku nggak mau tau!" kata Kinan sedikit tegas.
Kinan menyerahkan paper bag bertuliskan 'ibox' kepada Bella.
Bella meraihnya dan membuka isinya. Matanya hampir keluar karena melotot saat melihat isi dalam paper bag.
"Ini buat aku?" tanya Bella.
Tangannya mengambil ponsel yang masih tersegel dengan dus box, mengangkatnya sedikit ke udara.
"Iya, 'kan hp kamu rusak, itu aku belikan kemarin. Keyra yang pilih," kata Kinan jujur.
"Keyra? Dia tau kamu ngasih aku hp ini?" tanya Bella terkejut.
"Ya tau, dong! Malah Keyra yang rekomendasi pilih ponsel itu buat kamu, aku mah mana ngerti kamu maunya yang gimana, jadi aku minta tolong Keyra buat pilihkan," sahut Kinan.
Bella menggelengkan kepala, kedua kakak beradik itu sungguh lembut hatinya, mereka benar-benar jelmaan malaikat. Padahal Bella belum pernah bertemu atau bertegur sapa sekalipun dengan Keyra, tapi gadis itu sudah mau berbaik hati kepadanya.
"Makasih, ya, Mas. Ini bagus banget, mahal pula. Sampein salamku ke Keyra, ya. Makasih banyak, Bella suka," kata Bella sembari meng-unboxing ponsel barunya.
"Gimana? Besok mau, ya, aku ajak ke rumah? Kenalan sama Bunda, juga Keyra?" Kinan menunggu jawaban Bella dengan was-was.
"Nanti, ya, Mas. Aku belum siap, lagian kita 'kan baru aja kenal. Belum lama juga," kata Bella pelan, berusaha tak menyakiti perasaan Kinan.
"Oke, nggak papa. Ya udah, yuk, makannya habisin!" suruh Kinan sembari tetap tersenyum.
Setelah selesai makan, mereka berpamitan untuk berangkat.
"Loh, kamu bawa mobil?" tanya Bella ketika ia melihat ke luar tak ada motor Kinan terparkir.
"Iya, tuh, di sana. Katamu boleh diparkir sana," sahut Kinan menunjuk ke arah seberang di ujung jalan.
Bella mengangguk, ia segera mengikat tali sepatunya, berdiri dan melangkah bersama Kinan menuju lahan tempat mobil Kinan diparkir.
"Aku malu, Mas," kata Bella tiba-tiba membuat Kinan heran.
Kinan menatap Bella dengan hangat, dipegangnya tangan mungil gadis itu.
"Malu kenapa? Malu jalan sama aku?" tanya Kinan mengelus lembut punggung tangan milik Bella.
"Aku malu, aku takut diejek temen-temen yang lain, dikira aku ganjen ngedeketin kamu, yang notabene nya sebagai Owner di Cafe. Aku juga jadi nggak enak sama Pak Dimas, canggung rasanya, Mas!" kata Bella manja.
Kinan menghela napas kasar, membalikkan tubuhnya menghadap ke Bella dengan posisi menyamping.
"Kamu nggak usah dengerin mereka, nyatanya 'kan aku yang suka sama kamu, aku juga yang ngedeketin kamu duluan, apalagi Dimas, dia tau semua. Bahkan dia yang nyomblangin kita, 'kan? Udah kamu nggak usah khawatir gitu, semua akan baik-baik saja," ujar Kinan menenangkan Bella yang sedang resah.
"Okelah, aku coba buat bersikap biasa aja, semua akan baik-baik saja," kata Bella akhirnya membuat Kinan merasa lega.
Kinan memakai seat belt dan mengendarai mobilnya yang akan mengantar mereka ke Cafe.
"Kamu turun duluan, ya. Aku masih ada perlu sebentar, mau survey tempat buat buka Restonya Mama, nanti pulangnya aku jemput. Hati-hati dan nggak usah banyak pikiran!" perintah Kinan hanya mendapat anggukan kecil dari Bella.
Kinan bergegas melajukan mobil berbalik arah, mendatangi pemilik ruko yang akan dijual.
Bella bersenandung kecil memasuki Cafe yang hanya berisi beberapa rekannya.
Semua tampak biasa dan berjalan normal, perasaan Bella saja yang terlalu parno. Nyatanya semua tampak baik-baik saja.
Bella bekerja seperti biasa, ia dengan telaten melayani semua pembeli dengan senyuman khasnya.
Kinan masih sibuk melakukan negosiasi dengan pemilik rumah, setelah melalui tahap perdebatan yang lumayan alot, akhirnya mereka deal dengan harga yang telah disepakati. Ruko itu resmi milik Kinan, Kinan akan menyuruh notarisnya untuk mengurus segala administrasi beserta surat-suratnya.
Mungkin memerlukan waktu sekitar satu bulan untuk merenovasi sedikit dan menyiapkan segala keperluan usaha Resto yang akan diberikan kepada Mama Sari.
Dengan senyuman mengembang, Kinan menghubungi proyek kenalannya agar segera turun untuk merenovasi sesuai keinginan Bella dan Mamanya. Kinan tak sabar mengajak mereka mendiskusikan tentang semua ini.
Sore harinya, Kinan menjemput Bella di Cafe, seperti biasa, ia akan menemui Dimas terlebih dahulu untuk berbasa-basi mengenai perkembangan Cafe.
Setelah mereka sampai di rumah, Bella menyampaikan semua kepada Mamanya, tentang persiapan pembukaan Resto dan keperluan lainnya.
"Mas Kinan, disuruh Mama masuk, aku mandi dulu, ya!" panggil Bella ke arah Kinan yang masih duduk di teras menikmati secangkir teh hangat bikinan Bella.
Kinan bergegas masuk ke dalam, menemui Mama Sari.
"Kinan ... Mama bener-bener nggak tahu harus bilang apa selain terima kasih, kamu baik banget, Sayang," puji Sari dengan mata berkaca-kaca.
"Nggak papa, Ma. Besok gimana? Apa Mama ada waktu untuk kita ketemu sama kepala proyek kenalanku?" tanya Kinan memastikan.
Sari mengangguk cepat, tentunya ia tak akan menyia-nyiakan kesempatan emas yang belum tentu datang dua kali.
"Boleh, jam berapa?" tanya Sari antusias.
"Pagi aja, ya, Ma. Besok kita ketemuan di Cafe aja," ujar Kinan mantap.
Sari mengiyakan, matanya masih berkaca-kaca tak mengira akan mendapatkan kejutan seperti ini. Rasanya seperti mimpi.
Keesokan harinya, seperti waktu yang sudah dijanjikan, Kinan menjemput Bella dan Mamanya untuk diantar ke Cafe.
Mereka berangkat bersama, Kinan sengaja memilih di Cafe karena hal itu agar tak mengganggu pekerjaan Bella. Ibarat pepatah, satu kali dayung, dua hingga tiga pulau terlampaui.
Bella melanjutkan pekerjaannya, sedangkan Kinan, Sari dan Pak Broto —kepala proyek — masih membahas perihal konsep Resto yang akan dibangun.
"Mama pilih aja, material, konsep, tatanan ruang, warna dan dekorasi terserah selera Mama aja, Mama bilang sama Pak Broto, nggak papa!" seru Kinan sembari membolak-balik majalah desain rumah di tangannya.
"Mama sih cocoknya seperti ini, ya. Tapi 'kan budgetnya gede banget, Kinan. Sayang uangnya, mending yang sederhana aja asal layak lah, dimodel senyaman mungkin," sahut Sari dengan menunjuk gambar salah satu desain di majalah.
"Udah nggak papa, Pak Broto. Kasih yang terbaik, sentuhannya dibikin mewah ya, terkesan elegan tapi nyaman. Dibuat gaya modern yang oke gitu, lah. Sesuai selera Mama tadi," kata Kinan mantap.
"Tapi Kinan, 'kan —" ucapan Sari terpotong.
"Udah nggak papa, sekalian, lah, Ma. Tenang aja, pilih sesuka Mama yang menurut Mama cocok dan sreg di hati. Karena kemajuan usaha itu penting melibatkan hati," kata Kinan mantap.
Sari hanya mengangguk, ia tampak pasrah dan menurut.
Akhirnya Sari memutuskan memilih dekorasi sesuai dengan yang ia mau, meskipun harus merogoh kocek yang dalam. Sari tampak bersemangat, ia tak sabar ingin segera membuka Restonya, dalam benaknya sudah muncul gambaran Resto mewah dengan pelanggan kalangan atas itu menjadi miliknya. Mata Sari berbinar-binar.
Kinan yang memperhatikan hal itu turut senang, bahagia menurut Kinan sederhana. Hanya dengan melihat orang yang disayanginya bahagia. Itu sudah lebih dari cukup untuknya.
Duh, Kinan, Mamak juga mau ...
Ah, kan, baper ...
Siapa yang penasaran sama Restonya ?
Tetep setia pantengin, ya!
Waktu bergulir begitu cepat, tak terasa hampir sebulan. Kinan disibukkan dengan renovasi Resto, belum lagi urusan bisnis pribadinya. Hal itu membuatnya sering bolak-balik pulang pergi, untung saja jarak Malang dengan kota kelahirannya hanya memerlukan waktu 2 jam jika ditempuh dengan kecepatan normal.Hubungannya dengan Bella pun semakin dekat. Namun, status mereka masih belum jelas untuk saat ini. Tepat pembukaan Resto nanti, Kinan akan menyatakan perasaannya. Meskipun Bella pasti sudah tahu isi hatinya, tapi tidak afdol rasanya jika Kinan belum mengutarakan cintanya. Kinan ingin meresmikan hubungan mereka, ia ingin dunia tahu bahwa Bella hanya miliknya.Hari ini Bella pulang lebih cepat karena Cafe tutup lebih awal. Seperti biasa, jika tanggal muda berbarengan dengan weekend, maka bisa dipastikan Cafe akan ramai pengunjung. Hal itu membuat hidangan di Cafe cepat habis hingga para karyawan bisa pulang lebih cepat p
Semakin cepat waktu bergulir, besok adalah hari yang membahagiakan bagi Sari dan Bella karena opening Restoran akan diadakan cukup meriah."Aduh, Bel ... Mama masih nggak nyangka loh, rasanya kok seperti mimpi," ujar Sari sambil memoleskan night cream racikan Dokter di wajah mulusnya."Sama, aku juga nggak nyangka dapet rejeki bak durian runtuh. Harusnya Mama banyak terima kasih dong ke aku!" Bella menuangkan toner ke dalam kapas lalu mengoleskan ke sekitar leher.Sari mencebik, melirik Bella sekilas dan melanjutkan menepuk wajahnya dengan pelan."Kamu kalo nggak lahir dari rahim Mama juga nggak bakalan beruntung seperti sekarang!" ketus Sari."Idih, perhitungan. Lagian juga Bella nggak minta kok dilahirkan dari rahim Mama. Kenapa juga Bella nggak lahir dari rahim Mama Gigi!" balas Bella tak kalah ketus."Yang ada juga ogah Mama Gigi punya anak kayak kamu!" timpal Sari tak
Sebulan berlalu, Kinan masih sering bolak-balik antara rumah dengan Villa di Malang. Usaha Restoran yang dikelola Mama Sari juga berkembang pesat. Restoran selalu ramai meskipun bukan weekend. Karena makanan yang terkenal enak, juga harga yang tak begitu mahal membuat Restoran itu banyak digemari berbagai kalangan. Dari anak sekolah, remaja kuliahan, perkumpulan ibu-ibu hingga keluarga.Terbukti hanya dengan waktu sebulan saja Sari bisa menambah lima karyawan untuk membantunya.Kini Bella tak lagi menjadi kasir di kafe milik Kinan, tugasnya sekarang menjadi PIC di Restoran. Jika ada waktu senggang, terkadang Bella juga ikut membantu Kinan mengelola kafe. Seperti saat ini, saat Kinan pulang ke rumah orang tuanya, maka Bella harus siap menggantikan Kinan memantau kafe. Hal itu membuatnya semakin akrab dengan Dimas. Karena intensitas waktu dan tuntutan pekerjaan membuat mereka semakin terlihat kompak.Bella tak lagi sungkan kepada Dimas, ia merasa
Cinta ... memang tidak bisa dibuktikan dengan kata-kata. Lalu, dengan apa cinta bisa dibuktikan?Assalamualaikum teman-teman semua, Alhamdulillah kita masih diberikan kesehatan dan kelancaran rezeki hingga hari ini. Terima kasih kalian sudah menyempatkan menengok dan membaca karya Mamak hasil gabut ini. Semoga kalian selalu dalam lindungan Allah SWT selalu, Aamiin ya rabbal Al-Amin.Ada pepatah yang mengatakan 'tak kenal maka tak sayang.'Maka dari itu, khusus di bab pertama ini Mamak mau kenalin dulu tokoh-tokoh dalam cerita yang akan menemani kesepian kalian sepanjang hari.Semoga cerita ini berkenan di hati kalian, pesan Mamak hanya satu, yaitu :"Ambil dan tiru sisi positifnya, tinggalkan dan jangan ditiru sisi negatifn
"Mungkin hari ini ... hari esok atau nanti ... berjuta memori yang terpatri dalam hati ini ...." Keyra menyanyi dengan suara khas miliknya, ini hari pertama ia 'sah' menjadi seorang mahasiswi. Langkahnya begitu ceria saat menuruni tangga menuju ke meja makan."Waduh, cakep banget, nih, Adikku yang paling cantik sedunia udah ngalahin Udin," ujar Kinan menggoda Keyra."Ya iya, dong! Keyra, gitu, loh," sahut Keyra seraya mengibaskan rambutnya yang lurus sebahu.Ibu yang melihat keakraban kedua anaknya hanya tersenyum."Nggak nyangka, ya, Key. Padahal tuh, ya, kemarin kamu masih segini, loh, sekarang udah kuliah aja!" kata Kinan menjentikkan jarinya.Keyra mendengkus sebal, "yang bener aja, ya, Kak! Bayi aja lahir udah segede pepaya, masa' aku cuma segini?" ujar Keyra sembari menjentikkan jarinya, mengikuti Kinan.Kinan terkekeh, begit
Bella tidak henti-hentinya mengucapkan terima kasih kepada Kinan. Mereka terlihat asyik mengobrol, sesekali diiringi canda tawa."Loh, Mas Kinan? Kok ke sini nggak ngabarin dulu?" Dimas menghampiri Kinan yang sedang bercanda bersama Bella."Iya, ini dadakan, sih, Dim. Aku kok tiba-tiba pengen ngehirup udara kota Malang gitu, makanya langsung aja cus deh ke sini," ujar Kinan sembari menjabat tangan Dimas."Ayo ke ruangan? Kita ngobrol di sana," ajak Dimas bersemangat.Bella hanya menunduk melihat keakraban 2 lelaki di depannya."Oh, ya, Bel. Minta tolong buatkan hot cappucino 2, sama keripik singkong manis asin, ya. Bawa ke ruangan saya, terima kasih," perintah Dimas kepada Bella."Iya, siap, Pak. Silakan ditunggu!" Bella mengangguk sopan dan bergegas melaksanakan perintah atasannya.Kinan mengikuti Dimas masuk ke dalam ruangannya."Aku salut, loh, Dim sama kamu. Cafe bisa berkembang pesat seperti sekarang, konsepnya tertata, pi
Setelah salat subuh di Villa miliknya, Kinan bergegas menjemput Bella.Kinan tidak ingin gadis impiannya berangkat sendiri menuju Cafe, sebisa mungkin Kinan akan mengantarkan ke manapun gadis itu pergi.Itukah yang pantas disebut 'bukti cinta?'Tidak ada yang bisa mendeskripsikan dengan benar, apa arti cinta yang sesungguhnya.Kinan memakai kemeja flanel berwarna navy, celana krem dan kets putih. Ia menata rambutnya dengan pomade, untuk hasil yang maksimal.Setelah memastikan penampilannya oke, Kinan mengendarai motor matic keluaran terbaru berwarna hitam, yang sengaja dibelinya kemarin sore. Hanya karena rumah Bella tidak ada lahan parkir untuk mobil, Kinan rela merogoh kocek untuk membeli motor matic.Dengan memakai plat nomer sementara, Kinan membelah jalanan yang tampak asri di pagi hari. Tetesan embun terasa menyejukkan jiwa.Kinan melewati jalanan sembari bersenandung kecil, tak lupa selalu memasang senyum ramah kepa
Pagi-pagi sekali Kinan sudah berangkat. Keyra sukses membuat kakaknya bertekuk lutut untuk pulang detik itu juga. Kinan sangat mencintai Keyra, adik perempuan yang selama ini dilindunginya dengan segenap jiwa dan raga.Kinan memarkirkan mobil ke garasi, begitu ia turun dari mobil, Keyra menghambur ke pelukannya.Hampir empat hari mereka tak bertemu, hal itu membuat Keyra rindu. Karena sebelumnya mereka tak pernah berjauhan seperti ini."Kok betah banget, ya, di sana, tumben?" tanya Keyra manja.Tangannya tak lepas bergelayut manja di lengan sang Kakak."Iya, biasa bisnis," sahut Kinan sembari mengacak pelan rambut Keyra."Yakin bisnis? Kok aku mencium aroma sesuatu, ya?" pancing Keyra menatap tajam ke arah manik mata milik Kinan.Keyra mencari sebuah jawaban."Ih, bocil selalu aja kepo!" Kinan terkekeh, berusaha menutupi debaran di jantungnya yang mulai tak karuan."No, aku tahu banget kamu, loh, Kak!" seru K